BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan Visioner 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Visioner Menurut Kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga mendefinisikan Visi adalah Kemampuan untuk melihat pada inti persoalan dan Visioner adalah orang yang
memiliki
khayalan
atau
wawasan
kedepan
(2007:126). Seorang pemimpin mampu melihat persoalan inti yang ada dan mempunyai wawasan ke depan. Setelah menemui persoalan inti dalam organisasi, selanjutnya merumuskan visi dan misi organisasi. Visi dan misi adalah apa yang hendak dicapai dan bagaimana mencapainya. Sedangkan kepemimpinan visioner adalah pemimpin yang mempunyai khayalan/mimpi masa mendatang bagi organisasinya dalam bekerja mempengaruhi
bawahan
untuk
mencapai
tujuan
organisasi. Selanjutnya Becah (1993) dikutip oleh Segala (2009:141) mengatakan visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan untuk mewujudkan satu sasaran yang mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Scott (210:10) menjelaskan manajer yang terlibat di dalam pembuatan
visi,
harus
mampu
menangkap
fokus
utama organisasi dan membawanya ke masa depan dengan cara yang meyakinkan bagi orang lain. Sinamo (2012:217,218) menjelaskan:
11
Semua pemimpin yang efektif memiliki kemampuan menggagas dan menciptakan visi, dan kemudian menerjemahkan visi tersebut menjadi kenyataan, Visi adalah potret masa depan organisasi yang realistik, meyakinkan dan atraktif, Visi adalah Artikulasi arah yang disetujui, yaitu sebuah masa depan yang secara hakiki lebih baik, lebih hebat, dan lebih memikat daripada yang sekarang. Visi adalah rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal sebagai berikut : Apa yang harus kita capai (what must we attain), Apa yang harus kita punyai (wahat must we have), Apa yang harus kita lakukan (what must we do).
Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah mampu merumuskan Visi dan Misi sekolah. Visi adalah tujuan yang hendak dicapai dalam waktu tertentu. Visi dalam tulisan
kalimat
singkat,
jelas
dan
padat
tapi
menyeluruh. Visi dijabarkan ke dalam Misi. Misi adalah sejumlah program atau kegiatan/tugas yang akan dilakukan bersama sesuai fungsi kerja masing-masing untuk mencapai visi. 2.1.2 Karakteristik Kepemimpinan Kepala sekolah Visioner Menurut Steinhoft (1993) yang dikutip oleh Mulyasa (2011:102) menjelaskan beberapa karateristik kepribadian Kepemimpinan Visioner/wirausaha. (1) Memiliki Kepercayaan diri yang tinggi, kerja keras, mandiri, dan memahami bahwa resiko yang diambil adalah bagian dari keberhasilan; (2) Memiliki kreaktivitas diri yang tinggi dan kamampuan mencari jalan untuk merealisasikan berbagai kegiatannya melalui kewirausahaan; (3) Memiliki pikiran positif, dalam menghadapi suatu masalah atau kejadian, dan melihat aspek positifnya; (4) Memiliki orientasi pada hasil, sehingga hambatan tidak membuat mereka menyerah, tetapi justru tertantang untuk mengatasi, sehingga mencapai hasil yang diharapkan; (5) Memiliki keberanian untuk mengambil resiko, baik resiko terhadap kecelakaan, kegagalan maupun kerugian; (6) Memiliki jiwa pemimpin, yang selalu ingin mendayagunakan orang dan membimbingnya, serta selalu tampil kedepan untuk mencari pemecahan atas berbagai persoalan, tidak membebankan atau menyalahkan orang lain; (7) Memiliki pikiran orisinal, yang selalu punya gagasan baru baik untuk mendapatkan
12
peluang maupun mengatasi masalah secara kreaktif dan inovasi; (8) Memiliki orientasi ke depan, dengan tetap menggunakan pengalaman masa lalu sebagai referensi, untuk mencari peluang dalam memajukan pekerjaan; (10) Menyukai tantangan dan menemukan diri dengan merealisasikan ide-idenya. Ciri Kepemimpinan Visioner sangat diperlukan dalam
kepemimpinan berorganisasi. Kepribadian yang telah disempurnakan. Ia memiliki berbagai pendewasaan dan kemampuan serta tinggi semangat dalam bekerja mencapai Visi dan Misi. Selanjutnya Qibti (2013) menjelaskan karakteristik kepemimpinan visioner: (1) Berwawasan ke masa depan; (2) Bertindak sebagai motivator, kesanggupan memberikan arahan kongkrit yang sistematis; (3) Berani bertindak dalam meraih tujuan, Penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko; (4) Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi teladan yang selalu konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, selalu menghargai kerja keras dan prestasi bawahan; (5) Mampu merumuskan visi yang jelas, Inspirasional dan menggugah, mengelolah mimpi menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah; (6) Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi ke-pada orang lain, secara pribadi sangat komitmen ter-hadap visi; (7) Berpegang erat kepada nilai-nilai spritual yang diyakini, memiliki integritas kepribadian yang kuat; (8) Membangun hubungan secara efektif, memberi penghargaan dan respek (sangat peduli kepada orang lain/bawahan, memandang orang lain sebagai aset berharga yang harus diperhatikan); (9) Inovativ dan proaktiv dalam menemukan dunia baru (Membantu mengubah dari cara berfikir yang konfensional ke paradigma baru yang dinamis.
Diperkuat oleh Pei (1974:109) dikutip Segala (2009:141)
mengemukakan
visi
adalah
tindakan,
kekuatan, kecakapan atau kemampuan melihat dan memahami untuk berimajinasi dalam mempersiapkan masa datang. Visi yang baik adalah singkat, jelas/sederhana, tapi terfokus. Visi mengingatkan dan motivasi guru 13
serta
tenaga administrasi untuk mengimplementasi
masing-masing program kerja. Visi mempunyai pengaruh yang amat besar. Danim (2006:73,74) menjelaskan: (1) Visi yang mampu merangsang kreaktivitas dan bermakna secara fisik dan psikologis bagi kepala sekolah guru, staf tata usaha, dan anggota komite sekolah; (2) Visi yang dapat menumbuhkan kebersamaan dan pencarian kolektif bagi kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan anggota komite sekolah untuk tumbuh secara profesional; (3) Visi yang mampu mereduksi sikap egoistik-individual atau egoistik unit ke formal berpikir kolegialitas, komprehensif, dan bekerja dengan cara–cara yang dapat diterima oleh orang lain; (4) Visi yang mampu merangsang kesamaan sikap dan sifat dalam aneka perbedaan pada diri Kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan anggota komite sekolah, sekaligus menghargai perbedaan dan menjadikan perbedaan itu sebagai potensi untuk maju secara sinergis; (5) Visi yang mampu merangsang seluruh anggota, dari hanya bekerja secara proforma ke kinerja rill yang bermasalah, efektif, efisien, dan dengan akuntablitas tertentu.
Kepala
sekolah
merumuskan,
merivisi
dan
menetapkan visi sekolah secara bersama. Visi yang singkat jelas tapi bermakna luas. Visi yang bagus dan menyeluruh maknanya agar mudah diingat dan mampu menggugah, menginspirasi, memotivasi, merangsang dan menyatukan berbagai pihak kepentingan sekolah/Organisasi demi semangat bekerja. Sekolah yang visinya dangkal dan tidak jelas, ataupun belum punya Visi dan Misi sekolah tertanda kemunduran sekolah. Tidak akan ada kemajuan sekolah dan tidak disenangi oleh masyarakat, pemerintah dan sesama guru. 2.1.3 Kepemimpinan Dalam dunia pendidikan konsep tentang manajemen dan kepemimpinan berkaitan erat dan tidak
14
dapat dipisahkan dalam wadah organisasi sekolah. Arifin, Barnawi & Mohammad (2012:66) mengatakan Manajemen adalah bagaimana untuk mengarahkan, mengatur organisasi secara sistematis. Sedangkan Kepemimpinan adalah bagaimana bertingkah laku pemimpin mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Sementara
Fahmi
(2012:15-16)
mengutip
ada
beberapa pengertian kepemimpinan menurut ahli: (1) Stephen P. Robbins mengatakan, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan; (2) Richard L. Daft mengatakan, Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan; (3) G.R.Terry mengatakan, Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang untuk berusaha rela saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan; (4) Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mempu mempengaruhi perilkau orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; Pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.
Lebih
lanjut
lagi,
Pengertian
Kepemimpinan
menurut beberapa ahli dikutip oleh Sutikno (2012:111112) menjelaskan bahwa: (1) Dirawat Dkk, (1983).Kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mondorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertuntu; (2) Ary H. Gunawan, (1996). Kepemimpinan adalah gaya atau proses mempengaruhi orang lain atau sekelompok orang untuk mengarahkan usaha bersama, guna mencapai suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan; (3) Terry dalam sutarto, (1986). Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (4) Mardjin Syam, (1966). Kepemimpinan sebagai keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta mengingatkan orang, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan atau mudah memfasilitasi orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (5) Donnel, (1982). Mengartikan suatu seni dan proses mempengaruhi sekelom-
15
pok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguhsungguh untuk meraih tujuan kelompok; (6) Davis, (1977). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat; (7) Nanang Fattah, (2004). Kepemimpinan adalah suatu kegiatan atau tindakan seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi prilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kepemimpinan adalah bagaimana cara Pemimpin mempengaruhi perilaku orang/kelompok dengan berbagai kemampuan dan cara yang berbeda. Sebaiknya mempengaruhi bawahan dengan tidak menerapkan kekerasan
demi
Sementara
mencapai
Yuki
tujuan
(2001:3)
(Thoha,
1995:5).
mengartikan
bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi: Pengertian Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi.
Kepemimpinan adalah proses dan menekankan orang lain dengan sengaja melalui bimbingan dan memfasilitasi
aktivitas
organisasi.
Wahjosumidjo
(2011:17) mengartikan kepemimpinan melibatkan proses mempengaruhi, di mana pengaruh yang sengaja digunakan oleh pemimpin terhadap para bawahan. Sementara
menurut
Sutisna
(1993)
sebagaimana
dikutip oleh Mulyasa (2005:107) mengartikan kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Sependapat dengan pernyataan diatas,
Soepardi
(1988)
mengatakan
dikutip oleh Mulyasa (2005:107): 16
sebagaimana
Kemampuan untuk menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar memenuhi sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Pemimpin mampu menggerakan, mempengaruhi dan menasehati serta mengajak oranglain mengikuti dan melaksanakan sesuai perintah atasan. Sedangkan Umiarso dan Baharuddin (2012:47)mendefinisikan: Bergerak lebih awal, berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, memolopori, mengarahakan pikiran pendapat orang lain, membimbing, menuntun, dan menggerakan orang lain melalui pengaruhnya.
