BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Salah satu keberhasilan Amerika dalam memecahkan persoalan-persoalan
strategi dan teknik logistik untuk memecahkan keperluan-keperluan yang berhubungan dengan distribusi dimulai pada masa Perang Dunia II berakhir, Operations Research yang lahir di Inggris kemudian berkembang pesat di Amerika karena keberhasilan dari angkatan perang Inggris yang membentuk suatu tim yang terdiri atas para ilmuwan untuk mempelajari persoalan-persoalan strategi dan teknik sehubungan dengan serangan-serangan yang dilancarkan musuh terhadap negaranya. Tujuan mereka adalah untuk menentukan sumber-sumber kemiliteran yang terbatas, seperti radar untuk bomber, dengan cara yang paling efektif. Karena tim ini tersebut melakukan research (penelitian) terhadap operasioperasi militer dengan nama “Military Operations Research” yang semenjak kelahirannya telah ditandai dengan digunakannya ilmu pengetahuan ilmiah dalam usaha menentukan penggunaan-penggunaan sumber-sumber yang terbatas. Hal inilah yang membuat Negara Amerika merasa terdorong untuk melakukan aktivitas serupa, dengan membentu tim yang sama yang disebut dengan Operations Research. Aktivitas tersebut berkembang dengan cepat sedemikian pesatnya sehingga kini Operations Research telah digunakan dalam hamper seluruh kegiatan,baik di perguruan tinggi, konsultan, rumah sakit, perencanaan kota, maupun pada kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan berbagai jenis barang dan jasa yang tentu saja bisa diciptakan sendiri atau mendapatkannya dari orang lain yang membuat barang atau jasa yang dibutuhkan oleh manusia dengan cara membeli. Seorang produsen dalam menghasilkan produk berupa barang atau jasa tersebut menggunakan faktor-faktor poduksi seperti tenaga manusia, mesin, bahan baku, dana (modal), dan lain-lain, dimana sumber-sumber daya tersebut sifatnya
terbatas. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam membuat produk atau jasa, perusahaan harus menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia dengan seefisien dan seefektif mungkin. Dengan keberadaan faktor-faktor produksi yang terbatas itulah maka dibutuhkan suatu cara pengelolaan dan pengolahan yang baik dari faktor-faktor produksi tersebut. Sistem manajemen digunakan untuk untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal dengan penggunaan faktor-faktor produksi yang efektif dan efisien. Salah satu cabang dari ilmu manajemen adalah Manajemen Produksi dan Operasi yang merupakan ilmu yang dapat digunakan sebagai dasar-dasar dalam pemecahan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegitan produksi dan operasi. Manajmen produksi terdiri dari kata manajemen, produksi, produksi dan operasi. Maka sebelum penulis menjelaskan manajemen produksi dan operasi terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa pengertian dari manajemen dan pengertian dari produksi/operasi secara terpisah.
2.1.1
Pengertian Manajemen Manajemen memiliki arti yang luas dalam penjabaran definisi manajemen
itu sendiri. Berikut pendapat beberapa ahli mengenai manajemen, pengertian manajemen menurut George R. Terry dalam bukunya yang berjudul “Principle Of Management” (2000:4) adalah sebagai berikut : “Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use human begin and other resources.”
Maksudnya adalah bahwa Manajemen merupakan sebuah proses yang khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan pengorganisasian,
menggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.
Adapun menurut Pamela S. Lewis, Stephen H.Goodman, dan Patricia M. Fandt dalam bukunya yang berjudul “Management (Chalenges For Tomorrow’s Leader)” (2004:5) mengatakan bahwa pengertian dari manajemen adalah sebagai berikut : “Management is defind as the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in effort to achieve the goals of organization.”
Jadi, dapat diartikan bahwa Manajamen adalah proses pengaturan dan koordinasi sumber daya secara efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuantujuan organisasi. Dari pengertian-pengertian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian manajemen adalah suatu proses perencanan, pengorganisasian, pembimbingan dan pengawasan terhadap seluruh sumber daya yang ada dalam perusahaan secara efektif dan efisien melalui usaha atau kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2
Pengertian Produksi dan Operasi Kegiatan produksi dan operasi merupakan salah satu kegiatan utama dalam
sebuah perusahaan dan juga menjadi faktor terpenting dalam kelangsungan hidup sebuah perusahaan dimana pada proses inilah sebuah produk baik barang ataupun jasa dihasilkan. Pengertian produksi menurut Jay Heizer Render (2001:4) adalah sebagai berikut: “Production is the creation of goods and services.” Maksud dari pengertian diatas adalah produksi merupakan suatu penciptaan dari barang dan jasa. Sedangkan pengertian operasi diantaranya dikemukakan oleh Pangestu Subagyo (2000:1) yaitu : “Operasi adalah kegiatan untuk mengubah masukan (yang berupa faktor-faktor produksi/operasi) menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat dari bentuk aslinya.”
Pengertian produksi dan operasi secara umum menurut Eddy Herianto dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi” (2003:3) mengungkapkan: “Produksi/operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan/pembuatan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan.”
Dari definisi-definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa produksi dan operasi adalah suatu kegiatan yang men transformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output) baik dalam bentuk barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang mendukung dan menunjang dalam usaha menghasilkan produk dan jasa sehingga menambah nilai atau manfaat dari bentuk aslinya.
