BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2012). Menurut Notoadmodjo (2012) pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour) yang mempunyai enam tingkatan yaitu a. Tahu ( Know ) Tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang depelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur tingkatan kognitif ini dipergunakan kata kerja menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya. b. Memahami ( Comprehention ) Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Pada tingkatan ini, individu yang bersangkutan harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya menghadap materi atau substansi yang dipelajari. c. Aplikasi ( Application ) Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang dipelajari berupa hukum-hukum, rumus, metode dan sebagainya pada kondisi nyata.
5
6
d. Analisis ( Analysis ) Analisis adalah keampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen dalam struktur organisasi tersebut, yang terkait satu sama lain. e. Sintesis ( Synthesis ) Sintesis
atau
formulasi-formulasi
menunjukkan
kemampuan
untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi ( Evaluation ) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu objek atau materi. Evaluasi ini dilaksanakan pada kriteria yang telah ada atau kriteria yang disusun bersangkutan. Pengetahuan dapat disimpulkan sebagai pandangan subjek terhadap adanya stimulus yang di indra, kemudian di adopsi oleh subjek yang akan mempengaruhinya dalam bersikap dan mengambil keputusan. Pengetahuan kesehatan sebagai hasil dari pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada pelaku kesehatan, termasuk kesehatan reproduksi. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2010), factor-faktor yang
mempengaruhi tingkat
pengetahuan, sebagai berikut: a. Umur Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b. Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
7
mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan. c. Lingkungan Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir seseorang. d. Sosial budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. e. Pendidikan Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya. f. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika dia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. g. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
8
3. Pengetahuan Remaja Putri Tentang Haid Pertama Pengetahuan berpengaruh kepada sikap remaja putri dalam menghadapi haid pertama. Kurangnya informasi akan membuat remaja putri yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa haid merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Mereka yang telah diajari dan mengetahui tetang haid pertama menganggap bahwa itu merupakan sesatu yang harus terjadi pada seorang remaja putri sebagai tanda mulainya awal kedewasaan (Dewi, 2013). Seorang remaja putri dikatakan siap dalam menghadapi haid pertama, apabila remaja putri tersebut sudah mendapat informasi atau pengetahuan yang lengkap semenjak masa pubertas yang mulai dari usia haid, mulainya haid, siklus haid dan cara penanganannya dan dikatakan tidak siap dalam mengalami haid pertama, ini ditujukan dengan adanya perasaan negative seperti takut, panik, kaget, sedih, dan bingung (Jayanti, 2013). 4. Remaja Putri Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi ketika anak perempuan dan laki-laki memasuki usia 9-14 tahun. Pada saat itu mereka tidak hanya menjadi tinggi dan menjadi besar tetapi juga terjadi perubahan didalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi. Masa ini yang disebut dengan masa pubertas atau masa remaja (Proverawati, 2009). Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescence yang berarti remaja yang mengalami kematangan fisik, emosi, mental, dan sosial. Menurut Undangundang, remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah dan menurut WHO disebut remaja apabila anak telah mencapai usia 10-19 tahun.. berdasarkan beberapa pendapat tersebut, masa remaja umumnya
9
berumur 16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan atau kedewasaan (Proverawati, 2009). Terjadinya pergolakan emosional pada masa remaja tidak terlepas dari berbagai pengaruh seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman sebaya serta aktivitas yang dilakukannya. Oleh sebab itu mereka yang telah memasuki masa remaja ini selalu dituntut untuk mampu berinteraksi dengan tuntutan lingkungan. Menurut ciri perkembangannya, masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu: a. Masa remaja awal (early adolesence) Diakatakan sebaga masa remaja awal karena tidak dianggap lagi sebgai anak-anak namun belum juga menjadi remaja. Pada masa ini terjadinya proses perkembangan fisik dan psikologi. Batas usia remaja awal sekitar 1011 tahun bagi pria dan 9-10 tahun untuk wanita. b. Masa remaja tengah (middle adolescense) Tahapan ini merupakan pembagi antara anak-anak dan masa remaja dan saat munculnya kematangan seksual. Bagi perempuan kematangan seksual ditandai dengan datangnya haid pertama kali dan bagi pria ditandai dengan mulainya terjadi mimpi basah. Batasan usia di masa remaja tengah ini adalah sekitar 12-15 tahun bagi pria dan sekitar 11-15 tahun bagi wanita. Salama periode ini perubahan perkembang fisik terus mengalami kematangan. c. Masa remaja akhir (late adolesence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan proses perkembangan fisik terlihat semakin jelas. Batas usia pasca pubertas bagi pria dan wanita dperkirakan sekitar usia 16-17 tahun. Periode perkembangan ini akan berakhir pada usia 21 tahun. Seseorang disebut remaja apabila perkembangan seksual dengan memantapkan identitas dirinya sebagai individu yang terpisah dari keluarga, persiapan diri menghadapai tugastugas perkembangan berikutnya, persiapan dalam menentukan masa depannya dan akan berakhir pada saa mencapai usia matang (Pieter, 2010).