Pemimpin menjadi panutan dalam sikap, tindakan dan kata-kata untuk mempengaruhi bawahan. Terkait kepemimpinan selajutnya Hikmat (2009:247) mendefinisikan kepemimpinan adalah menguasai organisasi dan mengendalikan struktur organisasi, Wewenang memberikan perintah, tugas dan segala hal yang harus dilaksanakan
oleh
bawahannya,
dan
ia
yang
bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan organiasasi. Berdasarkan
penjelasan
diatas
maka
seorang
pemimpin memiliki kemampuan menguasai organisasi dan mengendalikan struktur organisasi dan memberi peritah bawahan, membujuk, mengajak, mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi orang lain untuk semangat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
demi
mencapai
tujuan
organisasi.
17
pemimpin/tujuan
2.1.4 Ciri-ciri Pemimpin Pendapat menurut George R. Terry dikutip Fahmi (2012:19-20) menjelaskan beberapa ciri yang dimiliki seorang pemimpin, yakni: (1) Energi: Mempunyai kekuatan mental dan fisik; (2) Stabilitas emosi: Seorang pemimpin tidak boleh berprasangka jelek terhadap bawahannya, ia tidak boleh cepat marah dan percaya pada diri sendiri harus cukup besar; (3) Human relationship: Mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusia; (4) Personal motivation: keinginan untuk menjadi pemimpin harus besar, dan dapat motivasi diri sendri; (5) Communication Skill: Mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi; (6) Theacing skill: Mempunyai kecakapan untuk mengajarkan, menjelaskan dan mengembangkan bawahannya; (7) Sosial skill : Mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya terjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya. Ia harus suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah serta lues dalam pergaulan; (8) Technical: Mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan dan mampu mempunyai konsep.
Masing-masing pemimpin mengetahui indikator kekurangan
dan
kelebihan
dalam
kepemimpinan.
Selanjutnya membenahi ciri kepemimpinan dengan berbagai pendekatan untuk menjadi pemimpin yang ideal. Menurut Siagian (2009:83) menjelaskan beberapa ciri kepemimpinan yang efektif dan yang tidak efektif, yaitu: (1) Pengetahuan yang luas. Ia menjadi sasaran berbagai pertanyaan dari para bawahan, rekan setingkat, bahkan mungkin dari atasan dan dia harus bisa menjawab secara dengan meyakinkan tidak hanya menyangkut tugas pekerjaan mereka, bahwa juga tidak hanya menyangkut organisasi, akan tetap menyangkut berbagai bidang kehidupan dan penghidupan; (2) Kemampuan bertumbuh. Perkembangan Intelektual dan emosional; (3) Berpikir Inkuisitif. Tidak ada satu cara terbaik yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan fungsi, melaksanakan tugas pekerjaan, dan melaksanakan kegiatan karena ada selalu cara yang lebih baik; (4) Berpikir Analitik. Tercermin pada kemampuan menyederhanakan rumusan permasalahan yang rumit sehingga pemecahannya dapat ditemukan dan sebaliknya; (5) Daya ingat yang kuat. Semua informasi yang
18
pernah dilihat atau diterima oleh seseorang terekam dalam ingatannya. (6) Kemampuan Integratif. Semua fungsi dan satuan kerja samapenting dan bekerja tanpa egosentrisme; (7) Kemampuan berkomunikasi. Berkomunikasi melalui tulisan, pembicaraan, membaca dan mendengar baik untuk kepentingan internal maupun eksternal. (8) Rasionalitas. Seorang pemimpin tidak boleh emosional. Rasiolah yang harus berbiacara. (9) Pragmatisme. Gantungkanlah cita-cita anda setinggi langit, akan tetapi kaki harus tetap berpijak di bumi. Tujuan yang tidak mungkin tercapai perlu dikaji ulang agar merupakan tujuan yang dapt tercapai berdasarkan kondisi nyata yang terdapat dalam organisasi. Lakukanlah apa yang mungkin dilakukan; (10) Kemampuan menentukan skala prioritas secara tajam. Sarana, prasarana, daya, dan dana dimiliki oleh organisasi selalu terbatas sedangkan visi dan misi tujuan dan sasaran tidak terbatas. Karena itu diperlukan kesepakatan untuk mendahulukan hal-hal yang memang perlu didahulukan; (11) Naluri tepat waktu. Mengetahui kapan bertindak dan kapan tidak betindak; (12) Naluri Kohensip Organisasional. Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang bersatu padu. Pepatah kuno yang mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, berlaku dalam kehidupan organisasi modern; (13) Naruli Relevansi. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi harus mempunyai relevansi dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya; (14) Peran sebagai panutan (Role Model). Teladan dalam loyalitas disiplin, norma-norma moral dan etika serta dalam hal kejujuran; (15) Menjadi pendengar yang baik. Terjadinya dialog. Menerima dan mengemukakan pendapat; (16) Sikap adaptif/fleksiblitas. Pemimpin yang harus menyesuaikan diri dengan kondisi organisasional yang dihadapi atau sebaliknya, organisasilah yang harus melakukan penyesuaian dengan gaya kepemimpinannya; (17) Sikap tegas. Diperlukan ketegasan, terutama dalam melakukan koreksi dan mengenakan saksi, dengan catatan. Bahwa ketegasan itu didasarkan pada kriteria yang rasional, objektif, dan diterapkan bukan atas dasar pilih kasih; (18) Keberanian. Dalam mengambil keputusan dengan mempelajari dampak-dampak yang akan terjadi; (19) Orientasi masa depan. (20) Sikap antisipatif. Tidak kaget melihat peristiwa yang terjadi dalam organisasinya. Bahkan juga perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Karena itu harus mampu membaca perubahan situasi. (21) Sikap Proaktif. Mendalami perubahan yang akan terjadi dan mampu melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam menghadapi perubahan tersebut. Visionaris Pemimpin yang efektif harus mampu merumuskan kondisi ideal yang diinginkan bagi organisasi masa depan.
19
Dari penjelasan diatas, maka dengan adanya teori ciri-ciri kepemimpinan yang efektif, pemimpin mengetahui sikap dan kemampuan kepemimpinan. Selanjutnya mulai benahi untuk bekerja mempengaruhi bawahan mencapai tujuan organisasi. 2.1.5 Gaya Kepemimpinan Gaya atau tingkah laku seorang pemimpin mudah terbaca. Dengan gaya seorang pemimpin mempengaruhi tingkah laku bawahan untuk bekerja mencapai tujuan. Umiarso (2012:56,57,58) menjelaskan beberapa gaya pemimpin, antara lain: (1) Gaya kepemimpinan Otokratis. Pemimpin yang bersikap sebagai penguasa dan yang pimpin yang sebagai dikuasai. Pemimpin yang mengambil gaya ini hanyalah memberi perintah, aturan dan larangan. Ia bekerja keras, sungguhsungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksiinstruksinya harus ditaati; (2) Gaya kepemimpinan Liberal. Gaya pemimpin ini tidak merumuskan masalah serta pemecahannya. Dia membiarkan saja mereka yang dipimpimnya menemukan sendiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba mencari cara pemecahannya; (3) Gaya kepemimpinan Demokratis. Gaya pemimpin ini berusaha membawa mereka yang dimpimpin menuju ke tujuan dan cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejajar. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama merumuskan dan cara pemecahannya.
Selanjutnya gaya kepemimpinan dalam organisasi menurut Rivai (2009:287) menjelaskan ada empat gaya kepemimpinan dalam diri seorang pemimpin, yakni: (1) Executif. Gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas maupun kepada hubungan kerja dalam kelompok; (2) Developer. Gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap hubungan kerja dalam kelompok dan perhatiannya minimun terhadap tugas pekerjaan; (3) Benevolent Authocrat. Gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja; (4) Birokrat. Gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun terhadap hubungan kerja kelompok.
20
Berdarsarkan urain tersebut, maka gaya kepemimpinan pemimpin berbeda antara satu sama yang lain. Gaya kepemimpinan yang baik menurut penulis adalah memperhatikan hubungan kerja dan kepuasan kerja dalam kelompok. Selanjutnya memperhatikan tugas dan fungsi kerja. Kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin sangat besar pengaruhnya terhadap bawahan untuk bekerja mencapai tujuan organisasi.
2.2 Fungsi dan Peran Visioner Kepala Sekolah
Kepemimpinan
Kepala sekolah memiliki tugas dan fungsi kerja. Ia mampu memanajemen sekolah dengan baik mewujudkan perubahan dan perkembangan sekolah yang labih baik dari sebelumnya. Hal itu memudahkan pencapain visi dan misi sekolah. Untuk itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989:18,19) menjelaskan tugas dan fungsi kepala Sekolah: (1) Menyusun Perencanaan; (2) Pengorganisasian; (3) Mengarahkan kegiatan; (4) Mengkoordinasikan kegiatan; (5) Melaksanakan kegiatan; (6) Melakukan Evaluasi terhadap kegiatan; (7) Menentukan kebijakan; (8) Mengadakan rapat; (9) Mengambil keputusan; (10) Mengatur proses belajar mengajar; (11) Mengatur administasi (Kantor, Siswa, pegawai, Perlengkapan, Keuangan); (12) Mengatur organisasi; (Siswa Intra sekolah (OSIS); (13) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan dunia usaha.
Kepala sekolah memahami dan merasa terpanggil dengan
fungsi
dan
tugasnya
dalam
pengelolaan
sekolah. Ia mulai merumus konsep dan mempunyai sejumlah
ide
untuk
bagaimana
mengerjakannya,
Menyatukan seluruh stakeholder yang ada. Dengan harapan bekerja demi sukses sesaat dan berkontinyiu (perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang). Kepala sekolah selaku pemimpin yang tertinggi di 21
sekolahdemi
keberhasilan
sekolahnya,iamemahami
standar fungsi kerjanya dalam kepemimpinan. Selain itu keberhasilan boleh diraih juga karena tentunya ditunjangi latarbelakang pendidikan dan pengalaman kerja
kepala
Sekolah.