2.1.3
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Setelah sebelumnya membahas mengenai pengertian manajemen serta
pengertian produksi dan operasi, maka dapat diketahui sebuah pengertian umum mengenai definisi dari manajemen produksi dan operasi. Menurut Sofjan Assauri dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Produksi dan Operasi” (2004:12) pengertian manajemen produksi dan operasi adalah : “Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya dana serta bahan, secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang atau jasa.”
Sedangkan menurut Drs. Suyadi Prawirosentono, M.B.A dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi Analisis dan Studi Kasus” (2000:1) adalah sebagai berikut : “Manajemen produksi (operasi) adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari berbagai urutan berbagai kegiatan (set of
activies) untuk membuat barang (produk) yang berasal dari bahan baku dan bahan penolong lain.”
Adapun pengertian manajemen operasi menurut Richrd B. Chase, Robert Jacobs, dan Nicholas J. Aquilano dalam bukunya yang berjudul “Operation Management For Competitive Advantages 10th Eddition” (2004:6) adalah sebagai berikut : “Operation Management is defind as the design, operation, and improvement of the system that create and deliver the firm’s primary products and services.”
Hal diatas dapat didefinisikan sebagai suatu desain, operasional dan perbaikan dari sistem yang membuat dan menyampaikan produk utama dan jasajasa perusahaan. Sehingga dari pengertian-pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen produksi dan operasi adalah suatu kegiatan untuk
merencanakan,
melaksanakan
mengatur
dan
mengkoordinasikan
penggunaan sumber-sumber daya (faktor-faktor produksi) menjadi berbagai produk atau jasa yang bertujuan menghasilkan nilai tambah.
2.2
Pengertian Supply Chain Management
2.2.1
Pengertian Supply Chain Elemen kunci dalam pembanguan hubungan kerja yang sukses antara
sebuah perusahaan dan supplier yaitu membangun hubungan-hubungan yang berkaitan. Hubungan yang penting yaitu alur informasi, perusahaan dan supplier harus saling berkomunikasi mengenai kebutuhan produk, biaya, kualitas dan lainlain, dengan tujuan agar dapat mengkoordinir kegiatan-kegiatan mereka. Untuk memfasilitasi komunikasi dan penyebaran informasi banyak perusahaaan menggunakan banyak tim yaitu cross enterprise teams yang bertugas mengkoordinasi tugas-tugas antara perusahaan dan suppliernya. Contohnya, supplier dapat bergabung dengan perusahaan pada proses desain produk, agar dapat mengetahui kriteria-kriteria produk sehingga sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir waktu, biaya dan memaksimalisasikan sumber daya manusia diantara perusahaan dan supplier dalam mendesain produk. . Menurut J. Aitken yang dikutip oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2002:5) menyebutkan pengertian supply chain sebagai berikut : “Supply Chain is a network of connected and interdependent organizations mutually and co-operatively working together to control, manage and improve the flow of materials and information from supplier to end user.”
Untuk mengurangi tingkat persediaan, perusahaan seringkali menghendaki suppliernya menyediakan sesuai dengan permintaan perusahaan tersebut sehingga tidak terdapat sisa yang dapat menimbulkan biaya untuk penyimpanan. Dalam memenuhi permintaan, supplier harus sesuai jadwal atau tepat waktu agar bisa digunakan langsung oleh pihak perusahaan. Sebagai tambahan untuk memenuhi permintaan perusahaan dari segi kualitas produk, persediaan yang rendah dan pengiriman yang cepat merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh perusahaan oleh karena itu supplier diharapkan untuk membantu menurunkan biaya produk dengan mengurangi harga barang dan layanannya yang tepat waktu. Hal itu berpengaruh terhadap pembelian yang dilakukan oleh perusahaan dimana untuk meminimalisir biaya perusahaan haruslah membeli material-material dengan kualitas, jumlah dan harga yang benar. Menurut Kenneth Lysons dan Michael Gillingham dalam bukunya “Purchasing and Supply Chain Management” (2003:5) definisi purchasing adalah: “To obtain materials of the right quality in the right quantity from the right source, delivered to the right place at the right price” Maksudnya adalah untuk mendapatkan bahan-bahan/material-material dengan kualitas yang benar, jumlah yang benar dari sumber yang benar, dikirimkan ke sumber yang benar dengan harga yang benar. Adapun maksud kata “benar” disini tergantung situasi, setiap perusahaan memilki definisi “benar” yang berbeda-beda. apapun pengertian benar itu akan merubah keseluruhan keadaan
pembelian dan perubahan lingkungan sehingga dalam menetapkan arti “benar” itu sendiri harus konsisten dengan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran perusahaan sehingga fungsinya sesuai dengan kebutuhan.
2.2.2
Pengertian Supply Chain Management Untuk menghasilkan produk yang murah, berkualitas, dan cepat perbaikan
iinternal sebuah perusahaan saja tidaklah cukup. Ketiga aspek tersebut membutuhkan peran serta semua pihak yang saling berhubungan mulai dari supplier yang mengolah bahan baku dari alam menjadi komponen, pabrik yang mengubah komponen dan bahan baku menjadi produk jadi, perusahaan transportasi yang mengirimkan bahan baku dari supplier ke pabrik, serta jaringan distribusi yang akan menyampaikan produk ke tangan konsumen. Untuk mengelola aliran barang dan jasa dalam supply chain, maka setiap perusahaan dituntut benar-benar mengetahui gambaran sesungguhnya secara lengkap mengenai seluruh mata rantai yang ada, mulai dari yang pertama (upstream) sampai dengan yang terakhir (downstream) sehingga setiap perusahaan bisa melakukan evaluasi dan pengendalian terhadap pelaksanaan supply chain di perusahaan masing-masing. Hal tersebut serupa seperti yang diungkapkan Martin Christopher yang dikutip oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2002:28) menyebutkan pengertian SCM sebagai berikut : “Supply Chain Management is the management of upstream and downstream relationship with suppliers and customers to deliver superior customer value at less cost to the Supply Chain as whole.”
