BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Kehamilan
2.1.1
Pengertian Kehamilan Hamil didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,2008). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008) Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana,2007). Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk
wanita hamil adalah "gravida" sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah seorang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih (Bobak, 2005). Kehamilan merupakan suatu proses yang dimulai sejak bertemunya sperma dan ovum didalam rahim wanita. Pertemuan sperma dan ovum lebih dikenal dengan nama fertilisasi atau konsepsi yang membentuk zygote, berimplantasi ke dalam uterus dan berkembang sampai dilahirkan menjadi seorang bayi (Cunningham,dkk.,2005; Wiknjosastro, dkk.,2006). Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia kehamilan), Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia kehamilan). 2.1.2
Tanda-Tanda Kehamilan Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu: 1.
Tanda tidak pasti kehamilan a) Amenorea (tidak dapat haid) Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya
dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan terjadi, dengan memakai rumus Neagie:HT – 3 (bulan + 7) b) Mual dan muntah Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning sickness”. c) Mengidam (ingin makanan khusus) Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan. d) Pingsan Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu. e) Anoreksia (tidak ada selera makan) Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi f) Mamae menjadi tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. g) Miksi Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h) Konstipasi atau obstipasi Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. i) Pigmentasi (perubahan warna kulit) Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah. j) Epulis Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan pertama. k) Varises (pemekaran vena-vena) Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,dan payudara. 2.
Tanda kemungkinan kehamilan a) Perut membesar Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran perut. b) Uterus membesar Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin lama makin bundar
c) Tanda Hegar Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak terutama daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak. d) Tanda Chadwick Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen e) Tanda Piscaseck Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran. f) Tanda Braxton-Hicks Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan. g) Teraba ballotemen Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di dalam uterus. h) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini mungkin. 3.
Tanda pasti kehamilan a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin. b) Denyut jantung janin
2.1.3
1)
Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2)
Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3)
Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4)
Dilihat pada ultrasonograf
Proses Kehamilan Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu
Kebidanan (2009), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
1)
Trimester I Periode kehamilan pada trimester I adalah mencakup perkembangan kehamilan dari rentang waktu minggu ke 0-12. Periode kehamilan pada trimester I dibagi menjadi 3 periode yaitu: periode germinal (minggu 0-3) pada periode ini berlangsung proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2 dari hari pertama menstruasi terakhir dan telur yang sudah dibuahi sperma, bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium). Periode embrio pada minggu 3-8 umur kehamilan, berlangsung proses perkembangan janin, seperti sistem saraf pusat, organ-organ utama dan struktur anatomi mulai terbentuk, demikian juga mata, mulut dan lidah terbentuk, serta hati mulai memproduksi sel darah. Demikian cepatnya perkembangan hasil konsepsi ini sehingga dalam waktu hitungan jam dan hari akan terjadi perubahan - perubahan yang jelas dalam suatu hasil kehamilan, disamping itu pula adanya perkembangan yang cepat pada permulaan kehamilan ini, harus diingat bahwa pengaruh yang timbul apakah internal, maupun eksternal terhadap perkembangan kehamilan muda ini atau kehamilan yang masih berbentuk embrio, akan sangat mengganggu pertumbuhan selanjutnya sehingga hasil kehamilan bisa terjadi komplikasi yang membahayakan kehidupan ibu dan janin yang dikandungnya (Cunningham, dkk., 2005).