10
Perubahan-perubahan fisik pada masa remaja atau sering disebut masa puber yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi lebih panjang dan tinggi), mulai berpfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder-sekunder yang tumbuh. Urutan-urutan fisik tersebut adalah pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggotaanggota badan menjadi panjang, pertumbuhan payudara, tumbuh bulu yang halus dan lurus berwarna gelap dikemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya dan mengalami haid pertama (Pieter, 2010). Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya atau pembesaran payudara yang cepat, membuat remaja merasa tersisih dari teman-temannya. Demikian pula
dengan
menghadapi
haid,
anak-anak
remaja
perlu
mengadakan
penyesuaian-penyesuaian tingkah laku yang tidak selalu bisa dilakukannya dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua (Nur Fitri Jayanti,2013). B. Konsep Haid Pertama 1. Definisi Haid Pertama Haid atau sering disebut menstruasi adalah suatu proses keluarnya darah dari lubang vagina yang akan terjadi setiap bulan ditandai dengan kram atau senggugut. Haid terjadi akibat keluarnya sel telur yang tidak dibuahi sperma serta bercampur dengan terkelupasnya selaput rahim dan darah. Darah itu yang disebut darah menstruasi. Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa poliferal, masa ovulasi, masa sekresi haid dan masa haid. Dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Proverawati, 2009).
11
Haid pertama adalah haid pertama kali yang bisa terjadi dalam rentang usia 9 – 16 tahun atau pada masa awal remaja. Seiring dengan perkembangan biologis pada umumnya, maka pada usia tertentu seorang remaja putri mencapai kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan haid pertama. Gejala yang sering menyertai haid pertama adaalah rasa tidak nyaman disebabkan karena selama terjadinya haid volume air di dalam tubuh menjadi berkurang. Gejalah lain yang sering di rasakan adalah saikt kepala, pegal, kram atau senggugut (Proverawati, 2009). Haid pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual remaja putri, tetepi ini bukanlah perubahan fisik pertama dan terakhir selama masa puber. Haid lebih tepat dianggap sebagai titik tengah dalam masa puber, terdapat 2 jenis reaksi remaja putri terhadap datangnya haid pertama yaitu (1) Reaksi negatif adalah suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja putri ketika dirinya memandang terhadap munculnya haid, (2) Reaksi positif adalah remaja putri yang mampu memahami, menghargai dan menerima adanya haid pertama sebagai tanda kedewasaan seorang wanita serta mampu memelihara dan merawat kesehatan tubuh (Pieter, 2010). 2. Usia Haid Pertama Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat haid pertama sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat haid yang pertama kali pada usia lebih muda. Ada yang berusia 9-16 tahun saat ia mendapat haid pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat haid pun dapat terjadi. Secara global perempuan mengalami haid dini (premature). Hal ini disebabkan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal karena ketidakseimbangan hormon bawaan lahir. Hal ini juga berkorelasi dengan faktor eksternal seperti tingkat kualitas asupan gizi pada makanan yang dikonsumsi sehingga remaja putri tersebut memicu terjadinya haid dini ( Proverawati, 2009).