Kemampuan
kepemimpinan
kepala sekolah menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja dengan memotivasi guru bekerja dan mencegah timbulnya perpecahan organisasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang ingin berhasil kepemimpinannya setidaknya menjalankan sekurang-kurangnya
tujuh
fungsi
kerja.
Menurut
Mulyasa (2005:98), tujuh fungsi kepala sekolah yakni (1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik); (2) Kepala sebagai manajer; (3) Kepala sekolah sebagai administrator; (4) Kepala Sekolah sebagai supervisor; (5) Kepala sekolah sebagai leader(Pemimpin); (6) Kepala sekolah sebagai inovator, dan (7) Kepala sekolah sebagai
motivator.
Penulis
mengulas
lebih
rinci
beberapa fungsi kerja kepala sekolah, sebagai berikut. 2.2.1 Peran Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik) Peran kepala sekolah sebagai educator bermakna sebagai
seorang
yang
menguasai
paedagogik
dan
paedagogi. Paedagogik artinya ilmu mendidik, sedangkan paedagogi artinya pendidik. Jadi disimpulkan bahwa
seorang
pengetahuan
Kepala
mendidik
sekolah dan
memiliki
menjadi
ilmu/
pendidikyang
ulung. Menurut penulis paedagogik terdapat tiga unsur yakni
pendidik,
ilmu,
dan
muncullah kata Pendidikan.
22
anak
didik.
Akhirnya
Departemen
Pendidikan
nasional
(2007:263)
mendefinisikan pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, Proses, cara, perbuatan mendidik. Mendidik siwa ataupun guru adalah tugas yang mulia tidak sekedar mengajar. Kepala Sekolah sebagai pendidik lebih awal memenuhi kompetesi kepribadian. Makna kepribadian sangat mendalam dan bernuansa spirit. Kepribadian yang terdidik, terbentuk, berwatak, berkarakterdan berilmu untuk mendidik dan membina
atau
mengajarorganisasi
siswa
maupun
organisasi guru. Pertama. Kepala sekolah mampu mendidik dan membina organisasi siswa. Mendidik siswa tidak hanya lewat kongnitif sematamalainkan disertai sikap kehidupan yang menjadi teladan bagi setiap sumber Daya Manusia
yang
ada
di
sekolah.
Kepala
sekolah
memahami perasaan dan karakter siswa dalam usaha membina siswa dengan kegiatan-kegiatan pembinaan non akademik maupun akademik. Sukardi (2003:49) menjelaskan: (1) Memberi pemahaman dan pemantapan tentang kehidupan keberagamaan dan hidup sehat. Memberi pemahaman dan penerimaan tentang diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya serta permasalahannya); (2) Memberi pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa yang terjadi di masyarakat, serta pengendalian/pemecahan; (3) Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif (untuk belajar dan kegiatan sehari-hari, serta waktu senggang); (4) Memberi pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan, dan berbagai konsekuensinya; (5) Memberi pemahaman tentang pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya
23
kegagalan belajar dan cara–cara penanggulangannya (termasuk UAN, UAS dan ulangan-ulangan); (6) Memberi pemahaman tentang hubungan sosial yang efektif dan produktifitas; (7) Memberi pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier, serta perencanaan masa depan. Dan memberi pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jurusan/program studi dan pendidikan lanjutan.
Kepala sekolah sebagai pendidik tidak hanya menguasai administrasi program pekerjaan, dan manajemen organisasi semata tapi mampu juga membina, mengajar, dan mendidik siswa adalah satu paket program
pengajaran
yang
tersistem.
Siswa
boleh
memaknai hidup dengan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam waktu teratur. Pembinaan tentang karakter siswa, masalah sosial, prestasi belajar, pemilihan jurusan, pengembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan demi masa depan karier siswa. Kedua. Kepala sekolah juga mampu membimbing, mengembangkan organisasi Guru dan tenaga kependidikan. Kemajuan sebuah sekolah tidak hanya ditentukan semata Kepala sekolah tapi terletak juga sejauh mana Guru dan TU memahami Tupoksi kerja dalam pengabdian. Untuk itu guru musti diperhatikan dalam membenahi standar kompotensi guru. Saud (2012:49) menjelaskan Pedagogik,
kompotensi Kompotensi
guru,
yakni
Kepribadian,
Kompotensi Kompotensi
Profesional, Kompotensi sosial. Keempat kompotensi guru sangat berkait erat dan saling mempengaruhi dalam pekerjaan. Kepala Sekolah hendak mengetahui kekurangan dan kelebihanmasing-masing guru dan tenaga kependidikan, serta seluruh koordinator Lab
24
dan tenaga teknis yang lain pada saat supervisi sekolah. Kompotensi guru dan tupoksi kerja dari masingmasing koordinator untuk pembenahian selanjutnya diadakan training ataupun pelatihan pengembangan kompotensi guru dan pengelolaan tenaga teknis dengan membangun kerja sama antara sekolah setempat dan Dinas Pendidikan terkait. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator.
Mengikutsertakan
guru-guru
dalam
penataran, menggerakan tim evaluasi hasil belajar, dan menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan (Hanik, 2011:84). 2.2.2 Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer Organisasi sekolah yang sukses tentunya karena penerapan manajemen sekolah secara sistematis serta efisien dan efektif. Manajemen terkait dengan aktivitasaktivitas
yang
dirancang
dalam
organisasi.
Wahjosumidjo (2003:94) menjelaskan aktivitas-aktivitas dan fungsi manajemen kepala sekolah dalam organisasi sekolah: (1) Perencanaan (Plaining) artinya: Kepala sekolah harus benar-benar memikirkan dan merumuskan dalam suatu program tujuan dan tindakan yang harus dilakukan; (2) Pengorganisasian (Organizing dan Staffing) artinya: Kepala sekolah harus mampu menghimpung dan mengkoordinasikan sumber daya manusia dan sumber-sumber material sekolah, sebab keberhasilan sekolah sangat bergantung pada kecakapan dalam me-ngatur dan mendayagunakan berbagai sumber dalam mencapai tujuan; (3) Pengarahan (Leading) artinya:Kepala sekolah mampu mengarahkan dan mempengaruhi seluruh sumber daya manusia untuk melakukan
25
tugas-tugasnya yang esensial; (4) Pengendalian (Controlling) artinya: Kepala sekolah memperoleh jaminan, bahwa sekolah berjalan mencapai tujuan. Apabila terdapat kesalahan di antara bagian–bagian yang ada dari sekolah tersebut, kepala sekolah harus memberikan petunjuk dan meluruskan.
Kepala sekolah mampu menggerakkan sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan. Mampu
merencanakan
program
kerja.
Pembagian
Tupoksi kerja. Mengarahkan cara bekerja yang profesional dan pengawasan terhadap pekerjaan bawahan dengan harapan semua stakeholder
yang ada di
sekolah sedang beraktivitas sesuai tugas dan tanggung jawab demi mewujudkan tujuan bersama. Ia mampu mengayomi,
mengarahkan
dan
memberi
perintah
kepada guru, tenaga pendidik dan siswa sekaligus menangani segala persoalan yang ada untuk mencapai visi sekolah. Kepala sekolah melaksanakan tugas secara efisien dan efektif, maka ia memahami dan mewujudkannya keterampilan-keterampilan manajer ke dalam tindakan. Wahjosumidjo (2011:101 dan 102) menjelaskan tiga ketrampilan manajer, sebagai berikut. (1) Technical Skills. Menguasai Pengetahuan tentang metode, proses, Prosedur dan teknik untuk melaksanakan kegiatan khusus. Kemampuan untuk memanfaatkan serta mendayagunakan sarana, peralatan yang diperlukan dalam mendukung kegiatan yang bersifat khusus tersebut; (2) Human Skills. Kemampuan untuk memahami prilaku manusia dan proses kerja sama. Kemampuan memahami isi hati, sikap dan motiv orang lain, mengapa mereka berkata dan berprilaku. Kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif. Kemampuan menciptakan kerja sama yang efekitif, kooperatif, praktis dan diplomatis. Mampu berprilaku yang dapat diterima; (3)Conceptual Skills. Kemampuan analisis. Kemampuan berpikir rasional. Ahli atau cakap dalam berbagai macam konsep. Mampu menganalisis berbagai kejadian, serta mampu memahami berbagai kecenderungan. Mampu mengantisipasikan perintah. Mampu
26
mengenali macam-macam kesempatan dan Problem–problem sosial.
Suatu lembaga sekolah mencapai keberhasilan dan tidaknya tergantung Kepemimpinan Kepala sekolah dengan segala keterampilan, Pengetahuan
dan Seni
yang digunakan. Selanjutnya Menurut Pidarta (1988) dikutip oleh Mulyasa (2005:127) mengatakan tiga keterampilan: (1) Keterampilan Konseptual. Adalah ketrampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi dalam kegiatan sehari-hari. (senantiasa belajar dari pekerjaan sehari–hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai sekolah lain, Melakukan observasi kegiatan manajemen secara terencana, Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatankegiatan yang sedang dilaksanakan, Memanfaatkan hasilhasil penelitian orang lain, Berpikir untuk masa yang akan datang, Merumus ide-ide yang dapat uji coba); (2) Keterampilan Manusiawi. Adalah keterampilan untuk bekerja sama, momotivasi dan memimpin; (3) Keterampilan menggunakan pengetahuan: metode, teknik serta perlengkapan menyelesaikan tugas–tugas tertentu.
Kepala sekolah mampu menguasai metode, proses prosedur dan teknik untuk manajerial sumber daya di sekolah.
Meliputi
manajemen
kurikulum
sekolah,
manajemen kesiswaan, manajemen personalia sekolah, manajemen sarana dan prasana pendidikan, Manajemen keuangan sekolah, manajemen ketatausahaan, manajemen hubungan sekolah dengan masyara-kat (Humas).
Kepala
lingkungan
sekolah
kehidupan
hidup
sosial
dan
yang
berkarya
berbeda.
di
Oleh
karena itu, Kepala sekolah menjalin relasi yang baik dan saling menghormati antara satu dengan yang lain (Danim 2009:113).