Disamping itu pada periode trimester pertama juga terjadi perubahan janin dari blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar. Dan selanjutnya adalah periode fetus pada umur kehamilan minggu 912. Kepala yang menjadi lebih besar pada periode ini mungkin disebabkan adanya pertumbuhan sel-sel otak atau sel neuron yang begitu pesat sampai berjumlah jutaan, multiplikasi sel-sel otak yang cepat ini permenit bertambah ± 250 000 sel neuron, dan multiplikasi sel-sel neuron ini akan terus berlangsung sampai kehamilan berumur 16 minggu (Anonim, 2009). Bersamaan dengan perkembangan sel-sel otak yang begitu pesat, perkembangan alat-alat tubuh janin berkembang terus menjadi lengkap pada umur kehamilan 12 minggu. Alat-alat janin yang terbentuk sejak umur kehamilan dua bulan adalah ekstrimitas atas dan ekstremitas bawah, kepala, jantung, susunan saraf, tulang belakang dan pembuluh darah besar mulai dibentuk, bersamaan terbentuknya pembuluh darah besar, jantung mulai memompakan darah ke dalam sirkulasi tubuh janin dan sel-sel darah merah sudah mulai diproduksi. Adanya aktifitas jantung pada bulan kedua kehamilan dibuktikan dengan terdengarnya denyutan janin bila dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan dopler atau alat untuk mendeteksi bunyi jantung janin dan denyutan jantung janin dapat terlihat dengan menggunakan ultrasonografi. Selama umur kehamilan kedua dan menjelang umur kehamilan tiga bulan atau 12 minggu, jari-jari kaki dan lengan mulai terpisah, juga dalam masa ini akan
terbentuk lutut, tumit, siku dan persendian-persendian pada kaki dan lengan serta semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat dan saling berkait, dan aktivitas otak sangat tinggi Pada trimester I umur kehamilan merupakan masa yang menentukan untuk perkembangan selanjutnya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, karena adanya gangguan penetrasi atau implantasi hasil konsepsi pada endometrium akan menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan pada ibu maupun janin yang dikandungnya seperti persalinan preterm, preeclampsia dan perkembangan janin terhambat dalam rahim (Malek, 2001;Webster, dkk., 2008). Selain itu keluhan-keluhan psikologis juga akan timbul pada masa ini, wanita hamil akan mengeluhkan adanya gangguan subjektif seperti pusing, sakit kepala, morning sickness, mual sampai muntah, seringkali keluhankeluhan ini sampai menyebabkan penderita harus masuk rumah sakit atau malah harus diakhiri kehamilannya karena membahayakan kehidupan wanita hamil
bila
kehamilannya
dipertahankan
(Cunningham,dkk.,2005;
Wiknjosastro,dkk.,2006). Proses implantasi hasil konsepsi pada endometrium harus berlangsung baik. Secara normal ketika hasil konsepsi atau zygote berimplantasi ke dalam endometrium, sel sitotrofoblas (bagian zygote) berhubungan dengan a. spiralis dalam endometrium. Proses implantasi ini menyebabkan terjadi hubungan antara kehidupan zygote atau mudigah dengan kehidupan maternal, dimana
secara normal a.spiralis akan terbuka kedalam zygote. Hubungan a. spiralis dengan
zygote
yang
tidak
sempurna
akan
menginisiasi
gangguan
perkembangan proses kehamilan selanjutnya. Kelainan-kelainan tersebut adalah komplikasi hipertensi dalam kehamilan atau preeclampsia dan pertumbuhan janin yang terhambat 2)
Trimester II Memasuki umur kehamilan trimester II, perubahan yang terjadi dalam kehidupan seorang wanita hamil lebih baik lagi, kalau sebelumnya disertai dengan keluhan morning sickness, mual sampai muntah-muntah, akan berkurang atau hilang sama sekali, keinginan untuk makan menjadi normal lagi atau malah bertambah bahkan menyebabkan pertambahan berat badan yang tidak terkontrol lagi, sehingga timbul kelainan seperti hipertensi dalam kehamilan atau preeklampsia dan diabetes mellitus (Cunningham,dkk.,2005). Kehamilan minggu ke-16 dalam masa kehamilan trimester II ini janin semakin bebas bergerak dalam rahim, karena kantong kehamilan semakin besar sedangkan perkembangan janin tidak bisa mengikutinya. Gerakan yang dilakukan oleh janin mulai dirasakan oleh ibu dan gerakan janin ini biasanya berputar secara 360 derajat sehingga sering menyebabkan terjadinya tali pusat melilit dileher janin. Adanya kelainan ini seringkali akan menyulitkan waktu janin itu dilahirkan, dimana proses persalinan berlangsung lama baik pada
proses persalinan kala satu ataupun kala dua. Proses persalinan yang lama memegang peranan penting terhadap terjadinya komplikasi baik pada wanita hamil maupun janin yang dikandungnya. Walaupun kejadian ini sangat jarang terjadi, gerakan janin ini juga bisa menyebabkan terjadinya simpul pada tali pusat sehingga janin bisa meninggal tiba-tiba dalam rahim. Gerakan janin akan semakin dirasakan oleh ibu sesuai bertambahnya umur kehamilan janin tersebut. Pada minggu ke-18 dalam periode trimester II ini sudah bisa dilakukan ultrasongrafi untuk mengecek kesempurnaan janin dan posisi plasenta. Jaringan kuku, kulit, dan rambut berkembang dan mengeras pada minggu ke 20-21, demikian juga indera penglihatan dan pendengaran mulai berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup, serta fetus mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm. Perhatian khusus perlu dilakukan pada umur kehamilan trimester II, karena pada waktu ini plasenta mulai terbentuk. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mulai terbentuknya plasenta, maka metabolisme aerobik akan lebih meningkat lagi pada seorang wanita hamil, karena bila plasenta telah terbentuk jumlah mitokondria akan bertambah banyak, ini berhubungan dengan plasenta yang kaya akan mitokondria. Peningkatan metabolisme aerobik akan menyebabkan terjadinya pembentukan radikal bebas yang meningkat pula, karena bersamaan dengan itu penggunaan oksigen meningkat. (Carol, 2000;
