BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi Secara terminology, istilah komunikasi adalah “suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang – lambang, yang mengandung arti atau makna, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan – perasaan”.6 Komunikasi merupakan suatu proses mengenai pembentukan penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Artinya komunikasi merupakan tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan(ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai sebuah proses komunikasi tidak bersifat statis tetapi dinamis dalam artian akan mengalami perubahan dan berlangsung terus – menerus.7 Menurut Hovland, Komunikasi dapat didefenisikan “as the process by which an, individuals the communicateest”.8 Dapat dilihat dalam rumusan ini, dengan mengkomunikasikan rangsangan dalam bentuk kata – kata tertulis atau lisan, komunikator mampu mengubah perilaku individu lainnya atau komunikan.
6
James G.Robbins dan Barbara S.Jones, Komunikasi Yang Efektif, Jakarta, CV.Pedoman Ilmu Jaya,1995,hlm 1. 7 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka,1999, cet.4. hlm 9. 8 Dr.M.Budyatna, MA, Dra. Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi, Jakarta, Universitas Terbuka,2002,hlm 23.
13
Menurut Phil Astrid Susanto yang dikutip oleh Anwar Arifin mengemukakan bahwa “komunikasi adalah pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna”.9 Barelson dan Stainer, mendefinisikan komunikasi dengan “suatu penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, melalui penggunaan simbol kata, gambar, angka, grafik dan lain – lain”.10 Selain itu, Onong Uchjana mengatakan, “komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain”.11 Dari beberapa pengertian diatas, peneliti berkesimpulan bahwa komunikasi merupakan proses transformasi pesan yang memiliki makna berupa simbol dalam bentuk kata (verbal), gerakan (non-verbal) untuk tujuan tertentu secara langsung ataupun melalui media (alat) yang dilakukan oleh satu orang atau beberapa, kepada dirinya sendiri (intrapersonal) atau orang lain (interpersonal). Berkaitan dengan masalah pokok penelitian ini, dalam kegiatan kampanye HIV & AIDS melalui program Talktainment Road To School, Yayasan AIDS Indonesia (YAI) menggunakan komunikasi langsung atau komunikasi tatap muka, yang menggunakan kata – kata (verbal) dan bahasa tubuh (simbol). Di mana antara komunikator dan komunikan saling
9
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada,1995,Cetakan Ketiga,hlm 25. 10 B Aubrey Fisher, Teori – Teori Komunikasi, Persfektif Mekanistis, Psikologis, Interaksional, dan Fragmatis, Penerjemah Soejono Trimo, MLS, Bandung, PT.Remaja Rosda Karya, 2000, hlm 10. 11 Onong Uchjana E, Dinamika Komunikasi, Bandung, Remaja Rosda Karya,2001, hlm 4.
berhadapan langsung, sehingga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan yang diberikan komunikan dalam kegiatan kampanye tersebut.
2.1.1 Fungsi dan Tujuan Komunikasi Dalam arti yang luas komunikasi tidak hanya sekedar proses kegiatan pertukaran informasi, tetapi proses komunikasi memiliki fungsi dan tujuan tertentu. Secara sosiologis, fungsi komunikasi ialah saling mengakrabkan bahkan meningkatkan integrasi sosial masing – masing melalui peningkatan berbagai keterampilan sosial (social skill) dengan makin membaiknya pengertian sosial akan meningkat pula solidaritas masyarakat. Dalam setiap sistem sosial fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:12 1. Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar, bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang sekitar agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi (pemasyarakatan) : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif dan menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia akan dapat aktif dalam masyarakat.
12
H.A.W. Wijaya, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bandung, Bumi Aksara, 1997, Cet. Ketiga, hlm 10.
3. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar. 4. Diskusi (perdebatan) : menyediakan dan saling menukar fakta dan pendapat yang diperlukan untuk memungkinkan mengenai masalah atau menyelesaikan perbedaan pendapat yang relevan (terkait) yang diperlukan untuk keperluan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama ditingkat lokal dan nasioanal. 5. Edukasi (pendidikan) : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan : menyebarluaskan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu. Perkembangan kebudayaan dengan
memperluas
horison
(wawasan)
seseorang
dengan
membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan : penyebaran sinyal, simbol suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesusastraan, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi atauu kesenangan kelompok dan individu.
8. Integrasi : menyediakan bagi lingkungan kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengenal dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. Pendapat lain mengatakan, bahwa komunikasi mempunyai tiga fungsi sosial yaitu:13 1. Fungsi
pengawasan,
menunjukan
pada
upaya
pengumpulan,
pengolahan, produksi dan penyebarluasan informasi mengenai peristiwa – peristiwa yang terjadi baik didalam maupun diluar lingkungan suatu masyarakat. Upaya ini selanjutnya diarahkan pada tujuan untuk mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan masyarakat. Misalnya, mencegah keresahan, memelihara ketertiban dan keamanan. 2. Fungsi korelasi, menunjukan pada upaya memberikan interprelasi atau penafsiran informasi ini diharapkan berbagai kalangan atau sebagian masyarakat mempunyai pemahaman, tindakan atau reaksi yang sama atas peristiwa – peristiwa yang terjadi. Dengan kata lain, melalui fungsi korelasi ini komunikasi diarahkan pada upaya pencapaian konsesus (kesepakatan). Kegiatan yang demikian, lazim disebut sebagai kegiatan propaganda. Misalnya pemberitaan surat kabar yang isinya menyarankan agar warga masyarakat mau menerima dan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB).
13
Sasa Djuarsa Sendjaja, Op. Cit, hlm 44-45.
3. Fungsi sosialisasi menunjuk pada upaya pendidikan dan warisan nilai – nilai, norma – norma, dan prinsip – prinsip dari satu generasi ke generasi lainnya atau dari anggota / kelompok masyarakat ke anggota / kelompok masyarakat lainnya. Misalnya pendidikan dan pewarisan mengenai kemampuan berbahasa kepada anak – anak dan cucunya, kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh guru kepada murid – muridnya, penyuluhan program Keluarga Berencana (KB) kepada warga masyarakat. Dari beberapa pendapat diatas, berkaitan dengan penelitian ini peneliti menarik kesimpulan bahwa fungsi dari komunikasi adalah untuk memberikan informasi kepada siswa siswi tentang bahaya dari penyakit HIV&AIDS. Selain itu juga sebagai sarana untuk bersosialisasi, memotivasi siswa, sarana pendidikan, media pertukaran pendapat, menjalin hubungan, dan sebagai usaha pencegahan pada siswa untuk tidak melakukan perilaku yang beresiko dengan penularan penyakit HIV & AIDS dalam kehidupan mereka, seperti free sex, penggunaan jarum suntik pada narkoba, dan jarum tatto yang tidak steril. Mengenai tujuan komunikasi R. Wayne Pace, Brent D. Gold Peterson, dan M Dallas Burnent dalam bukunya yang berjudul “Teaching For Effective Communication” menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:14
14
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, Cet-ke-1, PT. Al-Amin Press, Yogyakarta, 1996,hlm19.
1. To secure understanding. 2. To estasblish acceptance. 3. To motivate action. Tujuan pertama dari komuniaksi adalah to secure understanding memastikan bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Setelah komunikasi mengerti dan menerima maka penerimaannya itu harus dibina (to estasblish acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motive action). Jadi, tujuan komunikasi bagaimana satu pesan dapat sampai dan diterima oleh komunikan sehingga menimbulkan efek tertentu.
2.1.2 Unsur – Unsur Komunikasi Komunikasi sebagai sebuah proses mengandung unsur – unsur yaitu : komunikator, komunikan, pesan, dan media. Dan unsur – unsur tersebut harus ada dalam sebuah proses komunikasi, karena merupakan syarat dari terciptanya komunikasi. 1. Komunikator dan Komunikan Komunikator adalah “individu atau kelompok yang mengambil prakarsa ataupun sedang mengadakan komunikasi dengan individu atau kelompok (sasaran yang lain)”.15 Lebih jelasnya, komunikator adalah pihak yang memulai menyampaikan pesan baik perseorangan (individu), kelompok, ataupun dalam bentuk organisasi.
15
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung, Bina Cipta, 2001, hlm 2.
