BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktifan Siswa 1. Pengertian Keaktifan Siswa Keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan dalam hal keaktifan jasmani maupun rohani yang meliputi keaktifan indera (pendengaran, penglihatan, peraba), keaktifan akal, keaktifan ingatan (Fajri, 2004: 36). Aktivitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik atau mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisahkan (Sardiman, 2001: 98). Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan secara fisik,
mental,
intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara koqnitif, afektif dan psikomotorik (Depdiknas, 2005:31). Keaktifan juga merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain (Mulyasa, 2008: 158). Jadi keaktifan belajar adalah peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran yang meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara koqnitif, afektif dan psikomotorik. 2. Prinsip Keaktifan Belajar Menurut Ruhimat (2005: 6) prinsip keaktifan belajar antara lain: a. Perhatian Perhatian merupakan kesiagaan pemusatan diri untuk menerima informasi dan melakukan berbagai akvitivas belajar. Membangkitkan 5 Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
6 perhatian dapat dilakukan melalui penyampaian tujuan pembelajaran, topik-topik yang akan dipelajari atau stimulus media pembelajaran yang berhubungan dengan pelajaran. Dengan demikian, guru harus memperhatikan lingkungan belajar dan membantu kesulitan belajar. b. Motivasi Motivasi merupakan tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang dalam melaksanakan pembelajaran. Motivasi sebagai tujuan pembelajaran, misalnya siswa tertarik kegiatan di kelas. Motivasi sebagai alat misalnya siswa memiliki dorongan yang kuat untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi. c. Aktivitas Belajar dapat terjadi apabila ada aktivitas dari siswa yang dikerjakan untuk dirinya sendiri maupun kelompoknya. Belajar yang baik harus dapat melibatkan siswa secara proses dan komprehensif baik segi intelektual, emosional maupun psikomotor. d. Bimbingan Belajar Kegiatan pembelajaran membutuhkan arahan dan bimbingan dari guru sehingga setiap kegiatan pembelajaran guru harus konsisten memberikan bimbingan menurut lingkup kegiatan. Bimbingan belajar dapat dilakukan secara kelompok maupun individu sesuai kebutuhan siswa yang bersangkutan. e. Perbedaan individual Siswa memiliki perbedaan karakteristik, fisik dan psikis. Adanya
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
7 perbedaan secara individu di antara siswa dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan demikian, guru perlu memperhatikan perbedaan siswa, sehingga aktivitas dan konten belajar yang diberikan selaras dengan penempatan potensi siswa yang bersangkutan. f. Unjuk Kerja Untuk melihat sampai sejauh mana hasil belajar maka perlu melakukan kegiatan unjuk kerja. Unjuk kerja pembelajaran meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. g. Penguatan dan Balikan Prinsip ini didasarkan atas law of effect dari Thorndike, siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Dengan mengetahui hasilnya, merupakan balikan yang menyenangkan dan akan berpengaruh positif terhadap kegiatan selanjutnya. Aunurrahman (2009: 121) juga mengemukakan prinsip keaktifan dalam proses belajar terlihat dari beberapa kegiatan, yaitu: a. Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas dalam proses belajarnya. b. Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan eksperimen. c. Memberikan tugas individual dan kelompok melalui kontrol guru. d. Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diajukan.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
8 3. Karakteristik Pemebelajaran Aktif Raka
Joni
dalam
bukunya
Dimyati
(2009:
120-121)
mengungkapkan bahwa karakteristik pembelajaran yang aktif adalah: a. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan. b. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu-satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan/keterampilan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan
motivasi
dari
dalam
dirinya,
dan
dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya. c. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengajar standar akademis tetapi ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secaara utuh dan setimbang. d. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsepkonsep dengan mantap. e. Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan
siswa,
serta
mengukur
berbagai
keterampilan
yang