Casanueva and Viteri, 2003; Moretti, 2004; Burton and Jauniaux, 2004; Myatt and Cui, 2004). Ketika plasenta terbentuk penggunaan oksigen akan meningkat, menyebabkan juga peningkatan stress oksidatif, akibatnya produksi radikal bebas terjadi peningkatan. Untuk mengatasi keadaan ini tubuh akan berusaha menetraliser terbentuknya radikal bebas tersebut, tetapi bila tubuh tidak mampu menetraliser, maka peningkatan radikal bebas pada umur kehamilan awal trimester II akan mempengaruhi proses kehamilan selanjutnya, karena kelainan yang terjadi pada proses plasentasi ini bisa menyebabkan timbulnya komplikasi di antaranya adalah terjadinya hipertensi dalam kehamilan atau preeclampsia. (Chen dkk., 2003; Redman and Sargent, 2005). 3)
Trimester III Pertumbuhan dan perkembangan janin pada trimester III, diantaranya ada akhir bulan ke-7 (minggu ke-28), pertumbuhan rambut dan kuku yang semakin memanjang, gerakan mata membuka dan menutup, gerakan menghisap semakin kuat, panjang badan 23 cm dan berat 1000 gram. Minggu ke-29 sampai ke-32 (bulan kedelapan), tubuh janin sudah terisi lemak dan verniks kaseosa menutupi permukaan tubuh bayi termasuk rambut lanugo. Kuku kaki mulai tumbuh sedangkan kuku tanga sudah mencapai ujungnya. Janin sudah punya kendali gerak pernafasan yang berirama dan temperature
tubuh. Mata telah terbuka dan reflek cahaya terhadap pupul muncul diakhir bulan. Ukuran panjang rata-rata 28 cm, berat 3,75 pon. Minggu ke-33 sampai ke-36 (bulan kesembilan), kulit halus tanpa kerutan di akhir bulan, kuku jari kaki mencapai ujungnya, biasanya testis sebelah kiri turun ke skrotum. Ukuran rata-rata panjang 31,7 cm, berat 2500 gram. Minggu ke-37 sampai ke-40 (bulan kesepuluh), pertumbuhan dan perkembangan utuh telah tercapai. Dada dan kelenjar payudara menonjol pada kedua jenis kelamin. Kedua testis telah masuk ke skrotum pada akhir bulan ini, lanugo telah menghilang pada hamper seluruh tubuh, kuku mulai mengeras melebihi ujung tangan beri dan kaki, warna bervariasi dari putih, merah muda, merah muda kebiruan akibat fungsi melanin sebagai memberi warna kulit saat terpapar cahaya. Ukuran panjang rata-rata 36 cm, berat 7,5 pon. 2.1.4
Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan, yaitu faktor fisik, factor
psikologis dan faktor sosial budaya dan ekonomi. Faktor fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau poliklinik kebidanan. Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut dengan Ante Natal Care (ANC).
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari : Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. Yang terakhir adalah Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap rokok, kapan dan dimana pun ia berada. Perilaku makan juga harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Jika ada makanan yang dipantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Demikian juga sebaliknya. Yang tak kalah penting adalah personal hygiene. Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Namun dengan adanya
perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Yang patut diperhatikan adalah bahwa kehamilan bukanlah suatu keadaan patologis yang berbahaya. Kehamilan merupakan proses fisiologis yang akan dialami oleh wanita usia subur yang telah berhubungan seksual. Dengan demikian kehamilan harus disambut dan dipersiapkan sedemikian rupa agar dapat dilalui dengan aman 2.1.4.1
Kecemasan
2.1.4.1.1
Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah hasil dari proses psikologi dan proses fisiologi dalam
tubuh manusia. (Ramiah, 2003). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.Ansietas (cemas) merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir. (Kaplan dan Sadock, 2007). Ansietas berbeda dengan rasa takut merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah reaksi terhadap bahaya sesungguhnya yang mungkin menimbulkan bencana (Ramiah, 2003). Kecemasan atau ansietas adalah perasan difus, yang sangat tidak menyenangkan, agar tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di
perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah (Kaplan dan Sadock, 2007). Kecemasan adalah respon emosional terhadap perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, kondisi ini tidak memiliki objek yang spesifik (Sundeen, 1998). 2.1.4.1.2
Penyebab kecemasan Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas
(Stuart dan Sundeen, 1998) a.