Ia
menghormati bawahan dan
memahami perbedaan-perbedaan sosial warga sekolah, antara lain siswa, pendidik, tenaga pendidik dan staf TU. 27
Indikator perbedaan sosial individu terlihat pada budaya, sikap, tingkah laku dan kemampuan. Selain itu setiap stakeholder yang ada di sekolah tidak terlepas dari persoalan kepribadian maupun persoalan antara sesama dalam organisasi sekolah. Persoalan pribadi terkait kesehatan, makan dan minum, Perumahan dan kesejahteraan. Sedangkan persoalan dalam organisasi
terkait
perbedaan
pendapat,
saling
menjelehkan, menyalahkan, membenci dan meremehkan dan tidak saling menghargai. Sementara keadaan semacam itu warga sekolah membutuhkan rasa cinta kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling kebersamaan dalam tugas pekerjaan. Problem sosial ini segrah dicermati dan diatasi oleh
pemimpin demi terwujudnya kasih sayang dan
suasana kekeluargaan di sekolah. Persoalan sosial tidak diatasi setemponya maka pasti meng-hambat pengabdian warga sekolah. Sebaliknya meme-nuhi kebutuhan
sosial
mengajar/bekerja
warga serta
sekolah
siswa
maka
belajar
mereka
dengan
se-
maksimal. Kepala sekolah berusaha mengenal individu lepas individu. Mencari tahu akar persoalan yang dihadapinya. Membangun empati dan berempati serta menemukan solusi yang akurat. Dengan demikian tetap terjaga keutuhan organisasi sekolah mencapai visi dan misi Sekolah. Selanjutnya kepala sekolah mampu berkomunikasi secara efisien dan efektif pada seluruh warga sekolah. Dimana ada komunikasi disitu ada celah perubahan. Bukti
ada
relasi/komunikasi
yang
baik
tentunya
membangun kerja sama dengan pemangku kepentingan 28
sekolah, yakni guru, staf, siswa, orang tua dan Komite sekolah. Juga membangun komunikasi dengan Dinas Pendidikan dan instasi Pemerintah setempat, Swasta dan masyarakat. Alternatif Jenis komunikasi yang dipake, Kumunikasi bermedia dan komunikasi tatap muka. Komunikasi bermedia menggunakan surat kabar dan majalah, radio siaran, televisi dan film, surat, telepon,
telegram,
spanduk,
Papan
pengumuman,
brosur dan lain-lain. Komunikasi tatap muka adalah berbicara
langsung
tanpa
menggunakan
media.
Komunikasi yang paling efektif adalah meluangkan waktu berkomunikasi tatap muka untuk menyampaikan keluhan dan menerima konsep-konsep. Effendy (1989:9) menjelaskan: Komunikasi yang berlangusng secara saling berhadapan muka antara komunikator dengan komunikan, Saling melihat, maka komunikator akan mengetahui tanggapan komunikan terhadap dirinya dan terhadapa pesan yang di sampaikan.
Membangun
komunikasi
tatap
muka
dengan
mengadakan rapat dinas sekolah/di rumah ataupun di kantor kerja. Terjadi diskusi kelompok ataupun diskusi interpersonal dengan tujuan bagaimana terjadi pengembagan kemajuan sekolah selanjutnya. Langkah-langkah dalam diskusi ataupun rapat adalah dengan adanya persoalan maka menentukan topik diskusi, mencetus ide-ide baru, saling menerima, menghargai, menanggapi dan merumuskan. Selanjutnya menjadi kontribusi bagi sekolah dalam membangun strategi/upaya yang dilakukan dalam penerapan pembangunan sekolah. Kepala sekolah hubungan sosial dan komunikasinya kurang
akan bingung bagaimana dan kapan 29
memulai, melaksanakan tugas dan kapan mengakhirinya. Dan sulit mengatasi persoalan. Jika demikian tidak akan tercapai perubahan sekolah ke arah yang lebih baik apa lagi mencapai visi sekolah. 2.2.3 Peran Kepala Sekolah Sebagai Administrator Kepala sekolah juga ahli dalam bidang pengaturan segala administrasi sekolah. Menurut Tim Pengembang Mkdk
(1989:3-4)
menjelaskan
pengertian
tentang
administrasi, sebgai berikut: Administrasi mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas. Dalam arti yang sempit administrasi diartikan sebagai kegiatan pencatatan data, surat-surat, informasi secara tertulis serta penyimpanan dokumen tersebut, agar kelak dapat dipergunakan kembali bilamana diperlukan. Dalam arti yang luas, administrasi mempunyai tata usaha dan pekerjaan Operasional lainnya dalam mencakup semua kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan secara teratur untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan.
Ia mampu mengurusi surat menyurat, menyimpan data dan dokumen-dokumen penting dalam menunjang manajemen sekolah yang dipimpimnya. Departemen Pendidikan Kebudayaan (1989:27) menjelaskan: Kepala sekolah sebagai Administrator harus mengorganisasikan semua sumber daya secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan untuk mencapai tujuan dan visiSekolah. Dalam melakukan tugasnya sehari–hari Kepala sekolah dibantu oleh Guru, Pegawai Tata Usaha dan Pegawai lainnya yang ada di bawa Pembinaannya.
Kepala sekolah sebagai Administrator mampu mengorganisasikan semua sumber daya yang ada di Sekolah. Hanik (2011:85) mengatakan Kepala sekolah harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai
aktivitas
pengelolaan
administrasi
yang
bersifat pencatatan, Penyusunan dan pendokumenan seluruh
program
sekolah.
Menyusun
data
dan
menyimpan dokumen administrasi sekolah secara rapih 30
dan tersistem meningkatkan kinerja dan memudahkan semangat kerja.Program kerja Kepala sekolah, Enta pekerjaan harian mingguan, Bulanan dan tahunan boleh terlaksana dengan baik karena tentunya lengkap administrasinya
dan
mengikuti
jadwal
kerja
dan
dibantu kerja oleh Pendidik, tenaga kependidikan, masing-masing Wakasek dan kordinator. Departemen Kebudayaan (1987:27-30) menjelaskanbeberapa kegiatan program kerja, sebagai berikut: (1) Kegiatan Rutin harian. (a) Memeriksa daftar hadir guru, tenaga teknis kependidikan dan tenaga Tata Usaha; (b) Mengatur dan memeriksa kegiatan 5K di sekolah (Keamanan, Kebersihan,Ketertibaan, keindahan dan kekeluargaan; (c) Memeriksa program satuan Pelajaran Guru dan persiapan lainnya yang menunjang proses belajar mengajar; (d) Menyelesaikan surat–surat, menerima tamu dan menyelenggarakan pekerjaan Kantor lainnya; (d) Mengatasi hambatan–hambatan terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar; (e) Mengatasi kasus yang terjadi pada hari itu; (f) Memeriksa segala sesuatu menjelang sekolah itu usai. (2) Kegiatan mingguan. Kegiatan mingguan sebagai berikut: (a) Upacara bendera pada hari Senin dan hari–hari istimewa lainnya; (b) Senam Kesegaran pada hari jumat; (c) Memeriksa agenda dan menyelesaikan surat–surat; (d) Mengadakan rapat mingguan (hari sabtu) guna membahas jalannya pelajaran dan kasus yang belum terselesaikan untuk menjadi bahan rencana kegiatan mingguan berikutnya. Memeriksa keuangan Sekolah antara lain biaya rutin dan SPP/DPP; (e) Mengatur penyediaan keperluan perlengkapan Kantor/ Sekolah; (f) Ibadah pada hari jumaat. (3) Kegiatan bulanan. (a) Pada awal bulan dilakukan kegiatan, yakni (Melaksanakan penyelesaian kegiatan setoran SPP, Gaji Pegawai/Guru, Laporan bulanan, Rencana keperluan perlengkapan Kantor/Sekolah dan rencana belanja bulanan; (b) Melaksanakan Pemeriksaan Umum, yakni Buku kelas, Daftar hadir guru dan Pegawai Tata Usaha, Kumpulan bahan evaluasi berikut analisanya, Kumpulan Program Satuan Pelajaran, Diagram Pencapaian Kurikulum, Diagram daya serap murid/siswa, Program perbaikan dan Penggandaan, Buku catatan Pelaksana BK, Memberi petunjuk catatan kepada guru-guru tentang siswa yang perlu diperhatikan, kasus yang perlu diketahui, dalam rangka pembinaan kegiatan siswa); (c) Pada akhir bulan dilakukan kegiatan
31
antara lain :Penutupan buku, Pertanggung jawaban Keuangan, Evaluasi terhadap persediaan dan penggunakan alat dan bahan praktek. (4) Kegiatan Semesteran. (a) Menyelenggarakan perbaikan alat–alat Sekolah (Alat Kantor, alat peraktek, Gedung, Pagar Sekolah dan lainnya sejauh yang diperlukan); (b) Menyelenggarakan pengisian daftar induk siswa/buku induk Siswa; (c) Menyelenggarakan persiapan evalusi/semesteran; (d) Menyelenggarakan evaluasi BP, Osis, UKS dan ekstrakulikuler lainnya; (e) Menyelenggarakan semesteran termasuk kegiatan:Kumpulan nilai (Legger), Ketetapan nilai Raport, Catatan tentang siswa yang perlu mendapat peratian khusus, Pengisian nilai semesteran, Pembagian Raport Pemberian Pemanggilan Orang tua Siswa sejauh diperlukan untuk berkonsultasi. (5) Kegiatan akhir tahun ajaran. (a) Menyelenggarakan penutupan buku inventaris dan keuangan; (b) Menyelenggarakan EBTA;(c) Menyelenggarakan persiapan kenaikan kelas/tingkat yang meliputi:Persiapan daftar nilai (Legger), Penyiapan bahan– bahan untuk rapat guru, Pengisian Rapor dan UAS dan UAN, Upacara akhir tahun ajaran, kenaikan kelas, Pembagian Raport, Penyerahan STTB, dan pelepasan Lulusan; (d) Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan Kegiatan belajar mengajar tahun ajaran yang bersangkutan; (e) Menyelenggarakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang akan datang; (f) Menyelenggarakan penyusunan rencana perbaikan dan pemeliharaan sekolah dan alat bantu pendidikan; (g) Menyelenggarakan Pembuatan Laporan akhir tahun ajaran; (h) Melaksanakan kegiatan penerimaan siswa baru yangmeliputi: Penyiapan formulir dan pengu-muman penerimaan Siswa baru, Pembentukan panitia penerimaan dan Pendaftaran, Penyusunan syarat-syarat penerimaan dan pendaftaran. (6) Kegiatan awal tahun ajaran. (a)Kebutuhan Guru; (b) Pembagian tugas mengajar; (c) Program satuan Pelajaran dan jadwal Pelajaran; (d) Kebutuhan buku pelajaran, buku pegangan guru; (e) Kelengkapan alat pelajaran dan bahan pelajaran; (f) Rapatguru.
