BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bata Merah Bata merah disebut juga dengan bata konvensional, memiliki bahan dasar
berupa tanah liat (lempung), yang digunakan sebagai salah satu bahan bangunan yang menjadi komponen utama dalam sebuah struktur bangunan, terutama konstruksi dinding. Proses pembuatan bata merah ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau secara mekanis di pabrik. Karena bata merah dibuat secara manual, maka ukuran maupun bentuk tekstur dari bata tersebut dapat beraneka ragam (Anilaputri, 2009). Dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan yang banyak dipakai oleh masyarakat, bata merah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangannya : 1) Kelebihan : a. Kuat dan tahan lama. b. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin. c. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. d. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang data. e. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkatan dalam jumlah kecil atau membentuk bidang-bidang yang kecil. f. Murah dan mudah ditemukan. 2) Kekurangan : a. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya. b. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar. c. Menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan. d. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi sehingga dibutuhkan plesteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.
5
e. Kualitas yang beragam dan ukuran yang jarang sama membuat sisa material dapat lebih banyak. Bata merah sebagai hasil industri rumah tangga yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di desa, dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar sebagai berikut : 1. Tanah liat (lempung) yang mengandung silica sebesar 50% sampai dengan 70%. 2. Abu sekam padi atau abu gergaji kayu yang manfaatnya sebagai alas pencetakan supaya bata merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan bata merah akan cukup kasar tetapi sekam padi juga dicampur pada bata merah yang masih mentah. 3. Air digunakan untuk melunakkan dan merendam adonan bata merah, serta sebagai pelican adonan bata merah agar memudahkan dalam pencetakan. Bahan dasar (tanah liat, abu sekam padi, air) dicampur dan diaduk sampai rata. Campuran yang telah dibersihkan direndam selama satu hari satu malam, dan selanjutnya dilakukan pencetakan di atas permukaan tanah yang sudah diberi sekam padi. Pencetakan bata merah biasanya dilakukan pada musim kemarau dan di bawah sinar matahari agar cepat kering, setelah kering ditumpuk dalam susunan setinggi 10-15 batu dengan tujuan agar bata merah dapat diangin-anginkan. Pembakaran bata merah pada suhu ± 800oC selama 6 hari membuat bata merah menjadi tahan air dan cuaca. Tujuan pemanasan dengan suhu tinggi pada pembuatan bata merah adalah untuk mengubah kekerasan pada bata merah yang memenuhi persyaratan untuk keperluan penggunaannya yaitu sebagai konstruksi dinding.
2.1.1
Tampak Luar Bata Merah Menurut SNI 15-0686-1989 tampak luar bata merah diklasifikasikan
menjadi tiga bagian yaitu bentuk, warna, dan berat bata merah. Bentuk dinyatakan dengan bidang-bidang datarnya rata atau tidak rata, menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku-siku atau tidak rapuh dan lain sebagainya. Warna dinyatakan dengan merah tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah-
6
merahan, keabu-abuan, dan sebagainya. Warna pada penampang belahan (patahan) merata atau tidak merata. Mengandung butir-butir kasar atau tidak serta rongga-rongga didalamnya. Pengujian berat bata merah adalah hasil-hasil penimbangan bata merah yang dihitung rata-ratanya dan dinyatakan dalam kilogram. Bata merah harus berbentuk prisma segi empat panjang mempunyai rusuk-rusuk yang siku-siku dan tajam, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak.
2.1.2
Ukuran Bata Merah Ukuran batu bata standard yang umum digunakan adalah ± 220 mm x 110
mm x 50 mm dengan toleransi kesalahan ukuran untuk masing-masing ukuran secara berurutan adalah 3%, 4%, 5%. Batu bata memiliki klasifikasi yang didasarkan pada kuat tekan dari bata tersebut dapat dibagi seperti Tabel 2.1 Tabel 2. 1 Klasifikasi Bata Merah Kualitas
Kuat Tekan (kg/cm2)
I
100
II
80-100
III
60-80
(Sumber : http://media.sipil.ft.uns.ac.id) Sedangkan untuk batu bata dengan kuat tekan ≤ 60 kg/cm2 tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan.