Dalam pandangan psikoanalitik ansietas adalah konflik emosional terjadi antara dua elemen kepribadian diri dan superego.
b.
Dalam pandangan interpersonal ansietas timbul dan perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal
c.
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d.
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
e.
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung respon khusus, reseptor ini membantu mengatur ansietas.
2.1.4.1.3
Akibat kecemasan Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan yaitu
mengenai keadaan jalan lahir dan bayi yang akan dilahirkan. Hal ini tidak boleh dikemukakan berlebihan karena akan dapat merugikan ibu hamil itu sendiri. Banyak wanita takut akan nyeri persalinan atau kerusakan sebab mereka tidak mengetahui tentang anatomi dan proses persalinan. Wanita mengekspresikan mengenai perilaku selama hamil sampai proses persalinan dan bagaimana seseorang untuk menerima dirinya dan berperilaku. Menurut Hanifa (1999) akibat kecemasan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan antara lain: a.
Partus prematurus Ini dapat disebabkan oleh ketegangan psikis/tekanan kehidupan modern dan diikutsertakan wanita dalam industri. Hal ini dapat dibuktikan bahwa frekuensi prematuritas di antara para wanita yang bekerja di kota-kota besar semakin meningkat dari tahun ke tahun. Demikian pula yang tidak kawin sering melahirkan sebelum waktunya sehingga kehamilan di luar pernikahan dapat dianggap sebagai faktor etiologi bagi prematuritas.
b.
Nyeri persalinan Ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit atau nyeri dalam persalinan.
c.
Partus Partus lama disebabkan karena faktor-faktor yang mengakibatkan his kurang baik dan pembukaan kurang lancar.
2.2
Gangguan Tidur
2.2.1
Pengertian Tidur Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi berulang-ulang
selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005). Menurut Chopra (2003), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolisme juga menurun namun pada saat itu juga otak sedang bekerja lebih keras selama periode bermimpi dibandingkan dengan
ketika
beraktivitas di siang hari. 2.2.2
Fisiologi Tidur Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan
bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996). Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja (Harsono, 1996). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada batang otak (Potter & Perry, 2005) RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005). 2.2.3
Tahapan Tidur Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid
Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005).
2.2.3.1 Tidur stadium satu Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan bergerak peralahan-lahan, dan aktivitas otot melambat (Patlak, 2005). 2.2.3.2 Tidur stadium dua Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005). 2.2.3.3 Tidur stadium tiga Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010). 2.2.3.4 Tidur stadium empat Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat dan
energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun (Japardi,2002). 2.2.4
Mekanisme Tidur Tidur NREM dan REM berbeda berdasarkan kumpulan parameter fisiologis.
NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba, peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur paradoks (Ganong, 1998). Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang lambat atau NREM. Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar
jika aktivitas Reticular Activity System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter
seperti
sistem
serotoninergik,
noradrenergik,
kolinergik,
histaminergik (Japardi, 2002). 2.2.5
Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan
keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas (Kozier, et al, 2004). Kurang tidur yang berkepanjangan dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas, dan daya tahan tubuh menurun sehingga mudah terserang penyakit. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi (Endang, 2007). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur (Daniel et al, 1998; Buysse, 1998). Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efesiensi tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Di sisi lain, Lai (2001) dalam Wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur
ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang. Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemerikasaan laboraorium yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombangalfa, betha, tetha dan delta (Guyyton & Hall, 1997). Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda psikologis.Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik dan psikologis yang dialami. 2.2.5.1 Tanda fisik Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering
menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian), terlihat tanda tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing. 2.2.5.2 Tanda psikologis Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan menurun. 2.2.6
Gangguan Tidur Gangguan tidur sebenarnya bukanlah suatu penyakit melainkan gejala dari
berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual (Johanna & Jachens, 2004). Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologisnya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter & Perry, 2001). Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat umum. Di Negara-negara industri khususnya, banyak orang menderita dari beberapa bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi antara 25-50% dari populasi (Johanna & Jachens, 2004).
