perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Rest Area Jalan Tol Solo-Semarang
2.1.1. Rest Area 2.1.1.1. Pemahaman Esensi Rest Area sebagai Sarana Istirahat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 1987), tempat istirahat merupakan ruang yang tersedia untuk berhenti sejenak dari kegiatan. Rest area berfungsi sebagai ruang untuk melepas lelah atau mencari kekuatan baru. Sesuai pengertian tersebut, penulis memiliki pemahaman bahwa rest area berfungsi sebagai penyediaan tempat yang digunakan pengguna jalan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat. Adapun aktivitas yang dilakukan yaitu kegiatan metabolisme, beristirahat, beribadah, dan berbelanja kebutuhan selama perjalanan. Berdasarkan aktivitas, dapat disimpulkan bahwa rest area memiliki tiga persyaratan (Purnamasari, 2012: 3) sebagai berikut. 1) Safety (keamanan) Fungsi keamanan berpengaruh ketika pengguna berada pada posisi atau kondisi yang tidak membahayakan dalam memanfaatkan fasilitas peristirahatan. Dalam fungsi keamanan tersebut, pengguna tidak merasa gusar sehingga pengguna dapat mengembalikan kondisi fisik maupun psikis dengan optimal. 2) Comforting (kenyamanan) Fungsi kenyamanan pada rest area diperoleh pengguna ketika fungsi keamanan sudah tercapai. Hal ini terjadi karena ketika pengguna merasa aman maka pengguna akan merasakan kenyamanan yang akan menunjang kegiatan beristirahat. Fungsi kenyamanan dapat diwujudkan melalui penyediaan fasilitas dalam rest area. 3) Informing (sumber informasi) Sumber informasi pada rest area ini berfungsi sebagai penanda pencapaian lokasi ataupun beberapa informasi mengenai profil kota yang dilaluinya. commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan 3 (tiga) persyaratan di atas, dapat disimpulkan rest area memiliki penekanan pada pengolahan fasilitas keamanan dan kenyamanan pengguna yang terdiri dari pengendara maupun penumpang selama perjalanan. 2.1.1.2. Klasifikasi Tipe Rest Area Sesuai dengan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang Kegiatan Operasi Jalan Tol menyebutkan bahwa tempat istirahat dan pelayanan terdiri dari tipe A dan tipe B (KEPMEN No. 354 Tahun 2001) sebagai berikut. 1) Tempat Pelayanan Tipe A Pada tempat pelayanan tipe A disediakan parkir untuk 100 kendaraan, ruang istirahat, peturasan, mushola, restoran, pompa pengisian bahan bakar, bengkel, toko kecil, sarana informasi, dan telepon umum. 2) Tempat Pelayanan Tipe B Pada tempat pelayanan tipe B berukuran lebih kecil daripada tipe A dan fasilitas komersil utamanya adalah tempat parkir sekurang-kurangnya 25 kendaraan, peturasan, mushola, kedai, sarana informasi, dan telepon umum. Oleh sebab itu, rest area yang direncanakan seharusnya menyediakan fasilitasfasilitas yang dapat meningkatkan keamanan dalam mengemudi dan menarik bagi pengguna jalan untuk berhenti dan beristirahat. Suatu rest area setidaknya memiliki fasilitas sebagai berikut. (1) Kawasan parkir kendaraan. (2) Taman, yaitu tempat terbuka dengan penataan vegetasi tempat pengunjung bersantai sambil menikmati keindahan alam sekitar. (3) Bangunan fasilitas meliputi bangunan pelayanan (WC umum, ruang istirahat), ruang komersil (restoran, kios, SPBU) dan bangunan penunjang (menara air, pos satpam, dan lain-lain). (4) Jalur sirkulasi. (5) Fasilitas pemeliharaan dan pengendalian lalu lintas (Bina Marga, DPU, 1995).
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.1.3. Kriteria Rest Area Dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah tentang Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol menyebutkan bahwa penempatan tempat istirahat dan pelayanan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut. 1) Jarak titik akhir lajur percepatan dengan titik awal lajur perlambatan antara tempat istirahat dan pelayanan dengan simpang susun untuk jurusan yang sama sekurang-kurangnya 3 (tiga) kilometer. 2) Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan yang tidak setipe sekurang-kurangnya berjarak 10 (sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20 (duapuluh) kilometer pada masing-masing jurusan. 3) Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe B sekurangkurangnya 10 (sepuluh) kilometer dan tidak lebih dari 20 (duapuluh) kilo meter pada masing-masing jurusan. 4) Jarak antara tempat istirahat dan pelayanan tipe A sekurangkurangnya 40 (empat) kilometer dan tidak lebih dari 120 (seratus duapuluh) kilometer pada masing-masing jurusan. 5) Jarak penempatan bangunan tempat istirahat dan pelayanan minimal 12,50 (duabelas koma limapuluh) meter dari tepi lajur lalu lintas. 6) Setiap tempat istirahat dan pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses apa pun dari luar jalan tol. 7) Lokasi, tata letak, dan rencana teknik tempat istirahat dan pelayanan ditentukan oleh Badan berdasarkan ketentuan teknik yang ditetapkan oleh Pembina Jalan. Dalam perencanaan rest area, Ditjen Bina Marga (1995) mensyaratkan untuk memperhatikan sesuai kriteria yang ideal sebagai berikut. 1) Lokasi dan ukuran kota terdekat karena akan mempengaruhi efektifitas penggunaan rest area. commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Volume lalu lintas dan karakteristiknya, selain akan mempengaruhi efektifitas penggunaan rest area juga mempengaruhi jenis fasilitas yang akan disediakan. 3) Lansekap sepanjang jalan yang akan berpengaruh untuk mendukung tujuan keberadaan rest area bagi penggunanya. 4) Keterkaitan dengan sarana lain. 5) Alignment jalan, lengkungan atau tikungan jalan mempengaruhi keamanan pengemudi. 6) Kondisi geografi sepanjang jalan, topografi, dan jenis tanah. 7) Pengawasan dan pemeliharaan. 8) Biaya pembangunan rest area harus diperhatikan agar efisien dan fasilitas alam rest area dapat dimanfaatkan se-efektif mungkin oleh pengguna serta tahan lama. Berdasarkan kriteria di atas dapat menjadi pedoman dalam penentuan perancangan rest area mengenai lokasi maupun pemeliharaan.
