BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur :
Nama Kimia
:
5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2piridinil)metil]sulfinil]}1H-benzimidazol
Rumus Molekul
:
C17H19N3O3S
Berat Molekul
:
345,4
Pemerian
: serbuk putih atau hampir putih,
Kelarutan
: Sangat sukar larut dalam air, larut dalam alkohol, metanol dan diklorometan, sangat mudah larut dalam larutan alkali
2.1.2 Kegunaan Omeprazol Omeprazol adalah suatu obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit asam peptic. Omeprazol merupakan pengganti benzimidazol yang menghambat secara reversible pompa proton (H+/K+ ATPase) sel parietal lambung. (Katzung, 1997). 2.2 Bentuk Sediaan
Omeprazol tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul (mengandung omeprazol atau omeprazol magnesium) sejumlah 10 mg, 20 mg dan 40 dalam beberapa pasar; dan dalam bentuk serbuk (omeprazol natrium) untuk injeksi
Universitas Sumatera Utara
intravena. Kebanyakan sediaan oral omeprazol adalah salut enterik, disebabkan degradasi secara cepat dari obat pada kondisi asam lambung. Hal ini paling biasa dicapai dengan memformulasi granul-granul salut enterik dalam kapsul , tablet salut
enterik
dan
sistem
satuan
multiple
pelet
(http://www.wikipedia.com/omeprazole).
2.2.1 Sediaan Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai ( DitJen POM, 1995) . 2.3 Penetapan Kadar Omeprazol Ada berbagai cara metode analisis yang digunakan pada penetapan kadar omeprazol yaitu metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan metode Spektrofotometri Ultraviolet (Moffat, 2004). Metode analisis yang akan digunakan pada penetapan kadar omeprazol dalam sediaan kapsul adalah Metode Spektrofotometri Ultraviolet. Clarke’s, Isolation and Identification Of Drugs mencantumkan bahwa kadar omeprazol dapat ditentukan dengan menggunakan pelarut asam (H2SO4 0,2 M) dengan panjang gelombang 277 dan 303 nm.
2.4. Spektrofotometri 2.4.1
Teori Spektrofotometri Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar
Universitas Sumatera Utara
ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Sinar Ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara
sinar
tampak
mempunyai
panjang
gelombang
400-800
nm
(Dachriyanus, 2004). 2.4.2
Komponen Spektrofotometri UV-Vis Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen
dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik. i. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel. ii. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum.
Universitas Sumatera Utara
iii. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu larutan blanko dapat digunakan dalam satu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007). 2.4.3
Hukum Lambert-Beer Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas antara
absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004). Menurut hukum Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan ketebalan lapisan (b) yang disinari : A= k. b Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah proporsional: A= k. c Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan: A= k . c. b
Universitas Sumatera Utara
Umumnya digunakan dua satuan c (konsenterasi zat yang menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (K ) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan tersebut disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar ( ∈ ). Jadi dalam sistem yang direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk: A= a. b. c g/liter
atau
A= ∈ . b. c mol/liter
Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan ∈ adalah koefisien ekstingsi molar (Day and Underwood, 1999). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet yaitu: 1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Panjang gelombang yang digunakn untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu.
2. Pembuatan kurva kalibrasi Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi di ukur lalu dibuat kurva yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang lurus menandakan bahwa hukum Lambert-Beer terpenuhi. 3. Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Hal ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007). 2.4.3 Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Metode Regresi Analisis kuantitatif
dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan
persamaan garis regresi yang didasarkan pada harga serapan dan larutan standar yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan linier, kemudian di plot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut. 2. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C = As. Cb/ Ab Keterangan: As = Serapan sampel
Universitas Sumatera Utara
Ab = Serapan standar Cb = Konsentrasi standar C = Konsentrasi sampel (Holme, 1983). 2.5 Validasi Keamanan dan efiksi suatu produk obat hanya dapat dijamin dengan pengawasan analisis dari kualitasnya. Identitas, kemurnian, kekuatan dan kualitas yang lain dari suatu obat Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunanya (Ermer and Miller, 2005; Harmita, 2004). Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Rohman, 2007). 2.5.1 Akurasi / Kecermatan Akurasi adalah ukuran yang menentukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Akurasi dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, sejumlah analit bahan murni ditambhakna ke dalam plsebo (semua campuran reagen yang digunakan minus analit), lalu campuran tersebut dianalisi dan hasilnya dibandingkan dengan kadar standard yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Recoveri dapat ditentukan dengan cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah
Universitas Sumatera Utara
analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari analit yang diperkirakan), kemudian dianalisa dengan metode yang akan divalidasi. Dalam metode adisi (penambahan baku), sampel dianalisis lalu sejunlah tertentu analit diperiksa (pure analit/standar) ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (http://www.chem-eng.its.ac.id/labotorium) 2.5.2 Presisi / Keseksamaan Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai Standard Deviation (SD) atau Simpangan Baku Relatif / Relative Standard Deviation (RSD) = koefisien keragaman / coefisien variansi (CV) dari serangkaian data (Rohman, 2007). Presisi (Keseksamaan) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
SD =
[∑ ( Xi − Xrata _ rata )] n −1
2.5.2 Sensitifitas (LOD dan LOQ) Batas deteksi (LOD) adalah konsentrasi terendah yang masih dapat terdeteksi. Batas deteksi dapat dipeoleh dari kalibrasi yang diukur sebanyak 6 sampai 10 kali. Batas kuantitasi (LOQ) adalah jumlah terkecil yang masih dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan masih memenuhi kriteria cermat. (Australian Pesticides and Veterinary Medicines Authority, 2004; Ermer and Miller, 2005 ; Rohman, 2007) Pada analisis instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan rumus di bawah ini dapat digunakan untuk perhitungan.
Universitas Sumatera Utara
Q=
kxSb SI
Keterangan : Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi) k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi Sb = simpangan baku respon analitik dari blanko SI = Slope (b pada persamaan garis y = a + bx) Batas deteksi dan kuantitasi dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linear dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan nilai b pada persamaan garis linear y = ax + b, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku residual (Sy/x). a. Batas deteksi (LOD) Karena k = 3, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka : LOD = (3 Sy/x)/SI b. Batas kuantitasi (LOQ) Karena k = 10, Simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka : LOQ = (10 Sy/x)/SI (http://www.chem-eng.its.ac.id/labotorium komputansi)
Universitas Sumatera Utara