12
3. Faktor Yang Mempengaruhi Usia Haid Pertama Setiap orang saat siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Faktor gizi mempunyai nilai yang sangat penting untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan. Faktor gaya hidup berperan penting dalam menentukan usia haid pertama, pada remaja yang mempunyai aktivitas olah raga, sangat tinggi umumnya haid pertama akan datang terlambat, kondisi ini sering dialami oleh atlet putri atau penari. Hal ini disebabkan oleh penurunan berat badan yang banyak dan perubahan persentase lemak tubuh. Bila persentase lemak tubuh kurang dari 17%, maka haid pertama akan terlambat. Faktor genetik mempengaruhi usia haid pertama, anak dari seorang ibu yang perkembangan cepat atau lambat biasanya juga akan mengalami hal yang serupa. Usia haid pertama yang paling dekat adalah pada anak kembar indentik, tidak terlalu dekat pada saudara kembar tidak identik, dan cukup jauh pada kakak adik dari ibu yang berbeda. Faktor psikologis diduga mempengaruhi saat terjadinya haid pertama. Menurut usia haid pertama terakhir ini selain oleh semakin membaiknya status gizi, pengaruh rangsangan audiovisual dari hal-hal yang mengarah porno dan pemaparan masalah seksualitas dengan intensitas yang berbagai ragam sewaktu pacaran akan mempercepat kematangan biologis (Najmin, 2011). 4. Siklus Haid Proses terjadinya haid berlangsung dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa haid. Dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarium axis). Menurut teori neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH) dari hipofisis. Pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu pusat
13
tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus dan pusat siklik dibagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik (Proverawati, 2009). Sikuls haid normal dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase folikuler , ovulasi dan fase luteal. Perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH estrogen menyebabkan
umpan balik negatif bila kadarnya rendah, dan
umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormon gonatrodopin ini terjadi pada hipotalamus (Proverawati, 2009). Karakteristik hormon dalam siklus haid manusia berubah dari satu tahap perkembangan ovarium ketahap berikutnya dan setalah usia 45 tahun ada kecenderungan ambang estrogen yang lebih rendah dalam siklus. Siklus haid normal dapat berlangsung selama 28 hari. Fase-fase yang sehubungan dengan efek terhadap ovarium adalah fase folikular, ovulasi, dan luteal. Fase folikuar berlangsung selama 14 hari dari awal siklus saat folikel yang mengandung ocyte berkembang dan membesar serta akhirnya satu folikel pecah dengan melepas telur (ovulasi). Fase ovulasi biasanya terjadi pada hari ke 13-15 dalam siklus saat folikel yang pecah menjadi corpus luteum yang memelihara produksi ekstrogen dan progestin selama sisa waktu dalam siklus (Proverawati, 2009). Fase-fase yang berhubungan dengan efek terhadap uterus adalah fase haid, proliferasi, sekretori. Fase haid mulai dari hari pertama siklus dan berlangsung selama 3-6 hari dengan total darah dan cairan yang keluar bervariasi tetapi tidak lebih dari 60ml. Fase ke dua adalah fase proliferasi pada hari ke 6-14 saat lapisan endometrium dan kelenjar serta pembuluh rahim tumbuh sebagai respon stimulasi oleh estrogen. Fase terakhir adalah berupa skretori pada hari ke 15-28 yaitu saat garis endometrium semakin tebal dan kelenjar uterin mulai mengeluarkan sekret. Fese terakhir ini biasanya diatur oleh progesteron (Proverawati, 2009).
14
5. Sistem Hormonal Yang Mempengaruhi Siklus Haid Pada setiap siklus haid, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikelfolikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormon yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadikorpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormon, suatu hormon gonadotropik).