dikembangkan.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
9 Jadi, pembelajaran yang aktif begantung pada keaktifan siswa dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran. Keaktifan siswa diharapkan tampak secara nyata terutama pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. 4. Manfaat Keaktifan Siswa dalam Pembalajaran Keaktifan siswa dalam pembelajaran memberikan banyak manfaat (http://www.utexas.edu) yaitu: a. Siswa mampu mengakses pengetahuan sendiri, yang merupakan kunci untuk belajar, b. Siswa mampu menemukan solusi masalah pribadi bermakna atau interpretasi. c. Siswa menerima umpan balik yang lebih sering dan lebih cepat. d. Siswa memiliki daya ingat yang lebih lama tentang materi yang didapat dalam pembelajaran, e. Siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemandirian, f. Memotivasi siswa untuk selalu aktif, g. Tugas yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran baik itu individu atau kelompok akan selalu dihargai, h. Pandangan siswa terhadap ilmu pengetahuan berubah, yang pada gilirannya memiliki implikasi untuk pengembangan kognitif, i. Siswa dapat bekerjasama dalam suatu kelompok secara aktif yang mana terdiri atas banyak latar belakang dan karakter,
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
10 j. Siswa dapat belajar tentang strategi belajar secara individu dengan mengamati orang lain. Suryosubroto (2002: 71) Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran bila terdapat ciri-ciri: a. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran b. Pengetahuan dipelajari,dialami dan ditemukan oleh siswa c. Mencoba sendiri konsep-konsep d. Siswa mengkomunikasikan hasil pikirannya Dengan demikian, guru dalam proses pembelajaran haruslah mengikut sertakan siswanya secara aktif, jangan sampai proses pembelajaran didominasi oleh guru saja. 5. Indikator Keaktifan Siswa Ardhana (2009: 2) mengemukakan beberapa indikator keaktifan siswa dalam belajar yang merupakan pedoman dalam pengukuran keaktifan. Berikut ini adalah indikator keaktifan siswa: a. Persiapan siswa sebelum pembelajaran b. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru, c. Kerjasama dalam kelompok, d. Penguasaan materi, e. Saling membantu dan menyelesaikan masalah, f. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok. Sedangkan menurut Sudjana (2001: 72) indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
11 a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya b. Terlibat dalam pemecahan masalah c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya d. Berusaha
mencari
berbagai
informasi
yang
diperlukan
untuk
memecahkan masalah e. Melatih diri dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh Jadi siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran apabila siswa mampu mengeksplore apa yang ada dalam dirinya, dalam arti siswa bisa mengemukakan pendapat ketika berdiskusi dengan teman, memperhatikan penjelasan guru, bertanya dengan guru atau teman jika kurang paham dengan materi, dan bisa menyelesaikan masalah atau soal dari guru. Dengan demikian penulis akan mnggunakan indikator keaktifan yang dikemukakan Sudjana dan Ardhana sebagai pedoman menilai keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 6. Pentingnya Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Mulyasa (2002: 32) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Sedangkan Hamalik (2001: 27), menyatakan bahwa dalam proses pendidikan di sekolah, tugas utama guru adalah mengajar sedangkan tugas
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
12 utama setiap siswa adalah belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Selain itu, Magnesen (dalam Anni, 2004: 85), ingatan yang diperoleh dari belajar melalui membaca sebesar 20%, mendengar sebesar 30%, melihat sebesar 40%, mengucapkan sebesar 50%, melakukan sebesar 60%, dan gabungan dari melihat, mengucapkan, mendengar, dan melakukan sebesar 90%. Oleh karena itu, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang harus diciptakan oleh seorang guru agar siswa dapat meraih prestasi belajar yang baik. B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam adalah usaha untuk mengembangkan fitrah manusia sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam (Achmadi, 2008: 29). Disamping itu, Manshur mengutip pernyataan dari Marimba dan Muhaimin (2009: 328) bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut aturan-aturan Islam. Marimba bimbingan
mengemukakan
atau
pimpinan
bahwa
secara
sadar
Pendidikan oleh
Islam
pendidik
adalah terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil) (2009: 329).
