BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi merupakan hal dasar yang sanagat penting bagi manusia sebagai makhluk sosial guna bersosialisasi dan berinteraksi, hampir semua aktivitas dan bentuk sikap manusia memerlukan komunikasi. Semua wujud hasil dari aktivitas dapat disampaikan melalui komunikasi. Komunikasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Ketergantungan manusia akan informasi sudah merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi. Kebutuhan akan komunikasi dan informasi merupakan dorongan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berinteraksi dengan sesamanya. Communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”5. Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama.6 Definisi komunikasi tidak ada benar atau salah. Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “berbagi pengalaman”. Sampai batas waktu tertentu, semua makhluk dapat
dikatakan
melakukan
komunikasi
dalam
pengertian
berbagi
pengalaman.
5 6
William I. Goeden. Communication Personal and Public. Sherman O’ks, CA:Alfred,1978 hal 28 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya 2005 hal 42
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Dalam bukunya Dinamika Komunikasi, Onong Uchjana Effendy mengatakan : “Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain atau publik untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (media)”7 Deddy Mulyana menjelaskan : “Dalam menyampaikan pesan komunikasi, komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada (sekelompok seseorang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, televisi”.8 Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa komunikasi tidak hanya suatu proses penyampaian pesan atau informasi tetapi jauh dari itu agar dapat memberikan pengetahuan lebih kepada khalayak banyak. Dalam garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak anatara komunikator dan komuniukan dapat saling memahami isi pesan yang dibicarakan atau yang disampaikan. Hal ini tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu gagasan tersebut, tetapi yang terpenting adalah apabila kedua belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut. Dalam keadaan seperti inilah baru dapat dikatakan komunikasi berhasil baik (komunikatif).
7 8
Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.1992 hal 5 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.2001 hal 61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2.1.1 Komunikasi Massa Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar kata komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi dan kegiatan yang sebenarnya) proses lain yang kedudukannya hampir sama dalam pengertian ruang lingkup dan keberadaannya yang muncul dimana-mana adalah pemerintah, pendidikan, dan agama. Masing-masing memiliki jaringan institusional sendiri yang kadang kala sangat berkaitan dalam proses transmisi atau tukar menukar informasi dan gagasan. Sedangkan pengertian massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa).9 Menurut
Defleur dan Dennis dalam bukunya “Under Standing Mass
Communiction” bahwa komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebutkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara.
9
Nurdin. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011 hal 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Karakteristik komunikasi massa yaitu: 1. Komunikasi melalui media massa ditujukan kepada khalayak yang luas. 2. Bentuk komunikasi melalui media massa bersifat umum bukan pribadi. 3. Pola penyampaian pesan secara cepat. 4. Penyampaian pesan melalui media massa berjalan satu araah. 5. Kegiatan komunikasi massa dilakukan terencana, terjadwal, dan terorganisasi. 6. Penyampaian melalui media massa dilakukan secara berkala. 7. Isi pesan media massa mencakup berbagai bidang kehidupan manusia. 2.2 Pengertian Public Relations Hal ini merupakan suatu hal yang penting karena Public Relations merupakan wakil dari suatu organisasi yang berhubungan dan mengadakan komunikasi timbal balik dengan publik sasaran dengan tujuan untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan bagi organisasi atau perusahaan, atau dengan kata lain untuk mendukung suatu program kerja. Definisi PR menurut Cutlip Center dan Broom, yaitu Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.10
10
Cutlip Center dan Glen Broom. Effective Public Relations. Edisi Keenam. Prentice Hall. Inc Englewood Cliffs. New Jersey. 2000 hal. 4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
Definisi diatas menyebutkan bahwa untuk meraih simpati publik maka suatu organisasi atau perusahaan harus berpikir, menentukan kebijakan serta mementingkan kepentingan publiknya. Dalam suatu usaha berkomunikasi dengan publiknya, seorang Public Relations hendaknya melancarkan rencana atau program. Rencana atau program tersebut harus bisa digunakan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Pada akhirnya seorang Public Relations bisa menjaga hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya sehingga akan timbul rasa memiliki bersama dan rasa tanggung jawab dari publiknya, untuk mewujudkannya maka harus ada saling pengertian diantara kedua pihak. Menjalin komunikasi yang harmonis antara suatu perusahaan dengan publiknya bukanlah sesuatu yang mudah, karena itulah peran Public Relations dalam suatu lembaga atau institusi sangat diperlukan dalam rangka menciptakan kerjasama yang baik yang didasari oleh hubungan harmonis, yang mencakup kepada arti : 1. Public Relations harus mampu menciptakan kerja sama diantara publik yang mempunyai kepentingan. 2. Public Relations harus dapat menumbuhkan saling pengertian diantara publik yang mempunyai kepentingan. 3. Public Relations harus dapat menciptakan tumbuhnya rasa kepuasan bersama diantara public yang berkepentingan.11
11
HR. Bahan Djaja. Peranan Public Relations Dalam Perusahaan. Bandung: 2001 hal 25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
2.2.1 Tugas dan Fungsi Public Relations Public Relations mempunyai fungsi timbal-balik, keluar dan kedalam. keluar ia harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Kedalam, ia berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum sesuatu tindakan atau kebijakan itu dijalankan. Fungsi Public Relations dapat dirumuskan untuk mendukung kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan. Selain itu juga untuk menjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya, mengidentifikasikan pendapat public dan tanggapan masyarakat terhadap perusahaan yang diwakilinya. Memberikan pelayanan yang maksimal bagi publiknya dan memberikan ide-ide atau saran-saran kepada pihak manajemen untuk tujuan bersama serta untuk menciptakan komunikasi dua arah dan mengatur jalur informasi. Public Relations juga berfungsi memberi informasi dari perusahaan atau institusi kepada publiknya atau sebaliknya guna memperoleh citra yang positif dari kedua belah pihak. Public Relations mempunyai fungsi antara lain yaitu menjaga citra perusahaan atau intitusi yang diwakilinya sehingga mendapatkan kepercayaan berbagai pihak yang menjalin suatu kerjasama dengan perusahan atau lembaga tersebut. Mengadakan berbagai kegiatan yang melibatkan perusahaan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
lembaga tersebut dengan masyarakat luas sehingga menambah citra dan kepercayaan dan kesetiaan kepada perusahaan atau lembaga tersebut. Tugas Public Relations secara umum adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan pesan atau informasi secara lisan, tulisan atau visual kepada publiknya, sehingga publik memperoleh pengertian yang benar dan tepat mengenai kondisi perusahaan atau lembaga, tujuan dan kegiatannya. b.
