BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengembangan UKM sudah banyak dilaksanakan. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang mengangkat tentang pengembangan UKM. Penelitian tersebut antara lain adalah : Hardani Widihastuti dan Aprih Santoso, (2012) melakukan penelitian dengan judul “Model Pengembangan Kinerja UKM Berbasis Industri Kreatif’. Penelitian ini menemukan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kinerja UKM yaitu inovasi produk dan kinerja tenaga penjualan. Kinerja tenaga penjualan memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja penjualan dibandingkan inovasi produk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang ingin meningkatkan kinerja penjualannya perlu membangun atau menciptakan tenaga penjualan yang efektif dan memiliki kinerja baik sehingga dapat diandalkan. Arief Rahmana, (2012) melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sektor Industri Pengolahan”. Penelitian menunjukkan Rumusan strategi pengembangan UKM didasarkan pada 2 (dua) pendekatan, yaitu strategi berdasarkan analisis diagram kartesius SWOT dan kombinasi strategi matrik SWOT. Pertama, berdasarkan diagram kartesius SWOT diperoleh hasil bahwa UKM berada pada kuadran IV dengan strategi
14 Universitas Sumatera Utara
diversifikasi. Implementasi strategi diversifikasi ini caranya adalah UKM melakukan diversifikasi produk-produk presisi dengan menggunakan teknologi CNC, CAD, dan CAM untuk spare part mesin-mesin industri besar dengan kualitas yang tidak kalah bersaing dengan produk-produk impor. Kedua, berdasarkan analisis kombinasi strategi kuantitatif diperoleh hasil bahwa prioritas strategi yang sebaiknya diterapkan oleh UKM adalah strategi ST, yaitu strategi menggunakan kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threat). Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo, (2011) melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Hasil Penelitian menunjukan ada beberapa masalah yang dihadapi oleh UKM di Provinsi DIY, yaitu pemasaran, modal dan pendanaan, inovasi dan pemanfaatan TIK, pemakaian bahan baku.
2.2. Usaha Kecil dan Menengah 2.2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Beberapa
lembaga
atau
instansi
bahkan
Undang-Undang
(UU)
memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM), diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), Badan Pusat Statistik (BPS), dan UU No. 20 Tahun 2008. Definisi UKM yang disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil
Universitas Sumatera Utara
(UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kunatitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
Universitas Sumatera Utara
tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Dari beberapa definisi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa definisi UKM adalah usaha berskala kecil baik yang mempunyai badan hukum ataupun tidak dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 100 orang, dengan jumlah kekayaan bersih mencapai Rp 50.000.000 (lima puluh juta) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) diluar tanah dan bangunan dengan pendapatan maksimal Rp 1.000.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 per tahun. Dalam perspektif perkembangannya, UKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : (Rahmana, 2009) 1. Livelihood Activities, merupakan
UKM
yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima. 2. Micro Enterprise, merupakan UKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan 3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor 4. Fast Moving Enterprise, merupakam UKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Tujuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batubara Nomor 11 Tahun 2014 tentang pengelolaan Usaha Kecil dan Menengah yaitu : a. Mewujudkan struktur perekonomian daerah yang seimbang, berkembang dan berkeadilan b. Menumbuh dan menegembangkan kemampuan UKM yang tangguh dan mandiri c. Meningkatkan peran UKM dalam pembangunan daerah d. Menciptakan lapangan kerja e. Pemerataan pendapatan yang berkeadilan f. Menumbuhkan pertumbuhan ekonomi daerah ; dan g. Pengentasan kemiskinan.
2.2.3. Kinerja Industri Kecil dan Menengah di Indonesia UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut. (Rahmana, 2008)
Universitas Sumatera Utara
UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu : 1. Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, 2. Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, 3. Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan 4. Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.
UKM di Indonesia mempunyai Peran yang penting sebagai penopang perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu : (Rahmana, 2008)
1. Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal. 2. Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan 3. Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.
Universitas Sumatera Utara
Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai Tambah Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.
2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.
3. Ekspor UKM Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian Perannya terhadap total ekspor non migas
Universitas Sumatera Utara
nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun 2006.