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
13 Tafsir mendefinisikan Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (2005: 45) Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan untuk membimbing sekaligus mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah), sesama manusia (hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya. 2. Fungsi Pendidikan Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 4-5) menjelaskan tentang fungsi Pendidikan Agama Islam sebagai berikut: a. Pengembangan,
yaitu
menumbuhkembangkan
kemampuan
anak
melalui bimbingan dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan dapat berkembang secara optimal sesuai tingkat perkembangannya, b. Penyaluran, yaitu menyalurkan bakat anak-anak di bidang agama sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain, c. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, d. Pencegahan,
yaitu
menangkal
hal-hal
negatif
yang
dapat
membahayakan dirinya, e. Penyesuaian, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
14 dengan ajaran agama islam, f. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Riyanto (2006: 160) menjelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam, yang di dalamnya mencakup mata pelajaran akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia (insan kamil). Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Ada dua macam tujuan pendidkan Agama Islam, yaitu: a. Tujuan Umum Tujuan umum Pendidikan Agama Islam adalah untuk mencapai kwalitas yang disebutkan oleh al-Qur'an dan hadits. Sedangkan fungsi pendidikan
nasional
adalah
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. b. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus Pendidikan Agama Islam adalah tujuan
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
15 yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan jenjang pendidikan yang dilaluinya, sehingga setiap tujuan pendidikan agama pada setiap jenjang sekolah mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam di jenjang SMP adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, 2) Meningkatkan tata cara membaca al-Qur’an dan tajwid sampai kepada tata cara menerapkan hukum bacaan mad dan wakaf, 3) Membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh, 4) Menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah, 5) Memahami dan meneladani tata cara mandi wajib dan shalat-shalat wajib maupun shalat sunat (Riyanto, 2006: 160). 4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek Al-Qur’an dan Hadits, aqidah, akhlaq, fiqih, tarikh dan kebudayaan islam. Aspekaspek
tersebut
mencakup
usaha
untuk
mewujudkan
keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan, antara lain: 1) Hubungan manusia dengan Allah SWT 2) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 3) Hubungan manusia dengan sesama manusia
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
16 4) Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungan alamnya (BSNP, 2007: 2). Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP, ruang lingkup materi yang diajarkan cenderung bersifat umum. Hal ini berbeda dengan yang diajarkan di MTs atau sekolah swasta yang mana materi yang disampaikan kepada siswa cenderung bersifat khusus. Misalnya: pembelajaran hadits, fiqih, tarikh yang merupakan satu mata pelajaran. C. Hukum Bacaan Mad dan Waqaf Tim Abdi Guru (2006: 119-124) menjelaskan tentang hukum bacaan mad dan waqaf. 1. Hukum Bacaan Mad Mad menurut bahasa berarti panjang. Menurut istilah ilmu tajwid mad adalah bacaan panjang. Berikut ini akan dibahas macam-macam mad. a. Mad Thabi’i ( ) َﻣ ْﺪ ﻃَﺒِﻴﻌِﻲ Apabila ada alif ( ) ﺍterletak sesudah fathah atau ya’ sukun ( ) ﻱ sesudah kasrah ( ―ِ ) atau wau ( ) ﻭsesudah dhammah ( ― ُ◌ ) maka dihukumi mad thabi’i. Mad artinya panjang, thabi’i artinya biasa. Cara membacanya harus sepanjang dua harakat atau disebut satu alif contoh:
ﺳ ِﻤ ْﻴ ٌﻊٌ ﻛِﺘَﺎ َ ﻳَـ ُﻘ ْﻮ ُل-ب ِ ِ b. Mad Wajib Muttashil ( ﻞ ْ ) َﻣ ْﺪ َواﺟ ْ ﺐ ُﻣﺘﱠﺼ Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( ) ءdidalam satu kalimat atau kata. Cara membacanya wajib panjang sepanjang 5 harakat atau dua setengah kali mad thabi’i (dua setengah alif).
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
17 Contoh: ِﺟ ْﻲ َء- ﺂء َ َﺟ- ٌَﺳ َﻮآء
ِ ِ) ﻣ ْﺪﺟﺎﺋ c. Mad Jaiz Munfashil ( ﻞ ُ َ َ ْ ﺰﻣﻨْـ َﻔﺼ Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan hamzah ( )ءtetapi hamzah itu di lain kalimat. Jaiz artinya boleh dan Munfashil artinya terpisah. Cara membacanya boleh seperti mad wajib muttashil, dan boleh seperti mad thobi’i saja. Contoh: ﺑِ َﻤﺎ أُﻧْ ِﺰ َل- َوﻻَأﻧْـﺘُ ْﻢ
ِ ) ﻣ ْﺪﻻَ ِز ْم ﻣﺜَـ ﱠﻘﻞ ﻛِﻠ d. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ( ْﻤﻲ َ ْ ُ Apabila ada mad thabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu perkataan, maka cara membacanya harus panjang selama 3 kali Mad Thabi’i atau 6 harakat.