Melakukan studi analisis atau reaksi serta tanggapan public terhadap kebijakan langkah tindakan perusahaan, termasuk segala macam pendapat publik yang mempengaruhi perusahaan.
c. Menyampaikan fakta-fakta para pelaksana tugas guna membantu mereka dalam memberikan pelayanan yang memuaskan publik. d. Melakukan komunikasi publik melalui kegiatan yang dilakukan secara berencana dan terus menerus. e. Melakukan kegiatan penyelenggaraan penyampaian informasi baik dalam bentuk lisan maupun tulisan atau dalam bentuk gambar kepada publiknya. f. Memonitoring dan mengevaluasi tanggapan publik serta mempelajari dan menganalisa reaksi publik. Hubungan komunikasi baik internal atau eksternaal, memonitor dan merekam opini public serta tanggapan masyarakat terhadap lembaga atau perusahaan tersebut serta menganalisis dan mengelola berbagai data untuk disampaikan kepada pemimpin lembaga atau perusahaan sebagai acuan dalam perumusan dan penyempurnaan kebijakan lembaga atau perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tugas Public Relations (PR) adalah sebagai berikut : 1. Membina hubungan yang baik dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan khalayak, baik khalayak internal maupun eksternal. 2. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada khalayak dan memelihara serta menyalurkan pendapat, aspirasi atau opini publik kepada perusahaan. 4. Melayani khalayak dan menasehati sekaligus memberi masukan kepada pemimpin perusahaan demi kepentingan bersama. 2.2.2 Tujuan Public Relations Tujuan Public Relations (PR) adalah mengembangkan good will dan meperoleh opini public yang favorable atau menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan berbagai public, kegiatan Public Relations (PR) harus dikerahkan baik dari dalam maupun dari luar. Menjalin hubungan yang baik dengan publik, baik publik internal maupun eksternal bagi seorang PR merupakan suatu tujuan untuk bisa menjaga kepercayaan atau terciptanya opini yang menyenangkan. Tujuan Public Relations (PR) menurut Firda Kusumastuti, ada tiga tujuan yaitu: a. Terpelihara dan terbentuk saling pengertian yaitu membuat perusahaan dengan publik saling mengenal Public Relations (PR) harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
menunjukan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling mengenal dan saling mengerti. b. Menjaga dan membentuk saling percaya, yaitu lebih ke tujuan emosi, sikap saling percaya, Public Relations (PR) mempersuasif publik untuk percaya kepada perusahaannya. c. Memelihara dan menciptakan kerjasama, yaitu dengaan komunikasi diharapkan akan membentuk bantuan dan kerjasama yang nyata. Artinya
kerjasama
ini
sudah
dalam
bentuk
perilaku
atau
termanifestasikan dalam bentuk tindakan tertentu.12 Mengacu pada tiga tujuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah pengetahuan atau pikiran terbuka, emosi atau kepercayaan disentuh maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada akhirnya, semua itu kembali kepada tujuan yang lebih besar, yakni terbentuk citra atau opini yang favorable terhadap perusahaan dimana PR berada. 2.2.3 Peran Public Relations Peran Public Relations di perusahaan atau lembaga pemerintah adalah sebagai komunikator, baik kepada dan dari publik internal maupun publik eksternal. Keberadaan Public Relations di Pemerintahan merupakan suatu keharusan fungsional dan operasional dalam rangka bertugas menyebarluaskan informasi, kebijakan, program dan kegiatan pemerintahan kepada masyarakat.
12
Frida Kusumastuti. Dasar-dasar Hubungan Masyarakat. Jakrta: Ghalia Indonesia. 2002 hal 2022
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
Awalnya Public Relations tidak memiliki peranan penting dalam sebuah perusahaan atau lembaga pemerintahan, dan cenderung dipandang sebelah mata. Namun seiring berjalannya waktu yang berkembang, Public Relations pun lambat laun menjadi hal yang dianggap penting bagi perusahaan atau lembaga pemerintah. Public Relations merupakan istilah yang cukup populer dimata masyarakat, profesi Public Relations kini menjadi “trend”dimasyarakat Indonesia. Pada dasarnya ada empat peran utama Public Relations dalam sebuah organisasi adalah sebagai berikut:13 1. Communication Tehnician / Teknisi komunikasi Pada tahap ini kemampuan jurnalistik dan komunikasi sangat diperlukan. PR diarahkan untuk berperan menulis, menulis news letter, menulis in house journal, menulis news release, menulis feature, mengembangkan isi web dan menangani kontak media. Biasanya praktisi dalam peran ini tidak hadir pada saaat manajemen menemui kesulitan. Mereka tidak dilibatkan dalam manajemen sebagai pengambil keputusan. Meskipun mereka tidak hadir saat diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan baru, merekalah yang diberi tugas untuk menjelaskannya kepada masyarakat dan pers.