2.1.1.4.SPBU sebagai Fasilitas Utama pada Rest Area Fasilitas yang utama dihadirkan dan memiliki spesifikasi khusus yaitu stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). SPBU merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar. Pada umumnya SPBU menjual bakar bakar sejenis premium, solar, pertamax, dan pertamax plus. Adapun sarana dan prasarana standar yang wajib dimiliki oleh setiap SPBU sebagai berikut. 1) Sarana pemadaman kebakaran 2) Sarana lindungan lingkungan, yang terdiri atas: (1)
Instalasi pengolahan limbah.
(2)
Instalasi oil catcher dan well cacter.
Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area SPBU ke dalam tempat penampungan. (3)
Instalasi sumur pantau. commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi terhadap air tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan oleh kegiatan usaha SPBU. (4)
Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedoman PT. Pertamina.
3) Sistem keamanan, yang terdiri atas: (1) Memiliki pipa ventilasi tangki pendam. (2) Memiliki ground point/strip tahan karat. (3) Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman. (4) Memiliki rambu-rambu tanda peringatan. 4) Sistem pencahayaan (1) SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area dan jalur pengisian BBM. (2) Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU mudah dilihat oleh pengendara. 5) Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT. Pertamina, antara lain: (1) Tangki pendam (2) Pompa (3) Pulau pompa 6) Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU 7) Sensor api dan perangkat pemadam kebakaran 8) Lambang PT.Pertamina 9) Generator 10) Racun api 11) Fasilitas umum 12) Instalasi listrik 13) Rambu-rambu standar PT. Pertamina Sumber: http://spbu.pertamina.com/spbu.aspx#spbu8 diakses 27 Maret 2013
Bangunan SPBU sendiri memiliki kriteria khusus sebagai berikut. 1) Desain bangunan harus disesuaikan dengan karakter lingkungan sekitar. commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Elemen bangunan yang adaptif terhadap iklim dan lingkungan (sirip penangkal sinar matahari, jendela yang menjorok ke dalam, dan penggunaan material dan tekstur yang tepat). 3) Desain bangunan SPBU harus disesuaikan dengan bangunan di lingkungan sekitar yang dominan. 4) Arsitektur bangunan sarana pendukung harus terintegrasi dengan bangunan utama. 5) Seluruh fasade bangunan harus mengekspresikan detail dan karakter arsitektur yang konsisten sesuai dengan kawasan. 6) Variasi bentuk dan garis atap yang menarik. 7) Bangunan harus adaptif terhadap panas matahari dan pantulan sinar matahari dengan merancang sirip penangkal sinar matahari dan jalur pejalan kaki/trotoar yang tertutup dengan atap. 8) Bangunan dibagi menjadi komponen yang berskala lebih kecil untuk menghindari bentuk massa yang terlalu besar. 9) Panduan untuk kanopi adalah sebagai berikut. (1) Integrasi antara kanopi tempat pompa bensin dan bangunan yang diperbolehkan. (2) Ketinggian ambang kanopi dihitung dari titik terendah kanopi tidak lebih dari 13‘9‘. Ketinggian keseluruhan kanopi tidak lebih dari 17‘ (3) Ceiling kanopi tidak harus menggunakan bahan yang bertekstur atau flat, tidak diperbolehkan menggunakan material yang mengkilat atau bisa memantulkan cahaya. (4) Tidak diperbolehkan menggunakan lampu tabung pada warna logo perusahaan. 10) Panduan untuk pump island adalah sebagai berikut. (1) Pump island ini terdiri dari fuel dispenser, refuse container, alat pembayaran otomatis, bollard pengaman, dan peralatan lainnya. commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(2) Desain pump island harus terintegrasi dengan struktur lainnya dalam lokasi, yaitu dengan menggunakan warna, material, dan detail arsitektur yang harmonis. (3) Meminimalisir warna dari komponen-komponen pump island termasuk dispenser, bollard dan lain-lain. 11) Sirkulasi/jalur masuk dan keluar yaitu sebagai berikut. (1) Jalan keluar masuk mudah untuk berbelok ke tempat pompa dan ke tempat antrian dekat pompa, mudah pula untuk berbelok pada saat keluar dari tempat pompa tanpa terhalang apapun dan jarak pandang yang baik bagi pengemudi pada saat kembali memasuki jalan raya. (2) Pintu masuk dan keluar dari SPBU tidak boleh saling bersilangan. (3) Jumlah lajur masuk minimum 2 (dua) lajur. (4) Lajur keluar minimum 3 (tiga) lajur atau sama dengan lajur pengisian BBM. (5) Lebar pintu masuk dan keluar minimal 6 m. Sumber: http://spbu.pertamina.com/spbu.aspx#spbu8 diakses 27 Maret 2013
2.1.2. Jalan Tol 2.1.2.1. Pemahaman Esensi Jalan Tol sebagai Jalur Penghubung Jalan tol (di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan) adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Pengelolaan jalan tol diperlukan pemenuhan pelayanan yang sesuai dengan kriteria jalan tol. Adapun pelayanan transaksi jalan tol terdiri atas 2 (dua) jenis (Jasamarga, 2013) sebagai berikut. 1) Sistem tertutup, yaitu pengguna jalan mengambil tiket di gerbang tol masuk dan membayar di gerbang keluar. 2) Sistem terbuka, yaitu pengguna jalan langsung hanya membayar di gerbang tol masuk. Adapun berbagai pelayanan terkait dengan transaksi tol yaitu sebagai berikut. commit 1) Penambahan kapasitas gerbang tol.to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Otomatisasi transaksi melalui e-toll card dan KTME. 3) Penyempurnaan sistem transaksi (dari tertutup menjadi terbuka). 4) Penerapan gardu tanpa orang (GTO). Setelah adanya pelayanan transaksi maka diperlukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 392/PRT/M/2005 tanggal 31 Agutus 2005 tentang Standar Pelayanan Minimal Jalan Tol yang harus dicapai oleh Badan Usaha Jalan Tol dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pengguna jalan tol. Dalam Pengoperasian Jalan Tol Jasa Marga selalu memenuhi SPM yang meliputi substansi pelayanan sebagai berikut. 1) Kondisi jalan tol 2) Kecepatan tempuh rata-rata 3) Aksesibilitas 4) Mobilitas 5) Keselamatan 6) Unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan
2.1.1.2 Persyaratan Teknis Fasilitas Jalan Tol Persyaratan teknis pada jalan tol ini berisi mengenai kriteria sarana penunjang yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan jalan tol sehingga fungsi jalan tol berjalan optimal. Adapun persyaratan jalan tol secara teknis sebagai berikut. 1) Jalan tol mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan mobilitas tinggi. 2) Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antar kota didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 (delapan puluh) kilometer per jam, dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam. 3) Jalan tol didesain untuk mampu menahan muatan sumbu terberat (MST) paling rendah 8 (delapan) ton. commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Setiap ruas jalan tol harus dilakukan pemagaran, dan dilengkapi dengan fasilitas penyeberangan jalan dalam bentuk jembatan atau terowongan. 5) Setiap jalan tol wajib dilengkapi dengan aturan, perintah, dan larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas, marka jalan, dan atau alat pemberi isyarat lalu lintas. 6) Tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana transportasi lainnya. 7) Jarak antar simpang susun, paling rendah 5 (lima) kilometer untuk jalan tol luar perkotaan dan paling rendah 2 (dua) kilometer untuk jalan tol dalam perkotaan. 8) Jumlah lajur sekurang-kurangnya dua lajur per arah. 9) Menggunakan pemisah tengah atau median. 10) Lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu lintas sementara dalam keadaan darurat. 11) Pada setiap jalan tol harus tersedia sarana komunikasi dan sarana deteksi pengamanan lain. 12) Pada jalan tol antarkota harus tersedia tempat istirahat dan pelayanan untuk kepentingan pengguna jalan tol paling sedikit satu untuk setiap jarak 50 (lima puluh) kilometer pada setiap jurusan (PP No. 15, 2005). Persyaratan ini mengacu pada kondisi fisik jalan tol dengan memperhatikan keselamatan dalam berkendara. Selain itu, persyaratan ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penghadiran fasilitas di jalan tol.
2.1.3. Jalan Tol Solo-Semarang 2.1.3.1. Pemahaman Esensi Jalan Tol Solo-Semarang Jalan Tol Solo-Semarang adalah jalan tol di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Jalan Tol Solo-Semarang menghubungkan Kota Solo dengan Kota Semarang. Tol ini mulai dibangun tahun 2009 oleh PT. Jasa Marga dan diperkirakan akan selesai tahun 2012. Panjang jalan tol ini adalah 75,6 km (Pratama, 2011). Jalan tol Solo-Semarang merupakan salah satu bagian jalan tol Trans Jawa, untuk commit user ruas Kanci—Pejagan (± 38,10 wilayah Jawa Tengah jalan tol trans Jawatomeliputi 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
km), ruas Penjagan—Pemalang (± 57,530 km), ruas Pemalang—Batang (± 39,20 km), ruas Batang—Semarang (± 75 km) , Ruas Semarang—Solo ( ±72,6 km ) dan ruas Solo—Mantingan (± 55 km) (Pratama, 2011). Untuk melaksanakan proyek tersebut, PT. SPJT bekerjasama dengan PT. Jasa Marga. Pada tanggal 7 Juli 2007 telah mendirikan anak perusahaan yang diberi nama PT. Trans Marga Jateng (TMJ), dengan porsi kepemilikan saham PT. SPJT (40%) dan PT. Jasa Marga (60%). PT. TMJ akan bertindak sebagai pengelola investasi yang bertugas merencanakan rancangan teknis jalan, mencari pendanaan, melakukan pembangunan, dan pengoperasian. Sedangkan pemerintah akan melaksanakan pembebasan lahan. Dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Tim Pengadaan Tanah (TPT) yang berkoordinasi dengan Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Pemerintah Kabupaten/Kota. Penyediaan jalan tol di wilayah Jawa Tengah merupakan suatu harapan serta kebutuhan masyarakat akan ketersediaan dan layanan jalan tol di Indonesia, sekaligus dapat memberikan pertumbuhan usaha jangka panjang yang berkesinambungan, yang pada akhirnya memberikan keuntungan kepada para pemangku kepentingan. Jalan tol ruas Semarang-Ungaran ditargetkan dapat beroperasi pada November 2011, di mana dengan pengoperasian diharapkan mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di wilayah Semarang.
2.1.3.2. Kondisi Fisik Jalan Tol Solo-Semarang
Gambar 2.1. Rute Jalan Tol Solo-Semarang commit to user Sumber : http://www.jasamarga.com/id_/anak-perusahaan/pt-trans-marga-jateng-tmj.html, diakses 4 Mei 2013 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jalan tol Solo-Semarang menghubungkan Kota Solo dengan Semarang. Tol ini mulai dibangun tahun 2009 oleh Jasa Marga dan diperkirakan akan selesai tahun 2012. Panjang jalan tol ini adalah 75,6 km.Tol ini terbagi menjadi lima seksi sebagai berikut. 1) Seksi 1 (Tembalang—Ungaran)
16.30 km
2) Seksi 2 (Ungaran—Bawen)
13.33 km
3) Seksi 3 (Bawen—Salatiga)
18.20 km
4) Seksi 4 (Salatiga—Boyolali)
22.40 km
5) Seksi 5 (Boyolali—Karanganyar)
11.10 km
Pembangunan jalan tol Solo-Semarang membutuhkan biaya investasi sebesar 6,1 triliun rupiah, biaya konstruksi 2,4 triliun rupiah, dan biaya pengadaan tanah 800 miliar rupiah. Konstruksi tol seksi I Semarang(Tembalang)-Ungaran dimulai pada awal tahun 2009. Ditargetkan tol Semarang-Ungaran dapat diselesaikan dalam 13 bulan konstruksi. Tol seksi II Ungaran-Bawen akan mulai dibangun pada November 2009.