Sedangkan komunikan adalah lawan dari komunikator yaitu pihak yang menerima pesan baik individu, kelompok, ataupun bentuk organisasi. Dan yang menghubungkan komunikator dan komunikan adalah informasi yang berisi gagasan atau perumusan dan maksud dari komunikator kepada komunikan. Di dalam proses komunikasi selain terjadi pertukaran informasi antara komunikator dan komunikan, terjadi pula proses penyesuaian diri dari kedua pihak yang melakukan komunikasi.16 2. Pesan Dalam proses komunikasi pesan merupakan sebuah gagasan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Wilbur Schramm dalam karyanya “How Communication Works” mengemukakan mengenai cara membuat pesan yang baik, yaitu:17 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud. 2. Pesan harus menggunakan tanda – tanda yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama – sama saling mengerti. Pesan harus dapat membangkitkan
kebutuhan
pribadi
pihak
komunikan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu. 16 17
Sasa Djuarsa Sendjaja, Op. Cit, hlm 45. Onong Uchjana Effendy, Op.Cit, hlm 32-33.
dan
3. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Komunikasi dapat dikatakan berhasil jika apa yang diperoleh komunikator, paling tidak sebagian, sesuai dengan harapan atau pesan yang diinginkan semula. Dalam kegiatan kampanye tersebut berkaitan dengan penelitian ini, pesan yang disampaikan adalah tentang pencegahan dan bahaya dari penyakit HIV & AIDS bagi siswa. 3. Media Media (alat) dalam sebuah proses komunikasi adalah sebuah alat penyampai pesan dari komunikator kepada komunikan. Media dalam komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern. Dewasa ini kecanggihan media komunikasi tidak hanya terbatas pada pengiriman pesan dalam bentuk suara, seperti : kentongan, telegram, telepon, radio, tetapi pengiriman pesan telah sampai pada media yang disertai dengan gambar (visual) baik yang bergerak ataupun tidak. Seperti internet, televisi, dan handphone. Untuk mencapai komunikasi yang baik komunikator dapat menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa media sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan.
2.1.3 Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya.18 Michael Burgoon mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.19 Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.20 Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
18
Anwar Arifin,”Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas”, Bandung, Penerbit Armico, 2001, hlm 30. 19 Wiryanto, ”Pengantar Ilmu Komunikasi”, Jakarta, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hlm 26. 20 Deddy Mulyana, ”Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hlm 20.
2.2 Hubungan Masyarakat (Public Relations) 2.2.1 Pengertian Public Relations Menurut Frank Jefkins, humas atau public relations (PR) adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.21 Selain itu, Jefkins juga mendefinisikan praktek public relations sebagai suatu seni sekaligus suatu disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi masukan dan saran – saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program – program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya. PR sebagai suatu seni juga diungkapkan menurut Mexican Statement, yang menyatakan bahwa : “PR practice is the art and science of analizing trends, predicting their consequences, counseling organizations leaders and implementing planned,programmed of action which will serve both the organization and the public internet.”22 Dapat diartikan bahwa PR adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan sosial diperkirakan, disepakati oleh pemuka dan diterapkan melalui aksi – aksi program yang terencana yang mana berguna bagi organisasi itu sendiri ataupun kegiatan publik.
21 22
Frank Jefkins, Public relations, Jakarta,PT Erlangga, Ed. 5, 2003 hlm 9. The Mexican Statement, World Assembly of Public Relations Associations in 2000.
Jhon E. Marston menuliskan bahwa : “Public relation is a planned, persuasive communication designed to influence public.” (Public Relations adalah suatu upaya komunikasi yang terencana dan membujuk yang dirancang untuk mempengaruhi khalayak sasarannya).23 Dari definisi yang sangat umum tersebut, Marston memberikan definisi yang lebih spesifik, yang lebih konkret mengenai PR, yaitu :24 “PR adalah seni untuk membuat perusahaan anda disukai dan dihormati oleh para karyawan, konsumen dan penyalurnya.” Keberadaan PR sendiri sudah dimulai sejak awal abad ke 20 dan terus berkembang hingga kini PR merupakan suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial maupun non komersial, disektor publik, (pemerintah) maupun privat (swasta). Angela Murray dalam bukunya Public Relations Collins English Dictionary yang mendefinisikan PR sebagai berikut : “The practice of creating promoting, or maintaining goodwill and a favourable image among the public towards an institution, public body, etc.”25 Murray disini menjelaskan bahwa PR merupakan praktek dari penciptaan, promosi, dan pemeliharaan itikad atau niat baik dan suatu citra baik yang tercipta diantara publik terhadap sebuah institusi, badan 23
John E. Marston, Modern Public Relations Publisher, New Delhi, McGraw-Hil,2001, hlm 72 Ibid, hlm 84 25 Angela Murray, Public Relations Collins English Dictionary, 2001, hlm 54. 24
masyarakat, dan lain – lain. Murray menambahkan bahwa yang dimaksud dengan publik disini adalah pelanggan, klien, penanam modal, pemasok, pegawai perusahaan, dan kelompok – kelompok lain yang menaruh minat terhadap perusahaan. Indrawadi Tamin menuliskan bahwa pengertian Public Relations itu sendiri adalah :26 “Sebagai fungsi manajemen yang mengevakuasi sikap – sikap publik mengidentifikasikan kebijakan – kebijakan dan prosedur – prosedur dari suatu organisasi dengan kepentingan publik dan melaksanakan program kegiatan dan komunikasi untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.” Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen disini adalah untuk mencapai target tertentu, yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevakuasi hasil – hasil apa yang telah dicapainya. Definisi Public Relations menurut Institute of Public Relations (IPR) British, yaitu praktek Public Relations atau PR adalah keseluruhan upaya yang di langsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan segenap khalayak.
26
Indrawadi Tamin, Fungsi Manajemen, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000, hlm 20.
Pengertian Public Relations dibagi menjadi dua jenis yaitu dalam pengertian teknik komunikasi dan state of being. 1. Public Relations sebagai teknik komunikasi : Pada hakikatnya adalah kegiatan Public Relations mempunyai ciri komunikasi dua arah atau timbal balik. Teknik komunikasi tidak selalu dilakukan oleh petugas Public Relations, melainkan oleh pimpinan organisasi atau lainnya. 2. Public Relations sebagai state of being Keadaan wujud atau yang merupakan wahana kegiatan hubungan masyarakat dalam bentuk biro, bagian, seksi, urusan dan lainya. Penggunaan istilahnya disesuaikan dengan bentuk struktur organisasi. Komposisi personalia Public Relations dari masing – masing organisasi tentu saja berbeda tergantung dari kebutuhannya. Di suatu organisasi, mungkin saja departemen Public Relatiosnnya hanya terdiri dari seorang manajer dan seorang sekretaris. Namun, banyak pula organisasi atau perusahaan yang juga memperkerjakan para asisten spesialis seperti pejabat pers, editor, jurnal internal, perancang media cetak, fotografer dan sebagainya, untuk menunjang pelaksanaan departemen Public Relationsnya. Ada pula organisasi yang tidak memiliki atau mempekerjakan spesialis Public Relations secara permanent, atau bahkan tidak memiliki sebuah biro khusus Public Relations sama sekali.
Dapat ditarik kesimpulan Public Relations adalah suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari publik pada umumnya, termasuk stakeholder internal. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui corporateculture building (membangun budaya lembaga) berbentuk disiplin, motivasi, peningkatan pelayanan dan produtivitas kerja yang diharapkan untuk terciptanya sense of belonging terhadap lembaga. Sedangkan ke luar, berupaya menciptakan kepercayaan dan citra lembaga (corporate image) yang sekaligus memayungi dan mempertahankan citranya.
2.2.2 Fungsi Public Relations Cutlip, Center and Broom menegaskan bahwa: “Public Relations merupakan fungsi dari manajemen yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam membangun dan membina hubungan yang bermanfaat antara perusahaan dengan khalayaknya”27 Sedangkan Rhenald Kasali berpendapat bahwa Public Relations merupakan suatu fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Dalam proses penerimaan publik ini, perusahaan perlu memperhatikan hubungan yang harmonis dengan masyarakatnya, seperti terbuka, jujur, fair, konsisten dan tidak mengasingkan diri”.28
27
th
Scott M. Cutlip, Allen H.Center , Glen M.Broom, “Effective Public Relation”, 6 Edition, New Jersey, Prentice Hall, hlm 6. 28 Renald Kasali,“Manajemen Public Relations”,Cetakan Kedua, Jakarta, PT Pustaka UtamaGrafiti, 1999, hlm 10.