13
Scot M Cutlip Allen Center. Effective Public Relations. Pearson Education Inc. 2006 hal 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
2. Expert Presciber / Penentu Ahli Praktisi PR sebagai pendefinisi problem, pengembangan program dan memiliki tanggung jawab penuh untuk mengimplementasikannya. Mereka sebagai pihak yang pasif. Karena PR disini diberi kepercayaan yang tinggi tetapi karena tidak adanya keterlibatan dari pihak lain maka seorang PR sibuk sendiri dengan pekerjaannya, padahal seperti diketahui seharusnya tugas PR harusnya dilakukan oleh semua orang yang ada dalam sebuah perusahaan. 3. Communication Facilitator / Fasilitator Komunikasi Peran PR sebagai fasilitator dan broker (perantara) komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menghindari permasalahan dan menjaga agar komunikasi tetap baik. 4. Problem Soulving Facilitator / Fasilitator Pemecah Masalah PR berfungsi sebagai bagian penting penganalisis situasi, memiliki peran yang intens dalam pengembangan prosedur, kebijakan, produk, dan aksi perusahaan. Mereka juga memiliki power mengubah sesuatu yang seharusnya diubah. Mereka harus terlibat dalam segala bentuk perubahan organisasi. Melalui peran ini mereka menjadi paham spirit setiap program baik motivasi maupun tujuan mengapa program harus dilaksanakan, mereka mensupport perubahan strategis organisasi, keputusan yang sifatnya taktis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
dan memiliki komitmen pada perubahan dan mampu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan program. Dari empat macam peran tersebut, maka semakin jelas bahwa peran PR merupakan suatu metode dalam ilmu komunikasi dimana komunikasi mutlak dilakukan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan publiknya baik publik internal maupun eksternal. 2.3 Citra Perusahaan 2.3.1 Definisi Citra Membahas mengenai citra, setiap organisasi baik pemerintah maupun swasta, pasti akan selalu berusaha untuk memiliki citra yang baik dimata public. Setiap organisasi harus menampilkan citra yang positif baik itu melalui bentuk fisik bangunannya atau fasilitas dan pelayanan yang diberikan pada khalayak maupun melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. “Bayton described corporate image as a sum total of personality characteristics. Similarly, Carlson (1963) made the interesting assertion that corporate image is the way that corporations are perceived by persons having no face-to-face relationship with them. Accordingly, people tend to "humanize" companies, and attribute personality characteristics to them, such as being "mature," "liberal," "friendly," and so on. Hardy (1970) suggested that people give corporations human attributes, and delineated four types of marketing images: corporate, store, product, and brand”. “Bayton menggambarkan citra perusahaan sebagai jumlah total dari karakteristik kepribadian. Demikian pula, Carlson (1963) membuat pernyataan menarik yang citra perusahaan adalah cara bahwa perusahaan yang dirasakan oleh orang-orang yang tidak memiliki hubungan tatap muka dengan mereka. Dengan demikian, orang cenderung "memanusiakan" perusahaan, dan atribut karakteristik kepribadian mereka, seperti menjadi "dewasa", "liberal," "ramah", dan sebagainya. Hardy (1970) menyarankan bahwa orang-orang memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
perusahaan atribut manusia, dan digambarkan empat jenis gambar pemasaran: perusahaan, toko, produk, dan merek”.14
Dalam konteks Public Relations, citra diartikan sebagai kesan, gambaran atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) atas sosok keberadaan, berbagai kebijakan personil, produk atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusahaan. Sementara itu menurut Frank Jefkins yang diterjemahkan Daniel Yadin, “ Citra adalah kesan atau opini seseorang atau masyarakat terhadap suatu organisasi atau perusahaan yang merupakan hasil interaksi dengan komunikasi disekitar perusahaan berada, termasuk situasi keadaan serta hubungan antara pimpinan dan karyawan perusahaan dengan masyarakat umum”.15 Dari beberapa definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan citra adalah kesan atau gambaran umum dari sebuah perusahaan atau organisasi yang dapat ditangkap oleh publik, yang tujuannya adalah mengubah perspektif (cara pandang) publik terhadap perusahaan atau organisasi itu sendiri. Dari pembahasan citra tersebut, jika dikaitkan dengan objek penelitian, citra merupakan kesan sengaja yang diciptakan dari suatu objek atau gambaran yang timbul karena pemahaman akan suatu pernyatan yang dimiliki seseorang maupun orang banyak, mengenai program atau informasi yang diberikan. Namun citra disini lebih berkenaan dan ditentukan oleh program Pemkot Tangerang yang 14
American Journal of Business Research 3.2 (Nov 2010): 53-68. http://search.proquest.com/docview/1018439857/6B0A99696234408EPQ/2?accountid=34643 15 Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima. Alih Bahasa Haris Munaandar. Jakrta: Erlangga.2003 hal 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
pada akhirnya dari program yang direncanakan komunikannya akan menimbulkan gambaran, opini dalam diri masyarakat seperti yang di ungkapkan Bill Cantoon adalah kesan, perasaan, penggambaran diri publik terhadap perusahaan: kesan yang dengan sengaja di ciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.16 2.3.2 Jenis Citra Menurut Frank Jefkins, ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia Public Relations, yaitu: 1. Citra Cermin (Mirror Image) Merupakan citra yang melekat pada orang-orang dalam anggota organisasi, biasanya adalah pendapat pimpinannya menganai anggapan pihak luar tentang organisasinya. Citra ini sering kali tidak tepat sebagai akibat dari kurang memadainya pengetahuan, ataupun pemahaman yang dimiliki pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena itu bias mebayangkan hal yang serba hebat mengenai diri sendiri sehingga kitapun percaya bahwa orang lain juga memiliki pandangan yang tidak pada tempatnya, karena hampir setiap orang menyukai fantasi. Melalui penelitian yang mendalam akan segera terungkap bahwa citra bayangan itu hampirselalu tidak tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. 2. Citra yang Berlaku (Current Image) Adalah citra yang melekat pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra ini tidak sesuai dengan kenyataan, karena semata-mata terbentuk 16