ﱢ Contoh: ُﺎﺧﺔ َ ﻟﺼ ّ -ﻴﻦ َ َوﻻَاﻟﻀﱠﺂﻟ ِ ) ﻣ ْﺪﻻَ ِز ْم ﻣ َﺨ ﱠﻔﻒ ﻛِﻠ e. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi ( ْﻤﻲ ُ َ Apabila ada mad thobi’I bertemu dengan huruf mati (sukun), maka cara membacanya sepanjang 6 harakat. Contoh: آﻻَن f. Mad Layyin ( ) َﻣ ْﺪ ﻟَﻴﻦ Apabila ada wau sukun ( ) ﻭatau ya’ sukun ( ) ﻱsedang huruf sebelumnya yaitu berharakat fathah, maka cara membacanya sekedar lunak dan lemas. Contoh: ف ٌ َﺧ ْﻮ- ﺐ ٌ َْرﻳ
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
18 g. Mad ‘Aridl Lissukun ( ﻜﻮ ِن ض ﻟِﻠ ﱡ ْ ) َﻣ ْﺪ ﻋﺎ ِر ُ ﺴ Apabila ada waqaf atau tempat pemberhentian membaca sedang sebelum waqaf itu ada Mad Thobi’i atau Mad Lein, maka cara membacanya ada 3 macam: 1) Lebih utama, dibaca panjang seperti mad wajib muttashil (6 harakat). 2) Pertengahan, dibaca empat harakat ya’ni du kali mad thobi’i. 3) Pendek, yaitu boleh hanya dibaca seperti mad thobi’i biasa.
ِ ﺳ ِﻤﻴﻊ ﺑ ِ َواﻟﻨ- َﺧﺎﻟِ ُﺪ ْو َن- ﺼ ْﻴـ ٌﺮ Contoh: ﱠﺎس َ ٌْ َ h. Mad Shilah Qashirah
ِ َﺻﻠَﺔ ﻗ ِ ) ﻣ ْﺪ ( ﺼ ْﻴـ َﺮة َ
Apabila ada haa dhamir ( ) ﻪsedang sebelum haa tadi ada huruf hidup (berharakat), maka cara membacanya harus panjang seperti mad thobi’i.
ِ Contoh: ُي ﻟَﻪ ْ ﻻَ َﺷ ِﺮ- اﻧﱠﻪُ َﻛﺎ َن ِ ) ﻣ ْﺪ i. Mad Shilah Thawilah ( ٌﺻﻠَﺔٌ ﻃَ ِﻮﻳْـﻠَﺔ َ Apabila ada Mad Qashirah bertemu dengan hamzah ( ) ء, maka membacanya seperti Mad Jaiz Munfashil. Contoh: ﺸ َﻔ ُﻊ ِﻋْﻨ َﺪﻩ اِ ّﻻَ ﺑِِﺎ ْذﻧِِﻪ ْ َ ﻳ- ُاَ ﱠن َﻣﺎﻟَﻪُ اَ ْﺧﻠَ َﺪﻩ j. Mad ‘ Iwadl ( ) َﻣ ْﺪ ِﻋ َﻮض Apabila ada fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian) pada akhir kalimat, maka cara membacanya seperti mad thobi’i.
ِ ِ Contoh: ﻴﻤﺎ ً َﻋﻠ ْﻴ ًﻤﺎ َﺣﻜ- َﺳﻤ ْﻴـ ًﻌﺎ ﺑَﺼ ْﻴـ ًﺮا
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
19 k. Mad Badal ( ) َﻣ ْﺪ ﺑَ َﺪ ْل Yaitu apabila ada hamzah ( ) ءbertemu dengan Mad, maka cara bacanya seperti Mad Thobi’i. Contoh: إﻳْﻤﺎَ ٌن- آد َم َ Badal artinya ganti. Karena yang sebenarnya huruf mad yang ada tadi asalnya hamzah yang jatuh sukun kemudian diganti menjadi ya atau alif atau wau.