2.2.4. Kemitraan Usaha dan Masalahnya Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik, berubah dengan cepat, produk berkualitas tinggi, dan harga yang murah . Salah satu upaya yang dapat dilakukan UKM adalah melalui hubungan kerjasama dengan Usaha Besar (UB). Kesadaran akan kerjasama ini telah melahirkan konsep supply chain management (SCM) pada tahun 1990-an. Supply chain pada dasarnya merupakan jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pentingnya persahabatan, kesetiaan, dan rasa saling percaya antara industri yang satu dengan lainnya untuk menciptakan ruang pasar tanpa pesaing, yang kemudian memunculkan konsep blue ocean strategy. (Rahmana, 2008)
Kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM dan UB, dikenal dengan istilah kemitraan (Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan). Kemitraan tersebut harus disertai pembinaan UB terhadap UKM yang memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.Kemitraan merupakan suatu strategi
Universitas Sumatera Utara
bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan
usahanya,
memulai
membangun
strategi,
melaksanakan,
memonitor, dan mengevaluasi sampai target tercapai. Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu : (1).Inti Plasma, (2).Subkontrak, (3).Dagang Umum, (4).Keagenan, dan (5).Waralaba.
1. Pola pertama, yaitu Inti Plasma Merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB sebagai inti membina dan mengembangkan UKM yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, UB mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk membina dan mengembangkan UKM sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
2. Pola kedua, yaitu Subkontrak Merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang didalamnya UKM memproduksi komponen yang diperlukan oleh UB sebagai bagian dari produksinya.Subkontrak
sebagai
suatu
sistem
yang
menggambarkan
hubungan antara UB dan UKM, di mana UB sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selain itu, dalam pola ini UB memberikan bantuan berupa kesempatan perolehan bahan baku, bimbingan dan kemampuan teknis produksi, penguasaan teknologi, dan pembiayaan.
3. Pola ketiga, yaitu Dagang Umum Merupakan hubungan kemitraan UKM dan UB, yang di dalamnya UB memasarkan hasil produksi UKM atau UKM memasok kebutuhan yang diperlukan oleh UB sebagai mitranya.Dalam pola ini UB memasarkan produk atau menerima pasokan dari UKM untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh UB.
4. Pola keempat, yaitu Keagenan Merupakan hubungan kemitraan antara UKM dan UB, yang di dalamnya UKM diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa UB sebagai mitranya. Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan, di mana pihak prinsipal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain
Universitas Sumatera Utara
(agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.
5. Pola kelima, yaitu Waralaba Merupakan hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.Dalam pola ini UB yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan yang diajukan oleh UKM sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.
Kemitraan dengan UB begitu penting buat pengembangan UKM. Kunci keberhasilan UKM dalam persaingan baik di pasar domestik maupun pasar global adalah membangun kemitraan dengan perusahaan-perusahaan yang besar. Pengembangan UKM memang dianggap sulit dilakukan tanpa melibatkan partisipasi usaha-usaha besar. Dengan kemitraan UKM dapat melakukan ekspor melalui perusahaan besar yang sudah menjadi eksportir, baru setelah merasa kuat dapat melakukan ekspor sendiri. Disamping itu, kemitraan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan antara UKM dan UB.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tumbuh kembangnya UKM di Indonesia tidak terlepas dari fungsinya sebagai mitra dari UB yang terikat dalam suatu pola kemitraan usaha.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan diantaranya adalah: (Rahmana, 2008)
(1) Meningkatkatnya produktivitas. (2) Efisiensi. (3) Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. (4) Menurunkan resiko kerugian. (5) Memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan (6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.
Kemanfaatan kemitraan dapat ditinjau dari 3 (tiga) sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang ekonomi, kemitraan usaha menuntut efisiensi, produktivitas, peningkatan kualitas produk, menekan biaya produksi, mencegah fluktuasi suplai, menekan biaya penelitian dan pengembangan, dan meningkatkan daya saing. Kedua, dari sudut moral, kemitraan usaha menunjukkan upaya kebersamaan dam kesetaraan. Ketiga, dari sudut pandang soial-politik, kemitraan usaha dapat mencegah kesenjangan sosial, kecemburuan sosial, dan gejolah sosial-politik.Kemanfaatan ini dapat dicapai sepanjang kemitraan yang dilakukan didasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan, dan menguntungkan.
Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya.Pelakupelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar
Universitas Sumatera Utara
etikan bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Menurut Keraf (1995) etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Dengan demikian, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya kesamaan nilai, norma, sikap, dan perilaku dari para pelaku yang menjalankan kemitraan tersebut.
Banyak prasyarat dalam melakukan kemitraan usaha antara UKM dan UB, diantaranya adalah harus adanya komitmen yang kuat diantara pihakpihak yang bermitra. Kemitraan usaha memerlukan adanya kesiapan yang akan bermitra, terutama pada pihak UKM yang umumnya tingkat manajemen usaha dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang rendah, agar mampu berperan seabagai mitra yang handal. Pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pemantapan organisasi usaha mutlak harus diserasikan dan diselaraskan, sehingga kemitraan usaha dapat dijalankan memenuhi kaidah-kaidah yang semestinya. (Rahmana, 2008)
Kegagalan kemitraan pada umumnya disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain, bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka
Universitas Sumatera Utara
dapat menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berjalan tidaknya kemitraan usaha, dalam hal ini antara UKM dan UB, tergantung pada kesetaraan nilainilai, moral, sikap, dan perilaku dari para pelaku kemitraan. Atau dengan perkataan lain, keberhasilan kemitraan usaha tergantung pada adanya kesetaran budaya organisasi.
2.3. Pengertian Motivasi Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya bergerak. Motif yang diistilahkan needs adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan (Ahmadi, 1999). Perilaku manusia senantiasa dilatarbelakangi motif dan motivasi. Beragamnya motif dan motivasi mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan karena lapar, ingin mendapat kasih sayang, ingin diterima lingkungan dan sebagainya (Ahmadi, 1998). Motivasi menurut Winkel (1997) adalah sebagai daya penggerak dari dalam diri individu dengan maksud mencapai kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Chaplin (1999) mendefinisikan motivasi sebagai variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Walgito (2002) menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat
Universitas Sumatera Utara
dan dorongan ini biasanya tertuju pada suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, Suryabrata (2000) menyatakan motivasi suatu keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motivasi yang dimiliki seseorang seseorang dapat dilihat dari melalui tingkah lakunya. Hal ini seperti beberapa definisi motivasi (Steers dan Porter, 1991) yaitu : …..the contemporary (immediate) influence on the direction, vigor, and persistence of action (Atkinson, 1964) …..motivation has to do with a set dependent/independent variable relationship that explain the direction, amplitude, and persistence of individual’s behavior, holding constant the effects of aptitude, skill, and understanding of the task, and the constraints operating in the environment. (Campbell & Pritchard, 1976). Menurut George R. dan Leslie W, (dalam bukunya Matutina. dkk , 1993) mengatakan bahwa motivasi adalah “……getting a person to exert a high degree of effort ….” yang artinya motivasi membuat seseorang bekerja lebih berprestasi. Sedang Ravianto (1986) dalam bukunya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kinerja, yaitu atasan, rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang, jenis pekerjaan. McClelland (1987), mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. McClelland kemudian membagi kebutuhan tersebut menjadi tiga, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement), Kebutuhan Berkuasa (Need for Power), Kebutuhan Berteman (Need for Affiliation). 1. The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi.