Siswanto Sutojo. Membangun Citra Perusahaan. Jakarta: Dasar Mulia Pustaka. 2004 hal 10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang tidak memadai, sehingga citra yang terbentuk cenderung negative. Citra ini sepenuhnya ditemukan oleh banyak sedikitnya informasi yang dimiliki publik luar tentang organisasi kita. 3. Citra yang Diharapakan (Wish Image) Merupakan citra yang diinginkan oleh pihak menejemen. Ini bukanlah citra yang sebenarnya, biasanya jenis citra ini dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu yang relative baru, yaitu ketika khalayak belum punya informasi yang memadai menganai perusahaan. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image) Yaitu citra suatu perusahaan secara keseluruhan, bukan citra akan produk dan pelayanan saja. Dengan kata lain ini merupakan kesan atau gambaran dari sebuah perusahaan dimata khalayaknya yang terbentuk berdasarkan pengetahuanpengetahuan serta pengalaman mereka sendiri. Citra ini tidak dapat diciptakan begitu saja tetapi bisa diubah dan diperbaiki. Seorang PR tidak bisa memoles citra yang buruk sehingga “lebih indah dari warna aslinya” yang bisa dan harus dilakukan adalah membangun citra yang sebenarnya (yang benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada). Caranya adalah dengan mengembangkan penegtahuan dan pengalaman khalayak tentang perusahaan. 5. Citra Penampilan (Performance Image) Citra ini lebih ditujukan kepada subyeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri daripada professional yang ada diperusahaan yang bersangkutan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
misalnya dalam memeberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, agar elalu menyenangkan dan memebrikan kesan yang baik kepada publik. 17 Melihat beberapa citra diatas, mau tidak mau setiap perusahaan ataupun lembaga harus memiliki citra di mata publik. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang ataupun buruk. Inilah yang sedang dilakukan oleh pihak Pemkot Tangerang untuk membangun citra yang baik dimata public melalui program Smart City. Pembentukan berkesinambungan,
citra
positif
meliputi:
merupakan
perencanaan,
suatu
proses
pengorganisasian,
yang
selalu
koordinasi,
pengawasan serta evaluasi dari semua program yang akan, sedang dan telah dilaksanakan oleh PR Pemkot Tangerang. Citra yang dimaksudkan disini adalah citra dari Pemkot Tangerang sebagai Kota yang mengikuti era perkembangan jaman yang semakin maju, termasuk dalam katagori citra yang dihadapi atau citra perusahaan (Corporate Image) yaitu mempertahankan citra positif
Pemkot
Tangerang yang sudah ada dan juga untuk meningkatkan citranya sebagai Kota Pintar (Smart City). 2.3.3 Peran Humas dalam Membangun Image Peran humas dalam sebuah organisasi/lembaga sangatlah penting. Dalam riset tentang kegiatan humas, ada dua peran besar yang secara konsisten muncul dalam kegiatan humas yaitu peran sebagai teknisi dan manajemen. Peran sebagai teknisi mewakili seni dari humas seperti menulis, mengedit, mengambil foto, 17
Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.2003 hal 21-22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
menangani produksi komunikasi, membuat event spesial, dan melakukan kontak telepon dengan media. Peran sebagai manajer berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi/lembaga dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait humas. Manajer humas melaksanakan tiga peran, pertama sebagai pemberi penjelasan, yaitu orang yang bekerja sebagai konsultan untuk mengidentifikasikan masalah, menyarankan pilihan, dan memantau implementasi kebijakan. Kedua sebagai fasilitator komunikasi, lingkungannya yang menjaga agar komunikasi dua arah tetap berlangsung. Ketiga sebagai pemecah masalah, yaitu orang yang bermitra dengan manajer senior untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah menurut Lattimore (2010;25) Dalam melaksanakan perannya, menuru Lattimore (2010;26-27) ada empat model humas yang diterapkan yaitu: 1. Press Agentry (Agen Pemberitaan): yaitu menggambarkan bagaimana informasi bergerak satu arah dari organisasi menuju publik. 2. Informasi Publik: yaitu model yang menggambarkan bagaimana humas bertugas memberitahu publik. Model ini selalu dipraktikkan oleh humas pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi. 3. Asimetri Dua Arah: yaitu memandang humas sebagai kerja persuasi ilmiah yang menggunakan hasil riset untuk mengukur dan menilai publik. 4. Simetris Dua Arah: yaitu sebuah model yang menggambarkan sebuah orientasi humas dimana organisasi dan publik saling menyesuaikan diri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
Dari keempat model pertama merefleksikan sebuah praktisi humas yang berusaha mencapai tujuan organisasi melalui persuasi. Model keempat berfokus pada usaha menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau kelompok lainnya. Dalam sebuah organisasi, khususnya di lingkup pemerintahan, humas memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Selain itu, sebagai sebuah kegiatan komunikasi, humas juga berfungsi sebagai jembatan untuk membangun suasana yang kondusif dalam kerangka “winwin solutions” antar berbagai stakeholder organisasi, baik internal maupun eksternal dalam rangka membangun citra dari instutusi pemerintah itu sendiri. Oleh
karena
itu
peran
humas
yang
paling
ideal
di
dunia