2.1.3
Adukan Adukan (mortar) adalah suatu campuran dari bahan pengikat, bahan
pengisi dan air. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen, kapur bangunan atau campuran dari keduanya, sedangkan bahan pengisi adalah pasir atau tras. Adukan berfungsi untuk membantali satuan pasangannya, yang memberi pasangan batu itu dukungan penuh satu sama lain meskipun permukaannya tidak beraturan. Adukan memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya air dan angin.
7
Jenis adukan yang paling karakteristik terbuat dari semen Portland, kapur hidrasi, agregat mulia (pasir), dan air. Pasir ini harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang terlalu kasar atau terlalu halus. Semen Portland merupakan bahan perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen Portland akan keras dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di bawah bata merah, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran dan daya kerjanya. Mortar instan juga banyak digunakan untuk membuat adukan. Sebagian merupakan formulasi bermerek dagang yang mengandung campuran yang dimaksud untuk berkontribusi pada daya kerja adukannya. Formulasi ini beragam dari satu produsen ke produsen lainnya, tetapi semuanya harus memenuhi spesifikasi ASTM C91. Komposisi adukan diperkirakan dalam ASTM C270. Empat jenis adukan dasar didefinisikan, seperti yang dirangkum dalam Tabel 2.2. Adukan jenis N digunakan untuk sebagian besar keperluan. Jenis M dan S sesuai untuk dinding structural kekuatan lebih tinggi dan untuk menghadapi cuaca buruk. Jenis O, yang paling ekonomis, digunakan hanya pada pekerjaan bagian dalam dan bukan pendukung beban. Adukan semen Portland matang karena hidrasi, bukan karena pengeringan. Sederetan reaksi kimiawi yang rumit mengambil air dan menggabungnya dengan konstituin semen dan kapur untuk menghasilkan struktur rapat yang kuat dan mengkristal yang mengikat partikel pasir menjadi satu. Adukan yang telah dicampur tetapi belum digunakan dapat menjadi terlalu kaku untuk digunakan. Entah itu karena pengeringan atau berawalnya hidrasi. Jika dicampur kurang dari 90 menit sebelum pengerasannya, adukan itu masih dalam tahap pengeringan dan secara aman dapat dilunakan lagi dengan air. Jika tidak digunakan lebih dari 2,5 jam sebelumnya, adukan itu harus dibuang karena telah mulai berhidrasi dan tidak dapat dilunakan lagi tanpa mengurangi kekuatan akhirnya
8
Tabel 2. 2 Jenis-jenis adukan seperti yang didefinisikan ASTM C270 Kekuatan Tekan Kesesuaian Jenis Adukan Uraian Rata-rata minimum Konstruksi pada 28 hari Pasangan batu yang dikenai beban lateral atau Adukan M tekan tinggi atau 2500 psi (17,25 Mpa kekuatan tinggi aksi beku. Pasangan di bawah tanah Pasangan batu yang membutuhkan Adukan kekuatan ikat S kekuatan tinggi 1800 psi (12,40 Mpa) lentur yang tinggi sedang tetapi hanya dikenai beban tekan normal. Adukan Penggunaan N kekuatan umum di atas 750 psi (5,17 Mpa) sedang tanah. Adukan Dinding dan sekat O kekuatan bagian dalam non350 psi (2,40 Mpa) rendah sedang pendukung beban (Sumber : http://www.scribd.com) 2.1.4
Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Merah Semen sebagai bahan pengikat dalam pembuatan aduk dan beton secara
langsung dapat mempengaruhi nilai teknis dan ekonomis dari bangunan sehubungan dengan kualitas, harga, dan proporsi campuran yang digunakan. Pada pekerjaan pasangan bata dan plesteran dinding, jenis-jenis semen yang digunakan harus mempunyai karakteristik tertentu dan memenuhi spesifikas sesuai dengan fungsinya antara lain mudah dikerjakan, panas hidrasi rendah, dan tidak terjadi retak. Fungsi adukan dalam pasangan bata antara lain sebagai pengikat antara bata yang satu dengan yang lain, disamping dapat menghilangkan deviasi dari permukaan batanya untuk menyalurkan beban. Sedangkan fungsi adukan dalam plesteran untuk meratakan permukaan dinding dan melindungi dari pengaruh cuaca. (Randing, 1985)
9
2.1.4.1 Bahan dan Peralatan a) Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan persiapan pasangan dinding dengan material bata merah yaitu : 1) Bak/drum perendam bata. 2) Bak/drum penampung air. 3) Saringan pasir. 4) Kotak penakar bahan. 5) Kereta dorong. b) Alat-alat untuk pengaduk mortar antara lain : 1) Sekop pengaduk. 2) Wadah pengaduk. 3) Mesin pengaduk. c) Alat-alat untuk pekerjaan pasangan bata merah adalah : 1) Ember. 2) Wadah Adukan. 3) Sendok aduk. 4) Palu pemotong bata. 5) Profil kayu. 6) Penarik benang kayu. 7) Mistar kontrol. 8) Water pass/slang. 9) Unting-unting. Adapun bahan-bahan yang digunakan pada pekerjaan pasangan dinding bata merah yaitu : 1) Adukan, adalah suatu campuran dari bahan pengikat, bahan pengisi, dan air. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen, kapur bangunan atau campuran dari keduanya, sedangkan bahan pengisi adalah pasir. 2) Pasangan bata merah, adalah suatu pasangan yang terdiri dari bahan pengikat (adukan) dan bahan pengisi.