Orang
yang
memiliki
n-ach
tinggi
biasanya
selalu
ingin
menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat. McClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987). Selanjutnya menurut Haditono (Kumalasari, 2006), Motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih prestasi dalam hubungan dengan nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi ini membuat prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan
Universitas Sumatera Utara
ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang cepat dan tepat. 2. The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian. 3. The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika seseorang merasa ingin disukai, maka akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan karir (career development) menurut Mondy meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. Selanjutnya ada beberapa prinsip pengembangan karir yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pekerjaan itu sendiri mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengembangan karir. Bila setiap hari pekerjaan menyajikan suatu tantangan yang berbeda, apa yang dipelajari di pekerjaan jauh lebih penting daripada aktivitas rencana pengembangan formal. 2. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan pekerjaan yang spesifik. Skill yang dibutuhkan untuk menjadi supervisor akan berbeda dengan skill yang dibutuhkan untuk menjadi middle manager. 3. Pengembangan
akan
terjadi
hanya
jika
seorang
individu
belum
memperoleh skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Jika tujuan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh seorang individu maka individu yang telah memiliki skill yang dituntut pekerjaan akan menempati pekerjaan yang baru. 4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan mengidentifikasi rangkaian penempatan pekerjaan individu yang rasional. (Mondy, 1993,p.362 dan 376) Pengembangan karir (career development) meliputi perencanaan karir (career planning) dan manajemen karir (career management). Memahami pengembangan karir dalam sebuah organisasi membutuhkan suatu pemeriksaan atas dua proses, yaitu bagaimana masing-masing individu merencanakan dan menerapkan tujuan-tujuan
Universitas Sumatera Utara
karirnya (perencanaan karir) dan bagaimana organisasi merancang dan menerapkan program- program pengembangan karir/manajemen karir.
2.4.Peran Pemuda Pemuda atau generasi muda sering digunakan dalam kehidupan dan istilah sehari-hari. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Selain itu pemuda mempunyai peran sebagai agent of change bahwa pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu itu juga berperan sebagai perubahan negara dan bangsa ini. Pemuda merupakan bagian dari masyarakat sosial yang mempunyai pengaruh terhadap regenerasi dalam kehidupan masyarakat.Pemuda memiliki identitas potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani pembangunan Negara bangsa dan agama.Selain itu pemuda mempunyai peran sebagai agen of change bahwa pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai peubahan negara dan bangsa ini. (Mico, 2012) Pemuda adalah orang dewasa yang berumur 16-30 tahun menurut UndangUndang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan. Pemuda merupakan sosok generasi penerus bangsa, sebagai agen of change (gerakan perubahan), bahkan
Universitas Sumatera Utara
adapun yang menyebutkan bahwa pemuda itu sosok yang berjiwa demokratis, pribadi yang kadang egois, serta ingin mendapatkan pengakuan terhadap pemikiran dan kemampuan yang dimilikinya. Peran pemuda dalam masyarakat mencoba mengembangkan pemikiran yang kreatif dan inovatif, misalnya ikut berpartisipasi dalam organisasi masyarakat serta ingin dilibatkan dalam Peran proses pengambilan kebijakan pemerintah dan mampu melakukan sosialisasi terhadap pemberdayaan khusus bagi masyarakat. Masyarakat itu sendiri menjadi wadah bagi para pemuda untuk menuangkan pemikiran ide kreatif dan inovatif. Pemuda yang kerap indentik agen perubahan (agent of change), karena memiliki jiwa dan sikap mental yang bisa menciptakan sebuah iklim perubahan kearah yang lebih baik, memiliki kemampuan sosialisasi ditengah kehidupan masyarakat, mampu memecahakan polemik sosial, mampu beradaptasi dengan kehidupan sosial dan mampu meningkatkan pembangunan bangsa menjadi lebih baik dan tertata sesuai dengan nilai-nilai estetika. pemuda (youth) dalam kamus websternya sebagai “the time of life between childhood and maturity, early maturity, the state of being young or immature or inexperienced, the freshness and vitality characteristic of a young person. (sebuah kehidupan yang berdiri direntang masa kanak-kanak dan masa dewasa dimasa inilah seorang pemuda bersifat labil, kontrol emosi dan kestabilan pendirian masih bisa dipengaruhi oleh pihak luar. Seorang pemuda mempunyai ciri khas yang menggambarkan seperti apa yang terlihat kepribadian).