Sekolah mempunyai program kerja dan warga sekolah mulai bekerja sesuai waktu dan jadwal kerja yang telah ditetapkan berdasarkan kalender pendidikan. Tugas Kepala sekolah melaksanakan pengawasan, pengontrolan terhadap tugas dan fungsi kerja Wakasek, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, tenaga teknis, koordinator lab. dan siswa. Untuk itu kepala Sekolah 32
memahami apa itu administrasi. Sehingga ia mampu memanajemen Sumber Daya yang ada. Dia memiliki sejumlah administrasi atau panduan kerja secara tertulis
selain
melalui
lisan
bagi
masing–masing
stakeholder dalam melaksanakan kinerjanya. Kepala sekolah mempunyai buku penuntun dan dokumendokumen sebagai panduan dalam kepemimpinannya sebagai Visioner. Mulyasa (2005:107) menjelakan Kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengelola administrasi
atau
dokumen
kurikulum,
mengelola
administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, Mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. 2.2.4 Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Kepala
menyelenggarakan
Supervisi
sekolah. Supervisi sekolah identik dengan
pengawa-
san,
sekolah
monitoring,
pengontrolan,
pengkoordinasian
terhadap seluruh tugas dan tanggung jawab bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Hal-hal yang di supervisi adalah proses kelas belajar dan mengajar, kegiatan bimbingan konseling, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan kerja sama Humas atau dengan dinas yang lain, Kegiatan ketatausahaan, kegiatan sarana dan prasarana, kegiatan OSIS, kegiatan 7K, kegiatan perpustakaan, kegiatan laboratorium, perkembangan kantin sekolah, koperasi sekolah, kehadiran guru, pegawai dan siswa. supervisi sekolah dilakukan sekali setahun. Langkah-langkah dalam supervisi sekolah adalah sebagai berikut (1) Sebelum supervisi, dipastikan model supervisi yang dipilih. Apakah sejak awal menyampai33
kan kepada seluruh stakeholder di sekolah tentang rencana supervise, ataupun kadang menjalani supervisi tanpa sepengetahuan seluruh warga sekolah. (2) Kepala sekolah mempunyai panduan supervisi dan penilaian terhadap seluruh administrasi, tugas pokok dan Pekerjaan tambahan yang lain oleh guru maupun staf TU. Tujuan
supervisi
Sekolah,
agar
Kepala
sekolah
mengetahui kemajuan dan kendala yang dihadapi bawahan dalam tugas sehari-hari di sekolah. Asmani (2012:30) menjelaskan tujuan supervisi Kepala sekolah, sebagai berikut: (1) Membangkitkan dan mendorong semangat guru dan pegawai administrasi sekolah lainnya untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya;(2) Agar guru dan Pegawai administrasi lainnya berusaha melengkapi kekurangankekurangan mereka dalam penyelenggaraan pendidikan, termasuk macam-macam media instrusional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar dan mengajar yang baik; (3) Bersama-sama berusaha mengembangkan, mencari, dan menggunakan metode-metode baru demi kemajuan prosesbelajar dan mengajar yang baik; (4) Membina kerja sama yang harmonis antara guru, murid, dan Pegawai sekolah. Misalnya dengan mengadakan seminar, Workshop, Inservice, maupun training.
Tenaga pendidik dan kependidikan mempunyai keterbatasan, kebingunan dan ketidakmampuan dalam persiapan adminstrasi maupun pelaksanaan. Untuk itu Kepala sekolah giat melaksanakan
sepervisi sekolah
dan Evalusi program kerja bawahan untuk motivasi dan melengkapi administrasi bawahan. Selanjutnya membenahi dengan memberikan pembinaan, nasehat serta
panduan
kerja
secara
tertulis,
maupun
melibatkan mereka dalam kegiatan training, seminar untuk peningkatan kompotensi guru serta tenaga
34
administrasi di sekolah kerja sama dengan Dinas Pendidikan. 2.2.5 Peran Kepala Sekolah sebagai Leadership (pemimpin) Peran Kepala sekolah sebagai leader tidak terlepas dari harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan
pengwasawan
Sekolah
harus
(Umi
Hanik
mampu
2011:86).
memberikan
Kepala
petunjuk,
pengawasan, meningkatkan kemauan kerja tenaga kependidikan mampu
dan
pendidik,
mengkomunikasikasi
Pendelegasian
serta
untuk
tetap
terus
mengabdi. Kepala Sekolah sebagai pemimpin musti memiliki berbagai kemampuan. Mulyasa (2005:115) menjelaskan
beberapa
kemampuan
yang
dimiliki
Kepala Sekolah, sebagai berikut (1) Kepribadian; (2) Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan; (3) Visi dan
Misi
Sekolah;
(4)
Kemampuan
mengambil
keputusan; (5) Kemampuan berkomunikasi. Penulis mengulas satu demi satu sebagai berikut. Pertama, Kepribadian. Kepala sekolah sebagai leader terlebih dahulu memenuhi Kompotensi kepribadian kepala sekolah, karena itu menentukan perkembangan kemajuan sekolah ke arah yang labih baik. Kepribadian kepala sekolah terkait sifat/tingkahlaku/Karakter. Seluruh stakaholder sekolah tetap meniru karakter seorang pemimpin walaupun tidak diperintah, Entah karakter sesuai ataupun tidak sesuai. Menjadi pribadi kepala sekolah yang berkarakter tentutunya berpatokan kepada ajaran agamanya, norma-norma sosial, dan 35
pencerminan pada Pancasila yang dikatakan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Kehidupan kepribadian Kepala sekolah sesuai dengan tuntutan lima sila dari pancasila, atau ajaran agamanya maka pasti ia selalu berusaha kehidupannya bermakna bagi Pendidik, tenaga pendidik dan siswa di sekolah, tapi pada umumnya masyarakat sekitarnya. Dan ia selalu berusaha menjadi teladan dalam pengabdian. Nilai-nilai pengabdian, antara lain disiplin, setia, tekun, ulet, kerja keras, rela berkorban, rasa memiliki, kebenaran, keadilan kejujuran dan persaudaraan serta hidup kerukunan dalam pencapaian visi dan misi sekolah. Kepala sekolah memiliki sifat-sifat kepemimpinan. Dalam rangka mengetahui sifat kepribadian kepemimpinan kepala sekolah. Imam (1983) menjelaskan beberapa sifat kepribadian kepemimpinan Kepala sekolah sebagai berikut. (1) Kekuatan Keyakinan; (2) Sederhana dan jujur; (3) Kekuatan jasmaniah yang kuat; (4) Kekuatan rohania yang cukup; (5) Berjiwa integrasi (pemersatu); (5) Tidak memiliki watak yang mementingkan diri sendiri; (6) Percaya pada diri sendiri; (7) Cepat dan tepat mengam-bil keputusan; (8) Ramah tamah dan penuh pengertian; (9) memiliki reputasi yang menyeluruh; (10) Memiliki kecakapan teknis; (11) Cerdas; (12) Penuh semangat berjuang (13) Semangat mencapai tujuan; (14) Sabar tahan uji; (15) Keberanian untuk mengamalkan sesuatu yang diyakininya; (16) Adil dalam segala hal (17) Luwes dalam penerapan, teguh dalam pendirian; (18) Iklas; (19) Kecakapan menimbang; (20) Mampu merumuskan program secara jelas dan terperinci; (21) Bertanggung jawab, (22) Rendah hati; (23) Tegas dan bijaksana; (24) Waspada dan memiliki penglihatan sosial yang tajam; (25); Daya ingat yang besar; (26) Penuh daya tarik (simpatik); (27) Penuh inisiatif dan daya cipta (kreatif); (28) Kemampuan mendengar (29) Penuh inisiatif dan daya cipta (kreatif); (29) Kemampuan mendengar, menimbang, menyeleksi; (30) Ramah tama dan penuh perasaan; (31) Obyektif dalam menganalisa sesuatu; (32) Memiliki humor
36
yang segar; (33) Mampu menanamkan rasa kebersamaan; (34) Energik dan penuh gairah; (35) Kesiap siagaan; (36) Kesetiaan terhadap tugas (loyalitas); (37) Suka melindungi; (38) Cakap akan menangani masalah yang ada; (39) tetap tegu dalam pendirian; (40) Memiliki corak dan arah; (41) Memiliki toleransi; (42) Berjiwa demokratis; (42) Berpandan luas dan tidak fanatik golongan; (43) Terbuka menerima ide, saran, dan gagasan; (44) Terbuka menerima kritik; (45) Memiliki Charisma; (46) Disiplin; (47) Bersedia menciptkan tenaga pengganti (48) Tidak terlalu mementingkan gelar atau imbalan; (49) Lebih mengutamakan tindak tanduk perbuatan daripada ucapan/janji. (diunduh 28/08/2013; Munawir Imam, E.K. 1983:68).
Realita di lapangan tidak sedikit pemimpin gagal dalam
mengelola
organisasi
sekolah
karena
tidak
didukung dengan sifat-sifat kepribadian kepemimpinan tersebut. Sehingga itu di tandai dengan tidak ada perkembangan
sekolah.
Sekolah
tidak
kondusif.
Berantakan dan hampir menutup sekolahnya, sebaliknya juga sekolah yang unggul, berprestasi tinggi antara guru maupun siswa karena dipimpin oleh Kepala sekolah yang memenuhi sifat-sifat kepribadian utama tersebut diatas. Kedua, Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan.
Kepala
sekolah
karakteristik
dan
sebagai
kejiwaan
leader
tenaga
memahami
kependidikan.
Apakah mereka bosan/capek, kesehatan tergganggu, membutuhkan
perhatian,
diikutsertakan
dalam
kegiatan untuk penambahan pengetahuan, penghargaan, atau dengan persoalan dan kebutuhan yang lain. Kepala
sekolah
keluhannya
mesti
walaupun
mampu
melihat
dalam
tugas
keluhankesibukan.
Alasannya sebuah sekolah mencapai visi dan misinya juga adalah kerja keras dan dukungan penuh oleh tenaga kependidikan, tenaga cleaning service, dan 37
sicurity
dalam
bekerja
sehari-hari.