2.1.3.3. Analisis Pengguna Jalan Tol Solo-Semarang Jalan tol Solo-Semarang membentang sepanjang 75,6 km melewati 6 daerah kabupaten/kota
yaitu
Kota
Semarang,
Kabupaten
Semarang,
Boyolali,
Karanganyar, Sukoharjo, dan Kota Salatiga (sumber:www.spjt.co.id diakses pada 7 Mei 2013). Pembangunan ini dibagi menjadi 5 seksi yaitu seksi I SemarangUngaran, seksi II Ungaran-Bawen, seksi III Bawen-Salatiga, seksi IV SalatigaBoyolali dan seksi V Boyolali-Solo. Pada tahun 2012, jalan tol Solo-Semarang seksi I sudah mulai beroperasi setelah diadakannya uji kelaiakan jalan tol. Pada mudik lebaran tahun 2012 pengguna jalan tol Solo-Semarang terhitung padat. Dari data PT. Trans Marga Jateng (TMJ), dari total 3.970 unit mobil yang masuk ke gerbang tol Banyumanik, 3.061 unit mobil di antaranya datang dari arah Semarang ke Ungaran. Sementara, sisanya atau 909 unit mobil melintas dari Ungaran ke Semarang pada tanggal 20 Agustus 2012 (Suara Merdeka, 21 Agustus commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2012). Berdasarkan data di atas, keadaan jalan tol Solo-Semarang mulai digunakan sebagai jalan alternatif pengguna jalan (pemudik). Kondisi geografis jalan tol Solo-Semarang yang menanjak dan menurun mampu mempengaruhi pengemudi lebih cepat lelah sehingga diperlukan tempat peristirahatan.
2.1.4.Relevansi Rest Area pada Jalan Tol Solo-Semarang Panjangnya jarak tempuh jalan tol Solo-Semarang berpeluang membuat pengemudi merasa lebih cepat lelah dan penat dengan kondisi fisik jalan tol yang tidak stabil sehingga menurun daya konsentrasi mengemudi dan berpotensi membahayakan perjalanan. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana peristirahatan yang mampu mengembalikan kebugaran pengemudi untuk melanjutkan perjalanan. Rest area merupakan salah satu fasilitas yang harus tersedia di lingkungan jalan tol untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas yang cenderung terjadi karena human error. 2.1.4.1. Pemahaman Esensi Rest Area Jalan Tol Solo-Semarang Rest Area jalan tol Solo-Semarang merupakan sarana peristirahatan untuk berhenti sejenak saat melakukan perjalanan di jalan tol Solo-Semarang. Mobilitas jalur utama Solo-Semarang sangat tinggi. Hal tersebut dapat diperkirakan dari tingginya jumlah pengguna jalur utama penghubung Solo-Semarang. Tingginya jumlah pengguna memicu hadirnya jalan alternatif berupa jalan tol SoloSemarang. Jalan tol Solo-Semarang memiliki jarak sepanjang 75,6 km yang menghubungkan Kota Solo dan Kota Semarang. Keadaan fisik tol yang panjang memiliki kecenderungan pengguna menjadi lebih cepat jenuh dan letih. Kondisi fisik ini sangat mempengaruhi keamanan saat berkendara. Saat keadaan lelah dapat mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang membahayakan pengendara dan pengendara lainnya sehingga dibutuhkan sarana peristirahatan selama perjalanan. Kondisi fisik jalan tol ini juga beresiko ketidaktahuan pengendara mengenai titik pencapaian perjalanan. Dengan begitu dibutuhkan sebuah penanda sebagai tanda pencapaian. Oleh karena itu, rest area pada jalan tol Solo-Semarang dibutuhkan sebagai tempat peristirahatan dan penanda pencapaian lokasi. commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.4.2. Preseden Rest Area pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek Jalan tol Jakarta-Cikampek merupakan gerbang menuju daerah lain. Jarak yang dimiliki jalan tol ini sepanjang 78 km. Jalan tol Jakarta-Cikampek telah dilengkapi dengan hadirnya beberapa rest area yang menunjang fasilitas perjalanan. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana peristirahatan untuk melepas lelah sejenak. Adapun preseden yang digunakan sebagai berikut.
1) Rest Area KM 19 Jalan Tol Jakarta-Cikampek Kios dan Minimarket
Pujasera
Starbucks
Pizza Hut SPBU
KFC PARKIR Skema 2.1 Tata Massa Rest Area KM 19 Cikampek Sumber : Data Preseden, 2013
Rest area KM 19 ini memiliki beberapa fasilitas beristirahat seperti toilet, musholla, minimarket, food court termasuk sejumlah gerai restoran besar seperti Pizza Hut dan Solaria. Rest area ini juga dilengkapi fasilitas berupa sejumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) antara lain BCA, Mandiri, Bukopin, dan Lippo. Selain itu, rest area ini merupakan tempat istirahat yang luas dan dilengkapi sebuah SPBU. SPBU ini tampak indah dengan atap khas berbentuk dengan tajuk yang menjulang sebagai identitas rest area.
commit to user 24 Gambar 2.2. SPBU di Rest Area KM 19 Sumber : http://www.indonesiadesign.com/ diakses 7 Mei 2013
perpustakaan.uns.ac.id
2)
digilib.uns.ac.id
Rest Area KM 42 Jalan Tol Jakarta-Cikampek Kios - kios
Indomaret
CFC
KFC SPBU
S.C
Kantor
SPBU
PARKIR
Skema 2.2 Tata Massa Rest Area KM 42 Cikampek Sumber : Data Preseden, 2013
Rest Area KM 42 ini memiliki beberapa fasilitas berupa SPBU, cafe, restoran, toilet, rumah istirahat, gardu genset, kios makanan, gardu PLN, ATM dan pos security. Selain itu, rest area ini memiliki keunikan pada bangunan masjid. Rest area ini terdapat masjid yang memiliki delapan menara sehingga dapat menjadi ciri khas tersendiri bagi identitas rest area yang akan menjadi penanda oleh pengguna.