Rangkaian pihak-pihak atau bagian baik intern maupun extern yang menangani aliran produk yang dinamakan dengan istilah supply chain. Apabila suatu perusahaan sudah mengetahui pelaku-pelaku supply chain tersebut maka dapat dikembangkan suatu model supply chain management, yaitu suatu gambaran pasti mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu sama lain. Pada
pelaksanaannya supply chain management terdapat beberapa bagian utama yang saling berhubungan dengan proses aliran barang yaitu supplier, purchasing, gudang, produksi, distribusi, dan konsumen. Supplier merupakan awal dari suatu jaringan dimana mata rantai penyaluran barang akan dimulai. Barang pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan dan sebagainya. Sebelum melakukan proses pengiriman barang, pihak supplier melakukan proses negosiasi dengan pihak purchasing dari perusahaan, setelah ada kesepakatan maka supplier bisa melakukan pengiriman ke gudang perusahaan. Setelah sampai di gudang maka barang yang dikirim dari supplier akan melalui proses inspeksi baik dari segi kualitas atau kuantitasnya disesuaikan dengan spesifikasi produk yang diorder, kemudian dilanjutkan pada tahap penyimpanan. Bahan baku (raw materials) yang sudah disimpan di gudang kemudian diproses oleh bagian produksi. Pada tahap produksi ini kemudian bahan baku diproses hingga menjadi barang jadi yang kemudian siap didistribusikan ke konsumen yang melakukan pembelian. Hubungan antar bagian ini memiliki saling keterkaitan satu sama lainnya, sehingga diperlukan suatu komunikasi yang baik agar biaya yang dikeluarkan bisa efektif dan efisien seperti yang diuraikan oleh David Simchi Levi yang dikutip oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto (2002:5) : “Supply chain management is a set of approaches utilized to efficiently integrate suppliers, manufactures, warehouses, and strores, so that merchandise is produced and distributed system wide costs while satisfying service level requirement.”
Adapun kegiatan-kegiatan utama yang termasuk ke dalam klasifikasi supply chain yang mengacu pada perusahaan manufaktur adalah : 1. Pengembangan produk (product development) Cakupan kegiatannya meliputi : melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.menghasilkan sebuah rancangan produk bisa memakan waktu dan biaya yang sangat besar. Di sisi lain perusahaan-perusahaan pada pada industri inovatif
dituntut untuk bisa menghasilkan rancangan dalam waktu cepat dan dengan biaya yang lebih murah. Time to market, yang merupakan waktu antara rancangan mulai dibuat sampai produk tersebut diluncurkan ke pasar, menjadi salah satu ukuran yang penting bagi perusahaan-perusahaan inovatif. 2. Pembelian (purchasing) Cakupan kegiatannya meliputi : memeilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. Bagian pembelian semakin dianggap strategis oleh banyak peusahaan besar maupun kecil di dunia dikarenakan bagian ini mempunyai potensi untuk menciptakan daya saing perusahaan ataupun supply chain, bukan hanya dari perannya dalam mendapatkan bahan baku dengan harga murah, tetapi juga dalam upaya meningkatkan time to market (dalam perencanaan produk baru), meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan responsiveness (dengan memilih supplier-suplier yang bukan hanya murah, tetapi juga responsive) 3. Perencanaan dan pengendalian (planning and control) Cakupan
kegiatannya
meliputi
:
demand
planning,
peramalan
permintaanperencanaan kapasitas, perencanaan produksidan persediaan. Perencanaan dan pengendalian dalam supply chain memainkan peranan yang sangant vital, karena bagian inila yang banyak bertugas untuk menciptakan koordinasi taktis maupun operasional sehingga kegiatan produksi, pengadaan material, maupun pengiriman produk bisa dilakukan dengan efektif dan efisien. 4. Operasi/produksi(production) Cakupan kegiatannya meliputi : eksekusi produksi, pengendalian kualitas. Bagian ini bertigas secara fisik melakukan transformasi dari bahan baku, bahan setengah jadi atau komponen menjadi produk jadi. Kegiatan produksi dalam konteks supply chain tidak harus dilakukan di dalam perusahaan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang melakukan
outsourcing,
yakni
memindahkan
kegiatan
produksi
ke
pihak
subkontraktor. Perusahaan kemudian berkonsentrasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang memang menjadi core competency mereka. Dengan demikian produktivitas tenaga kerja dan sumber daya lainnya akan bisa ditingkatkan karena semua pihak akan berkonsentrasi pada kompetisi mereka masing-masing. 5. Pengiriman/distribusi (distribution) Pada saat produk selesai diproduksi, tugas berikutnya dalam lingkup supply chain adalah mengirim produk tersebut agar sampai di tangan pelanggan pada waktu dan tempat yang tepat. Dalam cakupan kegiatan distribusi, perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat. Keputusan
tentang
perancangan
jaringan
distribusi
harus
mempertimbangkan trade off antara aspek biaya, aspek fleksibilitas, dan aspek kecepatan respon terhadap pelanggan.
2.3
Pengertian Biaya Distribusi
2.3.1
Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Don R. Hansen dan Maryanne M. Mowen
dalam bukunya yang berjudul ”Manajemen Biaya” (2000:38) adalah : “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa kini dan masa datang untuk organisasi.”
