6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Nifas a. Pengertian Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari
(Manuaba, 1998).
Sedangkan pengertian lain masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Mochtar, 1998). b. Pembagian Periode Masa Nifas Nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) : 1). Puerperium dini Yaitu pemulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2). Puerperium intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
7
3). Remote puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan. c. Laktasi Untuk menghadapi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu: 1) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah. 2) Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferius disebut colostrum, berwarna kuning-putih susu. 3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga nampak jelas. 4) Setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
8
2. Perawatan Payudara a. Pengertian Perawatan Payudara Perawatan payudara pada waktu nifas adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara pada masa setelah melahirkan (http :// www.infobunda.com. diperoleh tanggal 9 Juli 2008). b. Tujuan Perawatan Payudara Tujuan perawatan payudara adalah sebagai berikut (Jenny, 2006): 1). Melancarkan sirkulasi aliran darah. 2). Mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut ini (Huliana, 2003): 1). Lakukan perawatan payudara secara teratur . 2). Pelihara kebersihan sehari-hari. 3). Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi ASI. 4). Ibu harus percaya diri akan kemampuan menyusui bayinya. 5). Ibu harus merasa nyaman dan santai. 6). Hindari rasa cemas dan stress karena akan menghambat reflek oksitosin.
9
c. Jenis-jenis Perawatan Payudara Jenis-jenis perawatan payudara antara lain (Huliana, 2003): 1). Perawatan Puting Susu Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada puting susu. Oleh karena itu, puting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik. Berikut ini langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu. a). Kompres kedua puting susu dengan kapas yang telah dibasahi dengan minyak selama lima menit agar kotoran di sekitar puting mudah terangkat. b). Jika puting susu normal, lakukan perawatan berikut. Oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk, lalu letakkan keduanya pada puting susu. Lakukan gerakan memutar ke arah dalam sebanyak 30 kali putaran untuk kedua puting susu. Gerakan ini untuk meningkatkan elastisitas otot puting susu. c). Jika puting susu datar atau masuk ke dalam, Lakukan tahap berikut : (1). Letakkan kedua ibu jari di sebelah kiri dan kanan puting susu, kemudian tekan dan hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan.
10
(2). Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah puting susu, lalu tekan serta hentakkan ke arah luar menjauhi puting susu secara perlahan. Lakukanlah langkah-langkah perawatan di atas 4-5 kali pada pagi dan sore hari. Sebaiknya perhatikan untuk tidak memakai bahan-bahan seperti alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu karena akan menyebabkan kulit menjadi kering dan lecet (Huliana, 2003). Untuk mencegah puting susu agar tidak lecet (luka ) adalah sebagai berikut (Jenny, 2006): a). Olesi puting susu dengan ASI sebelum dan sesudah menyusui. b). BH jangan terlalu keras atau ketat. c). Posisi menyusui lakukan bervariasi. d). Jangan membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol dan obat-obatan yang dapat merangsang kulit atau puting susu. e). Lepaskan hisapan bayi setelah menyusui dengan benar, yaitu dengan menekan dagu bayi atau meletakkan jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi agar mulut bayi terbuka. Jika terjadi lecet atau retak-retak, istirahatkan tidak menyusui selama 24 jam dan diberi salep di puting susu yang lecet, untuk mengurangi rasa sakit lakukan pengompresan es dan lakukan pengosongan ASI secara manual.
11
2). Perawatan Payudara Langkah-langkah perawatan payudara antara lain (Huliana, 2003): a). Siapkan alat dan bahan berikut ini (1). Minyak kelapa (2). Gelas susu (3). Air panas dan air dingin dalam wadah/baskom kecil (4). Waslap/sapu tangan dari handuk (5). Handuk bersih b). Lakukan langkah-langkah pengurutan (1). Pengurutan pertama Terdiri dari empat gerakan, yang dilakukan pada kedua payudara selama lima menit. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada pengurutan pertama. (a). Licinkan kedua tangan dengan minyak. (b). Tempatkan kedua tangan di antara kedua payudara. (c). Lakukan pengurutan, dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kiri ke arah sisi kiri dan telapak tangan kanan ke arah sisi kanan. (d). Lakukan
pengurutan
ke
bawah/ke
samping.
Selanjutnya pengurutan melintang. Telapak tangan mengurut ke depan lalu kedua tangan dilepas dari payudara.