10
2.1.4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding bata merah harus memperhatikan ketentuan-ketentuan seperti (Nurmuhammad, 2010) : 1) Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus. 2) Bagian ujung pasangan harus berbentuk gerigi. 3) Kelebihan adukan yang menempel pada dinding pasangan harus segera dibersihkan sebelum mengeras. 4) Bagian bata yang menumpang tidak boleh kurang dari ¼ dari panjang bata. 5) Bata penutup dari suatu baris pasangan, adukan diletakkan pada bagian ujung bata terdahulu untuk mengisi sambungan tegak. 6) Bata harus dalam kondisi lembab pada saat dipasang. Kemudian juga harus diperhatikan ketentuan mengenai adukan yang digunakan, seperti : adukan harus segera diplesterkan sebelum mencapai waktu paling lama 2,5 jam sejak mulai dicampur dan harus dilakukan pengadukan ulang selama masa pelaksanaan untuk menjaga homogenitas dan kemudahan pengerjaan. Pada saat pekerjaan berlangsung juga harus memperhatikan ketentuan yang berlaku, seperti tenggang waktu antar lapisan harus diberikan sampai lapisan terdahulu cukup keras dan stabil, terutama untuk lapisan badan (lapisan kedua) sebelum diberi lapisan terakhir (acian) sudah tidak terjadi penyusutan dan retakretak lebih lanjut. Untuk hal tersebut, perlu diberikan tenggang waktu minimal 7 hari. Untuk langkah-langkah pekerjaan antara lain : 1) Untuk pengadukan. Siapkan mesin pengaduk dan pastikan dalam kondisi baik. Bahan-bahan yang telah ditakar dimasukan dalam mesin pengaduk dan campurkan hingga merata. Tuangkan air sedikit demi sedikit dan aduk terus hingga didapatkan adukan lembab, periksa bila terdapat gumpalan yang kurang merata pecahkan dengan sendok aduk, kemudian teruskan pengadukan. Sisa air selebihnya dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk terus hingga didapatkan adukan yang homogeny dan plastis.
11
2) Untuk penyimpanan adukan. Adukan yang siap dipakai simpan di dalam kotak atau tong dan bila belum segera digunakan tutuplah dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penguapan air. Setelah dalam penyimpanan, harus dilakukan pengadukan ulang sebelum digunakan untuk menjaga homogenitas dan plastis adukan. 3) Untuk pasangan batu merah. Langkah-langkah pasangan dinding adalah sebagai berikut: a. Siapkan semua peralatan dan tempatkan pada posisi yang benar. b. Siapkan bahan-bahan (bata merah dan adukan) yang akan digunakan dalam kondisi siap pakai. c. Pasangan profil dan mistar pengukur lapisan bata secara tegak lurus, ukurlah dengan unting-unting. d. Pasangan benang penarik horizontal dan ukurlah dengan alat penyipat datar (waterpass/slang). e. Tentukan ketebalan lapisan arah vertikal pada mistar ukur sesuai ketebalan bata ditambahkan tebal spesi (6-10mm). f. Pastikan bahwa permukaan dasar dalam kondisi bersih dan bebas dari debu agar pelekatan cukup sempurna.
2.1.4.3 Pekerjaan Perawatan Selama masa pelaksanaan, dinding harus dijaga dari pengaruh sinar matahari langsung dan dijaga agar tetap dalam kondisi lembab terutama pada lapisan akhir selama minimal 3 x 24 jam.