Menurut International Classification of Sleep Disorders dalam Japardi (2002), gangguan tidur terbagi atas: disomnia dan parasomnia. Disomnia terdiri atas gangguan tidur spesifik di antaranya adalah narkolepsi, gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik/ mioklonus nokturnal, sindroma kaki gelisah/ Restless Legs Syndromeatau Ekboms Syndrome, gangguan pernafasan saat tidur/ sleep apnea dan pasca trauma kepala; gangguan tidur irama sirkadian di antaranya adalah gangguan tidur irama sirkadian sementara/ acute work shift/ jet lag, gangguan tidur irama sirkadian menetap/ shift worker. Sedangkan parasomnia terdiri atas tiga, yaitu gangguan tidur berjalan (sleep walking/ somnabulisme), gangguan terror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase REM. Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada wanita hamil adalah perubahan fisik yang terjadi seperti rasa mual dan muntah dipagi hari, meningkatnya frekuensi buang air kecil, pembesaran uterus, nyeri punggung, dan pergerakan janin. Sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi ( Rafknowledge, 2004). Hasil penelitian Fied et.al (2007) menyatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu yang mengalami depresi akibat gangguan tidur selama kehamilan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam. Hal ini bisa menimbulkan depresi dan stress yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stress ringan menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stress yang tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin, 2005). Rasa tidak nyaman selama kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan menyebabkan gangguan pola tidur pada wanita hamil (Bobak, 2005). Menurut
Musbikin (2005), istirahat yang cukup merupakan kebutuhan ibu hamil tidak jarang ibu hamil terserang insomnia atau gangguan tidur yang disebabkan oleh masalah emosional selama hamil. Bentuk insomnia pun bervariasi, yaitu mulai dari tidur yang tidak tenang (gelisah), kurang tidur atau sama sekali tidak bisa tidur. Sulit tidur tejadi selama kehamilan karena sering terbangun sepanjang malam terutama trimester pertama dan ketiga (Tiran, 2007). Pada trimester III pada umumnya wanita mengalami sulit tidur adapun penyebabnya yaitu perubahan hormon, stress, pergerakan janin yang berlebihan, posisi tidur yang tidak nyaman, sering buang air kecil dan sakit pada pinggang karena terjadi peregangan tulang-tulang terutama di daerah pinggang yang sesuai dengan bertambah besarnya kehamilan (Huliana, 2007). Pada trimester ketiga, calon ibu akan semakin peka perasaannya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Calon ibu akan lebih sering mengelus-elus perutnya untuk menunjukkan perlindungannnya kepada janin, senang berbicara pada janin terutama ketika janin berubah posisi. Banyak calon ibu sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif akan terjadi pada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan kecacatan. Calon ibu menjadi sangat merasa bergantung pada pasangannya. Perasaan bahwa janin merupakan bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat. Peningkatan keluhan somatik dan ukuran tubuh pada trimester III dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap aktivitas seksual menurun (Rynerson, 1993 dalam Bobak, 2005).
Gangguan tidur pada wanita hamil bisa berupa penurunan presentase gelombang tidur yang lamban dan tidur REM yang mungkin meningkat pada stadium satu. Gangguan tidur pada wanita hamil terjadi pada trimester pertama, trimester kedua dan juga trimester ketiga. Gangguan tidur lebih banyak dikeluhkan pada trimester ketiga (Field et al, 2006). Pada trimester tiga jumlah gangguan tidur ini lebih tinggi, karena adanya ketidaknyamanan seperti nyeri pinggang banyak buang air kecil, dan spontan bangun dari tidur. Gerakan janin, nyeri ulu hati (heartburn), kram pada tungkai, kelelahan dan kesulitan memulai tidur atau sulit tidur sampai pagi (Grace et al, 2004). Penurunan durasi tidur pada ibu hamil dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja, dan cenderung emosional. Hal ini dapat membuat beban kehamilan menjadi semakin berat (Bambang BR, 2004). Gangguan tidur menimbulkan depresi dan stres yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stres ringan menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stres yang berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif. Akibat lanjut dari gangguan tidur ini adalah depresi dan bayi yang dilahirkan memiliki sedikit waktu tidur yang dalam (Field et al, 2007). Kesulitan tidur pada ibu hamil disebabkan oleh adanya rasa cemas dan panik yang berkaitan dengan perubahan tanggung jawab sebagai orang tua. Gangguan tidur selama kehamilan terjadi selama trimester 1 (13%-80%) dan trimester ketiga (66%97%).