Selain fungsi yang telah disebutkan di atas, Public Relations juga memiliki tugas seperti: 1. Menyelenggarakan
dan
bertanggung
jawab
atas
penyampaian
informasi atau pesan secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik mempunyai pengertian yang benar tentang hal ikhwal atau lembaga, dan segenap tujuan serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapa umum masyarakat. 3. Mempelajari atau melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan perusahaan maupun segala macam pendapat ( public acceptance and non-acceptance). 4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favour, public opinion dan perubahan sikap.29 Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Hubungan masyarakat Suatu Studi Komunikologis” mengemukakan fungsi dari Public
Relations. 1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan eksternal. 29
F. Rachmadi, “Public Relations dalam Teori dan Praktek”, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hlm 22.
3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dan organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. 4. Melayani
publik
dan
menasehati
pimpinan
organisasi
demi
kepentingan umum. 5. Operasionalisasi dan Public Relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.30 Public Relations juga mempunyai fungsi timbal balik, keluar dan kedalam. Keluar artinya seorang Public Relations harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi. Kedalam artinya berusaha mengenali dan mengidentifikasikan hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif (kurang menguntungkan) dalam masyarakat.31
2.2.3 Peranan Public Relations Kalau kita menganalisis pendapat para ahli ada empat peran yang dapat dimainkan oleh PR dalam membina saling pengertian : pertama, peran sebagai interpreter atau in the middle, Public Relations berperan 30
Rosady Ruslan, “Kiat dan Strategi kampaye Public Relations”,Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hlm 9. 31 F. Rachmadi, Op.Cit, hlm 22.
sebagai sumbu antara manajemen dengan publik internal maupun eksternal. Kedua, peran sebagai lubricant, pelumas atau pelicin untuk terciptanya hubungan internal yang harmonis dan efisien. Pada peran PR dapat mencegah kemungkinan timbulnya friksi – friksi atau perpecahan dalam organisasi. Ketiga, peran monitoring. Keempat, peran yang sudah dikenal luas selama ini yaitu PR harus melakukan tindakan komunikasi baik dilakukan dalam internal maupun eksternal publik untuk terciptanya saling pengertian. Peran Public Relations lainnya adalah fungsi manajemen sebagai peneliti dan penilai selera dan sikap masyarakat, menyelaraskan kebijakan organisasi
dengan
kepentingan
umum,
serta
merumuskan
dan
melaksanakan suatu program kerja untuk mendapat dukungan dan kepercayaan masyarakat.32 Melihat peran Public Relations sebagaimana disebutkan diatas maka ada empat persyaratan dasar yang harus dipenuhi saat Public Relations menjalankan tugasnya, yaitu: a. Jujur dan berkredibilitas Seorang praktisi Public Relations yang jujur dan berkredibel akan membuat donatur percaya sepenuhnya kepada Public Relations itu sendiri, baik memberikan informasi dan ide kepada donatur dalam mengembangkan beritanya.
32
Rachmat Kriyanto,“Public Relations Writing Media PR Membangun Citra Korporat”, Jakarta, Penerbit Kencana, 2008, hlm.2.
b. Memberikan Pelayanan Informasi dan Data yang dibutuhkan Seorang Public Relations harus mampu memberikan pelayanan informasi yang cepat dan memberikan data yang paling pasti, dengan data yang paling benar, kapan pun juga tanpa batas waktu dan tempat. c. Transparansi Keterbukaan saluran informasi yang dapat dipercaya dan terbuka kepada donatur. d. Partisipasi Keikutsertaan publik dan para donatur dalam memperoleh informasi dan data, upaya pengecekkan serta proses pengambil keputusan bersama dalam organisasi. Berperan atau tidaknya Public Relations, adalah dengan melihat apakah kegiatannya ada atau tidak. Ciri – ciri dari kegiatan Public Relations adalah :33 a) Adanya kegiatan komunikasi dalam organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik. b) Adanya usaha – usaha untuk memenuhi rasa tanggung jawab sosial seiring dengan upaya menunjang pencapaian tujuan organisasi. c) Adanya upaya untuk memproyeksikan hal yang berkaitan dengan perusahaan masa lalu, sekarang dan yang akan datang kepada publik internal dan eksternal. d) Adanya kegiatan penelitian yang berkaitan dengan sikap publik terhadap perusahaan atau organisasi. 33
www.cbn.net.02 /07 / 2009
e) Menyampaikan informasi berdasarkan fakta kepada publik. f) Menggunakan opini publik dan hasil penelitian lainnya sebagai input bagi perusahaan atau organisasi. Peran
utama
Public
Relations
yang
dijalankan
adalah
menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara perusahaan dengan publiknya, internal maupun eksternal, dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan perusahaan. Peran Public Relations yang semestinya dijalankan yaitu :34 1. Menyelenggarakan
dan
bertanggung
jawab
atas
penyampaian
informasi kepada publik agar mempunyai pengertian yang benar. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum. 3. Mempelajari dan melakukan analisis reaksi publik terhadap kebijakan yayasan. 4. Menyelenggarakan hubungan yang baik dengan masyarakat dan media massa untuk memperoleh public favourable, public opinion, dan perubahan sikap.
34
Rachmat Kriyanto, Op.Cit, hlm 5
Aktivitas sekalligus peran Public Relations yang dilakukan sehari – hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way traffic communication) antara lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi, dan sebagainya, demi kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Jadi, Public Relations tersebut sangat erat kaitannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat. Tujuan
Hubungan
Masyarakat
adalah
untuk
menciptakan,
membina, memelihara, sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. Istilah harmonis adalah yang menjadi sifat hubungan yang harus dibina seorang Hubungan Masyarakat mengandung makna yang luas, yakni sikap menyenangkan (favourabel), itikad baik (good will), toleransi (tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidence), saling menghargai (mutual appreciation), dan citra baik (good image). Sifat hubungan yang harus dibina oleh seorang Hubungan Masyarakat yaitu bersifat menyenangkan, mempunyai itikad baik, toleransi tinggi, saling pengertian, mempercayai, dan saling menghargai kepada publiknya sehingga akan tercipta citra yang baik terhadap organisasi.
Menurut Cutlip dan Center dan Canfield, fungsi Public Relations dapat dirumuskan sebagai berikut :35 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (organisasi). 2. Membina hubungan baik yang harmonis antara badan atau organisasi dengan publiknya sebagai khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasikan yang menyangkut opini, persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap badan atau organisasi yang diwakili atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama. 5. menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dan mengatur arus informasi publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya atau sebaliknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak. Di satu pihak seorang Public Relations dapat bertindak sebagai perantara (mediator). Sedangkan di lain pihak, mempunyai tanggung jawab sosial (social responsibility) dan dalam menjalankan perannya harus berlandaskan kejujuran, etika, dan moral yang tinggi sebagai penyandang profesional Public Relations. Dalam hal peran ganda yang bersifat dilematik tersebut, public relations berperan sebagai komunikator, mediator, persuator, organisator, 35
Scoot and Cutlip, Allen H. Center, Glen. Broom, Efektif PR,Jakarta, Penerbit Kencana 2006, edisi ke 9, hlm 16.
dan konsultan sering terjadi di tengah masyarakat dalam era globalisasi penuh kompetitif sekarang ini. Dalam berbagai situasi dan kondisi yang penuh tantangan, pihak PR akan menghadapi beban tugas yang cukup berat. Dalam iklim kompetitif tersebut yang bersangkutan mempunyai peran pokok utama, yaitu bertindak sebagai komunikator, mediator, kemudian
bertindak
sebagai
pendukung
manajemen
(back
up
management), dan tujuan akhirnya adalah bagaimana memperoleh atau mempertahankan citra bagi lembaga yang diwakilinya.
2.2.4 Proses Transfer Public Relations Situasi public relations yang klasik dapat diilustrasikan pada gambar 2.1, dimana bisa dilihat hal – hal apa saja yang harus dihadapi oleh praktisi PR. Pada situasi, tujuan yang hendak dicapai adalah mengubah empat sikap negatif menjadi empat sikap positif. Melalui pegubahan tersebut diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu pengetahuan yang akan menumbuhkan pemahaman timbal balik antara organisasi yang bersangkutan dengan segenap khalayaknya.
Gambar 2.1 Proses Transfer Public Relations36
Permusuhan
Simpati
Prasangka
Penerimaan
Apati
Minat
Acuh tak acuh
Pengetahuan
Situasi negatif
Situasi positif
Penjelasan keempat unsur sikap pada gambar diatas yaitu : 1. Permusuhan (hostility) : praktisi PR perlu mengetahui ada – tidaknya sikap permusuhan yang tertuju kepada organisasi atau perusahaan, sejauh mana kadarnya, seperti apa bentuknya, apa sajakah faktor penyebabnya, serta dapatkah dan bagaimana caranya meredakan sikap permusuhan tersebut. 2. Prasangka (prejudice) : prasangka itu bisa muncul dari sebab – sebab yang bersifat pribadi, edukasional, faktor keagamaan, konflik sosial atau benturan kelas, pengaruh lingkungan, atau semata – mata hanya karena salah paham. Apa yang disebut sebagai prasangka itu bisa berubah atau diubah. Pada awalnya, orang selalu memiliki sikap yang konservatif terhadap berbagai ide atau hal – hal yang baru dan cenderung menolak adanya perubahan. Tapi begitu mereka mulai terbiasa atau begitu mereka melihat adanya segi – segi yang psitif atau
36
Frank Jefkins, Op.Cit, hlm 51
menarik dari gagasan atau hal baru tersebut, maka mereka akan positif atau menarik gagasan atau hal baru tersebut, maka mereka akan segera menerima atau mendukungnya, serta sekaligus menolak gagasan – gagasan lama yang semula mereka pertahankan dengan gigih. 3. Apati (apathy) : sikap apatis ini merupakan musuh utama public relations
karena
merupakan
ganjalan
pokok
bagi
terciptanya
pemahaman. Sikap enggan, masa bodoh dan tidak mau tahu ini pada dasarnya adalah produk dari suatu ego yang berlebihan, kemalasan, keterbatasan imajinasi, atau semata – mata diakibatkan oleh tidak memadai atau tidak menariknya cara penyajian atas sesuatu subyek yang baru sehingga tidak mampu memancing minat dan kepercayaan khalayak yang dituju. 4. Sikap acuh tak acuh (ignorance) : sikap ini merupakan penyakit umum yang sampai batas tertentu masih wajar. Pada zaman yang serba sibuk seperti sekarang ini, seseorang tidak mungkin mengetahui dan memahami segala sesuatu dengan baik. Praktisi PR harus menerima kenyataan bahwa organisasi senantiasa dituntut untuk bersaing agar memperoleh perhatian, atau demi memperebutkan tempat pada pikiran masyarakat. Tujuan paling mendasar dari kegiatan public relations adalah penciptaan pemahaman. Setiap praktisi PR berkewajiban menjadikan khalayak organisasinya memahami produk atau kehadiran organisasi secara keseluruhan.