2.2
Bata Ringan Citicon Bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) Citicon adalah Bata
Ringan berkualitas tinggi dengan bahan material ramah lingkungan. Citicon terbuat dari pasir silica dan semen berkualitas, serta diproses dengan teknologi Jerman berstandarisasi Deutsche Industrie Norm (DIN). Citicon adalah bata ringan yang ramah lingkungan karena dibuat dengan bahan baku dan proses yang
12
ramah lingkungan. Citicon berpori- pori lebih rapat karena menggunakan teknologi aerasi dengan expanding agent terbaik dari Jerman membuat citicon menjadi ringan dan kuat. Bata Ringan Citicon berukuran presisi, bersudut siku, dan memiliki permukaan rata / halus. Dengan pori – pori lebih rapat karena dipotong dengan automated cutter. Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung (Anilaputri, 2009). Keunggulan pemakaian bata ringan ini dibandingkan dengan pemakaian bahan bangunan lainnya adalah : 1) Ukuran yang akurat. Ukuran
yang
akurat,
memudahkan
pekerjaan
sehingga
dapat
mengurangi pekerjaan pemotongan, mengurangi volume plester atau acian serta kebutuhan finishing lainnya. 2) Kuat tekan yang tinggi dan mempunyai berat yang ringan. Adapun kekuatan dan berat tiap bata ringan berbeda-beda tergantung jenis dan fungsinya. 3) Isolasi panas dan suara yang baik Sebagai isolasi panas yang baik, bata ringan merupakan anorganik yang tahan api, dapat digunakan sebagai ruangan, tangga darurat, cerobong ventilasi, koridor lift, dll. Sebagai isolasi suara yang baik, bahan ini dapat meredam dengan baik perambatan suara sehingga dapat digunakan sebagai penyekat ruangan. 4) Mudah dibentuk dan dikerjakan. Bata ringan ini dapat digergaji, dibor, atau dikerjakan dengan peralatan kayu biasa sehingga dapat dibentuk sesuai dengan keinginan. Kekurangan penggunaan bata ringan : 1) Harga bata ringan yang relatif lebih mahal. 2) Tidak semua tukang bisa memasang bata jenis ini. 3) Hanya toko material besar yang menjual.
13
2.3
Mortar Mortar adalah semen instan dengan bahan dasar pasir silica, semen, filler
dan aditif. Bahan ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pasangan bata, baik bata merah maupun bata ringan. Selain itu mortar juga digunakan untuk plesteran, acian, pemasangan keramik serta water proofing (Holcim, 2010). Beberapa keunggulan dari mortar adalah : 1) Mudah digunakan dan siap pakai, cukup dengan tambahan air. 2) Campuran yang lebih homogeny antara semen, pasir silica, filler dan aditif. 3) Mencegah retak rambut pada dinding.
2.4
Komponen Yang Mempengaruhi Biaya Konstruksi Biaya konstruksi dipengaruhi oleh komponen-komponen biaya yang
berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek. Biaya proyek konstruksi dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (inderect cost) (Nugraha et al, 1985).
2.4.1
Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah semua biaya berhubungan langsung dengan
pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan. Biaya-biaya yang dikelompokan dalam jenis ini, yaitu : 1) Biaya Bahan. Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. 2) Biaya Pekerja/Upah. Biaya upah ini dibedakan atas :
14
a. Upah harian. b. Upah borongan. c. Upah berdasarkan produktivitas. 3) Biaya Peralatan. Beberapa unsur biaya yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan (Nugraha et al, 1985).
2.5
Produktivitas Filosofi tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia
karena makna produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan
kualitas
kehidupan
dan
penghidupan
di
segala
bidang.
Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisiensi. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu (Mali, 1978). Selain itu, produktivitas juga diartikan sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan (Whitmore, 1979). Produktivitas pada hakekatnya merupakan nilai banding antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi yang dalam hal ini adalah peralatan dan tenaga kerja disamping modal dan system manajemennya sendiri. Produktivitas adalah kuantitas pekerjaan per jam tenaga kerja dan secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input (Kusnadi, 2009).