2.3.2
Pengertian Distribusi Pengelolaan distribusi yang baik secara langsung akan berdampak positif
pada efisiensi biaya, misalnya dengan menempatkan barang-barangnya di lokasi yang mudah dijangkau pembeli atau di lokasi yang dekat dengan tempat tinggalnya. Terdapat dua aspek yang bersifat dinamis dalam suatu distribusi, yaitu pemindahan secara fisik dan secara hak milik dari penjual kepada perusahaan. Pemindahan secara fisik termasuk berbagai masalah mengenai penyimpanan,
pengangkutan persediaan maupun pemesanan barang. Dimana masalah satu dengan lainnya saling mempengaruhi. Masalah pergerakan barang secara fisik, arus fisik barang dari produsen ke konsumen dikenal dengan nama distribusi fisik yaitu pengiriman atau penyimpanan barang pada waktu dan tempat yang tepat. Dalam bukunya (2000:612), Kotler mengatakan bahwa : “Logistik
pasar
(distribusi
fisik)
mencakup
perencanaan,
implementasi, dan pengendalian arus fisik bahan serta barang akhir dari titik asal ke titik penggunaan untuk memenuhi tuntutan pelanggan atas dan dengan melakukan semua tugas itu diperoleh imbalan berupa laba.”
Yang dapat diartikan bahwa logistik pasar (distribusi fisik) meliputi perencanaan, penerapan, dan pengendalian arus fisik dari material dan produk jadi dari tempat asal ke tempat tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sedangkan menurut Keegan dan Green (2005:424) : “Physcal distribution and logistic are the means by which products are made available to customers when and where they want them.”
Maksudnya adalah distribusi fisik dan logistik merupakan penyediaan produk untuk konsumen dan kapanpun dan dimanapun mereka membutuhkannya. Sehingga dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi fisik yaitu seluruh kegiatan yang berkaitan erat dengan memindahkan bahan baku produk sampai menjadi hasil akhir produk dari produsen ke konsumen akhir, dimana faktor-faktor ketepayan waktu, jumlah pesanan, kesesuaian produk dengan keinginan konsumen merupakan faktor-faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk memuaskan para pelanggannya.
2.3.3
Pengertian Biaya Distribusi Setelah kita mengetahui pengertian dari biaya dan pengertian dari
distribusi, maka kita dapat mengetahui pengertian dari biaya distribusi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa biaya distribusi merupakan biaya-biaya yang timbul dari
kegiatan-kegiatan distribusi, yaitu kegiatan menyalurkan barang jadi dari produsen ke tangan konsumen sasaran dalam jumlah dan jenis yang dibutuhkan, pada waktu yang diperlukan, dan pada tempat yang tepat. Biaya distribusi yang dimaksud disini adalah ongkos angkut atau ongkos pengiriman. Pada umumnya perusahan angkutan atau transportasi memiliki motivasi unuk memaksimumkan keuntungan dalam kondisi pasar yang bersifat kompetisi sempurna. Hal ini berhubungan dengan ongkos, jarak dan ukuran barang itu sendiri.
1. Hubungan Jarak dengan Biaya Distribusi Hubungan jarak dengan ongkos secara umum dikatakan bahwa jarak mempengaruhi besar kecilnya ongkos per-satuan berat. Hubungan ini dapat diklasifikasikan, yaitu ongkos yang seragam atau sama besarnya dan ongkos proposional. •
Ongkos yang seragam (sama besarnya) Ongkos yang seragam adalah ongkos yang diberlakukan untuk beberapa titik asal dan tujuan adalah sama atau seluruh sumber dan tujuan dikenakan ongkos yang sama.
•
Ongkos proposional Ongkos proposional yaitu besarnya ongkos yang proposioanl terhadap jarak. Semakin jauh jaraknya semakin tinggi ongkosnya.
2. Hubungan Ukuran Barang dengan Biaya Distribusi Hubungan ukuran barang dengan ongkos dapat dicerminkan oleh beberapa cara antara lain : •
Ongkos dapat dikenakan langsung pada jumlah yang diangkut, sehingga jika yang diangkut kecil atau sedikit dibawah jumlah minimum yang ditetapkan ongkos yang sama.
•
Dapat juga tercermin dalam memberikan ongkos tertentu untuk jumlah besar dapat diberikan ongkos khusus yang lebih rendah dari ongkos umum.
2.3.4
Pengertian Efisiensi Biaya Distribusi Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:581) pengertian efisiensi
adalah sebagai berikut : “Efisiensi adalah perhitungan atau pengukuran output aktual terhadap kapasitas efektifnya.”
Sehingga dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efisiensi biaya distribusi merupakan perhitungan selisih antara besarnya biaya angkut atau ongkos pengiriman yang dikeluarkan oleh perusahaan dan besarnya total biaya angkut atau ongkos pengiriman dari hasil perhitungan menggunakan metode transportasi.
2.4
Pengertian Metode Transportasi Pengertian Model Transportasi menurut Hamdy A. Taha dalam bukunya
yang berjudul “Operation Research : An Introduction 7th Eddition” (2003:165) adalah : “The transportation model is a special class of linear programming that deals with shipping a commodity from sources (e.g, factories) to destinations (e.g warehouses) the objective is to determine the total shiping cost while satisfying supply and demand limits.”
Maksudnya model transportasi adalah bagian khusus dari linear programming yang membahas pengangkutan komoditi dari sumber ke tempat tujuan dengan tujuan untukm menemukan pola pengangkutan yang dapat meminimumkan biaya pengangkutan total dalam pemenuhan batas penawaran dan permintaan. Sedangkan, Richard B. Chase, F. Robert Jacobs, dan
Nicholas J.
