BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) a. Pengertian Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan pola hidup bersih dan sehat, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006) Pola hidup bersih sehat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam
tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya (Departemen Kesehatan RI, 2000). b. Tujuan Perilaku Hidup Bersih Sehat Tujuan dari
pelaksanaan program
PHBS adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2006), sedangkan menurut Dep Kes RI (2007), tujuan dari
PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk
8
9
dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. c. Manfaat PHBS di Sekolah Sasaran PHBS meliputi 1) tatanan rumah tangga, 2) tatanan institusi pendidikan, 3) tatanan tempat kerja, 4) tatanan tempat-tempat umum, 5) tatanan institusi kesehatan. Strategi PHBS meliputi 1) melakukan advokasi, 2) melakukan bina suasana, 3) menggerakkan masyarakat (Depkes, 2003). Manfaat PHBS di sekolah adalah 1) terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, 2) meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik, 3) citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua (masyarakat), 4) meningkatkan citra pemerintah daerah dibidang pendidikan, 5) menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Albar, 2003). Dari kelima sasaran PHBS tersebut dalam penelitian ini ditekankan pada tatanan institusi pendidikan dimana institusi pendidikan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. PHBS di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, yang ternyata umumnya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat. PHBS di sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktekkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri
mampu
mencegah
penyakit,
meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes, 2003).
10
Syarat-syarat sekolah ber-PHBS yaitu 1) mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, 2) jajan dikantin sekolah yang sehat, 3) membuang sampah pada tempatnya, 4) mengikuti kegiatan olahraga di sekolah, 5) menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan, 6) tidak merokok di sekolah, 7) memberantas jentik nyamuk di sekolah secara rutin, 8) buang air kecil di jamban sekolah. d. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan dan Kesehatan Pribadi Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan diri dan kesehatan pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah dan di rumah. Melalui peningkatan kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik, “Kebersihan Pangkal Kesehatan”, slogan ini tidak dapat kita pungkiri kebenarannya. Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, antara lain dengan cara-cara berikut : 1) Memelihara Kebersihan Diri (Hygiene Perorangan) Hygiene perorangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama pada masa-masa perkembangan. Kesehatan pribadi yang buruk pada masa tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya manusia. Hygiene yang belum memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi berbagai penyakit seperti cacingan, ISPA dan demam berdarah. Menurut Azwar (1996), Hygiene perorangan adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian
rupa
sehingga
terjamin
pemeliharaan
kesehatan. Keadaan hygiene perorangan yang tidak baik seperti tangan dan kuku yang kotor, kebersihan diri dan penggunaan alas kaki hal ini dapat menimbulkan infeksi kuman penyakit.
11
Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tanpa adanya penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat didambakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai tingkat kesehatan pribadi. Untuk menjaga kesehatan pribadi tentu saja tidak lepas dari kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan setiap hari. Menurut Notoatmodjo (1997), kebersihan perorangan pada anak sekolah dasar meliputi : a) Kebersihan Kulit Kebersihan kulit biasanya merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu, perlunya memelihara
kesehatan
kulit
sebaik-baiknya.
Pemeliharaan
keseahatan kulit tidak terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan-kebiasaann yang sehat harus selalu diperhatikan, seperti mandi minimal 2x sehari, mandi memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, menjaga kebersihan lingkungan, makan yang bergizi terutama sayur-sayuran dan buahbuahan, menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri b) Kebersihan Tangan, Kaki, dan Kuku Tangan, kaki, dan kuku yang bersih selalu indah dipandang mata juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku yang kotor dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu : 1) pada kuku
12
sendiri : Cantengan yaitu radang bawah/pinggir kuku dan Jamur kuku, 2) pada tempat lain : Luka infeksi pada tempat garukan, dan 3) cacingan Untuk menghindari hal-hal tersebut di atas, perlu diperhatikan sebagai berikut : 1) membersihkan tangan sebelum makan, 2) memotong kuku secara teratur, 3) membersihkan lingkungan, dan 4) mencuci kaki sebelum tidur c) Rambut Rambut merupakan struktur kulit yang terdiri atas tangkai rambut yang tumbuh melalui dermis dan menembus permukaan kulit, serta kantung rambut yang terletak di dalam dermis. Rambut yang sehat terlihat mengkilap, tidak berminyak, tidak kering atau mudah patah. Pertumbuhan rambut tergantung pada keadaan umum tubuh karena mendapat suplai darah dari pembulubh darah di sekitar rambut. Beberapa hal yang dapat mengganggu pertumbuhan rambut antara lain panas dan kondisi mal nutrisi. Fungsi rambut sendiri adalah untuk keindahan dan penahan panas. Bila rambut kotor dan tidak dibersihkan, lama kelamaan akan menjadi sarang kutu kepala. Umumnya, rambut yang pendek lebih mudah perawatannya dbantandingkan rambut yang panjang. Cara-cara merawat rambut antara lain : cuci rambut 2 hari sekali atau sesuai kebutuhan dengan memakai sampo yang cocok. Pangkas rambut agar terlihat rapi. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan minyak. Jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa melukai kulit kepala. Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga ke pangkal dengan pelan dan hati-hati.