pemerintahan/lembaga adalah berdasarkan model simetris dua arah. Peranan humas pemerintah/lembaga adalah untuk memberikan sanggahan mengenai pemberitaan yang salah dan merugikan pemerintah, dan mengkomunikasikan atau menginformasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membentuk citra positif pemerintah daerah tersebut dimata publiknya. Pentingnya peran humas instansi dan lembaga pemerintah dalam masyarakat modern yaitu dalam melakukan kegiatan-kegiatan dan operasinya di berbagai tempat berbagai bidang. Teknik yang digunakan dalam humas di pemerintah tidak ada bedanya dengan teknik yang digunakan humas di bidang lain yaitu penyampaian informasi dan komunikasi menurut Moore (2004;9).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
2.4 City Branding City branding adalah perangkat pembangunan ekonomi perkotaan. City branding merupakan perangkat yang dijamin dari praktik-praktik pemasaran oleh para perencana dan perancang kota beserta semua pemangku kepentingan. Sebagaimana produk, jasa dan organisasi kota membutuhkan citra dan reputasi yang kuat dan berbeda demi mengatasi persaingan kota memperebutkan sumber daya ekonomi di tingkat lokal, regional, nasional dan global. Kota yang berdaya saing tinggi menjadi tujuan lokasi berpindahnya modal, manufaktur mutakhir, bakat-bakat terbaik, teknologi, turis, event dan warga kaya. Kota memanfaatkan praktik pemasaran lokasi khususnya city branding, untuk menarik modal, manufaktur, bakat, teknologi, turis, event dan penduduk kaya tersebut. Karena suatu kawasan, lokasi, dan kota membutuhkan dukungan brand image18. Tanpa citra dan reputasi positif hampir tidak mungkin bagi pemerintah kota bermitra, berelasi atau berkolaborasi dengan pihak lain. Kota
mendapatkan
berkah
karena
berkumpulnya
infrastruktur
fisik,
infrastruktur sumber daya manusia, dan infrastruktur Information Communication Technology (ICT) yang mendorong serta dalam perebutan kue ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based-economy/KBE). Akan tetapi, KBE hanya akan berkembang jika kota mampu menarik orang-orang berbakat (talent) dan membangun budaya toleransi (tolerance). Dan kota yang ingin bersaing secara global haruslah memiliki citra dan reputasi sebagai kota yang toleran. 18
M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi. hal 1.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Kecenderungan yang ada di atas mensyaratkan wilayah, lokasi dan kota memiliki citra brand (brand image) dan reputasi yang positif. Tidak hanya positif, brand image dan reputasi tersebut harus sejalan dengan daya saing kota untuk berkompetisi dengan kota lain. Brand image dan reputasi tersebut adalah penyokong pembangunan ekonomi kota yang positif secara berkelanjutan19. “In order to gain buy-in, it is necessary that city branding strategies be developed with stakeholders in mind. By starting with an inward focus, city planners are more likely to achieve congruency between their city brand images and the needs and expectations of their local communities ([39] Trueman et al. , 2004; [33] Pike, 2005). In this research, the importance of internal stakeholders, specifically a city's residents, is examined with respect to the brand-building process. Specifically, the present research seeks to address how the residents of a city form self-brand connections with the brand of a city through brand associations. Brand associations, including residents' attitudes toward the branding efforts of a city, the perceived quality of the brand and the perceived uniqueness of the brand are crucial in effective brand positioning. Properly developed and positioned, city brands are more likely to result in resident attachment and ultimately brand advocacy”. “Untuk mendapatkan pendapatan daerah, diperlukan bahwa strategi branding kota dikembangkan dengan para pemangku kepentingan dalam pikiran. Dengan memulai fokus kepada perencana kota, karena lebih mungkin untuk tercapai adanya kesesuaian antara logo atau brand kota tersebut. Dalam penelitian ini, pentingnya internal pemangku kepentingan, khususnya masyarakat, sangat berpengaruh terhadap proses membangun brand tersebut. kualitas brand dan keunikan dirasakan sangat penting dalam posisi brand yang efektif”.20 Menurut Van Gelder (2003), persyaratan suatu city brand tidak jauh dari persyaratan merek atau branding pada umumnya, yaitu:
1. City brand harus menunjukkan kondisi kualitas dari kota atau daerah yang sebenarnya. City brand pada kenyataannya bukan merupakan
19
M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi. hal 3. 20 http://search.proquest.com/docview/1125524924/28AE7F9A1A174D96PQ/17?accountid=34643
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
cita-cita atau visi semata-mata yang ingin dicapai, tetapi adalah kenyataan yang sebenarnya yang menggambarkan kondisi kota tersebut. City brand juga bukan pula merupakan semata-mata suatu janji, tetapi adalah janji yang ditetapi ketika orang tinggal, hidup, menetap atau sekedar berkunjung ke dalam suatu kota. 2. City branding memaparkan sesuatu yang baik dari kota. Bukan menjelaskan kekurangan atau sisi buruk dari kota tersebut. 3. City brand harus mudah diucapkan, dikenal. diingat, dijiwai, dihayati dan dipahami oleh tidak hanya penduduk kota, tetapi juga bagi setiap orang yang melihat, membaca dan mendengarnya. 4. City brand harus mudah terbedakan, oleh karena itu harus spesifik dan khas. 5. City brand harus mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris harus menggambarkan pengertian yang sama dan identik, sehingga tidak membingungkan orang yang mengetahuinya. 6. City brand harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum.21 Dapat disimpulkan bahwa Setiap kota mempunyai sebuah Brand Image tersendiri, namun kebanyakan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut tidak menyadarinya. Sebagai seorang PR yang harus dilakukan adalah bagaimana mengelola serta merubah pandangan masyarakat terhadap brand kota tersebut terutama berkaitan dengan menetapkan dan merumuskan identitas Kota yang berkesinambungan, kuat, konsisten dan mudah diingat, yang selaras dengan tujuan pemerintah. Dengan kata lain, city branding adalah gagasan dan proses melakukan