3) Rest Area KM 57 Jalan Tol Jakarta-Cikampek
Gambar 2.3. Masjid Attaubah di Rest Area KM 7 Jalan Tol Jakarta-Cikampek Sumber: http://www.tempatistirahat.com diakses 7 Mei 2013
PT. Mitra Buana Jaya Lestari adalah sebuah perusahaan pengelola Rest Area KM 57 yang berlokasi di Tol Jakarta-Cikampek KM 57, Klari, Karawang. Mulai commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beroperasi pada tanggal 19 Mei 2006 yang menempati are 5,1 hektar. Rest Area KM 57 memiliki konsep “One Stop&The Most Integrated Rest Area”, yang memadukan semua kebutuhan pengunjung untuk berhenti beristirahat dengan nyaman dan segala kebutuhannya terpenuhi. Rest Area KM 57 memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjung untuk memenuhi kebutuhannya (sumber: http://www.tempatistirahat.com diakses pada 7 Mei 2013) sebagai berikut. 1) SPBU dengan sistem komputerisasi. 2) Tenant
branded
(nasional
dan
internasional
serta
tradisional). 3) Masjid sebagai ikon dari Rest Area KM 57 yang secara rutin mengadakan pengajian dengan ustadz-ustadz kondang seperti (Ustadz Jefry Al-Bukhori, Yusuf Mansur, AA Gym, Arifin Ilham, dan lainnya). 4) Toilet yang bersih dan nyaman serta kamar mandi air panas. 5) Posko mudik terlengkap yang yang diikuti oleh 40 vendor mulai dari otomotif, bank, rumah sakit dan lain-lain. 6) Pengolahan daur ulang sampah menjadi pupuk organik. Sumber: http://www.tempatistirahat.com diakses 7 Mei 2013
2.2.
Pendekatan Psikologi-Perilaku
2.2.1. Pemahaman Esensi Psikologi-Perilaku Perilaku menunjukan manusia dalam aksinya berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik , berupa interaksi manusia dengan sesama maupun lingkungannya. Perilaku yang dilakukan oleh manusia tidak lepas dari kebutuhan dasar manusia sebagai berikut. 1) Nature, yaitu semua perilaku manusia bersumber dari pembawaan biologis manusia. 2) Nurture, yaitu perilaku manusia yang hadir melalui pengalaman maupun pelatihan.
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan psikologi merupakan faktor kejiwaan yang dapat dipengaruhi oleh personal maupun lingkungan. Psikologi ini mempengaruhi kondisi fisik manusia melalui aksinya maupun dampak yang ditimbulkan secara individual ataupun komunal. 2.2.2. Pemetaan Arsitektur Perilaku 2.2.2.1. Place Centered Mapping Pemetaan arsitektur berdasarkan place centered mapping merupakan peta dokumen perilaku semua individu dalam suatu tempat tertentu dan waktu. Misalnya, pemetaan lalu lintas mobil atau pejalan kaki di daerah pusat kota, atau merencanakan lokasi siswa di perpustakaan atau di plaza kampus. Sebuah peta dapat mengungkapkan bagaimana atau kapan ruang tertentu sedang digunakan, atau tidak digunakan. 2.2.2.2 Person Centered Mapping Pemetaan arsitektur berdasarkkan person centered mapping merupakan Orang atau individu berpusat peta melibatkan pelacakan gerakan individu dari waktu ke waktu dan ruang. Hal ini memerlukan mengikuti orang (atau hewan), baik secara visual maupun dengan kamera.
2.2.3. Psikoanalisis sebagai Analisis Psikologi Manusia Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, psikoanalisis dalam pengertian secara harfiah adalah ilmu yang mengurai tentang ―diri‖ manusia, dan merupakan aliran dari psikologi modern, bapak pendirinya yaitu Sigmund Freud. Gagasan tentang diri menurut kaum humanis barat di definisikan dengan beroperasinya kesadaran (seperti berfikir, kehendak bebas, tindakan dan sebagainya) akan tetapi menurut Freud dengan psikoanalisisnya menyatakan bahwa konsep tentang diri (kesadaran) dideterminasi atau dipengaruhi oleh ketaksadaran dan berbagai dorongan dan hasratnya sehingga ia membagi dua wilayah kesadaran dan ketaksadaran itu menjadi sesuatu yang radikal. Kritik psikoanalisis-struktural Jaques Lacan menghasilkan tiga kesimpulan seputar kodrat hasrat sebagai berikut. commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Hasrat adalah sesuatu yang melampaui biologi, ia bekerja saat kekurangan biologis tercukupi. 2) Hasrat jauh dari ego cogito, ia adalah syarat yang memungkinkan formasi ego itu sendiri. 3) Hasrat dipacu oleh kodrat manusia sebagai mahluk yang berkekurangan secara eksistensial. Kekurangan eksistensial ini memicu dua jenis hasrat sebagai berikut. a) Hasrat untuk memiliki (identitas, hasrat ini berkerja pada pengalaman imajiner dan simbolik). Ranah pengalaman yang memberi rasa keutuhan pada kekurangan primordial yang selalu membayangi sang subjek. b) Hasrat untuk menjadi, hasrat ini bekerja pada ranah ranah pengalaman yang real, praideologis dan non makna. Ia adalah potensi resistensi yang selalu mengganjal hasrat memiliki dan menunaikan hasratnya yang berujung pada simbolisasi. Melalui psikoanalisis-struktural di atas, menggambarkan seorang manusia memiliki hasrat yang harus dipenuhi dalam kehidupanya. Hasrat memiliki dan menjadi mampu menjadi dorongan dalam perancangan rest area. Hasrat ini dapat diakamodir melalui fungsi rest area sebagai tempat istirahat, penanda dan memenuhi kebutuhan selama perjalanan.