Memahami
kepribadian masing-masing dengan segala pendekatan dan berusaha memenuhinya. Ketiga, visi dan misi sekolah. Kepala sekolah sebagai leader musti menetapkan visi dan misi sekolah. Bukti pemahaman kepala sekolah terhadap visi dan misi sekolah adalah mampu mengakomodir seluruh stakeholder untuk beraktivitas sesuai fungsi kerja demi mencapai visi dan misi sekolah. Selanjutnya Mulyasa (2005:115) menjelaskan (1) Kepala Sekolah mengembangkan
Visi
Sekolah;
(2)
Mengembangkan
Misi
sekolah; (3) Melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kepala sekolah mampu merusmuskan dan memiliki visi dan misi sekolah. Visi dan Misi sekolah adalah tujuan yang hendak dicapai bersama dengan berbagai program kerja. Jika Visi dan misi sekolah tidak jelas maka sulit mewujudkan sekolah yang berpretasi dan unggulan. Akhirnya menciptakan keresahan bagi masyarakat, semua
pada
kebingunan,
jadi
buah
bibir
bagi
masyarakat, lebih disayangkan kalau siswanya tidak mendapatkan pengajaran dengan baik, Prestasi belajar siswa di bawa standar. Sekolah memperoleh berbagai prestasi akademik maupun non akademik atau tidak memperoleh adalah bukti dari kemahiran kepemimpinan kepala sekolah. Keempat,
Kemampuan
mengambil
keputusan.
Kepala sekolah sebagai leader mampu mengambil keputusan
ketika
ada
masalah
melakukan
kegiatan-kegiatan
atau
sekolah.
sebelum Mengambil
keputusan agar tidak menjadi penghambat dalam 38
pekerjaan organisasi sekolah karena konflik/masalah yang ada. Untuk itu Sutikno (2012:160) menjelaskan pengertian mengambil keputusan menurut beberapa ahli, sebagai berikut: (1) G.R. Tery (1977), mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai pemilihan alternatif kelakukan tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada; (2) Greenberg mengartikan pengabilan keputusan sebagai proses pembuatan pilihan dari sejumlah alternatif;(3) Melayu S.P Hasibuan (2005) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah Suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah alternarif untuk melakukan aktivitas-aktivitas pada masa yang akan datang; (4) Veithzal Rivai (2004) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah Penetapan suatu alternatif pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan merupakan proses pembuatan pilihan dari sejumlah alternatif. Pengambilan keputusan tentunya membangun komunikasi dari hati ke hati dan membicarakan persoalan pada saat rapat Dinas Sekolah. Dalam kegiatan rapat dinas ada Pemimpin rapat yaitu kepala sekolah, moderator dan notulen. Proses pengambilan keputusan kepala sekolah membuka rapat, menjelaskan kronologis permasalahan, menjawab pertanyaan, Menganalisis pertanyaan, mengambil
keputusan
dan
menutup
kegiatan.
Pengambilan keputusan tidak berdasarkan kedaginan dan kepentingan individu Kepala sekolah melainkan keputusannya yang hakiki, tepat, cepat dan akurat, dan yang masuk logika agar keputusan tersebut senang diterima oleh teman guru dan TU untuk kemajuan sekolah. Kelima, Kemampuan komunikasi. kepala sekolah sebagai leader mampu mengkomunikasi dengan baik. Bentuk komunikasi lewat tulisan, lisan dan juga 39
melalui sikap tubuh. Komunikasi yang baik ditandai dengan lebih banyak mendengar, menyampaikan dan menanggapi. Dalam komunikasi dibutuhkan etika berkomunikasi, yaitu saling menghargai, menerima dan dibutuhkan kesabaran untuk menerima pesan ataupun menyampaikan pesan mempengaruhi tingkah laku penerima. Sutikno (2012:138) menjelaskan beberapa manfaat komunikasi: (1)Fungsi informasi. Pengumpulan, penyebaran berita, data pesan dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dipahami dan bereaksi secara jelas; (2) Fungsi Sosaialisasi. Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dapat aktif dalam masyarakat; (3) Fungsi Motivasi. Mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan yang akan dicapai bersama; (4) Fungsi Debat dan Diskusi. Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan dan menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan buktibukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersa-ma di tingkat Internasional, nasional dan lokal; (5) Fungsi Pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan yang dapat mendorong perkem-bangan inteletual, keterampilan dan kemahiran yang diperlukan dalam seluruh bidang kehidupan; (6) Fungsi Kebudayaan. Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lampau; (7) Fungsi Hiburan. Penyebarluasan sinyal, Symbol, suara, dan citra dari drama, tari, Kesenian, musik, Komedi, olahraga, permaian, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu; (8) Fungsi Integrasi. Menyediakan bagi bangsa, Kelompok dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
Komunikasi adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada seseorang atau sekelompok yang perlu menerima infonya. Komunikasi berawal dari buah pikiran dan konsep dari pihak pertama kepada pihak 40
lain yang membutuhan. Dengan tujuan komunikasi memecahkan
masalah,
saling
memotivasi
dan
meningkatkan kerja sama. 2.2.6 Peran Kepala Sekolah sebagai Inovator Kepala sekolah sebagai inovator. Menurut Kamus besar
bahasa
Indonesia
Edisi
ketiga
(2007:435)
mendefinisikan inovator adalah orang yang memperkenalkan gagasan dan metode yang baru. Menginovasi sekolah
hasil
dari
gagasan-gagasan
baru
kepala
sekolah. Hanik (2011: 8787) menjelaskan: Kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk menjaling hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di Sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang Inovatif.
diperkuat lagi oleh Mulyasa (2005:118) bahwa kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari cara-cara yang ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif,
delegatif,
integratif,
rasional
dan
objektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adaptabel dan fleksibel. Kepala sekolah mencari, menemukan metode serta strategi yang tepat untuk melaksanakan berbagai pembaharuan sekolah. Dalam menciptakan pembaharuan di sekolah, ia meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dengan melakukan gagasan
dan
cara-cara
baru.
Kepala
sekolah
mendelegasikan tugas kepada pendidik dan tenaga kependidikan. Ia berusaha mengintegrasikan semua kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergis untuk mencapai tujuan sekolah secara efekti, efisien dan produktif. Ia juga berusaha menetapkan kegiatan atau 41
target berdasarkan kondisi dan kemampuan yang dimiliki setiap pendidik dan tenaga kependidikan. Kepala sekolah bawahan.
menjadi panutan yang
Kepala
sekolah
berusaha
baik
bagi
menciptakan
situasi dan kondisi kerja yang menyenangkan. Sebagai
inovator,
Ia
memiliki
kompotensi
kewirausahaan dan menemukan metode dan selalu merencanakan bagaimana mengimplementasikan ideide baru dan bertindak untuk sekolah terinovasi. Ciri Kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah tiada
hari
tanpa
berusaha
dan
bekerja
untuk
menciptkan hal-hal yang baru. Dia merasa tidak puas dengan hasil yang telah diraih, Tapi dia mampu memberdayakan
warga
sekolah
dalam
ke-giatan-
kegiatan untuk bekerja meraih pada hasil yang lebih besar yang nantinya menguntungkan dan bermanfaat bagi sekolah dan masyarakat pada umumnya dengan adanya telah mencapai Visi dan Misi Sekolah. 2.2.7 Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Kepala
sekolah
sebagai
motivator.
Ia
selalu
menggerakan bawahan untuk tetap bekerja. Motivator adalah penggerak/pendorong. Motivator kata dasar motivasi. Kamus besar bahasa Indonesia Edisi ketiga, (2007:87) mendefinisikan motivasi adalah: Dorongan yang timbul pada seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dengan perbuatannya.
Kata motivasi menurut Sofyandi (2007:99) sebagai suatu dorongan untuk meningkatkan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi, dalam batas-batas 42
kemam-puan
untuk
memberikan
kepuasan
atas
kebutuhan seseorang. Motivasi adalah usaha sadar terhadap orang lain dengan berbagai pendekatan untuk aktif
dalam
kegiatan
mencapai
tujuan
tertentu.
Motivasi timbul dalam individu atau pun distimulasi oleh luar dari pemimpin kepala Sekolah. Bukti motivasi kerja bawahan yang tinggi mereka merasa terpanggil dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Tanpa motivasi unsur penilaian dari atasan, maka kinerja terlaksana dengan baik. Bawahan motivasi kerjanya tinggi terlihat berkarya dengan sepenuh hati, Percaya diri, dan berjiwa optimis, memiliki ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, ketelitian, kesungguhan, dan mempunyai semangat kerja yang tinggi. Berpikir kritis dan
dewasa
mengembangkan
potensinya
tanpa
diperintah. Berprinsip dan merealisasi dalam hidupnya. Mampu mengambil keputusan dan barusaha mencapai impiannya dengan tanggung jawabnya yang tinggi untuk menguasai bidang tertentu. Guru atau TU yang memiliki motivasi kerja yang tinggi, pencapaian kinerja yang baik serta prestasi kerja tinggi. Sebaliknya, Guru dan TU yang tidak memiliki motivasi kerja, prestasi kerjanyapun rendah. Akibatnya Proses pembelajaranpun tidak produktifitas seperti yang diharapkan. Di dalam teori Maslow dikutip oleh
Matteson
(2006:87) menjelaskan hierarki teori kebutuhan manusia sebagai berikut: Kebutuhan Fisiologis (Psychlogical needs). yaitu, Kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal; (2) Kebutuhan Keamanan dan keselamatan (Safety and security needs). yaitu, Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
43
mengancam; (3) kebutuhan Kebersamaan, Sosial, dan cinta (Belongingnees, Sosial, and Love needs). yaitu Kebutuhan akan pertemanan, afeliasi, interaksi dan cinta; (4) Kebutuhan Harga diri (Esteem needs), yaitu Kebutuhan akan harga diri dan rasa hormat dari orang lain; (5) Kebutuhan Aktuilisasi diri (Selfactuailization). Memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan secara maksimum menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi.