21
http://moncy-art.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-city-branding.html
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
identifikasi, membentuk dan mempromosikan citra tertentu dari sebuah kota yang menjadikan kota tersebut bagus di mata masyarakat, mudah diingat, berbeda dengan kota lain, dan memiliki keunggulan yang unik.22
2.4.1 Citra dan Identitas Kota Kota dengan citra positif mampu menyihir pikiran orang. Walaupun tempat tersebut memiliki citra positif di mata sementara pihak, maka kota tidak membutuhkan perubahan citra tersebut. Citra yang lemah terjadi pada tempattempat yang kurang dikenal karena kecil, memiliki daya tarik terbatas, atau tidak diiklankan23. Sejalan dengan perkembangan, dimana manajemen citra kota atau lokasi dikelola dengan perangkat pemasaran, perangkat branding belakangan dimanfaatkan terhadap citra kota sebagai upaya terintegrasi untuk mengelola citra yang dimiliki. Caranya adalah dengan mengoptimalkan identitas yang dimiliki kota demi meningkatkan daya saing yang dimiliki kota tersebut. Citra atau image merupakan gambaran yang ada di benak kita tentang suatu hal. Citra merupakan akumulasi dari pengetahuan, pengalaman, dan keterpaparan (exposure)terhadap obyek yang didapat berupa orang, benda, peristiwa, maupun tempat. Citra terkait erat dengan asosiasi yang muncul saat kita membayangkan tentang suatu obyek. Asosiasi yang muncul di benak tentang
22
Van Gelder (2003) M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi hal 37
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
suatu kota seperti Jakarta, Surabaya atau Bandung tentu berbeda dengan asosiasi tentang kota lainnya seperti Kuala Lumpur, Tokyo atau Singapura24. Sedangkan identitas merupakan instrument yang menjadi dasar proses branding. Identitas memungkinkan sebuah tempat menjadi berbeda dari tempat lain yang menjadi pesaingnya. Citra merupakan proyeksi dari identitas. Bila identitas diibaratkan sebuah benda, maka citra adalah bayangan benda, yang terpantul dalam cermin. Citra bukanlah benda itu sendiri melainkan pantulan dari identitas yang dimiliki. Citra yang ideal adalah citra yang dekat dengan identitas yang dimiliki sesuatu atau seseorang, menampilkan obyek tersebut secara utuh, lengkap, dan tidak mengalami distorsi25. Sebagaimana obyek lainnya, kota juga memiliki baik identitas maupun citra. Kota dengan identitas yang kuat memiliki modal besar untuk menjadi kota dengan citra yang kuat. Sebaliknya, kota yang kekurangan identitas akan mengalami kesulitan dalam membentuk citra yang diinginkan. Pencarian identitas adalah langkah pertama dalam pembentukan citra sebuah kota. Identitas adalah sebuah fondasi yang menopang pekerjaan pembangunan citra. Mengingat pentingnya identitas dalam membentuk citra kota, maka identitas kota harus dicari, ditentukan, dan dikelola. Keunikan merupakan esensi dari identitas. Identitas berasal dari kata Yunani “idem” yang berarti kesamaan (sameness). Namun identitas hanya 24
M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi hal 40-41 25 M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi hal 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
bermakna dalam kaitannya dengan hal-hal yang tidak merupakan dirinya. Identitas mengandaikan adanya liyan (otherness) dan perbedaan. Sebuah kota yang memiliki identitas adalah kota yang sama dalam arti fungsional dengan kota lainnya namun berbeda dari segi pemaknaannya. Kota harus dipersepsikan sebuah kota seperti halnya kota lainnya, namun pada saat yang sama juga harus berbeda dengan kota saingannya. Sebuah brand untuk kota adalah penanda identitas26.
2.5 Persepsi 2.5.1 Pengertian Persepsi Robert A. Baron dan Paul B. Paulus dalam Deddy Mulyana mengatakan, bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.27 Persepsi membantu manusia memahami dunia sekelilingnya untuk disimpan dalam memorinya. Akibatnya, terbatasnya kapasitas memori manusia, persepsi membantu memori dalam menafsirkan dunia ini dengan pengalaman masa lalu, rekaman-rekamannya yang telah dipelajari, nilai-nilai budaya, dan sebagainya. Hal tersebut membantu membuat suatu stimuli yang sama bisa diinterprestasikan oleh dua manusia yang mempunyai persepsi yang berbeda.28
26
M.Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Branding Tempat. Jakarta Selatan: Makna Informasi hal 58 27 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.2000 hal 167 28 Leon G. Schiffman and Leslie Lazer Kamuk. Consumer Behaveor Fourth Esdition. Prentice Hall Inc. New Jersey. 1991 hal 146
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Jadi dapat dikatakan bahwa persepsi ini merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu atau informasi. Bisa saja dalam situasi yang sama, seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain, hal ini bisa terjadi karena setiap orang akan melihat sesuatu hal melalui panca indranya. Namun
setiap
orang
akan
berbeda
dalam
mengikuti,
mengatur
dan
menginterprestasikan informasi yang masuk. Pada proses persepsi, terdapat dua tahapan, antara lain perhatian (attention)
dan
penafsiran
(interpretation).
Kemudian
setelah
tahapan
tersebut,akan muncul suatu respon yang disebut kognitif. Jalaludin rakhmat menggambarkan proses terjadinya persepsi dengan skema model:29 Stimulus → Atensi → Interprestasi → Kognisi 1. Perhatian Faktor yang sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian (attention) perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera yang lain.30 1. Manusia akan lebih memperhatikan hal-hal yang dianggap menarik dari
pada yang tidak menarik. Apa yang terjadi perhatian kita, kadang-kadang dapat lolos dari perhatian orang lain. Kita cenderung memperhatikan halhal tertentu yang penting dan yang diminatinya saja.