13
d) Gigi dan Mulut Mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sistem pernafasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Mulut merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karena harus selalu dibersihkan. Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan manis, menggigit benda keras, dan kebersihan mulut yang kurang. Perawatan gigi dan mulut pada anak ternyata cukup menentukan kesehatan gigi dan mulut pada tingkatan usia selanjutnya. Cara merawat gigi dan mulut antara lain : tidak makan makanan yang terlalu manis dan asam, tidak menggunakan gigi untuk mencongkel benda keras, menghindari kecelakaan seperti jatuh, menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga dapat menjangkau bagian dalam gigi. Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya. Memeriksa gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali. Proses pelaksanaan instruksi kebersihan gigi dan mulut membutuhkan serangkaian proses yang dapat dimulai dengan mengajarkan orangtua atau pengasuh. Pengajaran dalam proses tindakan menggosok gisik yang benar pada anak sangat tergantung pada bimbingan dari orang tua dan pendidik di sekolah. Program pengajaran di sekolah menjadi sangat dominan karena anak akan lebih mudah menerima jika menjadi bagian dari tugas sekolah. Berbagai sikap dan perilaku anak akan muncul pada saat dimulainya proses ini. Namun demikian anak akan mudah menyesuaikan apabila telah terjalin komunikasi yang interaktif antara anak dengan orang tua atau pengasuh. Prilaku merupakan suatu aktifitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang akan dijalaninya. Proses pembentukan prilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta kemampuan dari para orangtua di dalam mengajarkan anak. Oleh karena itu bila pola hidup yang dijalaninya merupakan pola hidup yang sehat maka perilaku yang akan
14
diterapkan di dalam memelihara kesehatan gigi dan mulutpun merupakan pola hidup yang sehat. e) Membiasakan Hidup Bersih dan Sehat Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tanpa disadari oleh yang memiliki kebiasaan itu. Hal ini disebabkan karena kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negatif (buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah di sembarang tempat, menggigit-gigit jari atau benda dan sebagainya. Contoh kebiasaan yang positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah atau berolah raga secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah.
2. Perilaku a. Pengertian Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri, untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisasi tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner dikutip dari Notoatmojo (2003) bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon) yang dibedakan adanya dua respon, yaitu : 1) Responden respon ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsanganrangsangan tertentu dan menimbulkan rangsangan tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan air liur. 2) Operant respon yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu dan diperkuat oleh respon yang telah dilakukan oleh organisme. Misalnya seoran anak belajar atau telah
15
melakukan perbuatan kemudian memperoleh reward atau hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik melakukan perbuatan tersebut. b. Prosedur Pembentukan Perilaku Notoatmojo, (2003) mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku manusia adalah operant respon, sehingga untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditing. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditing ini menurut Skiner adalah sebagai berikut : 1) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah atau reward bagi perilaku yang akan dibentuk. 2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen tersebut dengan disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud. 3) Menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi
reinforcer
atau
hadiah
untuk
masing-masing
komponen tersebut. 4) Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku itu sudah terbentuk, maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk. Misalnya mempunyai
kebiasaan
menggosok
gigi
dikehendaki dengan
agar anak
benar,
untuk
16
berperilaku seperti ini maka anak tersebut harus mendapatkan hadiah atas tindakan yang benar tersebut. c. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Green, dalam Notoatmojo (2005), mengemukakan bahwa untuk mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan orang dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam perilaku dan faktor dari luar perilaku. Perilaku terbentuk dari tiga faktor yaitu : 1) Faktor Predisposisi Terbentuknya suatu perilaku baru dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi untuk menggosok gigi, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan tentang menggosok gigi. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap menggosok gigi diharapkan akan membentuk perilaku (psikomotorik) subyek terhadap cara menggosok gigi. Di bawah ini akan diuraikan tentang pengetahuan, sikap dan praktek. a). Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap pengetahuan ini. Selain pengindraan ini, juga dengan penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan ini juga merupakan domain (kawasan) yang penting untuk terbentuknya perilaku menggosok gigi yaitu pengetahuan. b). Sikap Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
17
Sikap terhadap perilaku menggosok gigi merupakan reaksi (respon) yang masih tertutup dari seseorang terhadap materi menggosok gigi. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi atau arti tambahan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersiat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap tersebut merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap pengetahuan tentang pentingnya menggosok gigi, penghayatan terhadap pengetahuan ini meliputi komponen pokok untuk menggosok gigi yaitu kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep, kehidupan emosional (evaluasi) kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam pemantauannya, pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003) Berbagai tindakan, sikap yang berpengaruh terhadap pengetahuan tentang pentingnya menggosok gigi antara lain menerima (receiving), merespon, menghargai dan bertanggung jawab menerima sendiri. Artinya orang tua mau memperhatikan pengetahuan tentang pentingnya menggosok gigi. Mereson (responding) dapat diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Dihargai (valuing) artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, sedangkan bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. (Notoatmodjo, 2003) c). Tindakan atau Praktek Tingkatan-tingkatan praktek antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama, sedangkan respon terpimpin (guida respon) dapat melakukan gosok gigi yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seseorang telah melakukan gosok gigi dengan benar dan
18
tanpa paksaan (dengan penuh kesadaran) maka sudah mencapai praktik tingkat ketiga, sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) yang sudah berkembang dengan baru artinya sesuatu itu sudah dan telah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2) Faktor Pendukung atau Pemungkin Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan apabila mendapatkan dukungan sosial dan tersedianya fasilitas kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori WHO menyatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga. 3) Faktor Penguat Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru dan petugas kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak dirancang, lingkungan sebagai pusat yang akan mendorong proses belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk terjadinya suatu perilaku. Hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.