12
(e). Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara. (2). Pengurutan kedua Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan. Lakukan dua kali gerakan pada setiap payudara. Ulang gerakan 20-30 kali tiap satu payudara. (3). Pengurutan ketiga Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu, lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. c). Pengompresan Lakukan tahap pengompresan. Sebelumnya, siapkan alat dan bahan berupa dua buah wadah/baskom kecil yang masing-masing di isi dengan air hangat dan air dingin serta dua buah waslap/sapu tangan dari bahan handuk. Selanjutnya kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama dua menit . Lalu ganti dengan kompres waslap dingin selama satu menit. Kompres bergantian selama tiga kali berturut-turut dan diakhiri dengan kompres air hangat.
13
d). Pengosongan ASI Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Berikut ini tahap-tahap yang harus dilakukan: (1). Sediakan gelas untuk menampung air (jika air susu akan disimpan, gunakan yang steril). (2). Keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2,5-3 cm dari puting susu. (3). Letakkan jari-jari tersebut sedemikian rupa sehingga penampungan air susu berada di bawahnya. (4). Tekan payudara ke arah dada dan perhatikan agar jarijari jangan direnggangkan. Angkat payudara yang agak besar dahulu, lalu tekankan ke arah dada. (5). Gerakkan ibu jari dan telunjuk ke arah puting susu untuk
menekan
dan
mengosongkan
tempat
penampungan susu pada payudara tanpa rasa sakit. (6). Ulangi gerakan itu untuk mengosongkan daerah penampungan air susu. Gunakan kedua tangan pada masing-masing payudara. Catatan : (1). Hindari gerakan yang dapat mememarkan puting susu. (2). Hindari penarikan puting susu dan payudara keluar karena dapat merusak jaringan payudara.
14
(3). Hindari penggesekan pada payudara karena dapat menimbulkan rasa panas pada kulit payudara. Selesai melakukan perawatan payudara, pakailah bra atau BH yang menyangga payudara dengan sempurna. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, proses menyusui dapat berjalan dengan lancar. d. Waktu Perawatan Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. (Huliana, 2003). 3. Bendungan ASI (Engorgement) a. Pengertian Bendungan ASI Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tak dikosongkan dengan sempurna atau kelainan pada puting susu. (Mochtar, 1998). b. Penyebab Bendungan ASI 1. Pengosongan mammae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang berlebihan. Apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu dan payudara tidak dikosongkan, maka terdapat sisa ASI di dalam payudara.
15
2.
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif Pada masa laktasi, bila ibu tidak meyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Tekhnik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akhirnya ibu tidak mau menyusui bayinya. 4. Puting susu terbenam Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu. 5. Puting susu terlalu panjang Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang
sinus
laktiferus
untuk
mengeluarkan
ASI.
(www.fadlie.web.id, 2009) c. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Wiknjosastro, 2005): 1). Payudara keras dan panas pada perabaan. 2). Suhu badan tidak naik 3). Puting susu bisa mendatar dan dalam hal ini dapat menyukarkan bayi untuk menyusu.
16
4). Kadang-kadang pengeluaran air susu terhalang. Sedangkan tanda dan gejala yang lain (Soetjiningsih, 1997): 1). Payudara sangat sukar disusu oleh bayi 2). Kalang payudara lebih menonjol 3). Puting susu lebih mendatar 4). Kulit pada payudara nampak lebih mengkilat 5). Ibu merasa demam 6). Payudara terasa nyeri d. Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu,
tetapi
untuk
mengeluarkannya
dibutuhkan
reflek
yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleksi ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu (Wiknjosastro, 2005).
17
e. Pencegahan Bendungan ASI dapat dicegah dengan cara-cara sebagai berikut (www.khaidirmuhaj.blogspot.com, 2009): 1). Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau zat pembersih lain, bersihkan hanya dengan air. 2). Teknik menyusui harus benar. 3). Puting dan areola harus kering setelah menyusui. 4). Jangan memakai lapisan plastik pada payudara. Menurut sumber lain bendungan ASI dapat dicegah dengan cara (Soetjiningsih, 1997): 1). Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir. 2). Susukan bayi tanpa jadwal. 3). Keluarkan ASI dengna tangan atau pompa, apabila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi. 4). Melakukan perawatan payudara pasca natal secara teratur. f. Penanganan Penanganan bendungan ASI yaitu (Moochtar, 1998): 1). Berikan terapi simptomatis untuk sakitnya (analgetika). 2). Kosongkan payudara (bukan ditekan) dengan pompa atau dengan tangan. 3). Sebelum menyusukan dilakukan pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang.