آد َم asalnya َ اِ ﻳْ َﻤﺎ ٌنasalnya
أَأ َْد َم اِ ْي ﺋْ َﻤﺎ ٌن
ِ ) ﻣ ْﺪ ﻻ ِزم ﺣﺮ l. Mad Lazim Harfi Musyabba’ ( ﺸﺒﱠﻊ َ ف ُﻣ َ َْ ْ Yaitu apabila pada permulaan surat dari Al-Qur’an terdapat salah satu atau lebih Dari antara huruf yang delapan, yaitu:
ق–ص–ع–س–ل–ك–م- ن Cara membacanya seperti Mad Lazim yaitu 6 harakat. Contoh: ﺍﻟٓﻢ- َﻭ ْﺍﻟﻘَﻠَ ُﻢ- ٓ ﻥ- ﺲ ٓ ٰﻳ
ِ ) ﻣ ْﺪ ﻻ ِزم ﺣ m. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ( ﺨ ﱠﻔﻒ َ ﺮف ُﻣ َ َ Yaitu apabila ada permulaan surat dari Al-Qur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf yang lima yaitu:
ر-ﻫ-ح–ي–ط Cara bacanya seperti mad thobi’i. Contoh:
ﺍﻟﻢ- ﺣﻢ
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
20 n. Mad Tamkien ( ) َﻣ ْﺪ ﺗَ ْﻤﻜِ ْﻴﻦ Yaitu apabila ada ya’ sukun ( ْ ) ﻱyang didahului dengan ya’ yang bertasydid dan harakatnya kasra, dan cara membacanya ditepatkan dengan ta’. Contoh: ﺣﻴﻴﱢـ ْﻴﺘُ ْﻢ ُ - اﻟﻨَﺒِﻴّـ ْﻴ َﻦ o. Mad Farq
( ) َﻣ ْﺪ ﻓَـ ْﺮق
Yaitu bertemunya dua hamzah yang satu hamzah istifham dan yang kedua hamzah washol pada lam alif ma’rifat, cara membacanya sepanjang 6 harakat. Contoh: ﻜ ْﻢ ُ َ ﻗُ ْﻞ ٰءاﷲُ ِاذ َن ﻟ- ﷲُﺧ ْﻴـ ٌﺮاَ ّﻣﺎﻳُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮن َ ٰءا 2. Hukum Bacaan Waqaf a. Pengertian Waqaf Waqaf adalah berhenti sejenak atau putus bunyi suara dan berganti nafas. Tempatnya di akhir kata. Keadaan huruf akhir kata ketika hendak di waqafkan ada enam: 1) Yang berakhiran sukun, cara membacanya harus dibunyikan mati dengan terang menurut bacaan yang semestinya, apakah qolqolah atau tidak, dan sebagainya.
ِ Contoh: ﺐ َ اﻟَﻰ َرﺑﱢ, ﻟِﻴُـ َﺮْوااَ ْﻋ َﻤﺎﻟ َُﻬ ْﻢ, ﻚ َوﻧْ َﺤ ْﺮ َ ﻟَِﺮﺑﱢ ْ َﻚ ﻓَ ْﺎرﻏ 2) Yang berakhiran huruf berharakat fatha, dhommah atau dhommatain dan kasrah atau kasratain, cara membacanya harus dibaca mati/sukun.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
21 Contoh:
ِ ﺐ َ َا َذ َاوﻗ
dibaca
ِ ﺐ ْ َا َذ َاوﻗ
ﻓِﻰ اﻟْﻌُ ُﻘ ِﺪ
dibaca
ﻓِﻰ اﻟْﻌُ ُﻘ ْﺪ
ﻀﻠِ ْﻴ ِﻞ ْ َﻓِﻰ ﺗ
dibaca
ﻀﻠِ ْﻴ ْﻞ ْ َﻓِﻰ ﺗ
3) Yang berakhiran Ta' Marbutha ( )ﺓmembacanya harus dirubah menjadi Ha' sukun. Contoh:
ًﱠﺮة ُ dibaca ُﺻ َ ﺤ ًﻔﺎ ﱡﻣﻄَﻬ
ﱠﺮْة ُ ُﺻ َ ﺤ ًﻔﺎ ﱡﻣﻄَﻬ
ِدﻳْ ُﻦ اﻟْ َﻘﻴﱢ َﻤ ِﺔ
ِْدﻳْ ُﻦ اﻟْ َﻘﻴﱢ َﻤﺔ
dibaca
4) Yang berakhiran dengan huruf yang didahului huruf mati, dan setelah mematikan huruf akhir, maka terdapatlah dua huruf mati, cara membacanya dibunyikan sepenuhnya dengan menyuarakan setengah huruf yang terakhir dengan suara pendek. Contoh: ﺢ ُ َواﻟْ َﻔ ْﺘ
dibaca
َواﻟْ َﻔ ْﺘ ْﺢhuruf حdibaca setengah huruf
ﺑِﺎﻟ َْﻬ ْﺰِل
dibaca
ﺑِﺎﻟ َْﻬ ْﺰ ْلhuruf لdibaca setengah huruf
5) Yang berakhiran huruf yang di dahului huruf mad atau mad Lien. Cara membacanya dengan mematikan huruf terakhir dan dibaca panjang seperti Mad 'Arid Lissukun.