29 30
Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008 hal 55 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008 hal 52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2. Penafsiran (interpretation) Persepsi juga sering disebut dengan tindakan memberi makna melalui indera-indera kita untuk menafsirkan suatu informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Penafsiran merupakan proses dimana penerima memberi arti terhadap pesan yang diterimanya, mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya, mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsi.31 Setiap makna yang timbul akan berbeda-beda dengan individu lainnya dalam
menafsirkan
informasi.
Hal
ini
karena
setiap
individu
mengorganisasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan kenyataan yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, ragam penafsiran akan muncul dalam setiap individu walaupun stimilinya sama. 3. Pengetahuan (Kognitif) Kemudian setelah tahap perhatian dan interpretasi, akan muncul respon yang disebut kognitif. Kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsikan khalayak. Kognitif terjadi pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya.32
31
David A. Aeker and john G Mayer. Advertising management. Prentice hall Inc. New jarsey. 1996. hal 218 32 Elvinaro Ardianto &Lukiati K.M. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005. hal 52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak
dalam
mempelajari
informasi
yang
bermanfaat
dan
memgembangkan keterampilan pengetahuannya (kognitif), melalui media massa dapat diperoleh berbagai informasi tentang berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi orang, teknologi baru atau benda. Pada saat mempersepsikan, hal ini berkaitan dengan kebutuhan kognitif, yaitu untuk memperkuat informasi pengetahuan serta pengetahuan tentang lingkungan eksternal. Beberapa sumber ada mengenai definisi tentang persepsi, saya cenderung ke definisi persepsi jalaludin karena persepsi yang dikatakannya merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu atau informasi, seseorang akan memiliki pandangan yang berbeda dengan orang lain dan setiap orang akan melihat sesuatu hal melalui panca indera dalam memberikan perhatian dan penafsirannya. Berdasarkan keterangan tersebut, dijelaskan bahwa pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa merupakan rangsangan yang ditujukan kepada khalayaknya sehingga menghasilkan suatu pengaruh dan tanggapan yang berbeda-beda menurut pandangan persepsi yang menerimanya. Bisa menghasilkan persepsi yang positif dan bisa juga menghasilkan persepsi yang negatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.6 Smart City
Sumber : Koran benteng kota tangerang
Kota Tangerang sebagai daerah Perdagangan dan Jasa yang kini terus berkembang dari berbagai sektor, telah bertransformasi menerapkan beberapa program sebagai smart city. Mulai kelengkapan sarana penunjang hingga Sumber Daya Manusia yakni pegawai pemerintahannya. Smart City memiliki enam komponen yakni Smart Mobility (Mobilitas Cerdas), Smart Environment (Lingkungan Cerdas), Smart People (Masyarakat Cerdas), Smart Government (Pemerinth yang cerdas, pemberdayan dan partisipasi), Smart Living (Hidup yang cerdas), Smart Economy (Ekonomi Cerdas). Beberapa program yang telah berjalan diantaranya adalah pembentukan masyaraakat kreatif melalui komunitas sebagai bagian dari Smart People. Terbentuknya kampung bersih, kampung hiaju, komunitas pemuda hingga tingkat pelajar yang membuat bioethanol dari limbah buahan. Keterlibatan peran serta masyarakat sebagai wujud Smart People akhirnya menghasilkan penghargaan Adipura. Bahkan, warga setiap harinya rutin melakukan kegiatan kebersihan tanpa harus berpatokan pada penghargaan semata.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Smart Mobility, yakni efektifitas transportasi yang terintegrasi sebagai perwujudan menjadi Smart City melalui Smart Mobility (Mobilitas Cerdas). Langkah awal dimulai dengan mebangun sistem Area Traffic Control Sistem (ATCS) sejak tahun 2011 dan terus berkembang hingga kini tersebar di 33 titik. ACTS merupakan system pengaturan transportasi, dimana sebuah alat beserta dengan CCTV ditempatkan di areal lampu lalu lintas dan dikendalikan dari ruang control. Pengaturan ATCS dilakukan dengan lampu lalu lintas otomatis yang bekerja dengan system automatic responsive, sehingga bila arus lalu lintas padat, lampu hijaunya pada lampu lalu lintas akan diperlam. Sementara jika jalur kosong, lampu merah otomatis berubah. Hal ini dilakukan guna meminimalisir penumpukan kendaraan dipersimpangan. Nantinya petugas control akan memberikan informasi kepada pihak kepolisian ataupun warga pengguna jalan perihal keadaan jalan. Adapun titik ATCS yang kini telah terbangun yakni di Batuceper, Tanah Tinggi, PUSPEM, Benteng betawi, PLN, Kodim, Unis, Tangerang City, Modern land, Banjar Wijaya, Gondrong, dan pikun. Smart Government, yakni efektifitas dan efisiensi kebijakan dengan membangun 116 aplikasi seperti perijinan online, e-office, e-budgetting, System Informasi Administrasi Pemerintahan (SIAP), dan E-pendidikan. Untuk perijinan online misalnya, masyarakat dapat mengurus ijin melalui online tanpa harus membawa banyak berkas ke kantor perijinan dan antri panjang. Apalagi dengan kesibukan warga yang begitu padat, maka perijinan online dapat dilakukan kapan saja bahkan melalui smart phone. Lalu ada E-office sebagai usaha debirokratisasi pemerintahan, dalm rangka mempermudah proses pelayanan administrasi. Dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
aplikasi tersebut pekerjaan kantor yang selama ini dilakukan secara manual berubah menjadi elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi. Layanan e-office pun memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam melakukan pengelolaan persuratan. Dengan tersedianya layanan aplikasi digital, maka pegawai dituntut untuk aktif dan mampu menggunakannya seiring penggunaan smart phone yang terus berkembang dimasyarakat. Begitu halnya dengan peran warga dalam memberikan massukan kepada pemerintah. Kemudian layanan Call Center di nomer telpon 021 1500 293 dan 08111500293 dan juga buku tamu di wesite tangerangkota.go.id serta hallo walikota +62857-7718-2412. Warga bisa mengadukan berbagai macam layanan
maupun pembangunan di setiap
wilayahnya.