2.3
Senam Hamil
2.3.1
Pengertian Senam hamil adalah adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu
hamil, secara fisik atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Senam hamil bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal. Senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang disertai kehamilan, yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, penyulit kehamilan (hamil dengan perdarahan, hamil dengan kelainan letak), dan kehamilan disertai anemia. Senam hamil dimulai pada umur kehamilan sekitar 24 sampai 28 minggu (Manuaba, 1998). Senam hamil merupakan bagian dari perawatan antenatal pada beberapa pusat pelayanan kesehatan tertentu, seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun pusat pelayanan kesehatan yang lainnya (Muhimah dan Safi’i, 2010). Pergerakan dan latihan senam kehamilan tidak saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang di kandungan. Pada saat bayi mulai dapat bernafas sendiri, maka oksigen akan mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu dari aliran darah ibunya ke dalam aliran darah bayi yang di kandung. Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen dalam darah di seluruh tubuh sang ibu dank arena itu aliran oksigen kepada bayi melalui plasenta juga akan menjadi lebih lancar (Sani, 2002).
Senam hamil ini juga mempunyai prinsip-prinsip gerakan khusus yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan (Kushartanti, 2004). 2.3.2
Tujuan dan Manfaat Senam Hamil
Menurut Indiarti (2008), tujuan dan manfaat senam hamil yaitu a.
Tujuan Dengan mengacu pada sasaran utama senam hamil yaitu kenyamanan saat kehamilan dengan mempermudah persalinan, maka program senam hamil ditujukan untuk : 1) Meningkatkan kebugaran tubuh secara keseluruhan 2) Menguatkan dan meregangkan otot-otot, terutama otot yang berperan untuk persalinan dan mempertahankan postur 3) Meningkatkan relaksasi tubuh terutama otot dasar panggul yang berperan besar dalam persalinan 4) Melatih tehnik pernafasan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi rasa nyeri misalnya kala I dan kala II
b.
Manfaat Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik pada persalinan cepat, aman dan spontan. Ibu hamil dianjurkan mengikuti senam hamil bila kandungan sudah mencapai usia 6 bulan keatas. Senam hamil juga disarankan bagi ibu yang pertama kali hamil, serta ibu yang pernah mengalami kesulitan dalam persalinan atau anak premature. Senam hamil dapat dilakukan bila tidak ada indikasi medis kehamilan, sehingga sebelum memutuskan mengikuti senam hamil, maka sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu tentang kondisi kehamilan dengan dokter atau bidan (Widianti, 2010)
2.3.3
Gerakan Senam Hamil
A.
Latihan I
1)
Duduk relaks dan badan ditopang tangan di belakang.
2)
Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.
B.
Latihan II
1)
Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan di belakang badan.
2)
Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.
3)
Tujuan latihan :
a)
Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal saat persalinan.
b)
Meningkatkan peredaran darah alat kelamin bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta (ari-ari) makin sempurna.
C). Latihan III 1)
Sikap duduk dengan disangga kedua tangan di belakang, tungkai bawah dirapatkan.
2)
Tidur telentang kedua kaki merapat.
3)
Tujuan latihan : a) Memperkuat otot dinding perut sehingga dapat berfungsi saat persalinan. b) Meningkatkan sirkulasi darah menuju alat kelamin bawah, sehingga darah menuju janin dapat ditingkatkan
D)
Latihan IV
1)
Sikap duduk bersila dengan tegak, tangan di atas bahu sedangkan siku di samping badan
2)
Tujuan latihan : a)
Melatih otot perut bagian atas.
b)
Meningkatkan kemampuan sekat rongga badan untuk membantu persalinan.
E)
Latihan V
1)
Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain.
2)
Badan tegak relaks dan paha lemas.
3)
Kedua tangan di persendian lutut.
4)
Tujuan latihan : a)
Melatih otot punggung agar berfungsi baik.
b)
Meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin bagian dalam.
c)
Melatih agar persendian tulang punggung jangan kaku.
F)
Latihan VI
1)
Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.
2)
Tangan di samping badan.
3)
Tungkai bawah ditekuk pada persendian dengan sudut tungkai bawah bagian bawah sekitar 80-90 derajat.
4)
Tujuan latihan : a)
Melatih persendian tulang punggung bagian atas.
b)
Melatih otot perut dan tulang belakang.
G)
Latihan VII
1)
Sikap tidur telentang di tempat tidur mendatar.
2)
Badan seluruhnya rileks.
3)
Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks.
4)
Tujuan latihan : a)
Melatih persendian tulang punggung dan pinggul.
b)
Meningkatkan peredaran darah menuju alat kelamin bagian dalam.
c)
Meningkatkan peredaran darah menuju janin melalui plasenta.