ِ ب اﻟ َْﻌﺎ ﻟ Contoh: َﻤ ْﻴ َﻦ َر ﱢ
dibaca
ب اﻟ َْﻌﺎ ﻟ َِﻤ ْﻴ ْﻦ َر ﱢ
ِ اِﻟ َِﻪ اﻟﻨ ﱠﺎس
dibaca
ِِ ﱠﺎس ْ اﻟَﻪ اﻟﻨ
ٍ واَِﻣﻨُـﻬﻢ ِﻣﻦ َﺧﻮ ف ْ ْ ُْ َ
dibaca
ف ْ َواَِﻣﻨُـ ُﻬ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺧ ْﻮ
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
22 6) Yang
berakhiran
dengan
huruf
yang
berharakat
fathatain,
membacanya dengan membunyikan menjadi fathah yang dibaca panjang dua harakat dan berubah menjadi Mad Iwadh. Contoh: اء ﱢوﻓَﺎﻗًﺎ ً َﺟ َﺰ
َﺎَﻧـْﺒَﺘـْﻨَﺎ ﻓِﻴـْﻬَﺎﺣَﺒًّﺎ
dibaca
اء ﱢوﻓَﺎﻗَﺎ ً َﺟ َﺰ
dibaca
ِ ﺎﺣﺒﱠﺎ َ ﻓَﺎَﻧْـﺒَْﺘـﻨَﺎ ﻓ ْﻴـ َﻬ
b. Saktah atau Saktat Saktah/saktat ialah diam sejenak, biar putus dan pisah suaranya, dengan tanpa berganti nafas (berhenti sejenak sekitar dua harakat dan tidak bernafas). Di dalam Al Qur'an ada 4 yang harus dibaca saktah, yaitu :
1) Surat Al Muthofifin ayat 13
َﻛ ﱠﻞ ﺑَ ْﻞ َرا َن
2) Surat Al Qiyamah ayat 27
ٍ وﻗِ ْﻴﻞ ﻣﻦ ر اق َ َْ َ َ
3) Surat Yasin ayat 52
ِﻣ ْﻦ َﻣ ْﺮﻗَ ِﺪﻧَﺎ َﻫ َﺬا
4) Surat Al Kahfi ayat 1
َﻢ ﻳَ ْﺠ َﻌ ْﻞ ﻟﱠﻪَ ِﻋ َﻮ ًﺟﺎ ﻓِ ْﻴ ًﻤﺎ ْ َوﻟ
ِﻋ َﻮ ًﺟﺎ
dibaca
ِﻋ َﻮ ًﺟﺎ
ﺑَ ْﻞdan َﻣ ْﻦdibaca idzhar/jelas c. Tanda-Tanda Waqaf Tabel 1 Tanda-tanda Wakaf No
Tanda Waqaf
Keterangan
1.
م
Waqaf lazim ( Harus berhenti )
2.
ط
Waqaf Muthlaq ( lebih baik berhenti )
3.
ج
Waqaf Jaiz ( boleh berhenti, boleh terus )
4.
ز
Waqaf Mujawwaz (boleh berhenti, terus lebih utama)
5.
ص
Waqaf Murokh-khosh (boleh waqaf/berhenti,karena waqaf berikutnya terlalu jauh, terus lebih utama)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
23
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
23 6.
ﻗﻒ
7.
ﻻ
8.
ﺻﻠﻰ
9.
∴, ∴
10.
ﺴ
11.
ك
12.
ﻗﻠﻰ
Al Waqfu Aula (berhenti lebih utama)
13.
ق
14.