Korpus
luteum
menghasilkan
progesteron
yang
dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan (Pieter, 2010). Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu pada masa haid yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah. Masa proliferasi dari berhenti darah haid sampai hari ke-14. Setelah haid berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
15
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi). Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi (Pieter, 2010). Adapun arti dari hormon haid ini yaitu FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH, LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH dan PIH (prolactine
inhibiting
hormone)
yang
menghambat
hipofisis
untuk
mengeluarkan prolaktin (Pieter, 2010). C. Kesiapan Menghadapi Haid Pertama 1. Defenisi Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan dalam cara tertentu dan dalam kondisi yang dihadapi. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi. Kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan. Kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional (Oemar Hamalik dikutip dalam Dalyono, 2010). Menurut kelompok psikologi sosial dan psikologi kepribadian, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan bagian sikap seseorang. Terdapat banyak alasan mengapa remaja putri sering tidak mempersiapkan untuk menghadapi haid pertama. Misalnya, orang tua yang kurang memiliki pengetahuan atau terhambat
16
oleh sopan santun dan rasa malu. Sebagai orangtua seharusnya memberikan anak perempuannya bahwa perdarahan selama haid adalah proses normal yang dialami oleh semua anak perempuan yang sehat dan membantunya agar tidak terlalu cemas (Suryani, 2011). 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Menurut Jayanti (2011),
adapun fakor-faktor yang mempengaruhi
kesiapan remaja putri dalam menghadapi haid pertama adalah sebagai berikut: a. Usia Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk, diukur mulai saat dia lahir b. Sumber informasi Sumber informasi adalah sumber-sumber yang dapat memberikan informasi tentang haid pertama kepada remaja putri. Sumber informasi yang diterima remaja dapat diperoleh dari: 1. Keluarga , dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan marga. Dalam arti sempit, keluarga meliputi orang tua dan anak. Orang tua secara lebih dini harus memberikan penjelasan tentang haid pertama pada anak perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam menghadapi haid pertama. Jika peristiwa haid pertama tersebut tidak disertai dengan informasi-informasi yang benar maka akan timbul beberapa gangguan-gangguan antara lain berupa: pusing, mual, haid tidak teratur. 2. Kelompok teman sebaya, kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Peranan itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberpa dekade terakhir ini. Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap remaja itu ternyata berkaitan dengan iklim keluarga remaja itu sendiri. Remaja yang memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya cenderung
17
dapat menghindarkan diri dari pengaruh negatif teman sebayanya dibandingkan dengan remaja yang hubungan dengan orang tuanya kurang baik. Hubungan kelompok teman sebaya dengan kesiapan menghadapi haid pertama yaitu, informasi tentang haid pertama dapat diperoleh dari kelompok teman sebaya, apabila informasi-informasi tentang haid pertama tidak benar, maka persepsi remaja putri tentang haid pertama akan negatif, sehingga remaja putri tersebut merasa malu saat mengalami haid pertama dan dapat timbul beberapa gangguangangguan antara lain berupa: pusing, mual, haid tidak teratur. 3. Lingkungan sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan progam bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu remaja putri agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Hubungan sekolah dengan kesiapan anak dalam menghadapi haid pertama yaitu, guru di sekolah hendaknya memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, khususnya haid pertama pada remaja putri secara jelas sebelum mereka mengalami haid. Hal ini berkaitan dengan peran sekolah sebagai pendidik dan komunikator. Karena informasi mengenai menarche merupakan hal utama bagi kesiapan remaja putri menghadapi haid pertama. c. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain. Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mangharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Hubungan sikap dengan kesiapan anak dalam menghadapi haid pertama yaitu, remaja putri yang mempunyai sikap positif tentang haid pertama, dalam arti mereka senang dan bangga, dikarenakan mereka menganggap
18