2.3 Organisasi Non Profit Pengertian organisasi non profit, menurut Cutlip, Center dan Broom terdapat lima (5) jenis tentang definisi organisasi non profit, sebagai berikut37: 1. Organized Secara singkat, yaitu terdapat beberapa kelembagaan sesungguhnya, dan berarti organisasi tersebut memiliki piagam (perizinan), kegiatan menyelenggarakan pertemuan berkala dan pengurus tetap, peran serta atau indikator dalam kegiatannya relatif permanent. 2. Private Merupakan organisasi non profit dan kelembagaannya sebagai agen yang tidak terkait dengan atau dibawah kontrol pemerintah dan meskipun organisasi bersangkutan menerima bantuan dana dari pihak pemerintah. 3. Non Profit Distributing Organisasi non profit yang tidak sama dengan organisasi disektor private, tidak berupaya mencari keuntungan (profit) bagi pihak pemilik dan jajaran direktur lembaga tersebut, yang berarti memiliki pendapatan lebih dipergunakan untuk mencapai misi organisasi bersangkutan. Dalam hal ini berarti organisasi non profit tidak mencari keuntungan, maka pendistribusian keuntungan perusahaan dilarang dilaksanakan oleh pengurus sebagai akibat dari organisasi tersebut tidak berorientasi mencari profit.
37
Ibid, hlm 42
4. Self Coverning Merupakan organisasi non profit bebas dan mandiri, serta memiliki kontrol sendiri, kemampuan merancang prosedur secara mandiri dan bebas kontrol dari pihak luar, kemudian memiliki dewan direksi dan memberikan peluang bagi warga untuk berpartisipasi sesuai dengan karakter organisasi non profit yang bebas dan independen. Bebas ikut campur dan kontrol dari pihak pemerintah. 5. Voluntary Secara sederhana dimana kegiatan partisipasi dari sukarelawan dalam organisasi non profit atau perilaku program kerja yang berkaitan dengan pengelolaan dana bantuan sosial. Hal ini merupakan bentuk atau karakter organisasi non profit yang bersifat melakukan kegiatan amal dan relawan demi kepentingan masyarakat. Pengertian dari Public Relations non profit itu sendiri adalah Public Relations atau Hubungan Masyarakat yang meng- Public Relations instansi atau lembaga yang tidak mencari profit atau laba. Akan tetapi peran yang dilakukan oleh Public Relations non profit tidak jauh berbeda dengan Public Relations profit. Persamaan PR profit dan PR non profit yaitu sama – sama menyerap, menampung, menganalisa dan menyampaikan aspirasi publik internal dan eksternal melalui media massa atau secara langsung, lisan ataupun tulisan. Sehingga publiknya merasa dekat dengan yayasannya.
2.4 Pengertian Strategi Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Menurut M. B . Ali dan T.Deli, “ strategi adalah metode, siasat dan jalan (aturan atau sistem) untuk melakukan suatu tindakan”.38 Akan tetapi , untuk mencapai suatu tujuan tersebut tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula dengan strategi kampanye yang merupakan paduan perencanaan program komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi kampanye ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu – waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Menurut kamus umum bahasa Indonesia “kata strategi pada dasarnya adalah mempunyai pengertian rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”.39 Strategi merupakan program umum untuk pencapaian tujuan oganisasi dalam pelaksanaan misi. Strategi memberikan pengarahan terpadu bagi organisasi yang digunakan untuk pencapaian tujuan.
38
Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya,2001. hlm.8 Dep. Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Perum Balai Pustaka, Jakarta,2003.hlm 859. 39
Sementara itu kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal – hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut dengan hal – hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau dari luar kalau dapat ia akan terus hidup, kalau tidak ia akan mati seketika”.40 Dari beberapa penjelasan diatas peneliti menarik kesimpulan, strategi merupakan perencanaan yang dibuat secara cermat dan sistematis terhadap suatu program atau permasalahan yang dihadapi untuk tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Berkaitan dengan penelitian ini strategi Yayasan AIDS Indonesia dalam kampanye ini adalah bagaimana cara Yayasan AIDS Indonesia untuk menyadarkan siswa akan pencegahan dari bahaya penyakit HIV & AIDS melalui kegiatan Talktainment Road To School yang dilakukan untuk menyampaikan informasi seputar pencegahan dan bahaya dari penyakit HIV&AIDS agar mereka jangan sampai melakukan perilaku – perilaku yang menyimpang dan dapat tertular penyakit HIV & AIDS, seperti menggunakan jarum suntik pada narkoba. Media yang biasa digunakan oleh PR non profit adalah komunikasi secara tatap muka (face to face). Dengan komunikasi tatap muka penyampaian informasi akan lebih mudah diserap oleh audience yang mendengar dan apabila ada yang kurang dimengerti atau ada yang ingin ditanyakan dapat langsung disampaikan pada saat itu juga. 40
Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, Dasar – Dasar Public Relations, PT Remaja Rosdakarya, Bandung ,2005,hlm 30.
Dengan komunikasi secara tatap muka ini akan menimbulkan rasa kedekatan tersendiri antara khalayak dengan pihak yayasan. Biasanya lembaga non profit terbuka bagi siapa saja, baik pihak internal maupun eksternal. Mereka dapat berkunjung kapan saja untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya pihak yayasan akan sangat terbuka dalam memberikan informasi yang diinginkan. Dari hal – hal diatas yang dilakukan diharapkan akan tercipta jalinan hubungan yang harmonis antara yayasan dengan publiknya. Adanya rasa saling memiliki dan kekeluargaan di dalamnya. Sehingga yayasan akan selalu di dukung oleh publiknya dalam menjalankan program kerjanya.
2.5 Kampanye Menurut pakar komunikasi, Rica & Paisley, mengatakan bahwa kampanye adalah keinginan seseorang untuk mempengaruhi opini individu dan publik, kepercayaan audiensi daya tarik komunikator yang sekaligus komunikatif. William Albig mendefinisikan komunikasi dalam berkampanye “merupakan proses pengoperan lambang – lambang yang bernama antar individu”, suatu lambang yang sama – sama dimengerti”. Pengoperasian pesan (message) tersebut berupa ide, pikiran, dan perasaan. Pikiran merupakan gagasan, info, pengetahuan, ilham dan sebagainya, sedangkan perasaan bisa berupa perasaan bahagia, sedih, marah, bimbang dan lainnya.
Menurut Scott M. Cutliff dan Allen H. Centre bahwa program kerja di dalam suatu kampaye, yaitu sebagai berikut :41 To device and implement programs that will gain wide and favourbale interpretations of an organizing policies and operations. Artinya, merencanakan dan melaksanakan program – program yang dapat menumbuhkan penafsiran yang menyenangkan terhadap suatu kebijaksanaan dan mengenal operasional organisasi. Pendapat pakar lainnya dari Prof. Duyker (Belanda) yang mengatakan bahwa kampanye tersebut: “menggunakan berbagai lambang untuk mempengaruhi manusia sedemikian rupa sehingga tingkah laku yang timbul karena pengaruh tersebut sesuai dengan keinginan komunikator”. Penulis meyimpulkan kampanye merupakan pengoperan pesan dengan menggunakan berbagai lambang, sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku manusia.