Universitas Sumatera Utara
Padahal hakikatnya adalah bahwa masa depan suatu bangsa terletak di tangan pemuda, artinya merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa . Oleh karena itu pemuda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan dengan cara memberikan mereka pendidikan baik formal maupun informal, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi. Pembangunan yang dilakukan oleh generasi muda merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kemajuan.Didalam pembangunan nasional, bukan hanya pembangunan fisik saja yang diperlukan melainkan membawa mereka agar terciptanya perubahan sosial. Mico (2012), Dalam hubungannya dengan sosialisasi generasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda. Pada garis besarnya, pemuda mempunyai Peran sebagai berikut : 1.
Agent of change. Pemuda bertugas untuk mengadakan perubahanperubahan dalam masyarakat ke arah perubahan yang lebih baik. Perubahan yang bersifat kemanusiaan
2.
Agent of development. Pemuda bertugas atau melancarkan atau melaksankan pembangunan di segala bidang, baik bersifat fisik maupun non fisik.
3.
Agent of modernization. Pemuda bertindak dan bertugas sebagai pelopor dalam pembaharuan. Maksudnya pemuda pemuda dapat memilih mana yang perlu diubah dan mana yang masih tetap dipertahankan. Jurang pemisah antar golongan akan musnah jika kita memandang semua
golongan itu sebagai totalitas (orang tua, pemuda, anak-anak). Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anakanak, secara fundamental. Tidak ada generasi yang menganggap dirinya pelindung generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan dating.Kalaupun perbedaan dalam kematangan befikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya saja. Melainkan perbedaan antara kelompok-kelompok yang ada, antara generasi tua dan generasi muda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung jawabnya. Keberadaan pemuda ditengah masyarakat harus bisa bergerak melalui jalan advokasi kepada masyarakat secara langsung. Artinya pemuda turun langsung masuk ke sektor masyarakat secara langsung dan memberikan penyadaran kepada masyarakat akan pentingnya penataan pembangunan bagsa yang lebih baik. Taufiq (2013), Para ahli berbeda pendapat dalam mengungkap peran pemuda, perbedaan itu setidaknya terjadi pada pengungkapan istilah dan jumlah item dari peran-peran itu. Dalam hal ini setidaknya ada lima peran pemuda adalah sebagai berikut : 1. Pemuda sebagai dinamisator. Dinamisator dalam bahasa sederhananya adalah penggerak. Pemuda diartikan juga sebagai komunitas penduduk yang mempunyai pikiran-pikiran muda seperti kreatif, inovatif dan desduktrif. Pikiran-pikiran pemuda tersebut maka pemuda akan senantiasa mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kemauan dan kemampuan, Ketika kemauan dan kemampuan itu bersatu maka pemuda akan menjadi penggerak. 2. Pemuda sebagai katalisator. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan terkadang masih ada gap (jarak). Gap ini bisa terjadi dalam wujud ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan, bisa juga dalam bentuk begitu lamanya jarak waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. Dalam kontek gap seperti di atas, pemuda dengan jiwanya yang selalu kreatif, inovatif, dan desduktrif bisa menempatkan
diri sebagai katalisator
(penghubung yang mempercepat) kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan serta ketepatan waktu antara perencanaan dan pelaksanaan. 3. Pemuda sebagai motivator. Pembangunan merupakan tanggung jawab semua elemen masyarakat, kita tidak boleh membebankan pelaksanaan pembangunan hanya kepada pemerintah. Dalam kontek ini pemuda harus memerankan diri sebagai
motivator
(pendorong)
kepada
semua
elemen
masyarakat
untuk maubersama-sama bahu-membahu melaksanakan dan mensukseskan pembangunan. 4. Pemuda sebagai inovator. Dalam kajian psikologi pemuda mempunyai karakteristik selalu berpikir rasional dan ideal, karena karakteristik itulah pembaharuan-pembaharuan sering muncul dari pemuda. Karakteristik yang akhirnya melahirkan semangat inovasi harus juga merambah ke sektor pelaksanaan pembangunan. Pemuda dengan jiwa yang tidak pernah puas terhadap satu keberhasilan akan selalu mencari keberhasilan kedua, ketiga dan