ع
Qila Fihil Waqfu (ada yang mengatakan boleh waqaf, dibaca terus lebih utama) Ruku' (tanda pembagian berhenti setiap hari untuk orang yang ingin membaca atau menghafal Al Qur'an dalam jangka 2 tahun)
Waqaf Mustahab (lebih baik waqaf) La waqfa fihi (bukan tempat waqaf), jika di akhir ayat sebaiknya berhenti . Al Washlu Aula ( dibaca terus lebih utama) Waqaf Mu'anaqoh (boleh berhenti di salah satu tanda tersebut) Waqaf Sima'ie yaitu tempat waqaf nabi, waqaf ghuffron dan waqaf Munzal (waqaf jibril). Sangat baik sekali jika waqaf /berhenti. Kadzalik (sama tanda waqaf sebelumnya)
C. Quantum Teaching 1. Pengertian Quantum Teaching Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Dengan demikian Quantum Teaching adalah orkrestrasi
bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampun dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Orkrestasi atau simfoni tersebut mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Quantum Teaching juga dapat diartikan sebagai pendekatan untuk membimbing peserta didik agar mau belajar. Menjadikan sebagai kegiatan yang dibutuhkan peserta didik. Di samping itu untuk memotivasi,
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
24 menginspirasi dan
membimbing
guru
agar
lebih
efektif dalam
menyampaikan pembelajaran sehingga lebih menarik dan menyenangkan (Nata, 2009: 231). Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya. Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas. Interaksi yang menjadikan landasan dan kerangka untuk belajar (De porter. B, 2003: 3). Dengan demikian Quantum Teaching adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya sebagai motivasi siswa agar mau belajara dan memotivasi guru agar lebih efektif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. 2. Asas Utama Quantum Teaching Menurut De porter. B (2003: 84), asas utama Quantum Teaching adalah “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Asas ini berarti tidak ada sekat-sekat yang membatasi antara seorang guru dan siswa sehingga keduanya dapat berinteraksi dengan baik. Seorang guru juga diharapkan mampu memahami karakter, minat, bakat dan fikiran setiap siswa, dengan demikian berarti guru dapat memasuki dunia siswa. Dalam hal ini, belajar melibatkan semua aspek kehidupan manusia yang meliputi pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh. Cara yang dilakukan seorang pendidik yaitu dengan mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
25 diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, guru bisa membawa siswa kedunia guru, dan memberi siswa pemahaman guru mengenai isi dunia itu. Ketika seorang guru sudah dapat memasuki dunia siswa dan diterima dengan baik oleh siswa maka sudah saatnya pula siswa diajak untuk memasuki dunia lain yang lebih luas sehingga apa yang dipelajari oleh siswa tersebut dapat diterapkan pada situasi baru dalam kehidupan lingkungannya. Dengan demikian, melalui Quantum Teaching ini seorang guru yang akan memengaruhi kehidupan siswa. Guru memahami sekali bahwa setiap murid memiliki karakter masing-masing sebagaimana alat musik seperti seruling dan gitar misalnya, memiliki suara yang berbeda. Bagaimana setiap karakter dapat memiliki peran dan membawa sukses dalam belajar, merupakan inti ajaran Quantum Teaching (Nata, 2009: 232) 3. Prinsip Quantum Teaching De porter B (2003: 7) mengemukakan prinsip-prinsip Quantum Teaching sebagai berikut: a. Segalanya berbicara: segalanya dari lingkungan kelas, bahasa tubuh, serta rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar. b. Segalanya bertujuan: digambarkan melalui segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan tertentu. c. Alami baru namai: proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
26 mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk yang mereka pelajari. d. Akui setiap usaha: setiap usaha dan pekerjaan dalam belajar yang dilakukan siswa selalu harus mendapatkan pengakuan karena dapat menciptakan perasaan nyaman dan percaya diri. e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan: Perayaan merupakan ungkapan kegembiraan atas keberhasilan yang diperoleh dan umpan balik mengenai kemajuaan sehingga meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Dalam Nata (2009: 233) juga disebutkan bahwa Quantum Teaching memiliki lima kebenaran tetap. Serupa dengan asas utama, bahwa prinsipprinsip ini memengaruhi aspek Quantum Teaching. Anggaplah prinsipprinsip sebagai stuctur chord dasar dari simponi belajar. Adapun prinsipprinsip tersebut adalah segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Jadi, dengan diterapkannya prinsip-prinsip dalam Quantum Teaching ini maka suasana belajar akan terlihat dinamis, demokratis menggairahkan dan menyenangkan siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan. Selain itu Quantum Teaching tidak hanya bertujuan memberikan pengetahuan atau nilai-nilai pada siswa,
melainkan juga
memberikan pengalaman,
keterampilan proses dan metodologi dalam mencapai tujuan (Nata, 2009: 234)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
27 4. Model Quantum Teaching Menurut De porter B (2003:114) Quantum Teaching mempunyai dua bagian penting yaitu dalam seksi konteks dan dalam seksi isi. Dalam seksi konteks, akan menemukan semua bagian yang dibutuhkan untuk mengubah suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan dalam seksi isi, akan menemukan keterampailan penyampaian,
disamping
strategi
yang
dibutuhkan
siswa
untuk
bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari. Metode pengajaran dalam bentuk Quantum Teaching tampak lebih komprehensif dibandingkan dengan berbagai metode pengajaran yang lain. Dengan kata lain, bahwa dalam Quantum Teaching terkandung berbagai macam metode pengajaran yang diolah menjadi satu, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya. Berbagai metode pengajaran ini satu dan lainya saling berhubungan dan membentuk Quantum Teaching (Nata, 2009: 234) 5. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching adalah: a. Tumbuhkan: Menumbuhkan minat dengan memuaskan “apakah manfaatnya bagiku?” b. Alami: Menciptakan atau mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh semua siswa
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
28 c. Namai: Menamai kegiatan yang akan dilakukan dengan menyediakan kata kunci, model, rumus, dll. d. Demostrasikan:
Menyediakan
kesempatan
bagi
siswa
untuk
menunjukkan (mendemonstrasikan) bahwa mereka tahu e. Ulangi: Menunjuk beberapa siswa untuk mengulangi materi dan menegaskan “aku tahu bahwa aku memang tahu ini” f. Rayakan: Merayakan atas keberhasilan yang sudah dilakukan (De porter B, 2003: 10). 6. Ciri-ciri Pembelajaran Quantum Teaching a. Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, dimana ada unsur kesempatan yang luas kepada siswa untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam pembelajaran b. Tergalinya potensi dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang ada pada siswa c. Adanya kepuasan pada diri siswa, hal ini terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan pengakuan dan kemampuan yang itunjukan oleh siswa d. Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat dengan adanya pengakuan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai anak e. Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan anak, dalam bentuk konsep, teori, model dll (Nata, 2009: 234)
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
29 D. Penelitian Terdahulu Fakta objektif bahwa metode Quantum Teaching merupakan metode yang tepat berdasarkan hasil-hasil penelitian sebagai berikut: 1. Nugroho dalam skripsi yang berjudul ”upaya meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar IPS materi kegiatan ekonomi melalui model pembelajaran Quantum Teaching di kelas IV SD N 1 Botomulyo” Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa metode Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat di tunjukan pada siklus I pertemuan I diperoleh nilai rata-rata 67,6 dengan ketuntasan belajar 48%. Kemudian pada siklus II diperoleh nilai 77,6 dengan ketuntasan belajar 60%. Pada siklus II pertemuan I diperoleh nilai rata-rata 83,6 dengan ketuntasan belajar 80% dan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 86,4% dengan ketuntasan belajar 88%. Selaian itu metode Quantum Teaching juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini di tunjukan dengan adanya peningkatan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 2,5 dengan presentase 62,5% dan pada siklus II sebesar 3,91 dengan presentase 97,92%. 2. Maghfiroh dalam skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Melalui Metode Quantum Teaching pada Pelajaran PKn pada Siswa Kelas IV SDN Talang III” Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Quantum Teaching dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Talang III terhadap materi PKN. Hasil evaluasi yang telah dilaksanakan terdapat
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
30 peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata dari pre test sebesar 6,55 peningkatan prestasi belajar siswa yang semula nilai rata-rata pre test sebesar 6,55 meningkat menjadi 8,66 atau sekitar 35%. Ini menunjukkan
90%
siswa
berhasil
dalam
belajar
PKN
dengan
menggunakan metode Quantum Teaching. 3. Maftuhah dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Motivasi, Keaktifan, dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III MI Negeri Beji Pasuruan” Penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi, keaktifan, dan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan angket motivasi, pada siklus I motivasi belajar siswa adalah 50,1 (83%), maka dikategorikan sangat baik. Pada siklus II motivasi belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 54,7 (92%) dengan kategori sangat baik. Keaktifan siswa pada siklus I adalah 40,6 (68%) dengan kategori baik dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 47,9 (80%) dengan kategori baik. Skor rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I mencapai skor 77,7, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 80, 8. Secara klasikal, pada siklus I hasil belajar siswa yang tuntas belajarnya mencapai 61%, dan pada siklus II meningkat menjadi 86%. Hasil-hasil penelitian tersebut merupakan hasil objektif dari metode Quantum Teaching. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan metode Quantum Teaching dalam pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013
31 Oleh karena itu, perbedaan penelitian ini dari penelitian yang sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui metode Quantum Teaching, 2. Tempat penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sumbang di kelas 8C tahun pelajaran 2012/2013, 3. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi siswa dan guru, angket, dan interview. 5. Sedangkan metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode kualitatif dan kuantitatif dengan presentase.
Upaya Meningkatkan Keaktifan..., Khusniyatun, Fakultas Agama Islam UMP, 2013