Produktivitas =
output input
(2.1)
15
Dalam hal produktivitas kerja, perhitungan produktivitas merupakan perbandingan keluaran dengan salah satu masukan, misalnya jumlah tenaga kerja. (Umar, 2002)
Produktivitas tenaga kerja =
Jumlah Produksi Jumlah Tenaga Kerja
(2.2)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun yang berhubungan dengan pihak di luar tenaga kerja. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain : 1) Keterampilan dan pengalaman kerja Secara umum, apabila tenaga kerja semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Tenaga kerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup. Pengalaman dan keterampilan akan semakin bertambah jika seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama berulang-ulang, sehingga waktu penyelesaian yang dibutuhkan semakin sedikit dan produktivitas dalam melakukan tugas akan meningkat pula. 2) Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya pendidikan formal maupun non formal. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif. Kurangnya pendidikan tersebut menyebabkan kesulitan berkomunikasi karena mereka kurang mengerti maksud dan tujuan dari instruksi yang disampaikan dan berakibat pada produk yang dihasilkan. 3) Iklim, musim atau keadaan cuaca Cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan konstruksi. Pada musim hujan kegiatan konstruksi dapat terhenti terutama untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan bagian konstruksi yang belum tertutup. Sedangkan hambatan pada musim kemarau adalah suhu udara panas
16
dan menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah yang menyebabkan produktivitas menurun. 4) Sarana bantu atau jenis alat yang digunakan Sarana atau alat yang digunakan dalam proses konstruksi sangat berpengaruh pada produktivitas. Sarana bantu seperti peralatan konstruksi akan menaikkan jam-orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Apabila alat yang digunakan tidak baik maka akan memperlambat penyelesaian konstruksi. 5) Manajemen Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat makan akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. 6) Insentif Pemberian
insentif
akan
memacu
semangat
pekerja
dalam
menyelesaikan pekerjaan mengingat imbalan yang akan mereka dapatkan sehingga produktivitas tenaga kerja makin meningkat. Selain faktor-faktor di atas, masih banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas misalnya gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan dan jaminan sosial (Sedarmayanti, 2001).
2.6
Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan biaya
proyek, setelah kuantitas pekerjaan. Dalam proses menghitung biaya proyek, maka kuantitas pekerjaan yang telah selesai dihitung akan ditransfer ke dalam nilai uang melalui harga satuan. Harga satuan pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: time schedule (waktu pelaksanaan yang ditetapkan), metode pelaksanaan yang dipilih, produktivitas sumber daya yang digunakan. Produktivitas suatu kegiatan sangat berkaitan dengan biaya kegiatan tersebut. Karena produktivitas menunjukkan berapa output atau hasil pekerjaan per satuan waktu untuk setiap sumber daya yang digunakan. Dengan demikian
17
bila produktivitasnya tinggi, maka akan menjamin turunnya biaya per satuan output yang dihasilkan. Harga satuan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu : 1. Upah tenaga kerja (Labors) 2. Bahan (Materials) 3. Alat (Equipment)
2.7
Koefisien Analisa Harga Satuan Pekerjaan Analisis biaya konstruksi ditentukan oleh tiga variable terkait, yaitu:
material, sumber daya manusia, dan alat. Pekerjaan konstruksi ditentukan dalam kuantitas pekerjaan dengan satuan meter, meter persegi, atau meter kubik. Sedangkan ketiga variabel di atas ditentukan dalam angka koefisien. Jadi satu satuan kuantitas pekerjaan membutuhkan berapa jumlah dan jenis materials, sumber daya manusia, serta alat yang dibutuhkan. Bentuk dari analisis biaya konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2. 3 Variabel dalam analisa harga satuan pekerjaan Koefisien Variabel Harga Satuan Total Harga X
Material
@Rp
Rp
Y
Tenaga Kerja
@Rp
Rp
Z
Alat
@Rp
Rp
Sumber : Asiyanto (2003) X,Y,Z adalah koefisien material, tenaga kerja, dan alat. Secara berurutan angka koefisien di atas didapat dari produktivitas sumber daya yang bersangkutan.