2.5.1 Definisi dan Objek Kampanye dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyiapan pesan
41
Rosady Ruslan,”Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations”, Jakarta, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, 2002.hlm73.
secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka tertentu yang berkelanjutan. Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan motivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra yang positif. Dalam peranan atau pratik lapangan public relations sehari – hari bahwa kampanye tersebut akan berbeda pengertian dengan propaganda. Melakukan kampanye (campaign) disini lebih menitik beratkan untuk membangun suatu saling pengertian dan pemahaman (soft selling) melalui persuasi dari khalayak sasaran. Sedangkan propaganda selain bertujuan untuk mencari pengikut atau dukungan, juga untuk tujuan membangun suatu pengertian dari khalayak sasaran, tetapi lebih menitik beratkan unsur “paksaan” (hard selling) disamping melakukan persuasi. Keduanya sama aktivitasnya dalam penyampaian pesan atau isu melalui proses berkomunikasi dengan menggunakan media massa atau non media massa.
2.5.2 Tujuan Kampanye Tujuan kampanye biasanya ditetapkan disalah satu dari tiga level berikut 42:
42
www.Kampanye – Public Relations.html. .02 /07 / 2009
1. Kesadaran (awarness) ; membuat publik sasaran untuk berpikir tentang suatu hal dan mencoba untuk memperkenalkan suatu tingkatan pemahaman tertentu, semua itu bisa disebut sebagai tujuan kognitif (pemikiran) 2. Sikap dan opini (attitude and opinion) ; membuat publik sasaran untuk membentuk suatu sikap atau opini tertentu tentang suatu subjek, semua itu disebut sebagai tujuan afektif. 3. Perilaku (behaviour) ; membuat publik sasaran anda untuk bertindak sesuai dengan yang di inginkan, ini disebut dengan tujuan konatif.
2.5.3 Jenis-Jenis Kampanye Secara Umum Aktivitas kampanye berkaitan dengan apa tujuan dari kampanye itu tersebut dilakukan, siapa target sasarannya dan dalam rangka kegiatan apa saja. Dalam berbagai kegiatan tersebut terdapat beberapa jenis program kampanye yang dilaksanakan secara prinsip merupakan kegiatan yang bertitik tolak untuk memotovasi atau membujuk. Menurut Charles U. Larson jenis – jenis kampanye yaitu:43 1. Product-oriented campaign ; kegiatan dalam kampanye berorientasi kepada produk, dan biasanya dilakukan dalam kegiatan komersial. Sebagai contoh misalnya, Kampanye promosi peluncuran pemasaran suatu produk baru, perubahan logo baru, dan kegiatan pemasaran lainnya.
43
Rosady Ruslan,”Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations”, Jakarta, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, 2007 hlm.25
2. Candidate-orieted campaign : kegiatan kampanye yang berorientasi bagi calon kandidat untuk kepentingan kampanye politik yang berupaya meraih dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat. 3. Ideological or cause-oriented campaign ; jenis kampanye ini bertujuan dan bersifat khusus dan berdimensi pada perubahan sosial dan bersifat nonkomersil. Contohnya : kampanye anti narkoba, anti HIV&AIDS, dan lain sebagainya.
2.6 Metode Kampanye Metode kampanye dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis dan dilakukan berulang-ulang secara kontinyu. Sebaliknya, jika kampanye tersebut secara insidentil atau hanya dilakukan sekali, tertentu dan terbatas, maka hal ini jelas tidak bermanfaat atau kurang berhasil untuk menggolkan suatu tema, materi, dan tujuan kampanye. Dalam kampanye tidak terlepas dari komunikasi yang bersifat membujuk (persuasive) dan mendidik (edukatif), yaitu berupaya untuk mengubah prilaku, sikap bertindak, tanggapan, persepsi, hingga membentuk opini publik yang positif dan mendukung atau yang menguntungkan segi citra dan sebagainya.Dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan (message), misalnya melalui teknik periklanan (advertising) sebagai alatnya (tool of campaign) dan rencana pemasangan iklan promosi, baik di media cetak
maupun media elektronik akan menjamin untuk “penyampaian pesan-pesan iklan” sebagai sarana komunikasi yang efektif.
2.7 Teknik Berkampanye Untuk menghasilkan suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan kepada audiensnya cukup efektif, antara lain beberapa teknik kampanye yang lazim, yaitu sebagai berikut : 1. Partisipasi Partisipasi, yaitu teknik yang mengikutsertakan (partisipasi) atau peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama
ke
dalam
suatu
bagian
kampanye
dengan
tujuan
untuk
menumbuhkan saling pengertian, menghargai, kerja sama dan toleransi. 2. Asosiasi Asosiasi, menyajikan isi kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang tengah ramai atau yang sedang dibicarakan agar dapat memancing perhatian masyarakat. 3. Teknik Integratif Teknik ini adalah bagaimana untuk menyatukan diri (komunikator) kepada khalayaknya secara komunikatif dengan mengucapkan kata-kata : “Kita, kami, anda sekalian atau untuk anda,dan sebagainya, yang artinya mengandung makna bahwa yang disampaikan pihak komunikator bukan
kepentingan dirinya atau perusahaannya, atau bukan untuk mengambil keuntungan sepihak, tetapi mengambil manfaat secara bersama, demi untuk kepentingan bersama”. 4. Teknik Ganjaran Teknik ganjaran bermaksud untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran atau menyajikan sesuatu dengan “iming-iming hadiah”, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan yaitu : a. Bisa berupa benefit atau manfaat, kegunaan, dan sebagainya. b. Bisa berupa ancaman, kekhawatiran dan suatu yang menakutkan. 5. Teknik Penataan Patung ES Hal ini merupakan suatu upaya dalam menyampaikan pesan suatu kempanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan dan sebagainya. 6. Memperoleh Empati Suatu teknik berkampanye dalam menempatkan diri dalam posisi komunikan, ikut merasakan dan ”peduli” situasi atau kondisi pihak komunikan. 7. Teknik Koersi Atau Paksaan Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu paksaan yang dapat menimbulkan ketakutan atau kekhawatiran bagi pihak komunikan yang tidak mau tunduk melalui suatu ancaman tertentu.
Disamping itu, ada risiko yang dihadapi dalam berkampanye yang dapat menggagalkan teknik persuasi atau membujuk pihak khalayak sasaran (target audience), yaitu sebagai berikut:44 1. Penyesatan suatu pengertian atau pemahaman tentang tema kampanye yang tengah dilancarkan oleh pihak lain (kompetitor). 2. Merusak atau memalsukan isi atau materi pesan (to make the message invalid). 3. Menafsirkan suatu pesan dengan ukuran menurut pengertian dan pandangan sepihak (subjective evaluation). 4. Memberikan pesan yang bahasanya terlalu sukar untuk mengerti atau dicerna maksud dari pesan yang hendak disampaikan itu (to make the message too dificult to be understanding). Sebelum melakukan atau menggalakkan suatu program kampanye, terlebih dahulu pihak yayasan harus membangun kredibilitas dan citra perusahaan (corporate credibility and image) yang positif kepada masyarakat. Setelah itu, mengangkat tema, topik, atau isu yang akan dijadikan ajang kampanye. Disamping itu, harus ada kesiapan mental, keyakinan, dan kepercayaan diri dari para motivator / relawan yang pada akhirnya akan bertindak sebagai komunikator atau mediator dari pihak organisasi atau perusahaan terhadap komunikan sebagai objek sasaran khalayaknya (target audience).
44
Ibid, hlm 74
2.8 Perencanaan Kampanye Perencanaan merupakan tahap yang harus dilakukan agar kampanye dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Ada beberapa alasan mengapa sebuah perencanaan harus dilakukan dalam sebuah kampanye (Gregory, 2000; Simmons, 1990) yaitu:45 1. Memfokuskan usaha. Perencanaan membuat tim kampanye dapat mengidentifikasi dan menyusun tujuan yang akan dicapai dengan benar hingga akhirnya pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, karena berkonsentrasi pada prioritas dan alur kerja yang jelas. 2. Mengembangkan sudut pandang berjangka waktu panjang. Perencanaan membuat tim kampanye melihat semua komponen secara menyeluruh. Ini akan membuat tim kampanye tidak berpikir mengenai efek kampanye dalam jangka waktu yang pendek tapi juga ke masa depan, hingga mendorong dihasilkannya program yang terstruktur dalam menghadapi kebutuhan masa depan. 3. Meminimalisasi kegagalan. Perencanaan yang cermat dan teliti akan menghasilkan alur serta tahapan kerja yang jelas, terukur dan spesifik serta lengkap dengan langkahlangkah alternatif, sehingga bila ada kegagalan bisa langsung diambil alternatif penyelesaian.
45
Antar Venus,”Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi”, Bandung, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, 2007. hlm.143
4. Mengurangi konflik. Konflik kepentingan dan prioritas merupakan hal yang sering terjadi dalam sebuah kerja tim. Perencanaan yang matang akan mengurangi potensi munculnya konflik, karena sudah ada bentuk tertulis mengenai alur serta prioritas pekerjaan untuk tiap – tiap anggota tim. 5. Mempelancar kerja sama dengan pihak lain. Sebuah rencana yang matang akan memunculkan rasa percaya para pendukung potensial serta media yang akan digunakan sebagai saluran kampanye, hingga pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang baik dan lancar. Semua keuntungan tersebut tidak akan didapatkan jika perencanaan kamapnye dilakukan sebatas angan – angan atau hanya ada dalam benak tim kampanye. Karenanya, perencanaan harus dibuat dengan matang dan dituangkan secara tertulis atau terdokumentasikan dengan jelas.