Aquilano (2004:328) menyatakan bahwa pebgertian model transportasi adalah sebagai berikut: “The transportation method is a simplified special case of the simplex method. It gets its name from its application to problem involving
transporting product from several soyrce to several destinations, two common objectives of such problems are either : 1. Minimize the cost of shipping, n units to m destinations 2. Maximize the profit of shipping, n units to m destinations.”
Yang dimaksud dengan Metode Transportasi menurut definisi ini adalah suatu bentuk khusus untuk mempermudah metode simplex. Nama tersebut diambil dari kegunaan metode tersebut yang meliputi masalah-masalah angkutan dari beberapa sumber ke beberapa tujuan, dua hal objek mendasar masalah ini yaitu : 1. Minimasi ongkos angkut, n unit ke m tujuan. 2. Maksimalisasi laba angkut, n unit ke m tujuan. Menurut Drs. Pangestu Subagyo, M.B.A, Drs. Marwan Asri, M.B.A, dan Dr. T. Hani Handoko, M.B.A dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Operation Research Edisi Kedua” (2000:89) mengatakan bahwa : “Metode Transportasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menghasilkan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal.”
Dari pendapat-pendapat diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa pada dasarnya Metode Transportasi merupakan
metode yang dipakai
untuk
merencanakan dan mengendalikan pengalokasian barang dari sumber ke berbagai tujuan agar pendistribusian dapat terlaksana sesuai rencana, seoptimal mungkin, dan dengan biaya yang minimum.
2.4.1 Prosedur Penyelesaian Metode Transportasi Metode transportasi dapat digunakan dalam memecahkan masalahmasalah yang berkaitan dengan penentuan rute pengiriman dari perusahaan produksi ke berbagai penyalur (wholesaler) atau konsumen dan dari penyalur ke pedagang eceran (retailer). Alokasi produk harus diatur sedemikian rupa karena
terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber ke tempat-tempat tujuan yang berbeda-beda. Menurut Dra. Dwi Hayu Agustini, M.B.A dan Yus Endra Rahmadi dalam bukunya yang berjudul “Riset Operasi, Konsep-Konsep Dasar” (2004:101) prosedur penyelesaian metode transportasi dilakukan melalui tiga langkah yaitu menyusun matriks transportasi, menentukan solusi fisibel awal dan melakukan tes optimalisasi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini. Gambar 2.1 Prosedur Penyelesaian Metode Transportasi
MULAI
MENYUSUN MATRIX TRANSPORTASI
MENYUSUN TABEL AWAL
ALOKASI
TES OPTIMALISASI
REVISI
ya
SELESAI
Dari gambar diatas terlihat bahwa prosedur dari penyelesaian metode transportasi adalah sebagai berikut : 1. Menyusun Matriks Transportasi Langkah pertama di dalam metode transportasi adalah menyusun matriks transportasi. Langkah ini merupakan kunci keberhasilan kita dalam menyusun langkah berikutnya. Matriks transportasi menunjukan sumber dari mana barang berasal dan tujuan kemana barang dikirim. Kendala tempat asal berada pada sebelah kiri dan jumlah barang berada pada sebelah kanan tabel. Sedangkan kendala tempat tujuan berada diatas tabel dan jumlah barang yang diminta terletak di bawah tabel. Biaya per unit barang dimasukan ke setiap sel di pojok kiri atau pojok kanan setiap sel. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam proses penyelesaian. Agar lebih jelasnya, matriks transportasi dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.2 Matriks Transportasi Tujuan Sumber
1
2
3
Penawaran
1
2
3
Permintaan
Pada langkah ini harus dipastikan bahwa besar kapasitas (penawaran) harus sama (seimbang) dengan besar permintaan. Apabila terdapat ketidak seimbangan maka harus dibuat sel dummy pada penyusunan tabel awal. Dummy tersebut berisi besarnya ketidakseimbangan antara penawaran dan
permintaan. Sel dummy dalam penyusunan tabel awal dapat berupa sel baris maupun sel kolom. Apabila jumlah kapasitas lebih besar daripada jumlah permintaan maka perlu ditambahkan dummy pada variabel permintaan, dan sebaliknya apabila jumlah kapasitas kurang dari jumlah permintaan maka ditambahkan dummy pada variable penawaran. 2. Menentukan Solusi Awal Fisibel Langkah kedua adalah melakukan pengalokasian berdasarkan beberapa metode yang ada. Terdapat beberapa metode yang ada. Terdapat beberapa metode yang dapat digunkan untuk menyelesaikan kasus transportasi ini, anatara lain North West Comer Method, Least Cost Method, dan Vogel Approximation Method. Ketiga jenis metode transportasi tersebut akan dibahas pada sub-bab mengenai jenis-jenis metode transportasi. Penyelesaian solusi awal fisibel dengan menggunakan salah satu cara penyelesaian baik North West Comer Method, Least Cost Method, maupun Vogel Approximation Method mempunyai arti bahwa total biaya pengiriman yang diperoleh belum tentu biaya yang termurah. Artinya masih ada kemungkinan kita untuk menekan total biaya menjadi lebih murah. Namun secara manual ketiga cara tersebut tidak mampu mencariatau menekan lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh kemampuan cara itu sendiri. Oleh karena itu terdapat uji optimalisasi metode transportasi yang dapat menekan biaya distribusi lebih jauh lagi. 3. Tahap Pengujian Optimalisasi Jika telah dilakukan pengalikasian dengan menggunaka salah satu metode, langkah berikutnya adalah melihat apakah alokasi tersebut sudah optimal atau belum, langkag ini dikenal dengan istilah pengujian optimalisasi. Terdapat dua cara pengujain optimalisasi, yaitu metode Stepping Stone dan MODI (Modified Distibution Method) yang akan dibahas pada sub-bab mengenai jenis-jenis metode transportasi. Jika hasil pengujian optimalisasi menunjuakn bahwa alokasi telah optimal, maka alokasi tersebut dapat dikatakan telah mencapai nilai yang paling menguntungkan atau dengan kata lain merupakan solusi yang terbaik dalam
memecahkan masalah transportasi suatu perusahaan. Sebaliknya jika belum optimal, maka perlu dilakukan revisi untuk sel yang masih memungkinkan untuk direvisi.