2.2.4. Pemahaman Esensi Psikologi Perilaku Pengemudi Psikologi perilaku pengemudi merupakan faktor psikologis yang berpengaruh pada faktor fisik atau sebaliknya karena adanya dampak dari perjalanan pengemudi. Ketika tubuh merasa letih dan penat di perjalanan, sebaiknya berhenti dan melakukan istirahat. itulah nasehat dari pakar kebugaran dr. Fleming Deff, Ohio University, Amerika. Menurut Deff, istirahat di rest area (tempat-tempat istirahat bagi pengemudi mobil di sepanjang jalan bebas hambatan) banyak sekali manfaatnya. Khususnya bagi tubuh yang mengalami keletihan. Dengan istirahat, otot-otot tubuh bisa mengendur kembali. Melemasnya otot, juga berpengaruh commit to user dan bisa ikut mengendur pula. besar bagi syaraf yang sebelumnya menegang 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengenduran ini secara simultan akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Sehingga, pengemudi yang terlalu lelah gampang sekali tertidur, bahkan dalam posisi sedang duduk sekalipun. Hal yang sama, jika kondisi fisik yang sudah lelah, namun tetap juga dipaksakan, maka klimaksnya, semua otot-otot dan organ tubuh lainnya secara serempak akan berhenti bekerja atau mengendur secara tibatiba. Atau dengan kata lain tertidur. 2.2.4.1. Faktor Fisik Pemecah Konsentrasi Pengemudi Menurut wawancara dengan Andri Sp.KJ (dosen FK Ukrida) dan Alvin Bahar (pembalap mobil) terdapat faktor fisik yang mampu memecah konsentrasi pengendara sebagai berikut. 1) Mengetik pesan singkat dan menelpon. Penyebab kecelakaan terbesar banyak diakibatkan oleh penggunaan telpon. Terutama pada penggunaan layanan SMS bagi pengemudi. Saat mengetik, pengemudi memikirkan apa yang hendak ditulis, mata dan tangan terfokus untuk mengetik di tombol ponsel. Kondisi tersebut berbahaya karena sangat menyita perhatian pengemudi. 2) Makan, minum dan merokok Perilaku ini cukup merepotkan karena harus mengatur tangan untuk bisa memegang makanan atau minuman sambil memegang setir. Dengan begitu, pengemudi tidak bisa melakukan manuver cepat untuk menghindar atau berbelok. Celakanya, ketika minuman atau makan yang dipegang memiliki suhu yang cukup panas sehingga ketika tumpah menimbulkan kepanikan. Bagi perokok, biasanya kepanikan timbul ketika percikan bara rokok jatuh di tempat yang tidak diinginkan atau terkena badan sehingga kita berusaha untuk mematikannya. 3) Berinteraksi dengan sistem audio Menyalakan audio seperti volume dan frekuensi radio, mengganti (Compact Disc) CD dan mengoneksi USB atau iPod memerlukan perhatian lebih. Meski tidak terlalu repot, tetapi hal tersebut mampu mengalihkan perhatian. 4) Bercanda Jika sekedar mengobrol ringan dengan penumpang memang tidak berbahaya commit to saat user menyetir. Yang perlu dihindari apalagi untuk menghilangkan kepenatan 29
perpustakaan.uns.ac.id
adalah
berbincang-bincang
digilib.uns.ac.id
masalah
yang
cukup
pelik
atau
bercanda
menggunakan anggota badan. Ketika melakukan hal tersebut kewaspadaan berkurang sehingga tidak mampu mengantisipasi gangguan dari luar yang bersifat mendadak. Kecenderungannya pengemudi akan lengah ketika bercanda atau bicara serius.
2.2.4.2. Faktor Psikologis Pemecah Konsentrasi Pengemudi Selain dipengaruhi oleh faktor fisik, menurut wawancara dengan Andri Sp.KJ (dosen FK Ukrida), faktor psikologis juga mampu mempengaruhi konsentrasi pengemudi yang dapat membahayakan keamanan pengemudi maupun penumpang. Adapun faktor psikologis yang mempengaruhi sebagai berikut. 1) Mengantuk Kurang tidur merupakan penyebab utama mengantuk. Selain itu, terlalu banyak makan apalagi dilakukan setelah sebelumnya kerja keras atau berpikir berat. Dan itu biasanya terjadi setelah makan siang dengan kadar yang berlebihan. Tak heran banyak yang merasa kantuk di siang hari antara pukul 14.00 - 15.00. Sementara secara alami manusia akan merasa lelah pada pukul 6 sore, mengantuk jam 9 malam dan batas maksimum bisa bertahan hingga pukul 2 dini hari. 2) Banyak pikiran Faktor ini bisa membuat pengemudi melamun dan memikirkan hal lain yang menjadi beban pikirannya. Jika tidak bisa melupakan sejenak ketika mengemudi lebih baik jangan menyetir karena sama bahayanya dengan mengantuk yaang bisa mengurangi tingkat kewaspadaan. 3) Mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat terlarang Ketika di bawah pengaruh obat-obatan dan minuman beralkohol, semua itu tidak ada artinya karena dapat membuat lepas kendali. Ketika lepas kendali, pengemudi tidak memiliki daya tanggap yang optimal dan cenderung membahayakan perjalanan.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.2.5. Psikologi-Perilaku sebagai Penekanan pada Perancangan Rest Area Jalan Tol Solo-Semarang” 2.2.5.1. Relevansi Psikologi Arsitektur dengan Arsitektur Perilaku Kaitan psikologi dan perilaku dapat digambarkan sebagai hubungan sebab-akibat melalui pengamatan. Perilaku terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan individu yang dipengaruhi oleh keadaan psikologis manusia. Dengan keadaan psikologi manusia berbeda mempengaruhi perilaku yang terjadi. Dengan begitu kaitan keduanya sangatlah erat dalam memenuhi kebutuhan manusia sehingga dibutuhkan kajian mengenai psikologi dan perilaku manusia. Psikologi sebagai sebuah disiplin ilmupengetahuan yang mandiri, telah berkembang pula. Salah satunya spesialisasi dalam disiplin ilmu guna upaya meneliti rancangan ruangan yang dikhususkan untuk para pasien penyakit jiwa di salah satu rumah sakit umum
di
Amerika
Serikat.