2.8.1 Aspek – Aspek Perencanaan Kampanye Tim perencanaan kampanye dapat merumuskan perencanaan berdasarkan lima pertanyaan sederhana yaitu : Apa yang ingin dicapai? Siapa yang akan menjadi sasaran?Pesan apa yang akan disampaikan? Bagaimana menyampaikannya? Bagaimana mengevaluasinnya? Kelima pertanyaan tersebut dapat dituangkan kedalam tahap – tahap perencanaan seperti yang digambarkan pada bagan berikut :
Gambar 2.2 Tahap-tahap Proses Perencanaan 46 ANALISIS
TUJUAN
ANALISIS PESAN STRATEGI TAKTIK WAKTU SUMBER DAYA EVALUASI TINJAUAN
Tahap-tahap proses perencanaan kampanye (Gregory, 2000:53)
1. Analisis Masalah Titik tolak untuk merancang suatu perubahan lewat kampanye adalah
dengan
membuat
perencanaan.
Langkah
awal
suatu
perencanaan adalah melakukan analisis masalah. Agar dapat di identifikasi dengan jelas, maka analisis masalah hendaknya dilakukan secara terstruktur. Pengumpulan informasi yang berhubungan dengan permasalahan harus dilakukan secara objektif dan tertulis serta memungkinkan untuk dilihat kembali setiap waktu. Hal ini dapat menghindarkan terjadinya pemecahan masalah yang tidak tepat.
46
Ibid, hlm 145
Analisis
yang
digunakan
untuk
perencanaan
program
kampanye yaitu analisis SWOT (Strenght, Weaknesess, Opportunity and Theats) yang lebih menfokuskan diri pada kalkulasi peluang pencapaian tujuan kampanye. Analisis SWOT meliputi empat elemen yaitu Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (tantangan). Strength dan Opportunities dapat dikelompokan sebagai pertimbangan – pertimbangan positif yang mendukung terlaksananya program kampanye, sedangkan Weaknesess dan Threats dikelompokan pada kondisi – kondisi negatif yang harus dihadapi kampanye. Gambar 2.3 Analisis SWOT 47 STRENGTHS (Kekuatan) - Sangat berkualitas, kompeten dan berpengalaman. - Good in-house program pelatihan telah menghasilkan staf yang kredibel. - Menyediakan pelatihan, penyuluhan dan keuangan dari satu sumber. - Sangat peningkatan pemahaman
WEAKNESSES (Kelemahan) - Kurang dukungan logistik: tidak ada transportasi dan peralatan. - Program-program yang terlalu pendek untuk punya banyak dampak. - Kurangnya informasi dan keahlian teknis. - Dana disalahgunakan atau tidak sah dilewatkan ke penerima.
tentang kebutuhan masyarakat
47
Anne Gregory. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relationss Edisi Kedua. Jakarta.Erlangga. 2004. hlm 47
OPPORTUNITIES (Kesempatan)
THREATS (Tantangan)
- Potensi untuk meningkatkan
- Anggaran yang tidak memadai dalam
efektivitas
arti riil menurun
- Potensi untuk pelaksanaan program
- Politik tekanan untuk
yang efektif.
memperpanjang program atau proyek
- Besar peluang untuk kerjasama
di luar sumber daya yang tersedia.
dengan semua stakeholder.
- Donatur akan menarik investasi.
- - Donatur akan mendanai program
- Program-program yang sudah
yang dirancang dengan baik dengan
direncanakan tidak akan dijalankan
menunjukkan dampak.
dampak dari kemerosotan ekonomi dan mengakibatkan penghematan lebih banyak.
2. Tujuan Tujuan harus disusun dan dituangkan dalam bentuk tertulis, dan bersifat realistis. Penyusunan tujuan yang realistis ini merupakan hal wajib dilakukan dalam sebuah proses perencanaan kampanye agar kampanye yang akan dilaksanakan mempunyai arah yang terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Ada beragam tujuan yang bisa dicapai dengan menggunakan program
kampanye.
menyampaikan kesalahpahaman,
Tujuan
sebuah
tersebut
pemahaman
menciptakan
diantaranya baru,
kesadaran,
adalah
memperbaiki mengembangkan
pengetahuan tertentu, menghilangkan prasangka, menganjurkan sebuah
kepercayaan, mengonfirmasi persepsi, serta mengajak khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Untuk mempermudah penyusunan sebuah tujuan kampanye, perhatikan beberapa aturan berikut (Gregory:2000):48 1. Susunlah tujuan kampanye (tujuan lembaga swadaya masyrakat). Tujuan yang dibuat adalah tujuan kampanye yang akan dilakukan, bukan tujuan organisasi secara keseluruhan, atau dampak lanjutan dari kampanye tersebut. 2. Susun tujuan secara seksama dan spesifik (tujuan khusus). Tujuan jangan dibuat menggantung dan sangat terbuka, tetapi didalamnya harus terjawab secara jelas dan spesifik tentang apa yang dikehendaki, kepada siapa, kapan dan bagaimana. 3. Susun tujuan yang memungkinkan untuk dicapai(apa yang ingin dicapai). Jangan menyusun tujuan terlalu muluk, hanya mengawang – awang dan akhirnya tak bisa tercapai. Pastikan bahwa tujuan yang disusun memungkinkan untuk dievaluasi tingkat pencapaiannya. 4. Kuantifikasi semaksimal mungkin (kuantitas / banyaknya). Semakin dapat dikuantifikasi sebuah tujuan, maka semakin mudah evaluasi tingkat pencapaiannya. Tidak semua tujuan dapat dikuatifikasi secara tepat, tapi sebagian besar, dapat dikuantifikasi.
48
Ibid, hlm 147
5. Pertimbangkan anggaran (budget yang digunakan). Penyusunan tujuan harus memperhatikan anggaran yang tersedia untuk program kampanye tersebut. 6. Susun tujuan berdasarkan skala prioritas (daftar prioritas kamapnye). Buatlah tujuan kampanye berdasarkan prioritas, agar tim kampanye dapat menfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan yang terarah. Misalnya prioritas tujuan kepentingan perusahaan, komersial, kepentingan pelanggan dan hingga komunitas tertentu). Tujuan kampanye dapat dibuat setinggi mungkin, namun demikian ada beberapa batasan internal dan eksternal yang harus diperhitungkan agar tujuan yang dibuat kemungkinan besar tercapai.
3. Public or Audience (publik atau khalayak sasaran) Dalam tahapan ini, untuk menetapkan siapa yang menjadi publik sasarannya dalam perencanaan program kampanye PR, menurut James Grunig (Gregory:2000) terdapat tiga bentuk, yaitu:49 1. Latent publics (publik tersembunyi yang sulit untuk dikenal keberadaannya oleh pihak organisasi),yaitu kelompok yang menghadapi
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
isu
kampanye,namun tidak menyadarinya.
49
Rosady Ruslan,”Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations”, Jakarta, Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, 2007 Hlm.150
2. Aware publics (publik yang peduli, dan bentuk publik ini yang mudah dikenali kegiatan dan keberadaannya),yaitu kelompok yang menyadari bahwa permasalahan tersebut ada. 3. Active publics (publik yang aktif dan selalu berkaitan dengan sesuatu permasalahan yang dihadapi dengan pihak perusahaan), yaitu
kelompok
yang mau
bertindak sehubungan dengan
permasalahan tersebut. Pemilihan publik mana yang akan menjadi sasaran bergantung pada tujuan kampanye yang akan dilaksanakan. Arens (1999) mengatakan bahwa identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye dilaksanakan dengan melakukan pemilahan atau segmentasi terhadap kondisi geografis (geographic segmentation), kondisi demografis (demographic
segmentation),
kondisi
perilaku
(behaviouristic
segmentation), dan kondisi psikografis (psycographic segmentation). Geographic segmentation berkaitan dengan ukuran atau luas daerah, lokasi spesifik, jenis media serta budaya komunikasi didaerah tempat tinggal sasaran. Demographic segmentation dilakukan dengan melihat karakteristik jenis kelamin, usia, suku, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan sasaran. Behaviouristic segmentation dilakukan dengan melihat status, gaya hidup, dan jenis perilaku lainnya. Psycographic segmentation dilakukan dengan melihat emosi serta nilai budaya yang dianut oleh publik.