Kebutuhan tenaga pendidikan dan kependidikan terpenuhi maka mereka termotivasi bekerja secara reluasa. Sebaliknya, jika kebutuhan mereka tidak terpenuhi maka terjadinya frustasi, konflik,
stres dan
akan tidak termotivasi bekerja. Bahkan
memenuhi
separuh kebutuhan guru tidak kerja sepenuhnyanya juga. Pemimpin cerdik melihat kebutuhan para guru dengan kerja sama antara dinas Pendidikan, Yayasan dan pemerintah Daerah. Jika memenuhi segala kebutuhan melekat pada manusia berarti ciri awal Keberhasilan seorang pemimpin dan diindikisi akan mencapai tujuan sekolah. Uraian lebih lanjut tentang lima kebutuhan
menurut
Maslowdijelaskan
penulis
sebagai
berikut. Pertama, Kebutuhan Fisiologis. Adalah berbicara tentang zat hidup dan organ manusia. Fisik tubuh manusia boleh sehat, kuat dan mengalami penambahan usia karena tentunya kebutuhan vital seseorang terpenuhi. Perumahan yang sesuai, Pakaian yang layak, Air yang bersih dan mempunyai makanan yang bergizi. Seandainya Ketiga hal tersebut salah satunya tidak optimal dalam kehidupan seseorang guru atau TU maka sangat mempengaruhi kinerja guru. Makanan yang sehat, fungsinya Menambahkan fisik tubuh. Perumahan yang sesuai dan tidak jauh dari tampat 44
kerja, Fungsinya untuk beristirahat dan boleh bekerja efsien dan efektif, dan melanjuti pekerjaan di rumah. Air yang bersih untuk minum, masak, menyuci, dan mandi. Pemimpin mengetahui persoalan yang dihadapi bawahan. Selanjutnya merumus bagai-mana memecahkan masalah yang ada. Kebutuhan vital fisiologi tenaga pendidik dan kependidikan tepenuhi
maka pasti
berkerja dengan baik pula. Kedua,
Kebutuhan
akan
keselamatan.
Setiap
orang ingin mau selamat dari segala macam ancaman dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang tidak kondisif dengan indikasi keributan, peperangan, pembunuhan, kebakaran dan sejenisnya. Indikator masalah tersebut sering menciptkan konflik perasaan guru. Dampaknya adalah guru ketakukan, kecemasan, flustrai, tidak nyaman. Selagi kebutuhan akan keselamatan guru belum terjamin, maka jelas tidak akan melaksanakan tugas. Dengan melihat masalah tersebut pemimpin membelah dan bertindak atas segala tindakan
sewenang-wenangnya.
Dengan
motivasi
kerja
melihat kebutuhan akan keselamatan guru, Maka mereka aman, tenang dan tetap eksisis mengerjakan kinerja dengan baik. Ketiga,
Kebutuhan
sosial.
Selanjutnya
tugas
pemimpin memenuhi kebutuhan sosial. Kongritnya di sekolah tidak sesuai dengan komitmen awal hidup sosial. Sering terjadi perbedaan pendapat, saling menjelekkan, Mencari-cari persoalan, cepat tersinggung, membenci dan meremehkan yang lain dan tidak dihargai. Sementara keadaan semacam itu seorang pendidikan dan tenaga kependidikan membutuhkan rasa 45
cinta kasih, dihargai, dihormati, dan terjaling kebersamaan dalam tugas pekerjaan. Kebutuhan sosial tidak terpenuhi maka yang terjadi bawahan malas mengabdi. Problem sosial ini dicermati dan ditangi pemimpin secepatnya dalam upaya bagimana menciptakan kasih sayang dan tercipta suaksana kekeluargaan di sekolah. Memenuhi kebutuhan sosial maka pasti guru, TU tetap berupayah mengajar/mengabdi secara semaksimal. Keempat,
Kebutuhan
akan
harga
diri.
Akhir
suksesnya melaksanakan tugas seseorang membutuhkan penghargaan dari atasan. Guru dan TU mempunyai kebutuhan dan keinginan penilaian yang mantap tanpa diremehkan dan ingin dihormati oleh orang lain/atasan.
Ada Guru/TU bekerja dengan optimal,
punya perstasi kerjanya tinggi. Dia berharap dengan tujuan mendapatkan penghargaan dan kepercayaan, nama
baik
dan
popularitasnya.
Ternyata
sering
pemimpin tidak mengakuinya prestasi kerja dengan penghargaan-penghargaan,
antara
lain
ujian,
pemberian Hadiah ataupun menaikan kesejahteraan guru/TU. Semacam itu sangat mematikan kesemangatan kerja dan harga diri guru. Sehingga diusahankan Kepala
sekolah
motivasi
kerja
bawahan
dengan
memenuhi kebutuhan harga diri. Kelima, Kebutuhan mempertinggi prestasi kerja. Setiap
orang
ingin
berprestasi
dalam
pekerjaan.
Namun, biasanya menjadi kendala adalah kebutuhan dan kemampuan setiap guru beda sesuai dengan perbedaan individu. Disitu membutuhkan peran kepemimpinan Kepala sekolah untuk memotivasi, memandu dan 46
memberdayakan
guru
semangat
bekerja.
Sallis
(2012:174-176) menjelaskan: (1) Memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar; (2) Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan meningkatkan komitmen mereka; (3) Memahami keinginan untuk menigkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas ke bawa (topdown); (4) Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung kepada guru dan pekerjaan teknis; (5) Mengimplementasi komunikasi yang sistematis dan kontinyu di antara setiap orang yang terlibat dalam sekolah; (6) Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos ataupun monoton.
Meningkatkan prestasi kerja bawahan tentunya diimbangi dengan kemampuan kepala sekolah bagaimana memberdayakan kemampuan guru dan TU. Mereka boleh berkarya dengan baik ketika memiliki pengetahuan. Pendekatan memperoleh pengetahuan adalah belajar mandiri, tapi tidak menutupi kemungkinan palatihan dan training untuk pengembangan profesi guru bekerja sama antara sekolah dan dinas Pendidikan. Dan selanjutnya guru berkomitmen dan musti ditunjang oleh kebijaksanaan sekolah dalam menjalani supervisi sekolah terhadap bawahan untuk melihat masalah kepribadian guru, TU kendala yang dialami dalam pekerjaan. Hal Itu menjadi perhatian khusus untuk mengangkat jati diri guru. Sehingga selanjutnya setiap stakaholder
tidak
merasa
dirugikan.
Setiap
guru
merasa diakui dan dihargai dengan memenuhi seluruh kebutuhan guru. Kondisi kerja semacam itu melahirkan budaya berkompetesi pada diri setiap guru maupun TU. itu akan memacu berdisiplin diri untuk
47
berperstasi
kerja.
Dampaknya
lebih
besar
pada
pencapaian visi dan Misi sekolah dan output siswa. Selain motivasi bawahan dengan teori Maslow tersebut, kepala sekolah menegakkan disiplin bagi bawahan. Motivasi bawahan dengan menetapkan dan menegakkan aturan dan tata tertib bagi guru dan karyawan dalam penerapan akan mempertinggi hak dan kewajiban. Selanjutnya Perpres RI, pasal 77 ayat 2 (2006/2007: 44-45) menyatakan bahwa: Guru dan TU yang diangkat oleh pemerintah dan tidak menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud dlam pasal 20 dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang– undangan. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berupa: Teguran; Peringatan tertulis; Penundaan pemberian hak guru; Penurunan pangkat; Pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat.
Tegakkan disiplin hak dan kewajiban. Hal itu memotivasi disiplin diri dalam melakukan kewajiban mencapai visi sekolah. Memberi saksi tidak sewenangwenang tapi berlandas pada bukti kesalahan dan alasan yang tepat, misalnya yang melanggar tata tertib dan aturan sekolah dampaknya menurunkan kualitas sekolah. Memberi disiplin mulai dari sederhana sampai berisiko
tinggi
sesuai
pelanggaran
dan
kelalaian.
Sehingga untuk kedepannya disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam hati seseorang yang memberikan dorongan untuk menaati dan melakukan sesuatu yang terpuji dengan norma dan peraturan yang berlaku. Mereka yang teliti dan menerapkan aturan dan tata tertib adalah ciri-ciri orang yang berdisiplin diri. Kepala sekolah sebagai motivator dapat motivasi belajar dan mengajar, serta tenaga kependidikan untuk tetap melaksanakan tugas secara optimal dengan 48
pendekatan menata ruang kerja. Mereka boleh melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya ketika menata Lingkungan
Fisik
yang
menyenangkan.
Mulyasa
(2005:120) menjelaskan Pengaturan lingkungan fisik tersebut antara lain mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang Laboratorium, bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan. Kepala sekolah berusaha memperhatikan lingkungan
fisik
sehingga
yang
bersih,
lingkungan
rapi,
tercipta
aman,
kondusif
nyaman,
dan
bebas
melaksakan tugas apapun tanpa gangguang mencapai visi Sekolah.
2.3 Peran Kepala Sekolah Meningkatkan Mutu Sekolah Kepemimpinan Visioner Peran
Kepala
sekolah
sebagai
dalam melalui
kepemimpinan
visioner berusaha meningkatkan mutu sekolah dengan menyatukan sumber daya manusia yang ada untuk tetap
berkarya
mencapai
visi
dan
misi
sekolah.
Mencapai mutu sekolah dan hasil belajar siswa yang memuaskan adalah pencapaian tujuan akhir sekolah. Untuk itu, Danim (2012:33) menjelaskan beberapa peran Kepala Sekolah: (1) Mengfokuskan tugas pokok dan fungsi kerja sesuai dengan jenis organisasi pendidikan; (2) Mensinergikan aspek keorganisasian dan individu; (3) Menghasilkan komitmen dan motivasi; (4) Menginspirasikan dinamika kerja staf; (5) Menentukan standar keberhasilan; dan (6) Menjebatani masa sekarang dan masa depan.
Meningkatkan mutu sekolah dibutuhkan kerja sama. Partisipasi dalam tugas dan tanggung jawab.