2.5
Jenis-Jenis Metode Transportasi Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dais umber-smber yang menyediakan produk yang sama ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa, karena terdapat beberapa perbedaan antara biaya-biaya alkasi dari suatu sumber ke tempat-tempat tujuan. Ada beberapa macam metode transportasi, yang semuanya terarah pada penyelesaian optimal dari masalahmasalah transportasi yang terjadi. Metode transportasi terbagi menjadi dua tahap utama yaitu tahap pertama merupakaan tahap menentukan solusi awal fisibel dan tahap kedua adalah tahap pengujian optimalisasi atau menentukan apakah pengalokasian sudaj optimal atau belum.
2.5.1
Menentukan Solusi Awal Fisibel Dalam menentukan solusi awal fisibel terdapat berbagai jenis metode.
Metode-metode transportasi untuk menentukan solusi fisibel basis awal menurut Drs. Zulian Yamit, M.Si dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Kuantitatif Untuk Bisnis (Operation Research)” (2003:222) adalah sebagai berikut : 1) Metode North-West-Corner (Sudut Kiri Atas) 2) Metode Least Cost (Biaya Minimum) 3) Metode VAM (Vogel’s Approximation Method) Adapun penjelasan mengenai beberapa metode transportasi diatas adalah sebagai berikut :
2.5.1.1 North West Corner Method (Metode Sudut Barat Laut) Metode ini disebut juga dengan metode Pojok Kiri Atas atau metode Barat Laut. Metode ini digunakan untuk mencari penyelesaian awal (Initial Solution) dari persoalan transportasi yang dihadapi. Metode in dimulai dengan mengalokasikasikan jumlah maksimum yang dapay diizinkan oleh persediaan dan permintaan ke variabel X11 dengan cara encari yang terkecil diantara persediaan ai dan permintaan bi X11 =min(ai,bj) artinya jika b1 < a1 maka X11 = a1. Untuk X11 = b1 maka selanjutnya yang mendapat giliran untuk dialokasikan adalah X11 sebesar min ( a1-b1,b2) dan untuk X11 = a2 atau b1 > a1). Maka selanjutnya yang mendapt giliran untuk dialokasikan adalah X21 sebesar min (a2,b,- a1). Prosedur penggunaan North-West Corner adalah ebagai berikut : a. Tampilkan persoalan ke dalam matriks transportasi b. Selalu memulai pengisian yang pertama kali pada jalur yang berada pada pojok kiri atas. Pengisian atau pengalokasian barang pada jalur ini harus berpedoman kepada kapasitas yang ada dan jumlah permintaan yang harus dipenuhi. c. Lakukan gerakan zig-zag dari pojok kiri atas kea raj kanan bawah, sampai semua barang yang diproduksi habis terdistribusi dan memenuhisemua permintaan yang ada. d. Hitung total biaya yang diperoleh. Baris atau kolom yang sudah dipenuhi lalu disilang (dihilangkan), yang menunjukan bahwa variabel sisa pada baris atau kolom yang disilang tersebut adalah sama dengan nol. Kemudian dialokasikan sebanyak mungkin ke sel (kotak) didekatnya pada baris atau kolom yang tidak disilang. Jika sebuah baris atau sebuah kolom dipenuhi secara bersamaan maka hanya salah satunya yang disilang dan variabel berikutnya yang harus ditambahkan ke pemecahan dasar akan dipastikan berada di tingkat nol. Proses ini selesai ketika tepat satu baris atau satu kolom belum disilang atau dengan kata lain semua persediaan telah habis dan permintaan telah terpenuhi.
2.5.1.2 Least Cost Method (Metode Biaya Terkecil) Prinsip metode ini adalah sebagai berikut : 1. Berikan nilai setinggi mungkin pada variabel Xij dengan biaya unit Cij terkecil dalam tabel (beberapa biaya unit yang sama dipilih secara sembarang). 2. Silang baris atau kolom yang sudah terpenuhi (seperti dalam metode Sudut Baris Laut, jika sebuah baris dan sebuah kolom dipenuhi secara bersamaan hanya satu yang disilang) 3. Sesuaikan persediaan dan permintaan untuk semua baris dan kolom yang belum disilang. 4. Ulangi proses tersebut dengan memberikan nilai setinggi mungkin pada variabel Xij dengan biaya terkecil yang belum disilang. Proses ini selesai etika tepat satu baris atau satu kolom yang belum disilang.