4. Menentukan Pesan Perencanaan pesan adalah hal penting yang harus dilakukan dalam perencanaan kampanye. Pesan kampanye merupakan sarana yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan maka pesan harus disusun berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Gambar 2.4 Hubungan antara tujuan, isi pesan, dan hasil kampanye Tujuan
Isi Pesan
Hasil Kampanye
Diadaptasi dari Simmons, 1990,”Communication Campaign Management” hal 126
Pada tahap perencanaan pesan, yang pertama dilakukan adalah pembuatan tema kampanye. Tema merupakan ide utama yang bersifat umum, sebagai induk dari berbagai pesan yang akan disampaikan kepada sasaran. Contoh tema adalah “stop penyebaran AIDS mulai dari sekarang (stop AIDS act now!!..)”,”memerangi narkoba”, “menggunakan listrik secara hemat”, atau “menghemat air”.
Setelah tema ditentukan, barulah dilakukan pengelolaan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Pesan merupakan pernyataan spesifik dengan ruang lingkup tertentu, dan didalamnya terkandung tema atau ide utama. Sebuah tema kampanye dapat diturunkan menjadi berbagai variasi pesan yang disesuaikan dengan kondisi sasaran. Menetapkan pesan – pesan yang disampaikan melalui kampanye, terdapat empat langkah sebagai berikut : 1. Step one (langkah pertama) menetapkan keberadaan persepsi public berdasarkan hasil penelitian, untuk
menentukan apakah
diterima atau ditolak. 2. Step two (langkah kedua) menetapkan apakah terdapat upaya perubahan dari persepsi publik, untuk melihat
apa keinginan
publik yang sebenarnya agar tema atau isi pesan – pesan kampanye tersebut dapat diklarifikasi. 3. Step three (langkah ketiga) melakukan tahapan identifikasi dari unsur-unsur persuasif dan edukatif yang merupakan cara terbaik untuk mengenal keinginan berdasarkan faktual dan aktual informasi yang ada pada khalayak sasarannya. 4. Step four (langkah keempat) menyakinkan dalam penyampaian pesan – pesan yang lebih kredibel dan dapat disalurkan dengan memanfaatkan promosi periklanan, berdialog, dan melakukan korespondensi surat menyurat yang dikelola dalam strategi kampanye.
5. Strategi Menetapkan
suatu
strategi
adalah
merupakan
masalah
pekerjaan tersulit dalam perencanaan program kampanye, karena strategi tersebut dapat dilihat dari keberhasilan proses pencapaian tujuannya dalam kurun waktu relatif panjang. Disamping itu, diperlukan program yang terencana, terkoordinasi dengan melibatkan suatu tim kerja, memiliki prinsip – prinsip, dan termasuk gagasan, kegiatan, alokasi dana besar, serta dengan taktik pelaksanaan pencapaian tujuan program (tactical programme) yang terukur secara rasional atau spesifik. Pengertian strategi menurut Gregory (1996:105)50 adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu, mengoordinasikan tim kerja, memiliki tema, faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip – prinsip untuk melaksanakan gagasan strategis secara rasional dan dapat dilaksanakan melalui suatu taktik program kampanye Public Relations secara efektif serta efisien.
6. Taktik Pelaksanaan Taktik pelaksanaan suatu program kampanye yang harus berkaitan erat dengan program dari strategi utama (grand strategy) 50
Antar Venus,”Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi”, Bandung, Penerbit Simbiosa Rekatama Media, 2007,Hlm 102
tujuan kampanye, ketika akan mengembangkan taktik pelaksanaan program kampanye tersebut tidak terlepas dari faktor – faktor kekuatan, kreativitas atau kemampuan tim pelaksana, pengembangan program hingga pencapaian tujuan terukur sebagai berikut: 1. Appropriateness, adanya kecocokan secara aktual dengan teknikteknik taktik pelaksanaan, pencapaian target khalayak publik, hasil – hasil yang dicapai dalam melaksanakan pesan –pesan kampanye dan termasuk kecocokan dengan teknik – teknik PR serta media komunikasi yang dipergunakan. 2. Deliverability, mampu melaksanakan teknik-teknik berkampanye secara sukses sesuai dengan target,berapa besar alokasi dana yang diperlukan, jadwal – waktu pelaksanaan kampanye tersebut apakah sudah tepat? Termasuk memiliki tim ahli dan pendukungnya dalam taktik pelaksanaan secara tepat? Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan strategi dan taktik agar kampanye dapat berjalan efektif. 1. Gunakan strategi sebagai pembimbing lahirnya ide-ide cerdas untuk taktik. Taktik yang dituntun oleh strategi akan membuat kegiatan menjadi lebih sistematis dan ringan, serta tidak melenceng dari tujuan kampanye. Strategi dibuat berdasarkan kepada tujuan kampanye. 2. Jauhi semua taktik yang bersifat nonstrategik. Taktik yang banyak namun
tidak
terfokus
kepada
strategi
akan
memecahkan
konsentrasi tim kampanye. Karenanya usahakan untuk berfokus secara maksimal pada taktik yang sejalan dengan strategi. 3. Selalu hubungkan taktik kepada strategi, dan strategi pada tujuan.ketiga hal ini merupakan rangkaian yang harus dijalin dengan erat. Tujuan memberikan arah secara keseluruhan tentang hasil akhir yang ingin dicapai melalui kampanye. Strategi merupakan kekuatan yang mendorong bagaimana menuju hasil akhir tersebut, sementara taktikk memetakan kegiatan dengan langkah – langkah tertentu dalam rentang waktu yang tersedia. 4. Sedapat mungkin mengadakan uji coba pelaksanaan taktik pelaksanaan program kampanye tersebut untuk mengetahui apakah ide gagasannya tersebut memperoleh simpati atau dukungan dari pihak pers atau media massa dan publik. Pengujian taktik ini merupakan hal yang sangat disarankan untuk mengetahui kemungkinan tingkat keberhasilannya. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa taktik yang digunakan ternyata kurang efektif maka tidak ada salahnya mengubah taktik tersebut dengan taktik lain yang lebih efektif. Lebih jauh, pengujian dan pengubahan taktik merupakan hal yang wajib dilakukan sebelum tim kampanye memutuskan untuk mengubah strategi kampanye.
7. Skala Waktu Dalam skala waktu pelaksanaan kegiatan kampanye dihadapi dengan kendala keterbatasan waktu (deadlines),baik untuk pelaksanaan
koordinasi program yang memerlukan partisipasi penuh secara internal maupun eksternal. Hal tersebut memerlukan rencana skala waktu dalam pelaksanaan suatu program kampanye yang tersusun secara rinci, spesifik, terencana tepat terkait dengan masalah susunan jadwal waktu dan program kegiatan secara berimbang.
8. Sumber Daya Terdapat tiga bentuk sumber daya utama yang berkaitan dengan pelaksanaan program kampanye Public Relations antara lain yaitu: 1. Sumber daya manusia (SDM) yang terlibat langsung dalam kegiatan kampanye berupa tenaga professional, dan ahli hingga terampil, staf pendukung atau tenaga lapangan. 2. Sumber biaya operasional untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien dalam pembiayaan pelaksanaan operasional (implementation fee), consultant or professional fee, space of advertising cost, dan equipment fee (biaya penyewaan peralatan penunjang, publikasi, transfortasi, sound system, dan lighting system dan sebagainya). 3. Sumber perlengkapan transportasi, dukungan peralatan teknis, pemanfaatan media komunikasi dan tim kerja lain dan sebagainya.
Sumber daya manusia yang digunakan jasanya untuk mendukung program kampanye harus dihitung kemampuan dan usahanya. Besarnya kemampuan dan usaha yang dikeluarkan SDM akan mempengaruhi kelancaran pelaksanaan kampanye. Selain itu kemampuan dan usaha tersebut juga mempengaruhi jumlah imbalan jasa yang harus dikeluarkan. Sementara itu, pengalokasian dana operasional hendaknya didasarkan pada efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dan efisiensi bukan berarti mengeluarkan uang sekecil-kecilnya setiap waktu. Tetapi mendapatkan sesuatu yang lebih dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Contoh efektivitas dan efisiensi ini terdapat pada alokasi dana
untuk
pemilihan
media,
misalnya,
kampanye
dengan
menggunakan media televisi jelas jauh lebih mahal dibandingkan dengan majalah. Namun hasil analisis yang diakukan tim kampanye menunjukkan bahwa televisi dapat lebih banyak menjangkau sasaran yang dituju dan sangat tepat untuk pesan yang akan disampaikan dibandingkan dengan majalah. Dalam kasus ini terlihat bahwa majalah, meskipun murah belum tentu efektif. Akhirnya pemilihan media berkaitan dengan alokasi dana ini bergantung pada jenis pesan dan sasaran yang akan dibidik program kampanye.