3. Karakteristik Individu a. Jenis Kelamin Fakih (dalam Nungky, 2007) menyebutkan bahwa jenis kelamin merupakan bagian identitas yang sangat berarti bagi individu, karena dengan jenis kelamin dapat diketahui apakah seseorang digolongkan
19
sebagai laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yag berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yaang sesuai bagi masing-masing jenis kelaminnya. Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan perasaan. Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah terpengaruh, mudah memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga terkadang kurang peka dan mampu memendam perasaannya. b. Umur Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo, 2007). Seperti yang dikatakan Hurlock (1999) bahwa semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih dipercaya. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menganalisis
terhadap
masalah
yang
dihadapi.
Pengalaman
dan
kematangan jiwa seseorang disebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja.
B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
20
pencuiman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan berhubungan dengan informasi
yang dimiliki
seseorang, semakain banyak yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang, pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahuai tentang suatu obyek tertentu, khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan (Sugiarti, 2010). Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik merupakan sumber pengetahauan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperolah pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2005). Penelitian Roger tahun 1974 yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru, terlebih dahulu terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Kesadaran (awareness), yakni saat orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Merasa tertarik (interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Pada tahap ini sikap subjek sudah mulai tumbuh. c. Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa sikap responden sudah lebih baik. d. Mencoba (trial), yakni subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
21
e. Mengadaptasi (Adaption), yakni saat subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut (Notoatmojo:2007) : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. a. Memahami (comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. b. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). c. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain. d. Sintesis (synthesis) Sintesis
menunjukan
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang lain. e.
Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian –
22
penilaian ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
3. Cara Pengukuran Arikunto (2006) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masingmasing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring sebagai berikut : a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76% – 100%. b) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56% – 75%. c) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40% – 55%. d) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan Tingkatan pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang dating dan luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. b. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolit berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa akan memperoleh informasi yang lebih banyak, disbanding dengan orang yang tidak terpapar informasi media massa.
23
c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah dicukupi dibanding keluarga dengan status okonomi rendah. Jadi dapat disimpulkan ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu sama lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan dapat lebih biasa mendapatkan informasi. Dengan demikian hubungan sosial akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. e. Pengalaman Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dari proses perkembangan, misalnya sering mengikuti kegiatan yang mendidik seperti pelatiaahan, seminar dan lain-lain (Notoatmojo, 2005).
C. Kerangka Teori Faktor Pendahulu (Predisposing) : a. Pengetahuan b. Sikap c. Tindakan atau Praktek d. Karakteristik (umur, jenis kelamin) Faktor Pendukung atau Pemungkin (enabling) : a. fasilitas kesehatan, b. pelayanan kesehatan c. pendapatan keluarga d. orang tua, guru dan petugas kesehatan e. lingkungan
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Faktor Penguat (Reinforcing) : a. Pengaruh teman b. Pengaruh media masa c. Pembinaan tenaga kesehatan d. Keyakinan/ Kepercayaan nilai-nilai tradisi
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007)
24
D. Kerangka Konsep Jenis Kelamin
Umur
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Pengetahuan tentang Hygiene Perorangan Gambar 2.2 Kerangka Konsep E. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur dan pengetahuan tentang hygiene perorangan. 2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak.
F. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. 2. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak. 3. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang hygiene perorangan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa MI Matholiul Ulum II Menco Wedung Demak.