18
4). Kalau perlu berikan stil bestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk membendung sementara produksi air susu. Dapat dilakukan juga dilakukan penanganan yang lain diantaranya (www.khaidirmuhaj.blogspot.com, 2009): 1). Teknik menyusui yang benar 2). Puting susu harus kering 3). Pemberian lanunen dan vitamin E 4). Menyusui payudara yang tidak lecet, bila lecet hebat maka menyusui ditunda 24-48 jam, ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa. 4. Konsep Pendidikan Kesehatan a. Pengertian Menurut Azrul Azwar dalam (Effendy, 1998) pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu atau mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut Wood dalam (Effendy, 1998) pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan seseorang, masyarakat dan bangsa. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kesehatan adalah kegiatan menyebarkan pesan atau pengetahuan sehingga masyarakat
19
menjadi lebih tahu dan mengerti serta mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. b. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan yaitu (Effendy, 1998): 1). Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2). Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3). Menurut WHO adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. c. Proses Pendidikan Kesehatan Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni (Effendy, 1998): 1). Masukan (input) Persoalan masuk menyangkut subjek atau sasaran belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya. 2). Proses Persediaan proses adalah mekanisme atau proses terjadinya perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Di dalam proses
20
ini terjadi pengaruh timbal balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar, pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan, alat bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari. 3). Keluaran (output) Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. Proses kegiatan belajar tersebut dapat digambarkan pada bagan di bawah ini. Alat-alat bantu
Metode
Input (subjek belajar)
Proses Belajar
Output (hasil belajar)
Fasilitas Belajar
Skema
Bahan belajar
2.1
:
Proses
Belajar
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Sumber : (Effendy,1998). d. Sasaran Pendidikan Kesehatan Sasaran pendidikan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 1998):
21
1). Individu Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan, yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. 2). Keluarga Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong dalam keluarga risiko tinggi, diantaranya adalah : a). Anggota keluarga yang menderita penyakit menular. b). Keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. c). Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk. d). Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk. e). Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan kapasitas keluarga. 3). Kelompok Kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam pendidikan kesehatan masyarakat, salah satunya adalah kelompok ibu nifas. 4). Masyarakat a). Masyarakat binaan puskesmas
22
b). Masyarakat nelayan c). Masyarakat pedesaan d). Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas, posyandu yang diberikan pendidikan kesehatan secara massal. e). Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan seperti wabah DHF, muntah berak dan sebagainya. e. Materi Pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya (Effendy, 1998). Materi yang disampaikan sebaiknya : 1). Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya. 2). Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran. 3). Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran. 4). Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
23
f. Metode pendidikan kesehatan. Metode yang dipakai dalam pendidikan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan pendidikan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami. Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan masyarakat dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu : 1). Metode Didaktik Pada metode dedaktik yang aktif adalah orang yang melakukan pendidikan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan apapun. Proses pendidikan yang terjadi bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah : a). Secara langsung : ceramah. b). Secara tidak langsung : poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio, televisi). 2). Metode Sokratik Pada
metode
ini
sasaran
diberikan
kesempatan
mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi dua arah antara yang menyampaikan pesan di satu pihak dengan yang
24
menerima pesan di lain pihak/two way metod (Effendy, 1998). Yang termasuk dalam metode ini adalah : a). Langsung: diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, dan sebagainya. b). Tidak langsung: pendidikan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi (Effendy, 1998). Sedangkan menurut sumber lain metode pendidikan kesehatan dikelompokkan menjadi 3, yaitu (Notoatmodjo, 2003) : 1). Metode Pendidikan Individual (Perorangan) Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan-perubahan perilaku atau inovasi. 2). Metode Pendidikan Kelompok Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus di ingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok yang lebih kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 3). Metode Pendidikan Massa Metode
pendidikan
(pendekatan)
massa
cocok
untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini
25
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. g. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan 1). Pengertian Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan/pengajaran. 2). Manfaat a). Menimbulkan minat sasaran pendidikan. b). Mencapai sasaran yang lebih banyak. c). Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman. d). Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima pada orang lain. e). Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan. f). Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. g). Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya medapat pengertian yang lebih baik.