dirinya sudah dewasa secara biologis, maka dikatakan telah siap menghadapi haid pertama. Menurut Yusuf yang di kutip dalam Fajri (2011) ada tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu (a) aspek pemahaman, yaitu kondisi dimana seseorang mengerti dan mengetahui kejadian yang dialaminya bisa dijadikan sebagai salah satu jaminan bahwa dia akan merasa siap menghadapi hal-hal yang terjadi, (b) aspek penghayatan, yaitu sebuah kondisi psikologis dimana seseorang siap secara alami bahwa segala hal yang terjadi secara alami akan menimpa hampir semua orang adalah sesuatu yang wajar, normal, dan tidak perlu dikhawatirkan, (c) aspek kesediaan, yaitu suatu kondisi psikologis dimana seseorang sanggup atau rela untuk berbuat sesuatu sehingga dapat mengalami secara langsung segala hal yang seharusnya dialami sebagai salah satu proses kehidupan. Berhubungan dengan haid pertama, sebuah kesiapan memang sangat diperlukan untuk menghadapinya. Hal ini dikarenakan haid pertama merupakan peristiwa yang sangat penting dalam perkembangan hidup seorang wanita dan tidak semua meresponnya secara positif, bahkan ada yang menganggap sebagai pengalaman traumatis. Fase tibanya haid ini merupakan satu periode di mana seorang anak perempuan
telah
benar-benar
siap
secara
biologis
menjalani
fungsi
kewanitaanya. Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada haid pertama adalah kecemasan atau ketakutan (Fajri, 2011). Haid pertama sebagai salah satu perubahan biologi yang mencolok sangat dipengaruhi emosi. Di satu pihak seorang gadis mempunyai potensi keibuan dan di pihak lain disadari seperti penyakit bulanan. Pada satu pihak gadis merasa sangat feminim, sedang di pihak lain ia telah jelas dengan seksualnya dan harus lebih menyadari tentang tanggung jawabnya. Pengalaman secara psikologis menunjukkan bahwa ada reaksi-reaksi psikis tertentu saat haid pertama. Timbul proses yang disebut helena portsch sebagai kompleks kastrasi atau trauma genetalis. Pada beberapa peristiwa trauma genetalis muncul gambaran-gambaran
19
yang tidak rill juga perasaan berdosa dan juga perasaan bersalah yang semuanya dikaitkan dengan perdarahan pada organ kelamin pada prosese haidnya (Rubianto dikutip dalam Fajar Dwi, 2010). Reaksi individual anak-anak gadis pada saat haid pertama bervariasi antara lain perasaan tidak enak, rasa mual dan ingin muntah, cepat lelah dan juga diliputi suasana depresi, sedih, serta tertekan. Apabila reaksi anak gadis pada haid pertamanya merupakan reaksi penolakan, maka kejadian ini bisa menyebabkan prosese reaksi pengereman fungsional. Artinya karena ketidaksiapan tersebut ada beberapa fungsi fisik dan psikis akan mengalami hambatan (Proverawati, 2009). Keadaan pikiran dan persiapan gadis remaja yang menghadapi haid pertama sebagai peristiwa emosi dapat mempengaruhi persepsi terhadap diri sendiri dan reaksi terhadap haid selanjutnya dan juga memerlukan
adaptasi yang sulit
selama pubertas dan berhubungan dengan respon emosi yang kuat, baik positif maupun negatif. Selama ini sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan tentang masalah haid dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahanperubahan fisik dan psikologis terkait haid pertama (Ayu, 2011). Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap kesehatan. Rendahnya pendidikan membuat wanita kurang perduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki (Misaroh, 2009). D. Hubungan Pengetahuan dengan Kesiapan Menghadapi Haid Pertama Pengetahuan berpengaruh kepada sikap remaja putri dalam menghadapi haid pertama. Kurangnya informasi pengetahuan akan membuat remaja putri yang tidak
20
mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa haid merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Mereka yang telah diajari dan mengetahui tetang haid pertama menganggap bahwa itu merupakan sesatu yang harus terjadi pada seorang remaja putri sebagai tanda mulainya awal kedewasaan (Mayasari dikutip dalam Fajar Dwi, 2010). Seorang remaja putri dikatakan siap dalam menghadapi haid pertama, apabila remaja putri tersebut sudah mendapat informasi pengetahuan yang lengkap semenjak masa pubertas. Dan dikatakan tidak siap dalam mengalami haid pertama, ini ditujukan dengan adanya perasaan negative seperti takut, panik, kaget, sedih, dan bingung (Purnamasari, 2009). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu Fajri pada tahun 2011 di Banda Aceh menunjukan bahwa remaja purti yang tinggal di daerah perkotaan memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam menghadapi haid pertama dari pada remaja putri yang tinggal di desa, karena remaja putri yang berada di daerah perkotaan memiliki akses informasi yang luas sehingga informasi yang didapatkan tidak hanya berasal dari satu sumber saja, tapi ada banyak sumber yang menyediakan informasi mengenai haid pertama seperti majalah, televisi, radio, artikel, jurnal yang tersedia secara online dan dapat diakses dengan mudah. E. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Independen Pengetahuan remaja putri tentang haid pertama
Dependen Kesiapan menghadapi haid pertama
21
F. Hipotesa Penelitian Ada hubungan pengetahuan remaja putri tentang haid pertama dengan kesiapan menghadapi haid pertama di SMP Negeri 1 Mandrehe Utara Kabupaten Nias Barat Tahun 2014.