Karena,
pemkot
tangerangakan terus membuka pintu komunikasi dengan berbagai unsur masyarakat. “Partisipasi masyarakat sangat membantu terbangunnya transparansi komunikasi dan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh lapisan masyarakat. Kondisi sekarang ini sangat mengharuskan adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pembanguna”.(Walikota Tangerang Arief R Wismansyah). Smart Living, dikota Tangerang berbagai kebutuhan seperti sarana public dan pelayanan untuk masyarakat terus diperbanyak dan dipermudah. Misalnya, penyediaan taman kota, hutan kota, pelayanan berobat gratis, lingkungan perumahan yang aman hingga jaminan sekolah bagi seluruh anak. Untuk Taman Kota saja, saat ini sudah 136 taman adan akan terus diperbanyak. Seiring berkembangnya geliat investasi di Kota Tangerang yang mengarah menjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
daerah Perdagangan dan Jasa. Maka itu, Pemkot Tangerang akan melibatkan peran serta pihak swasta untuk membantu membuat taman seperti Taman Potret yang berada di wilayah Cikokol. Pada sektor pendidikan, Pemkot Tangerang meluncurkan program Tangerang Cerdas yang meberikan jaminan kepada seluruh anak di Kota Tangerang dapat bersekolah. Realisasi dari program Tangerang Cerdas adalah, Pemkot Tangerang memberikan bantuan kepada pelajar dari tingkat SD hingga SMA/SMK berupa pembayaran SPP dan keperluan lainnya meliputi sepatu, seragam sekolah, tas sekolah, dan penunjang proses belajar mengajar. Tak hanya itu saja, Program Tangerang Cerdas pun sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat mengenai wajib belajar hingga 12 tahun. Pemkot Tangerang akan terus melakukan pembangunan sarana sekolah juga. Smart Economy, Terkait penerapan Ekonomi Cerdas lainnya yakni kegiatan produk ramah lingkungan yang merupaka program pemerintah dalam memberikan penghargaan bagi perusahaan industri yang telah mempelajari lingkungan hidup sehingga dapat meminimalisir pencemaran. Karena di Kota Tangerang banyak sekali pabrik, maka dijuluki sebagai kota seribu industry. Untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul seperti pencemaran dan lainnya maka diluncurkan program Industri Hijau. Sejumlah pabrik yang terpusat dalam satu kawasan pun telah menerapkannya. Adapun bentuk penerapannya yakni proses produksi di pabrik tersebut mengutamakan upaya efisiensi dana efektifitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Smart Environment, Pemkot Tangerang melalui konsep LIVE yakni Liveable (Layak huni), Investable (layak investasi), Visitable (Layak dikunjungi) dan E-City (Penggunaan teknologi berbasis informasi), melakukan penataan lingkungan hulu hingga hilir. Dimulai dari perkantoran pemerintah yang menerapkan Kantor Ramah Lingkungan atau Eco-Office. Hal ini sudah terlaksna di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang hingga tingkat Kecamatan dan Kelurahan. dalam pelaksanaan Eco-Office meliputi, Penghematan energy listrik, Pemanfaatan kertas bekas, Reduce, Reuse, dan recycle(3R) sampah kantong, pengelolaan bak sampah, penghematan air bersih, penataan landscape gedung, konservasi air (lubang resapan biopori atau sumur resapan) dan penghijauan didalam atau luar kantor. Tak hanya melulu pada fasilitas saran, Pemkot Tangerang berupaya mengurangi pencemaran udara dan hemat energy dengan membuat jalur khusus sepeda dan pelaksanaan Car Free Day setiap hari minggu mulai pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB. Ada juga Program Kampung Hijau yang telah terbentuk 60 komunitas dan tangerang berkebunyang dibentuk di detiap RW yang merupakan gerakan untuk mendukung Pengembangan Pertanian Perkotaan. Sisi lain dalam bagian lingkungan cerdas yakni Inventarisasi Emisi Pencemaran Udara untuk mengetahui pencemar udara dengan parameter CO. CO2, NOX, SO2, PM10, Pb, dan hidrokarbon yang dapat menurunkan kualitas udara di Kota Tangerang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Smart city dapat disimpulkan bahwa memanfaatkan sumber informasi yang menggunakan teknologi canggih untuk mempermudah keberlangsungan aktifitas masyarakat Kota Tangerang, karena selain melibatkan peran serta masyarakat, komunitas juga berperan penting dalam setiap programnya.33 2.7 Teori S-O-R Peneliti memakai model teori Stimulus Organisme Respone (Rangsangan Tanggapan) atau lebih popular dengan sebutan model S-R. Kaitan teori ini dengan penelitian mengenai persepsi masyarakat tangerang terhadap brand Kota Tangerang sebagai Smart city adalah karena teori ini menjelaskan tentang pengaruh atau rangsangan yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi tergantung pada isi dan penyajian stimulus yang nantinya akan menimbulkan pendapat dari pihak penerima. Model S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut: S----O----R Sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, model ini memberikan gambaran tentang 3 (tiga) elemen : Stimulus (S), yaitu pesan ; Organisme (O), dalam hal ini pihak penerima (Receiver) ; dan Respone (R), yakni akibat atau pengaruh yang terjadi.34
33 34
Koran Benteng Tangerang Edisi 16. 1 Agustus 2015 Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.2003.hal.3
http://digilib.mercubuana.ac.id/