2.8
Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kebutuhan sumber daya manusia dari proyek konstruksi berfluktuasi
sepanjang waktu proyek. Dimana kebutuhan sumber daya manusia dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Candra Dewi, 2004) : Jumlah SDM =
Orang hari untuk menyelesaikan pekerjaan Volume Waktu Pelaksanaa n
(2.3)
18
2.9
Waktu Pengerjaan Yang Dibutuhkan Waktu pengerjaan suatu jenis pekerjaan akan sangat berpengaruh kepada
biaya yang akan di keluarkan. Adapun waktu ini dapat dihitung dengan cara berikut (Susy Fatena, 2008) : Waktu pengerjaan :
2.10
Volume Produktivitas
(2.4)
Menghitung Rata-Rata (mean) Perhitungan ini merupakan metode perhitungan statistik mean, yang
merupakan rata-rata aritmatik dari kelompok data, yaitu jumlah dari seluruh data dibagi dengan jumlah banyaknya data tersebut (Hasan, 2002)
X=
2.11
(x1 x2 x3.....xn) n
(2.5)
Mencari Koefisien Tenaga Kerja Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum
(BALITBANG PU, 2001) koefisien tenaga kerja dapat dicari dengan menggunakan data berupa jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari dan produktivitas pekerja tersebut. Dengan rumus seperti berikut : Koefisien Pekerja
=
(Tk x P) Qt
(2.6)
Koefisien Tukang Batu
=
(Tk x Tb) Qt
(2.7)
Koefisien Kepala Tukang
=
(Tk x Ktb) Qt
(2.8)
Koefisien Mandor
=
(Tk x M ) Qt
(2.9)
Keterangan : Tk = Jumlah jam kerja perhari (jam) P
= Jumlah pekerja yang diperlukan (orang)
Tb = Jumlah tukang batu yang diperlukan (orang) Ktb = Jumlah kepala tukang batu yang diperlukan (orang)
19
M = Jumlah mandor yang diperlukan (orang) Qt = Produktivitas tenaga kerja per hari
2.12
Regresi dan Korelasi Regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari pola dan mengukur
statistik antara dua atau lebih variabel, jika digunakan hanya dua variabel disebut regresi dan korelasi sederhana dan jika digunakan lebih dari dua variabel disebut regresi dan korelasi berganda (Wirawan, 2012). Menurut Dajan (2008) analisis regresi adalah analisis yang dapat mengubah suatu data menjadi suatu fungsi. Dengan analisis ini bisa mengubah data-data survey atau eksperimen di lapangan menjadi suatu fungsi matematik. Data tersebut terdiri dari 2 kelompok dan dapat diperoleh dari berbagai bidang kegiatan yang menghasilkan pasangan observasi atau pengukuran sebanyak n sebagai (Xi, Yi) dimana i = 1,2,…,n. Penggunaan analisi regresi diterapkan hampir disemua bidang ilmu, untuk menaksir atau meramalkan nilai satu variabel lain yang nilainya telah diketahui, dan kedua variabel tersebut memiliki hubungan fungsional atau sebab akibat satu dengan lainnya. Contoh yang dapat menggambarkan hal tersebut misalnya luas tanah dan bangunan mempengaruhi besarnya pajak yang harus dibayarkan. Dalam bahasa matematisnya luas tanah dan bangunan disebut variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan umumnya disimbolkan dengan X. Sedangkan besarnya pajak disebut variabel terikat (variabel yang dipengaruhi), atau variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel X, dan umumnya disimbolkan dengan Y (Wirawan, 2012). Hubungan fungsional (sebab-akibat) antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dalam bentuk fungsi dinyatakan sebagai Y = f(x), yang artinya nilai variabel Y tergantung dari atau dipengaruhi oleh nilai variabel X. Sifat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), dapat positif, negative atau tidak ada hubungan. Hubungan positif yang juga disebut hubungan searah, artinya bila nilai X naik maka nilai Y juga naik atau sebaliknya bila nilai X turun maka nilai Y juga turun. Hubungan negatif disebut juga hubungan berlawanan arah, artinya bila nilai X naik maka nilai Y akan turun atau sebaliknya bila nilai X turun maka nilai Y akan naik. Tidak ada hubungan, artinya bila nilai X
20
berubah (naik/turun), maka nilai Y tidak akan berubah (tetap). Bila ketiga jenis sifat hubungan antara dua variabel tersebut dinyatakan dalam garfik, maka garafiknya seperti Gambar 2.1 Y
Y
0
X
a. Hubungan positif
0
Y
X
b. Hubungan negatif
0
X
c. Tidak ada hubungan
Gambar 2. 1 Tiga grafik yang menyatakan hubungan variabel X dan Y Sumber: Wirawan (2012) Tiga tujuan utama dari analisis regresi (1) untuk memperoleh suatu persamaan garis yang menunjukkan persamaan hubungan antara dua variabel. (2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan tiap unit varibel bebas terhadap perubahan variabel terikatnya. Pengaruh perubahan tiap unit variabel bebas ditunjukan oleh nilai koefisien regersinya. (3) Untuk menaksir nilai variabel terikat (Y) berdasarkan variabel (X) yang nilainya telah diketahui.