H)
Latihan Pernapasan
1)
Sikap tubuh tidur telentang di tempat tidur yang datar.
2)
Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah ditekuk pada lutut dan santai.
3)
Satu tangan dilekatkan di atas perut.
4)
Tujuan latihan pernapasan :
I)
a)
Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin.
b)
Menghilangkan rasa takut dan tertekan.
c)
Mengurangi nyeri saat kontraksi.
Latihan Relaksasi Latihan relaksasi ini dapat dilakukan bersamaan dengan latihan otot tulang
belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau sama sekali relaksasi total. J)
Latihan Relaksasi Kombinasi
1)
Sikap tubuh seperti merangkak
2)
Bersikap tenang dan relaks.
3)
Badan disangga pada persendian bahu dan tulang paha.
4)
Tujuan latihan kombinasi :
K)
a)
Melatih melemaskan persendian pinggul dan persendian tulang paha.
b)
Melatih otot tulang belakang, otot dinding perut, dan otot liang dubur.
Latihan Relaksasi dengan Posisi Duduk Telungkup
1)
Sikap tubuh duduk menghadap sandaran kursi.
2)
Kedua tangan di sandaran kursi.
3)
Kepala diletakkan di atas tangan.
4)
Tujuan relaksasi : a)
Meningkatkan ketenangan.
b)
Mengurangi pengaruh yang berasal dari luar.
c)
Mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri.
d)
Latihan ini dapat dilakukan pada kala pertama (masa pembukaan pada proses persalinan) sehingga mengurangi nyeri.
L)
Latihan Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke Pintu Atas Panggul
1)
Sikap badan berdiri tegak dan jongkok.
2)
Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau kursi dan jongkok.
3)
Tujuan latihan : a)
Dengan jongkok selama beberapa waktu diharapkan tulang punggung melengkung, sehingga rahim tertekan.
b)
Sekat rongga dada menekan rahim sehingga kepala janin dpat msuk pintu atas panggul.
M) 1)
Latihan Koordinasi Persalinan Tujuan latihan :
a)
Dengan badan melengkung menyebabkan dorongan maksimal sekat rongga badan terhadap rahim, saat mengejan kontraksi otot dasar panggul mencapai hasil maksimal sebagai pendorong janin dalam proses persalinan, dan persendian antara tulang kelangkang dan tulang tungging akan melebar, sehingga meluaskan jalan lahir.
b)
Napas dalam menahannya beberapa waktu dan selanjutnya untuk mengejan, ini dapat mengurangi rasa sakit saat kontraksi, dan hasil kekuatan mempercepat persalinan.
c)
Membiasakan diri saat persalinan berlangsung.
2.4
Pengukuran Kualitas Tidur
2.4.1
Pengertian
PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) ialah suatu metode penilaian yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. Dari penilaian kualitas tidur dengan menggunakan metode PSQI ini akan didapatkan output berupa Sleeping Index. Sleeping Index merupakan suatu skor atau nilai yang didapatkan dari pengukuran kualitas tidur seseorang yang pengukurannya dicari dengan cara mengisi kuesioner PSQI dengan pembobotan tertentu. Index atau nilai tersebut yang nantinya akan menggambarkan seberapa baikkah kualitas dari tidur seseorang.