9. Evaluations (penilaian) Evaluasi berperan penting untuk mengetahui sejauh mana pencapaian yang dihasilkan kampanye. Untuk kampanye yang berkelanjutan evaluasi merupakan bagian yang terus berjalan seiring dengan kegiatan kampanye tersebut. Karena hasil evaluasi terhadap program kampanye tersebut nantinya akan digunakan sebagai tinjauan untuk program kampanye yang akan dilakukan selanjutnya, maka evaluasi harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terstruktur. Biasanya evaluations (penilaian) terhadap suatu proses pelaksanaan dapat berupa tolok ukur suatu pencapaian keberhasilan atau juga kegagalan selama berlangsung kegiatan kampanye baik dalam jangka pendek atau jangka panjang, termasuk mengevaluasi pemanfaatan, dan hingga sejauh mana kegiatan kampanye telah menjadi liputan berbagai media massa, serta hasil – hasil apa saja yang telah dicapai.
10. Review (peninjauan) Peninjauan
kembali
terhadap
penilaian
perencanaan,
pelaksanaan selama program dan pencapaian tujuan tertentu suatu kampanye berlangsung secara periodik setiap tahun yang kemudian dianalis efektivitasnya dalam pencapaian tujuan program kampanye melalui proses input (perolehan riset data, fakta, dan informasi di lapangan), output (kecocokan dengan isi pesan, tujuan, dan media yang
dipergunakan) dan result (hasil-hasil dari tujuan dan efektivitas program kampanye yang telah dicapai, apakah adanya perubahan suatu sikap atau perilaku khalayak sasaran)
2.9 Talktainment Talktainment
merupakan
singkatan
kata
dari
talkshow
dan
entertainment, talkshow merupakan sebuah acara berupa bincang-bincang atau percakapan, dan entertainment merupakan sebuah hiburan. Talk show adalah ungkapan bahasa Inggris yang berasal dari dua kata: show dan talk. Show artinya tontonan, pertunjukan atau pameran, sedangkan talk artinya omong-omong, ngobrol-ngobrol. Dengan begitu talk show berarti pertunjukan orang-orang yang sedang ngobrol.51 Istilah Talkshow adalah aksen dari bahasa inggris di Amerika. Di Inggris sendiri, istilah Talkshow ini biasa disebut Chat Show. Pengertian Talkshow adalah sebuah program televisi atau radio dimana seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang moderator. Kadangkala, Talkshow menghadirkan tamu berkelompok yang ingin mempelajari berbagai pengalaman hebat. Di lain hal juga, seorang tamu dihadirkan oleh moderator untuk berbagi pengalaman.
51
www.wikipedia.com 1/11/2009
Talktainment dewasa ini merupakan program primadona, bisa disiarkan secara langsung atau interaktif dan atraktif. Ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment) karena salah satu “keharusan” sifat berita. Entertainment sebenarnya bukan sekedar berarti menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu atau moderator sangat menentukan sukses tidaknya suatu acara. Pilihlah pemandu yang tidak emosional, fair, dan rapi dalam menjelaskan fakta atau opini kepada pendengar. Perbedaan talktainment
antara
bersifat
talktainment
dinamis,
tidak
dan
wawancara
terpaku
pada
berita
adalah
aktualitas
topik
perbincangan, dan jam tayang yang fleksibel. Talktainment dapat dimasukkan kedalam kategori program special atau program wawancara sebagai acara. Dua komponen yang selalu ada dalam program talktainment adalah obrolan dan musik yang berfungsi sebagai selingan. Persiapan
yang
harus
dilakukan
sebelum
menyelenggarakan
talktainment adalah: 1. Menentukan topik dan tujuan. 2. Narasumber dianjurkan lebih dari satu orang. Hadirnya dua narasumber yang saling berbeda sikap / pendapat, bukan saja untuk memenuhi prinsip keberimbangan, tetapi juga menciptakan harmoni sekaligus kontroversi, sehingga acara talktainment menjadi hidup. 3. Menentukan lokasi, kemasan acara dan durasi acara.
Konsep talktainment sendiri antara lain yaitu : 1. Topik yang dipilih aktual, sedang menjadi sorotan. 2. Bersifat analisis, tidak sekedar deskripsi kasus. 3. Terjadi interaksi seimbang diantara narasumber, tidak monopoli satu orang – satu sudut pandang. 4. Terjadi kontroversi, perdebatan pro-kontra. 5. Ada solusi terbuka diakhir perbincangan.
Komponen yang diperlukan untuk acara talktaiment yaitu : 1. Pemandu acara pemandu acara adalah orang yang nantinya memandu dan mengelola jalankan kegiatan talktainment, selain itu pemandu juga menjadi pengelola dinamika suasana yang terjadi dalam talktainment tersebut. 2. Naskah acara / catatan Naskah
acara
merupakan
pedoman
bagi
pemandu
acara
untuk
menjalankan acara ini. Dalam naskah ini juga berisi tentang topik yang akan dibahas, nama narasumber, durasi pembagian waktu berbicara bagi narasumber, waktu untuk berinteraksi serta waktu untuk selingan lagu. 3. Narasumber Narasumber merupakan tokoh penting dan juga merupakan salah satu kunci dalam pelaksanaan talktainment, karena narasumber adalah orang nantinya akan memberikan pendapat atau argumentasi tentang topik yang akan dibahas dalam acara talktainment.
4. Tempat Tempat atau lokasi dilaksanakannya talktainment juga harus dipersiapkan dengan baik oleh pelaksana talktainment, apakah acara talktainment tersebut akan dilaksanakan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Kegiatan talktainment di luar ruangan dapat dilakukan misalnya di Aula, Gedung pertemuan dan sebagainya. 5. Lagu Dalam kegiatan talktainment, musik atau lagu digunakan pada awal acara sebelum pemandu acara membuka acara talktainment, dan pada saat acara talktainment berakhir sebagai lagu penutup. Berikut ini merupakan urutan acara talktainment: 1. Pembukaan berisi: pengenalan acara, pemandu, narasumber, dan topik yang akan diperbincangkan. Bisa pula diuraikan latar belakang mengapa topik itu dipilih. 2. Diskusi utama berisi: pertanyaan awal biasanya bersifat terbuka (membutuhkan penjelasan), tanggapan dari narasumber atau pendengar, dan pengembangan pertanyaan lanjut atas tanggapan-tanggapan itu. 3. Penutup berisi: kesimpulan, ucapan terima kasih, dan salam penutup, termasuk informasi program berikutnya. Kesimpulan tidak mutlak bersifat resume perbincangan, bisa juga sekedar analisis singkat dan pertanyaan terbuka untuk memancing perenungan pendengar. Seluruh struktur perbincangan, diselingi berbagai ilustrasi musik, yang dipilih sesuai karakter perbincangan dan selera audience.
Audience yang dipilih dalam acara talktainment road to school, stop aids act now!! adalah siswa – siswi sekolah menengah keatas yang berada diseluruh Jakarta. Karakter remaja dipilih karena ingin menginformansikan bahwa penyakit HIV & AIDS telah menyerang kalangan remaja khususnya usia 15 – 19 tahun, berdasarkan data dirjen departemen kesehatan sebanyak 538 orang telah terjangkit virus HIV & AIDS.
2.10 HIV & AIDS HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih, yang merupakan bagian paling penting dari sistem kekebalan tubuh.52 AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala-gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Seseorang yang terinfeksi HIV secara fisik tidak ada bedanya dengan orang yang tidak terinfeksi. Hamper tidak ada gejala yang muncul pada awal terinfeksi HIV. Tetapi ketika berkembang menjadi AIDS, maka orang tersebut perlahan – perlahan akan kehilangan kekebalan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit, dan tubuh melemah. Obat – obat yang ada saat ini belum mampu menjanjikan penyembuhan. Tes HIV (Elisa duakali) perlu disertai konseling sebelum dan sesudah tes dilakukan.
52
Meiwita Budiharsana, Herna Lestari, Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), Jakarta, Yayasan Aids Indonesia, 2001, hlm 61.
Setiap orang beresiko tertular HIV – tua atau muda, kaya atau miskin, heteroseksual atau homoseksual, terkenal maupun tidak terkenal. Resiko terular HIV tidak berkaitan dengan siapa kita, tetapi apa yang pernah kita lakukan. HIV dapat ditularkan dengan cara: 1. Hubungan seksual tanpa pelindung dengan orang dengan HIV&AIDS (ODHA). 2. Menggunakan benda tajam yang terkontaminasi oleh virus HIV, misalnya jarum suntik pada pengguna narkoba, alat pembuat tattoo, dan alat pembuat tindik. 3. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV. 4. Dari ibu ODHA kepada bayi yang dikandung / disusui.
HIV tidak dapat ditularkan kepada orang lain melalui : 1. Bersalaman atau berpelukan. 2. Makanan dari piring yang pernah digunakan ODHA. 3. Batuk atau bersin ODHA. 4. Gigitan nyamuk. 5. Berenang ditempat berenag yang sama dengan ODHA. 6. Mengunjungi ODHA dirumah atau dirumah sakit.