2.12.1 Analisis Regresi Linier Sederhana Secara umum persamaan garis regersi linier sederhana dinyatakan sebagai berikut : (Wirawan, 2012) Y = a + bX
(2.10)
Rumus persamaan regresi tersebut diperoleh dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method). Apabila diberikan serangkaian data sampel (Xi, Yi) dengan I = 1,2,3,....n, maka nilai dengan (peramalan) kuadrat terkecil bagi parameter dalam persamaan garis regresi dinyatakan sebagai berikut:
ˆ a bX Y
(2.11)
Metode kuadrat terkecil akan memberikan jumlah kuadrat deviasi vertikal (tegak) dari titik-titik observasi ke garis regresi tersebut sekecil mungkin, atau
21
dengan kata lain metode kuadrat terkecil memberikan Σ (Yi – Ŷ)2 = Σ (ei)2 yang terkecil. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 Mengenai kriteria kuadrat terkecil. Y (Xi , Yi) ei (Ŷ= a + bX) a 0
X
Sumber : Wirawan (2012) Gambar 2. 2 Kriteria Kuadrat Terkecil ˆ )2 Agar jumlah kuadrat simpangan vertikal ke garis regresi yaitu Σ (Yi– Y ˆ )2 = Σ (ei)2 diminimumkan terhadap a dan b. sekecil mungkin, maka Σ ( Yi – Y
untuk menentukan nilai a dan b diberikan dengan rumus berikut :
b
n XY - X Y
a
n X 2 ( X) 2
Y b X n
(2.12)
(2.13)
Keterangan : Ŷ
= Taksiran nilai Y
X
= Variabel bebas (data pengamatan)
Y
= Variabel terikat (data pengamatan)
a
= Konstanta atau titik potong dengan sumbu Y, bila X = 0
b
= Arah garis regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y akibat perubahan 1 unit X
n
= banyaknya pasangan data observasi/pengukuran
22
Nilai koefisien regresi bisa bertanda positif atau negatif, hal tersebut menyatakan arah hubungan atau pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Interpretasi terhadap nilai koefisien regresi (b) adalah sebagai berikut : -
b = A ( b bertanda positif), artinya bila nilai variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka nilai variabel Y naik/bertambah sebesar 1 unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang 1 unit, maka nilai variabel Y turun/berkurang sebesar 1 unit.
-
b = -A (b bertanda negatif), artinya bila nilai variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka nilai variabel Y akan turun/berkurang sebesar 1 unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang 1 unit, maka niali variabel Y akan naik/bertambah sebesar 1 unit.
2.12.2 Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan (kuatlemahnya) hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y, tanpa melihat bentuk hubungannya, apakah linier atau tan-linier. Kuat-lemahnya hubungan antara dua variabel dilihat dari koefisien korelasinya. Koefisien korelasi linier (r) adalah ukuran hubungan linier antara dua variabel/peubah acak X dan Y untuk mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus regresi. Sedangkan koefisien determinasi ( r2 ) merupakan alat untuk mengukur ketepatan garis regresi terhadap sebaran datanya. Rumusan untuk koefisien korelasi ada dua yaitu : 1) Koefisien korelasi melalui regresi Analisis korelasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan analisis regresi. Jika analisis korelasi dilakukan secara bersamaan dengan analisis regresi, maka koefisien korelasi merupakan akar dari koefisien determinasi, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut r r2
r
(2.14)
ˆ a Yi b Xi Yi n Y
Yi n Yˆ 2
2
2
(2.15)
23
2) Koefisien korelasi tanpa analisis regresi Untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan antara dua variabel tanpa berkeinginan untuk mengadakan penafsiran, dapat langsung dihitung dengan beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan diantaranya adalah metode Karl Pearson atau produk Moment. Menurut metode ini, koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
r
n XiYi Xi Yi
n Xi 2
Xi . n Yi Yi 2
2
2
(2.16)
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui kuat-lemahnya tingkat atau derajat hubungan antara variabel X dan Y, pedoman yang dapat digunakan tercantum pada Tabel 2.4 Tabel 2. 4 Interpretasi Terhadap Nilai Koefisien Besar Koefisien Korelasi ( r ) Interpretasi (positif/negatif) Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah sehingga 0,00 - 0,20 korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi anatar variabel X dan Y) Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang 0,20 - 0,40 lemah atau rendah Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang 0,40 - 0,70 sedang atau cukup 0,70 - 0,90
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi Sumber : Wirawan (2012) 0,90 - 1,00
Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui arah hubungan atau pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y yang dinyatakan sebagai berikut :
24
- Nilai koefisien regresi (b) juga berpengaruh terhadap nilai koefisien korelasi, yaitu jika b positif maka r positif sedangkan jika b negatif maka r negatif. -
Bila (r) bernilai positif menunjukkan arah variabel yang serah, yaitu jika variabel bebas X naik/bertambah, maka nilai variabel Y juga naik/bertambah. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang, maka nilai variabel Y juga turun/berkurang.