26
h). Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. 3). Macam-macam alat bantu pendidikan Menurut Notoatmodjo (2003: 62-67) pada garis besar hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga) yaitu : a). Alat bantu lihat (visual aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. b). Alat-alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya. c). Alat bantu lihat dengar, seperti televisi, radio cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA). Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi dua macam menurut pembuatannya dan penggunaannya, yaitu: a). Alat peraga yang complicated (rumit) seperti film-film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor. b). Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri, dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, bekas koran dan sebagainya.
27
4). Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan a). Yang perlu diketahui tentang sasaran, antara lain : (1). Individu atau kelompok. (2). Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. (3). Bahasa yang mereka gunakan. (4). Adat istiadat serta kebiasaan. (5). Minat dan perhatian. (6). Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima. b). Tempat memasang (menggunakan) alat-alat bantu/peraga : (1). Di dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong persalinan dan merawat bayi, atau menolong orang sakit, dan sebagainya. (2). Di masyarakat misalnya pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajian dan sebagainya serta juga dipasang di tempat-tempat umum yang strategis. (3). Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah dan sebagainya. c). Alat-alat bantu/peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh: (1). Petugas-petugas puskesmas/kesehatan.
28
(2). Kader kesehatan. (3). Guru-guru
sekolah
dan
tokoh-tokoh
masyarakat
lainnya. (4). Pamong desa. h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pendidikan Kesehatan Menurut Effendy (1998: 247) banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses pendidikan itu sendiri. 1). Faktor pendidik a). Kurang persiapan. b). Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan. c). Penampilan kurang meyakinkan sasaran. d). Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah-istilah asing. e). Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar. f). Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. 2). Faktor Sasaran a). Tingkat
pendidikan
terlalu
rendah
mencerna pesan yang disampaikan. b). Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah.
sehingga
sulit
29
c).
Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah.
d).
Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku.
3). Faktor Proses dalam Pendidikan a). Waktu pendidikan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran. b). Tempat pendidikan dilakukan dekat dengan tempat keramaian. c).
Jumlah sasaran yang mendengarkan pendidikan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan pendidikan.
d). Alat peraga dalam memberikan pendidikan kurang dapat mempermudah pemahaman sasaran. e). Metode yang digunakan kurang tepat. f).
Bahasa yang dipergunakan kurang dimengerti oleh sasaran.
i. Penyuluhan Terstruktur Menurut Azrul Azwar (Efendy, 1998) yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Menurut kamus bahasa Indonesia,
30
struktur
berarti
tatanan/susunan,
tertata/tersusun/terencana
(Depdiknas,
terstruktur 2005).
Jadi
berarti penyuluhan
terstruktur yaitu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan direncanakan/disusun secara matang sehingga dapat mencapai tujuan yang optimal. j. Pengukuran Hasil Penyuluhan Kesehatan Menurut teori Bloom 1908 (Notoatmodjo, 2003) hasil pendidikan kesehatan dapat diukur melalui pengetahuan (knowledge). merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior). 1). Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
31
2). Memahami (Comprehension) Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3). Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4). Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5). Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6). Evaluasi (Evaluatioan) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
32
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
B. KERANGKA TEORI Kerangka
teori
penelitian
ini
adalah
(Effendy,
1998):
Alat-alat bantu
Metode
Ibu nifas yang mengalami engorgement
Proses Belajar
Pengetahuan ibu tentang engorgement
Fasilitas Belajar
Bahan belajar
Skema 2.2 Kerangka Teori Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terstruktur
tentang Engorgement pada Masa Nifas terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Engorgement.
33
C. KERANGKA KONSEP Kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut: Pre test: Pengetahuan tentang engorgement
Intervensi: Penyuluhan terstruktur tentang engorgement pada masa nifas
Post test: Pengetahuan tentang engorgement
Skema 2.3 Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terstruktur
tentang Engorgement pada Masa Nifas terhadap
Pengetahuan Ibu Tentang Engorgement.
D. HIPOTESIS Ada
pengaruh
pemberian
penyuluhan
terstruktur
tentang
engorgement pada masa nifas terhadap pengetahuan ibu tentang engorgement.