2.5.1.3 Vogel’s Approximation Method (Metode Pendekatan Vogel) Metode ini merupakan metode terbaik dibandingkan dengan kedua metode diatas. Metode ini dapat menghasilkan pemecahan awal yang optimum atau dekat dengan optimum. Lngkah-langkah pengerjanya adalah sebagai berikut : 1. Hitung penalty untuk tiap kolom dan baris dengan jalan mengurangkan elemen ongkos terkecil dari yang kedua terkecil. 2. Selidiki kolom atau baris dengan penalty terbesar. Alokasikan sebanyak variabel pada ongkos terkecil. Sesuaikan supply dengan demand, kemudian tandai kolom atau baris yang terpenuhi secara simultan, pilih baris atau kolom yang terpilih adalah nol, tidak terbawa lagi dalam perhitngan penalty berikutnya. 3. Langkah selanjutnya adalah : a. Bila tinggi satu kolom atau baris yang belum ditandai STOP. b. Jika hanya satu baris atau kolom yang disilang tentukan variabel dasar nol berdasarkan metode biaya terendah.
c. Jika semua baris dan kolom yang belum disilang memiliki supply dan demand nol, tentukan variabel-variabel basis yang berharga nolberdasarkan metode biaya terkecil, kemudian STOP. d. Jika 3a, b, c tidak terjadi, hitung kembali penalty untuk baris atau kolom yang belum ditandai, kembali ke 2.
2.5.2
Tahap Pengujian Optimalisasi Sebelum mengadakan pengujian optimalitas terhadap tabel awal
transportasi, terlebih dahulu harus diperhatikan banyaknya sel yang terkena beban alokasi sementara. Hal ini sangat penting karena banyaknya sel yang terkena beban alokasi sementara harus sama dengan jumlah baris ditambah kolom dikurangi satu, agar dapat dilakukan pengujianoptimalisasi terhadap tabel awal transportasi. Jika banyaknya garis dilambangkan dengan “m”, dan banyaknya kolom dilambangkan dengan “n”, maka dinyatakan bahwa banyaknya sel yang terkena alokasi beban sementara harus = (m + n-1) agar dapat dilakukan pengujian optimalisasi tabel awal transportasi lebih lanjut. Ada dua metode yang digunakan untuk mengetahui optimal tidaknya tahap sebelumnya, yaitu menggunakan :
2.5.2.1 The Stepping Stone Method (Metode Batu Loncatan) Cara ini diketemukan oleh W.W Cooper dan A. Chames dan ini merupakan cara yang sering dan banyak digunakan untuk mengetahui atau menguji optimal atau tidaknya tahap pertama. Dengan langkah-langkah penyusunan sebagai berikut : 1. Setiap sel kosong dievaluasi dengan memindahkan sel kosong tersebut satu unit dari sel yang terisi untuk menentukan pengaruh. Dari pemindahan satu unit ke sel yang kosong terhadapfungsi objektif, harus ditentukan lintasan tutup antara sel-sel yang terisi.
2. Lintasan ini terdiri dari beberapa lngkah yang dimulai dari sel yang kosong sampai kembali ke sel yang kosong tersebut , arahnya lurus dan siku-siku (arah diagonal tidak diperkenankan) serta jalurnya searah dengan jarum jam atau juga sebaliknya. Lintasan dilalui berturutberturut diberi tanda positif (pada sel kosong harus selalu bertanda “+”), kemudian negatif sampai akhirnya kembali ke sel yang dimaksud. 3. Setelah semua sel kosong dihitung, tentukan sel kosong yang menghasilkan negatif terbesar dan gunakan lintasan tutupnya untuk memindahkan barang-barang , sehingga diperoleh suatu pemecahan fisibel baru, bila keadaan belum optimal. Sedangkan bila keadaan telah menunjukan semua hasil dan perhitungan sel kosong positif, maka menandakan telah optimal.
2.5.2.2 The Modified Distribution Method/MODI (Metode Distribusi Termodifikasi) MODI merupakan singkatan dari “modified distribution” yang berarti distribusi yang dimodifikasikan. Cara ini iterasinya sama seperti stepping stone. Perbedaan utama terjadi pada cara pengevaluasian variabel nonbasis, tau penentuan penurunan ongkos transport per unit untuk setiap variabel. Cara ini dikembangkan berdasarkan teori dualitas. Untuk tiap baris i
dari tanbel
transformasi dikenal suatu multiplier Ui, dan untuk kolom j disebut multiplier Vj. Secara lebih jelas, langkah-langkah penyusunan MODI adalah sebagai berikut : 1. Misalkan banyaknya baris (m) dan banyaknya kolom (n), agar dapt dilakukan tes untuk menuji apakah hasil alokasi sementara telah optimal atau belum, maka jumlah sel yang diberi alokasi sementara harus m + n – 1. 2. Kemudian menetapakan Ui, yaitu notasi untuk angka baris dan Vj, yaitu notasi untuk angka kolom. 3. Dengan menggunakan rumus Cij = Ui + Vj untuk sel yang terkena beban alokasi maka ditentukan besarnya nilai Ui maupun Vj. Untuk memudahkan penentuannya dapat dimisalkan salah satu nilai Ui atau Vj sama dengan nol.
4. Hitung semua sel bukan baris dengan menggunakan rumus Cij – Ui – Vj. 5. Tentukan sel yang akan masuk baris dengan memilih nilai sel bukan baris yang memiliki negatif terbesar. Kemudian buatlah closed path(jalur tertutup)untuk menentukan sel yang akan keluar baris dengan memilih jumlah unit terkecil dari sel yang bertanda negatif. 6. Tabel optimum tercapai apabila sel bukan baris semuanya memilki nilai lebih besar sama dengan nol. 7. Jika tabel belum optimum, ulangi kembali langkah awal sehingga ditemukan tabel optimum.