Begitu
halnya
psikologi
arsitektur
yang
mengemukakan antara lingkungan fisik, khususnya yang berkaitan dengan penurunan kualitas fisik serta timbulnya gangguan terhadap perilaku dan gangguan terhadap keseimbangan alamiah berupa kebugaran fisik maupun psikis akibat intervensi manusia. Menurut aspek medis, dalam pemulihan setelah melakukan kegiatan dapat dilakukan melalui mengganti cairan tubuh yang hilang, makan yang bernutrisi, tidur berkualiatas, mandi dan massage. Kegiatan tersebut mampu mengembalikan kebugaran dengan merilekskan anggota badan. Adapun yang berpengaruh dalam bangunan fisik sebagai berikut. 1) Penataan Massa Bangunan Berdasarkan arsitektur psikologi perilaku, penataan massa bangunan diwujudkan melalui adanya jalur sirkulasi yang menunjang jalur penghubung antar massa yang dikelompokkan sesuai dengan pemetaan perilaku pengguna pada penataan ruang. Pada penataan massa lebih dtitikberatkan pada pemetaan perilaku place centered mapping yang menghubungkan seluruh kegiatan. 2) Pemilihan Warna Warna merupakan salah satu elemen penting dalam arsitektur. user Sebuah objek yang serupa tapicommit diberitosentuhan warna yang berbeda akan 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menimbulkan kesan yang berbeda pula. Tiap-tiap warna dan karakternya mampu memberi efek secara psikologis tersendiri bagi orang yang melihat. 3) Penggunaan Vegetasi Vegetasi meruapakan potensi tapak asli yang utama. Tumbuh tumbuhan merupakan bahan bentang alam pokok; aneka ragam skala, tekstur, warna dan bentuk untuk menentukan ruang luar. Ada tiga tingkat yang dapat digunakan sebagai berikut. (1) Pepohonan Pepohonan dapat dipakai untuk menciptakan dataran vertikal guna pemagaran, untuk menutupi pemandangan yang tidak menyenangkan, untuk menciptakan kebebasan pribadi, dan untuk melindungi iklim ruang. (2) Semak Belukar Semak belukar dapat dipakai sebagi tekstur, warna dan keragaman dalam suatu dataran vertikal dan menciptakan pemagaran sebagian. (3) Rerumputan Rerumputan merupakan dataran dasar dan dalam konteks ini merupakan unsur penting yang menyatakan sifat ruang dengan tekstur dan warnanya. 4) Pengolahan Fasade Bangunan Pada pengolahan fasade, penerapan psikologi-perilaku merupakan peran psikoanalisis terhadap hasrat untuk menjadi. Hasrat untuk menjadi ini berupa pemberian informasi yang mampu ditangkap visual oleh pengunjung melalui aspek estetika idiomatik sebagai penanda pencapaian. Pada pengolahan fasade akan menghadirkan sebuah ingatan mengenai objek pengamatan berupa Candi Gedongsongo sehingga mampu dikenali sebagai keberadaan.
2.2.5.2.Psikologi-Perilaku sebagai Penekanan dalam Perancangan Rest Area Jalan Tol Solo-Semarang Jalan tol Solo-Semarang merupakan jalur penghubung bebas hambatan yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Solo. Jalan tol Semarang Solo (JTSS) ini memiliki jarak tempuh sepanjang 75,6 km. Suatu jarak commit todibutuhkan user tempuh yang cukup panjang sehingga sarana beristirahat untuk 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sebagian besar dipicu oleh terjadinya human error. Faktor human error inilah yang perlu diminimalisir agar menurunkan jumlah kecelakaan di jalan tol Solo-Semarang. Human error biasanya terjadi disebabkan oleh pengemudi yang kelelahan, kebosanan dan kejenuhan sehingga menurunkan tingkat konsentrasi pengemudi yang mempengaruhi daya tanggap saat terjadi suatu kejadian insidental. Untuk mengembalikan kebugaran pengemudi dibutuhkan suatu sarana istirahat yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kebutuhan pengguna meliputi kebutuhan fisik dan psikis selama beristirahat sehingga kebugaran kembali optimal. Istirahat merupakan kesempatan untuk memulihkan kesegaran, menggerakkan badan atau berjalan-jalan, santai sambil mengobrol dengan orang lain, atau berganti suasana dan lingkungan sejenak. Pada skala pemakaian energi, tugas-tugas yang memerlukan kewaspadaan atau sikap hati-hati perlu diberikan agar menjaga dan mempertahankan tingkat konsentrasi yang tetap tinggi. Dengan menggunakan suatu indikator berbeda untuk mengetahui efek fisiologis yang ditimbulkan oleh pekerjaan, Murrell (1965:70) mengajukan rumusan guna memperkirakan jumlah istirahat yang diperlukan berdasarkan Kalori setiap menit. Rest area merupakan ruang yang tersedia untuk berhenti sejenak dari kegiatan dan berfungsi sebagai tempat melepas lelah serta kejenuhan. Dalam fungsinya sebagai melepas lelah, rest area diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan pengguna. Sedangkan fungsi sebagai melepas jenuh, rest area diharapkan mampu memberikan hiburan serta informasi sehingga pengguna merasa tenang dan nyaman. Melalui penekanan psikologi-perilaku, rest area diharapkan mampu menjadi tempat peristirahatan yang tenang, aman, nyaman, dan informatif. 2.3.