Universitas Sumatera Utara
seterusnya. Pemuda dengan jiwa inovasinya tidak akan merasa puas dan berdiam diri dengan suatu system yang telah mencapai angka keberhasilan 100% tetapi akan selalu berimprovisasi mencari sebuah system yang bisa menghantarkan keberhasilan ke angka 1000%. 5. Pemuda sebagai evaluator. Derap langkah proses pembangunan yang dilakukan semua pihak tentu tidak boleh lepas dari kontrol kaum intelektual muda (pemuda) yang secara kapabilitas mereka lebih mengetahui indikatorindikator penyimpangan, penyelewengan, kegagalan, dan manipulasi lainnya dalam kegiatan pembangunan. Bentuk kontrol sebagai bagian dari wujud evaluasi hendaknya dilakukan secara efektif, efisien dan tidak berdampak negatif
terhadap
laju
pembangunan. Audensi,
dengar
pendapat,
dan
dialog merupakan alternatif yang bisa dipilih pemuda dalam menyampaikan hasil evaluasi pembangunan. Kelima peran pemuda tersebut akan berhasil guna dan berdaya guna dalam proses pembangunan ketika ada komitmen dan konsistensi pemudauntuk senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, tidak terjebak pada ranah pragmatisme yang mengungkung idealisme dan rasionalisme, tidak mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok, tidak juga menjadi alat politik dari sebuah kelompok. Hal ini perlu dipertegas mengingat praktek-praktek in-idealisme, dan in-konsistensi semakin sering muncul
kepermukaan.Untuk
mengathui
tingkatan
partisipasi
dan
peran
masyarakat setiap individu atau anggota kelompok yang diberikan oleh Chapin
Universitas Sumatera Utara
dalam Slamet, (1994) sebagai berikut: Pertama, keanggotaan dalam organisasi atau lembaga tersebut. Kedua,frekuensi kehadiran (attendence) dalam pertemuan pertemuan yang diadakan. Ketiga, sumbangan/iuran yang diberikan. Keempat, Keanggotaan dalam kepengurusan. Kelima, kegiatan yang diikuti dalam tahap program yang direncanakan. Keenam, keaktifan dalam diskusi pada setiap pertemuan yang diadakan. Pemuda sebagai salah satu penggerak bangsa ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang tua. Pertama, kelebihan dari segi kekuatan fisik dan psikologi, pemuda memiliki kelebihan dalam kekuatan fisiknya. Seorang pemuda memiliki kekuatan fisik yang prima dan energik dibandingkan orang tua. Kelebihan selanjutnya adalah kekuatan semangat yang kuat. Semangat untuk bergerak,dan berubah yang mampu menggerakan mereka untuk berkontribusi bagi integritas diri serta ruang dan waktu yang meliputi dirinya. Yang ketiga adalah masa muda adalah masa subur idealisme. Banyak peristiwa besar dalam sejarah terlahir karena idealisme masa muda. Semangat kemerdekaan yang telah mengantarkan negeri ini bebas dari penjajahan adalah karena gelora idealisme anak-anak muda masa itu. Dengan segala potensi yang dimiliki oleh pemuda diharapkan mampu untuk memainkan perannannya untuk memajukan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam pemikiran. Uraian dalan kerangka pemikiran menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian. Kerangka berpikir juga menggambarkan alur pemikiran penelitian dan memberikan penjelasan kepada pembaca mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang dinyatakan dalam hipotesis. Kerangka berpikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukan alur pikir peneliti serta keterkaitan antar variabel yang diteiti. (Riduwan, 2005) MOTIVASI (X1) Kebutuhan akan Prestasi Kebutuhan akan kekuasaan Kebutuhan akan Afiliasi PENGEMBANGAN UKM (Y) PERAN PEMUDA (X2) Sebagai Dinamisator Sebagai Katalisator Sebagai Motivator Sebagai Inovtor Sebagai Evaluator
Universitas Sumatera Utara
2.6. Hipotesis Ha1 : Motivasi berpengaruh terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Ha2 : Peran pemuda berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di Kabupaten Batubara
Universitas Sumatera Utara