49
Mulyasa (2005:126) mendefinisikan beberapa fungsi/ tugas kepala Sekolah, bahwa: (1) Kepala sekolah mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif; (2) Kepala sekolah mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan; (3) Kepala sekolah mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan; (4) Kepala sekolah yang berhasil menerapkan perinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewewasaan guru dan pegawai lain di sekolah; (5) Kepala sekolah bekerja dengan tim manajemen, serta berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Tentang peran Kepala sekolah. Kepala sekolah juga adalah tenga fungsional guru dipercayakan untuk mengelolah sekolah. Wahjosumidjo (2011:83) menjelaskan: Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala sekolah merasa terpanggil dan memahami tugasnya. Memberdayakan tenaga pendidik maupun kependidikan untuk melaksanakan tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab dan Menjaga keharmonisan kerja tim. Selain itu kepala Sekolah memiliki sejumlah keterampilan untuk meraih kepemimpinannya. Kepemimpinan Kepala sekolah yang berkualitas mempunyai karakter. Danim (2012:26,27,28) menjelaskan ada beberapa karakter kepemimpinan kepala sekolah visioner untuk meningkatkan mutu sekolah: 1) Envision atau memiliki Visi. Seorang pemimpin dengan Visi yang jelas, memahami gambaran akan ke arah mana dan ingin menjadi seperti organisasi pendidikan ke depan serta bagaimana cara mencapainya; (2) Integrity atau Integritas. Merupakan tindakan yang konsisten, baik di dalam maupun
50
di luar nilai-nilai batin; (3) Dedication atau dedikasi. Berarti menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawab; (4) Magnanimity atau keluhuran budi. Identik dengan membayar “sumbangan” ketika sudah jatuh tempo, tidak berdahli atau menunda, dan juga bermurah hati; (5) Humilaty atau rendah hati. Pemimpin dengan rendah hati mengakui bawahan mereka tidak lebih baik atau lebih buruk dari pada anggota lain dari tim; (6) Openness atau keterbukaan. Berati mampu men-dengarkan ide-ide, bahkan jika mereka tidak sesuai dengan cara berpikir biasa; (7) Creativity atau kraktivitas. Adalah kemampuan untuk berpikir secara berbeda dan mendapatkan solusi untuk keluar dari aneka kendala; (8) Fairness atau keadilan. Berarti hubungan dengan orang secara konsisten dan adil; (9) Assertivennes atau ketegasan. Kemampuan untuk menyatakan yang jelas apa yang diharapkan, sehingga tidak akan ada kesalapahaman; (10) Sense of humor atau rasa humor. Rasa humor sangat penting untuk meredakan ketegangan dan kebosanan, serta mereduksi permusuhan.
Selanjutnya diperkuat oleh Mulyasa (2011: 20-22) menjelaskan beberapa indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif mencapai visi sekolah, sebagai berikut: (1) Menerapkan pendekatan kepemimpinan partisipatif terutama dalam proses pengambilan keputusan; (2) Memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis, lues dan terbuka; (3) Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi; (4) Memantau kemajuan belajar peserta didik melalui guru berdasarkan data perstasi belajar; (5) Menyelenggarakan pertemuan secara aktif, berkala dan berkesinambungan dengan komite sekolah, guru dan warga sekolah lainnya mengenai topik-topik yang memerlukan perhatian; (6) Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-masalah kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara proporsional dan profesional; (7) Mengalokasikan dana yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan program pembelajaran sesuai perioritas dan peruntukkannya; (8) Melakukan berbagai kunjungan kelas untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung; (9) Memberikan dukungan kepada para guru untuk menegakkan disiplin peserta didik; (10) Memperhatikan kebutuhan peserta didik, guru, staf, Orang tua dan masyarakat sekitar sekolah; (11) Menunjukkan sikap dan perilaku teladan yang dapat
51
menjadi panutan atau model bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah; (12) Memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh warga sekolah dan masyarakat untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (13) Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif; (14) Memiliki komitmen yang jelas terhadap penjaminan mutu lulusan; (15) Memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya, dan mampu mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkannya; (16) Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi peserta didik dan kinerja seluruh warga sekolah; (17) Senantiasa memprogramkan dan menempatkan diri untuk mengadakan pengamatan terhadap berbagai aktivitas guru dan pembelajaran di kelas serta memberikan umpan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran; (18) Mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang prosedur untuk meminimalisasi stres dan konflik negatif; (19) Memantau kemajuan peserta didik baik secara individu maupun kelompok, serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan pembelajaran. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan.
Kepala Sekolah melestarikan karakter kepemimpinan kepala sekolah efisien dan efektif untuk mudah memacu dalam perannya sebagai Kepala sekolah. Ia bijaksana dan mempunyai segala kemampuan untuk memimpin, mengarahkan, memanjemen dan merangkul segala Sumber daya yang ada secara maksimal untuk mewujudkan visi dan misi sekolah. Kepala sekolah membangun kerja sama dengan berbagai stakaholder agar tetap terjaga kebersamaan, rasa memiliki untuk menghadirkan suasana organisasi yang terkendali
dan
efektif.
Kepala
sekolah
sebagai
pemimpin visioner dalam meningkatkan mutu sekolah, dia mempunyai komitmen yang hakiki dalam bekerja dan mempengaruhi bawahan untuk semangat bekerja mencapai visi dan misi sekolah. Mulyasa (2005: 86) menjelaskan: 52
(1) Mempunyai Visi atau daya pandang yang mendalam tentang mutu yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi tenaga kependidikan dan pesera didik yang ada di sekolah; (2) Mempunyai komitmen yang jelas pada proses peningkatan kulitas/mutu sekolah; (3) Mengkomunikasikan pesan yang berkaitan dengan kualitas; (4) Menjamin kebutuhan peserta didik sebagai perhatian kegiatan dan kebijakan lembaga/ sekolah; (5) Meyakinkan terhadap para pelanggang (peserta didik, orang tua, masyarakat), bahwa terdapat saluran “channel” cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginannya; (6) Pemimpin mendukung mengembangkan tenaga kependidikan; (7) Tidak menyalahkan pihak lain jika ada masalah yang muncul tanpa dilandasi bukti yang kuat; (8) Pemimpin melakukan inovasi terhadap sekolah; (9) Menjamin srtuktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawabnya dengan jelas; (10) Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap penghalang, baik yang bersifat organisasional maupun budaya; (11) Membangun tim kerja yang efektif; (12) Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring dan evaluasi.
Kebanyakan masyarakat belum pahami tentang mutu sekolah tanpa telusuri apa faktor pendukug mencapai mutu Sekolah. Hal itu membuat sering mereka salah tafsir dan diasumsi bahwa mutu sekolah hanya tampak bangunan fisik semata. Sebenarnya mencapai mutu sekolah ditentukan dari sejauh mana memadai Input, Proses dan output serta outcam. Kepala sekolah membenahi, input, proses dan Output serta membangun komitmen peningkatan mutu sekolah. Selanjutnya Mengelola sarana prasarana, Memberdayakan dan menyatukan sumber Daya Manusia bekerja efektif mencapai Visi dan Misi sekolah. Mereka mempunyai sistem komunikasi yang efisien dan efektif dalam Sosialisasi Visi dan Misi Sekolah. Sosialisasi Visi dan Misi sekolah memanfaatkan berbagai media. Seluruh kegiatan sekolah dimuatkan dalam media komunikasi pada papan penyampaian, surat edaran tertulis, penyam53
paian secara lisan berantai, Penggunaan teknologi informasi dan elektronik, buku Informasi agar setiap orang
memahami kegiatan seko-lah, Visi dan Misi,
nilai dan target pencapain bersama.
2.4
Mutu Sekolah Mutu sekolah terwujud ketika bersatu antara
warga sekolah/internal dan eksternal. Kedua pihak memahami tentang apa itu mutu sekolah?, kapan mulai bertindak? dan bagaimana meningkatkan mutu sekolah?. Untuk meningkatkan mutu sekolah musti dukungan dari berbagai pihak kepentingan sekolah. Mereka
mengetahui
dan
mulai
mengimplementasi
sistem pendidikan Nasional yang telah dimuat dalam Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Rusman (2009: 445) menjelaskan standar Nasional Pendidikan: (1) Standar nasional Pendidikanterdiri atas isi, Proses, Kompotensi Lulusan, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan dan penilaian pendidikanyang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala; (2) Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pengelolaan dan pembiayaan; (3) Pengembangan standar nasioanal Pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarnisasi, Penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Mencapai
mutu
sekolah
musti
kerja
keras,
ketelitian, ketekunan dalam implementasi standar sistem pendidikan nasional. Ditindaklanjuti pengawa-san dan
peningkatan
penilaian
terhadap
pendidikan
tentang kurikulum/materi pembelajaran, proses belajar mengajar, pengelolaan sekolah, segala pembiayaan dan pengembangan tenaga pendidik ataupun kependidikan. 54
Sering salah ditafsir bahwa mutu sekolah semata diukur dari proses pembelajaran berlangsung tanpa memikirkan pendukung proses pembelajaran. Semua kepentingan sekolah berusaha terjaga kebersamaan untuk
memenuhi
kebutuhan
sekolah
dalam
meningkatkan mutu sekolah. Membangun komitmen pada perubahan, saling percaya, saling melengkapi dan rasa memiliki terhadap tugas yang digelutinya untuk mencapai mutu sekolah. Inputnya terpenuhi standar maka proses juga baik dan output juga memuaskan. Pada akhirnya bukti mutu sekolah akan terlihat dari prestasi akademik dan non akademik siswa.
2.5
Hasil Belajar Mewujudkan hasil belajar siswa sangat dibutuh-
kan proses yang panjang dan memakan waktu yang cukup lama dan tentunya didukung dengan segala pengorbanan waktu, tenaga, pikiran dan dukungan keuangan dari berbagai pihak. Pihak pihak yang menentukan pencapaian keberhasilan siswa antara lain orang tua murid, masyarakat, yayasan, pemerintah, kepala sekolah, Pendidik, tenaga kependidikan dan siswa itu sendiri. Masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam kerja kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan hasil belajar siswa. Tugas orang tua murid, yayasan dan pemerintah setempat mendukung penuh program kerja sekolah dengan menanggung pembiayaan, memfasilitasi dan membina, mengajar anak didik. Tugas Kepala sekolah merangkul masyarakat, pemerintah, komite sekolah serta donatur. Dan lebih mengarahkan, memotivasi, 55
memberdayakan tenaga guru dan TU dan segala fasilitas yang ada. Peran dan tugas guru adalah mengajar, membina dan mendidik dengan metode, media yang sesuai. Peran tenaga kependidikan adalah memfasilitasi agar kegiatan belajar dan mengajar tetap lancar. Bukti dari hasil belajar, siswa mencapai berbagai prestasi belajar dan akan terlihat pada kesempurnaan tiga kompotensi siswa, antara lain (1) Perubahan perkembangan pengetahuan ranah (cognitif) siswa. Siswa memperoleh nilai akademik memenuhi standar. (2) Perubahan Perkembangan Ranah (afektif) siswa. Siswa memiliki sikap disiplin, tekun, sabar, rajin, menghargai sesama dan menjauhi dari segala jenis kejahatan. (3) Perubahan perkembangan ranah (skill psichomotoric)
siswa.
Siswa
memiliki
berbagai
ketrampilan dan mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dengan sikap yang terpuji dalam dunia pekerjaan.
56