Idiomatik Kota Ungaran
2.3.1. Pemahaman Esensi Idiomatik merupakan Bagian dari Arsitektur Postmodern Diskursus posmodern ditandai oleh peralihan-peralihan besar serta titik balik dalam tatanan objek, pengaturan dan penggunaan ruang, bentuk, commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kekuasaan, serta kondisi kehidupan yang diciptakan (Piliang, Y.A. 2003:117120). Pada diskursus postmodern terdapat kategori kebudayaan, idiom-idiom estetik yang dapat diambil, dikembangkan, diperluas, diperdalam dan diterapkan dalam praktik kebudayaan yang lebih luas. Lima idiom estetik terdiri dari pastiche, parody, kitsch, camp, dan skizofrenia adaah sebagian saja dari kemungkinan penjelajahan estetik dalam diskursus seni postmodernisme (Sulistyawati, 2005). 2.3.2. Pemahaman Esensi Pendekatan Idiomatik Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dengan pemaknaan di atas, idiomatik mencoba menunjukkan hal-hal yang sudah ada untuk dihadirkan kembali dengan kemasan seutuhnya ataupun sebagian. Dalam perkembangan arsitektur, upaya penghadiran kembali merupakan ciri dari hadirnya langgam postmodern sebagai bentuk perlawanan dari lazimnya ke-modern-an. Dalam estetika arsitektur posmodern munculnya suatu langgam, lebih mengarah pada kepentingan komersial yang dilandasi oleh perbedaan status simbol, yang mengekspresikan gaya hidup untuk mengidentifikasikan diri dengan irama dan siklus perubahan produksi yang pada akhirnya melahirkan idiom-idiom estetika posmodern. Idiom estetika dapat diidentifikasikan menjadi pastiche, parody, kitsch, camp, dan skizofrenia (Sulistyawati, 2005). 2.3.2.1. Pastiche Pastiche adalah penciptaan karya-karya yang disusun dari elemen-elemen yang dipinjam dari karya lain dari masa lalu (dulunya istilah ini khusus dalam sastra). Konotasinya negatif, sebagai miskin kreativitas, miskin orisinalitas, juga dalam ketentuan dan kebebasannya. Pastiche bersifat imitasi murni tanpa presentasi apaapa. Pastiche meniru karya-karya masa lalu dalam rangka mengangkat dan mengapresiasinya. Beda antara karya pastiche dan yang ditiru justru pada persamaannya (Piliang, Y.A. 2003:187-190).
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.3.2.2. Parody Parody adalah bentuk dialog antara dua wacana/teks (dalam hal ini karya). Tujuan parody adalah untuk mengekspresikan rasa tidak puas, tidak senang, ataupun kritik terhadap karya yang dirujuknya. Pada jaman modernisme, segala sesuatu harus memiliki fungsi, harus teratur, dan sistematis. Pada jaman post-modern, semua yang serba teratur ditolak karena dianggap menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan yang penuh dengan perasaan maka itu muncul parody, yaitu upaya postmodern untuk menertawakan hal-hal yang dianggap wajar oleh sistem yang berlaku. Parody bukan merupakan imitasi murni, melainkan suatu imitasi ironik. yang diungkapkan adalah kritik dan perbedaan-perbedaan dengan karya rujukannya (Piliang, Y.A. 2003:190-193). 2.3.2.3. Kitsch Istilah Kitsch berasal dari dari bahasa Jerman, verkitschen, yang berarti membuat barang murahan dan kitschen yang berarti memungut sampah di jalan. Kitsch sering diartikan sebagai sampah artistik atau selera rendah (bad taste). Dalam kamus, kistch diartikan segala jenis seni palsu (pseudo art) yang murahan dan tanpa selera. Kitsch merupakan bentuk imitasi dan reproduksi seni tingkat tinggi serta upaya memasarkan seni tingkat tinggi ke masyarakat luas (Piliang, Y.A. 2003:194-197). 2.3.2.4. Camp Camp diartikan sebagai model estetisme, suatu cara melihat dunia sebagai fenomena estetik namun bukan dalam pengertian keindahan atau keharmonisan, melainkan dalam pengertian keartifisialan dan penggayaan. Estetisisme macam ini adalah semacam pemberontakkan menentang gaya elit kebudayaan tinggi. Camp tidak tertarik pada sesuatu yang otentik dan orisinil, melainkan lebih tertarik pada duplikasi dari apa-apa yang telah ditemukan, untuk tujuan dan kepentingannya sendiri. Ia menghasilkan sesuatu dari apa yang tersedia (Piliang, Y.A. 2003:197202). 2.3.2.5. Skizofrenia Skizofrenia adalah sebuah istilah psikoanalisis, yang pada awalnya digunakan commit to diri usermanusia. Menurut Jacques Lacan, untuk menjelaskan fenomena psikis dalam 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
skizofrenia sebagai putusnya rantai pertandaan yaitu rangkaian sintagmatis penanda yang bertautan dan membentuk satu ungkapan atau makna. Makna merupakan hubungan logis antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Menurut Jameson, ketika hubungan penanda dan petanda atau di antara penandapenanda ini terganggu yaitu ketika sambunan rantai pertandaan terputus maka kita menghasilkan ungkapan skizofrenia, dalam bentuk serangkaian penanda yang tidak berkaitan satu sama lainnya. Di dalam kebudayaan dan seni, istilah skizofrenia digunakan hanya sebagai satu metafora untuk menggambarkan persimpangsiuran dalam penggunaan bahasa (Piliang, Y.A. 2003:202-205). 2.3.3. Ciri-ciri Pendekatan Idiomatik “Kitsch” Kitsch merupakan salah satu aspek estetika idiomatik berupa representasi palsu yang didasari oleh semangat reproduksi, adaptasi, dan simulasi (Piliang, Y.A. 2003:194). Kitsch memassakan objek-objek langka, precious dan unik, sekaligus memassakan atau mempopulerkan nilai-nilai kebudayaan objek tersebut. Sebagai satu bentuk estetika hiperealitas, kitsch menanggalkan makna-makna mitologis, ideologis, dan spiritual dari objek kebudayaan tinggi dan menjadikannya tidak lebih dari sebuah tanda (sign) transparan dan bersifat seolah-olah. Cara-cara suatu karya menjadi kitsch (Piliang, Y.A. 2003:194-197) sebagai berikut. 1)
Pengalihan suatu elemen dalam karya dari status dan konteks
asalnya, sebagai seni tinggi dan digunakan dengan status dan konteks baru sebagai transformasi. 2)
Peminjaman elemen-elemen tertentu dari barang konsumen, yang
dilepaskan dari konteks dan status asalnya sebagai produk massa, ke dalam konteks dan status sebagai seni tinggi. 3)
Imitasi bahan yaitu menggunakan bahan tiruan untuk memberi efek
dan kesan bahan alamiah. 4)
Transformasi dan idolisasi ikon, simbol, atau lambang dari objek-
objek sub-kultur dan objek kultus menjadi objek seni dan barang konsumen. 5)
Objektivikasi Mitos, yaitu pengabadian objek atau tokoh-tokoh to userkonsumer. mitos ke dalam bentuk senicommit atau barang 36