2.6
Hubungan Metode Transportasi Dengan Efisiensi Biaya Distribusi Istilah transportasi atau distribusi terkandung makna bahwa adanya
perpindahan atau aliran barang dari suatu tempat ke tempat lain, atau adanya pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Untuk memindahkan barang tersebut dari suatu tempat ke tempat lain diperlukan alat dan sarana transportasi. Berarti mendistribusikan barang dari suatu tempat ke tempat lain atau beberapa tempat lain memerlukan alat dan biaya transportasi.
Gambar 2.3 Distribusi Barang Dari Beberapa Sumber ke Beberapa Tujuan Tempat Asal
Sarana Transportasi
Tempat Tujuan
(Resource)
(Destination)
1
1
2
2
3
3
Alasan mengapa distribusi barang dilakukan adalah dalam rangka upaya menciptakan nilai tambah (added value) atau nilai tempat (place value). Produsen berkepentingan untuk mendistribusikan hasil produksinya ke daerah pemasaran
atau ke daerah konsumen. Sehingga dengan memasarkan produknya secara tepat maka suatu perusahaan dapat meraih keberhasilannya dalam persaingan. Dalam
pelaksanaan
kegiatan
transportasi
atau
distribusi
selain
memindahkan produk memerlukan sarana angkutan berupa alat angkut dan juga orang yang mengangkut. Adapun alat angkut yang digunakan bisa direncanakan sesuai keperluannya. Pengadaan sarana ini memerlkan biaya dengan perkataan lain transportasi atau pendistribusian barang dari suatu tempat ke tempat lain memerlukan biaya angkut. Sehingga dalam pelaksanaan kegiatan pendistribusian tidak akan terlepas dari adanya biaya distribusi. Biaya distribusi yang dimaksud disini adalah angkos angkut atau ongkos pengiriman. Pada umumnya perusahaan angkutan atau transportasi memiliki motivasi untuk memaksimumkan keuntungan dalam kondisipasar yang bersifat kompetisi sempurna. Hal ini berhubungan dengan ongkos, jarak dan ukuran barang itu sendiri. Ongkos atau biaya distribusi besarnya dapat ditekan atau diminimumkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan efisiensi biayanya. Dengan efisiensi biaya, maka perusahaan dapat menghasilkan produk dengan beban biaya yang lebih rendah sehingga harga produk bisa menjadi lebih murah. Seperti yang dikatakan oleh Drs. M. Nur. Nasution, M.S.Tr (2003:109) : “Dengan meminimalkan biaya distribusi akan memperkecil biaya atau harga tambahan terhadap produk.”
Salah satu cara untuk meminimalkan biaya distribusi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan metode transportasi dalam pendistribusian barang. Karena menurut Drs. Pangestu Subagyo (2003:256) dengan menggunakan metode transportasi dalam pendistribusian produk perusahaan, maka seorang manajer dapat menganalisis agar biaya angkut barang dari pabrik ke berbagai daerah pemasaran paling minimum atau agar biaya angkut bahan baku dari gudang ke pabrik adalah minimum. Dalam pendistribusian produk, metode transportasi tersebut digunakan untuk menghitung atau mencari besarnya pengalokasian produk ke setiap daerah
tujuan dengan mengutamakan pengalokasian produk yang menghasilkan total biaya produksi (transportasi) paling minimum. Penyelesaian metode transportasi diawali dengan menyusun solusi awal yang fisibel. Dalam penyelesaian metode transportasi, dengan menyusun solusi awal yang fisibel. Dimana penyelesaian awal tersebut dapat menggunakan salah satu cara atau metode transportasi. Cara yang sering digunakan karena dianggap hasilnya mendekati optimal dan memperhatikan elemen biaya adalah Metode Vogel’s Approximation Method (VAM). Metode ini lebih baik digunakan untuk menentukan solusi fisibel awal karena lebih efisien dan praktis. Namun penyelesaian awal mempunyai arti bahwa total biaya pengiriman yang diperoleh dari sebuah persoalan pendistribusian barang dengan salah satu cara penyelesaian metode transportasi belum tentu biaya yang termurah. Artinya masih ada kemungkina kita untuk menekan total biaya tersebut menjadi lebih murah. Namun secara manual metode Nothwest Corner Method, Least Cost Method, maupun Vogel’s Approximation Method tersebut tidak mampu mencari atau menekan lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh kemampuan cara itu sendiri. Oleh karena itu terdapat uji optimalisasi metode transportasi yang dapat menekan biaya distribusi lebih jauh lagi. Pengujian optimalisasi dapat dilakukan dengan dua metode, salah satunya adalah MODI (Modified Distribution Method). Metode tersebut lebih baik digunakan dalam optimalisasi solusi fisibel awal karena penyelesaiannya yang mudah dan cepat adapun hasil perhitungan dari metode transportasi menggunakan solusi awal fisibel dengan metode Vogel’s Approximation Method dan uji optimalisasi dengan metode MODI (Modified Distribution Method), dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan pengalokasian serta dapat meminimumkan biaya yang akan timbul dalam pelaksanaan pendistribusian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan efisiemsi biaya distribusi dapat diterapkan suatu cara yaitu metode transportasi dimana dalam langkah-langkah penyelesaiannya, metode tersebut bertujuan untuk meminimalisasi biaya distribusi. Metode transportasi dapat membantu dalam
mengidentifikasi danmenganaisis besarnya pengalokasian produk dari daerah sumber ke tempat tujuan dengan biaya yang minimum.