2.4.2
Prosedur Pengukuran
Dalam PSQI ini terdapat tujuh skor yang digunakan sebagai parameter penilaiannya. Tujuh skor tersebut yaitu :
Kualitas tidur
Latensi tidur
Durasi tidur
Kebiasaan tidur
Gangguan tidur
Penggunaan obat tidur (yang berlebihan)
Disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir
PSQI terdiri dari 19 kuesioner untuk penilaian individu, 5 kuesioner lain ditujukan untuk partner tidur atau teman sekamar. 5 kuesioner tersebut tidak diikutkan dalam perhitungan dan hanya digunakan untuk informasi medis saja. 19 Kuesioner yang berkaitan untuk penilaian individu tersebut diberikan mampu menilai varietas yang sangat luas berkaitan dengan kualitas tidur seseorang termasuk estimasi dari durasi tidur, latensi tidur, frekuensi tidur serta tingkat keparahan permasalahan tidur seseorang. 19 Item ini akan digrupkan kedalam 7 komponen skor, Interprestasi akhir dari 7 komponen pertanyaan adalah dengan menjumlahkan skor dari masingmasing komponen. Menurut Insumar (2009), hasil kuesioner tersebut dapat diinterpretasikan adalah sebagai berikut:
0 = pemenuhan kebutuhan tidur sangat baik 1 – 7 = pemenuhan kebutuhan tidur agak baik 8 – 14 = pemenuhan kebutuhan tidur agak buruk 15 – 21 = pemenuhan kebutuhan tidur sangat buruk
2.5
Mekanisme Senam Hamil Menurukan Gangguan Tidur Ibu Hamil
Trimester III Penurunan durasi tidur ibu hamil pada trimester III (28-42 minggu) adalah karena ibu susah untuk tidur. Ini dirasakan sebagai akibat meningkatnnya kecemasan atau kekhawatiran dan ketidaknyamanan fisik. Kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil merupakan refleksi dari kesadaran akan kehamilannya yang mendekati akhir, sehingga rasa takut akan proses persalinan yang tidak normal, kecemasan tentang apakah bayinya akan lahir dengan selamat, dan khawatir apabila bayinnya lahir dalam keadaan tidak normal. Ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, ketidaknyamanan fisik seperti sakit punggung bawah, dan rasa pegal-pegal pada badan. Kecemasan dan ketidaknyamanan fisik merupakan stressor yang dapat merangsang system syaraf simpatis dan modula kelenjar adrenal. Pada keadaan ini akan terjadi peningkatan sekresi hormone adrenalin atau epinefrin, sehingga dapat meningkatkan ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi gelisah dan tidak mampu berkonsentrasi. Untuk mengatasi keluhan-keluhan ibu hamil yang dapat mengakibatkan penurunan durasi tidur, maka senam hamil sebagai salah
satu pelayanan prenatal, meruak suatu alternatif terapi yang dapat diberikan pada ibu hamil. Pemberian senam hamil terutama latihan relaksasi akan menimbulkan efek relaks yang melibatkan syaraf parasimpatis dalam system syaraf pusat. Dimana salah satu fungsi syaraf parasimpatis ini adalah menurunkan produksi hormon adrenalin atau epinefrin (hormon stress) dan meningkatkan skresi hormon noradrenalin atau norepinefrin (hormone relaks) sehingga terjadi penurunan kecemasan serta ketegangan pada ibu hamil yang mengakibatkan ibu hamil menjadi lebih relaks dan tenang (Wulandari, 2006). Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan 200 kali lebih kuat dari morphine. Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi. Selama ini endorphin sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya. Beberapa diantaranya adalah, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap, mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endhorpine sebenarnya merupakan gabungan dari endogenous dan morphine, zat yang merupakan unsur dari protein yang diproduksi oleh sel-sel tubuh serta sistem syaraf manusia. Endorphin dalam tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam, relaksasi, serta meditasi. Karena endorphine diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, maka endorphine dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang terbaik.
Endorphin
dalam
tubuh
bisa
dipicu
munculnya
melalui
berbagai
kegiatan, seperti pernapasan yang dalam, relaksasi, serta meditasi. Latihan dalam Senam Hamil terdiri dari pemanasan, latihan inti, latihan pernafasan dan pendingingan. Gerakan-gerakan dalam latihan bermanfaat untuk mengingkatkan oksigen yang diangkut ke otot dan jaringan tubuh memperlancar peredaran darah, serta mengurangi risiko terjadinya kejang atau luka. Sedangkan tujuan gerakan dalam latihan inti adalah pembentukan sikap tubuh, meregangkan dan mnguatkan otot terutama otot yang berperan dalam persalinan serta memperbaiki kerja jantung, pembuluh darah, dan paru dalam mngedarkan nutrisi dan oksigen keseluruh tubuh. Latihan pernafasan dan pendinginan dalam senam hamil merupakan suatu metode relaksasi. Dimana relaksasi dalam latihan pernafasan dilakukan dengan cara latihan nafas perut (menaikkan perut saat menarik nafas dan mngempiskan perut saat membuang nafas dari mulut secara perlahan), latihan nafas diafragma/iga (hirup nafas melalui hidung sampai iga terasa mengembang, kemudian hembuskan nafas melalui mulut), latihan nafas dada (hirup nafas melalui hidung sampai dada terasa mengembang, kemudian hembuskan nafas melalui mulut). Latihan pendinginan dilakukan melalui penegangan otot selama beberapa detik untuk kemudian dilepaskan. Bila ibu hamil melakukan latihan tersebut dengan benar, akan terasa efek relaksasi pada ibu hamil yang berguna untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang ia rasakan selama kehamilan berlangsung (Wulandari,2006).