- Bila (r) bernilai negatif menunjukkan arah variabel yang berlawanan, yaitu jika variabel bebas X naik/bertambah, maka nilai variabel Y akan turun/berkurang. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang, maka nilai variabel Y akan naik/bertambah.
2.13
Titik Impas (Break Even Point/BEP) Break Even Point (BEP) memiliki pengertian yang sama dengan kata-kata
titik impas, tidak rugi-tidak untung atau seimbang (Soehardi, 1995). Menurut Nugraha (1985) dalam Nastiti (2004), break event point adalah suatu keadaan tertentu (titik), dimana keadaan netral, tidak untung dan tidak rugi atau keadaan dimana suatu alternatif tidak lebih baik ataupun tidak lebih jelek dari alternatif yang lainnya. Sebaliknya dikatakan bahwa di atas atau di bawah titik tersebut, keadaan adalah jelek atau baik, alternatif A lebih baik dari alternatif B, dan sebagainya. Penggunaan analisis BEP dapat digunakan untuk mengetahui titik impas, dari pasangan bata dan plesteran bata. Dalam analisis BEP ini, dicari perpotongan dari persamaan garis regresi dari masing-masing pasangan bata dan plesteran bata. Perpotongan dari persamaan garis yang dapat digunakan adalah metode eliminasi, yaitu dengan cara mengalikan dengan sebuah angka sehingga ada variabel yang mempunyai koefisien yang sama. Misalkan terdapat dua buah persamaan garis yaitu 2x + 5y = 6
dan 3x - 7y = 5, maka penyelesaian titik
potongnya yaitu:
25
Masing-masing persamaan dikalikan dengan 3 (persamaan I) dan 2 (persamaan II) untuk mengeliminasi nilai x (untuk mendapatkan nilai y) menjadi : 2x + 5y = 6
(x 3) 6x + 15y = 18
3x - 7y = 5
(x 2) 6x − 14y = 10 0 + 29y = 8 y = 0,276
Kemudian subtitusi nilai y yang didapat kedalam rumus pertama atau ke dua (untuk mendapatkan nilai x) 2x + 5y = 6 2x + 5(0,276) = 6 2x = 6 – 1,38 x = 4,62/2 = 2,31 Sehingga titik potongnya berada di koordinat (x = 2,31 ; y = 0,276) Gambaran penggunaan analisis perpotongan dua buah persamaan garis break even point pada persamaan di atas untuk mengetahui titik impas antara pekerjaan dinding bata yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.3. Tabel 2. 5 Contoh Data Perpotongan Dua Buah Persamaan Garis x Y1 Y2 -5
-19
-11
-4
-14.7
-8
-3
-10.4
-5
-2
-6.1
-2
-1
-1.8
1
0
2.5
4
1
6.8
7
2
11.1
10
3
15.4
13
4
19.7
16
24
19
5 Sumber: Nastiti (2004)
26
30 25 20 15 10 Y1
5 0 -6
-4
-2
-5 0
Y2 2
4
6
-10 -15 -20 -25
Gambar 2. 3 Titik Potong Dua Persamaan Garis Sumber : Nastiti (2004)
27