BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sistem ini disebut sub-sistem distribusi dan handling. Cara kerja alat ini
Sub-Sistem Distribusi Dan Handling
mendeteksi ada atau tidaknya benda, lalu didistribusikan atau disalurkan ke subsistem yang lain.
Pada sistem ini terdapat sensor optik yang mendeteksi ada atau tidaknya
Sementara pada sistem handling menggunakan sistem mekanik dan vakum benda.
yg berfungsi sebagai penyalur ke sub sistem yang lainnya. Sebagai contoh subsistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Sub-Sistem Distribusi dan Handling Festo
2.1.1 Sub-Sistem Distribusi / Feeder Sub-sistem ini berfungsi sebagai stasiun awal dari benda benda yang akan dipisahkan dan berdasarkan cara kerjanya sistem feeder ini dapat dibedakan mejadi dua jenis model, yaitu : a. Model Gravitasi Model ini hanya menggunakan bantuan gravitasi untuk menurunkan benda ke suatu tempat dimana benda akan diambil dan diproses selanjutnya. Posisi feeder dimiringkan agar posisi benda dapat meluncur dengan sendirinya dan permukaan feeder dibuat licin untuk mengurangi gesekan dengan benda.
II-1
II-2
Keuntungan dari model gravitasi ini adalah mudah untuk dibuat dan
konstruksinya sederhana. Sedangkan kekurangannya, model ini tidak dapat
menampung terlalu banyak benda yang akan di sortir. Model ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.
Gambar 2.2 Feeder Model Gravitasi Lab-Volt
b. Model datar dengan bantuan silinder Model posisi datar ini bekerja dengan dorongan silinder dan untuk menentukan ada atau tidak adanya benda pada posisi benda siap diproses diperlukan sebuah sensor. Keuntungan dari model ini adalah konstruksinya cukup sederhana serta dapat mngarahkan benda sesuai arah silinder bergerak. Kekurangan model ini hanya dapat menampung satu buah benda. Untuk menampung lebih dari satu benda harus digunakan magazine dengan konstruksi vertikal. Model ini dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Feeder Model Datar dengan Magazine Vertikal
II-3
2.1.2 Handling
Sistem ini berfungsi untuk mengambil dan menempatkan benda dari satu
stasiun sistem ke stasiun sistem lainnya untuk diproses. Selanjutnya ada beberapa
macam model handling yang dapat digunakan diantaranya:
a. Model vakum
Model ini menggunakan vakum generator sehingga benda dapat terangkat
dengan adanya isapan dari vakum generator tersebut. Dengan adanya sensor untuk
mendeteksi benda, maka silinder akan turun lalu vakum generator akan menghisap
benda dan dapat dipindahkan ke stasiun sistem lainnya sesuai dengan yang diinginkan. Keuntungan dari model ini konstruksi membutuhkan tempat yang relatif kecil sedangkan kekurangan vakum generator adalah cukup mahal, memerlukan sensor dan aktuator pendukung yang membutuhkan biaya yang relatif mahal. Model ini dapat dilihat pada Gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.4 Handling Model Vakum
b. Model Gripper Model ini menggunakan gripper sehingga benda dapat terangkat dengan cara di jepit oleh lengan-lengan yang terdapat pada gripper itu sendiri. Lengan-
II-4
lengan tersebut dapat bergerak bila di beri udara bertekanan. Alat ini pada dasarnya sama dengan cara kerja aktuator silinder pneumatik.
Keuntungan dari model ini konstruksinya cukup sederhana dan dapat
mencengkram benda dengan kuat, namun adapun kekurangannya yaitu harga
aktuator pendukung gripper ini relatif mahal. Model ini dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Handling Model Gripper
2.1.3
Sub-Sistem Distribusi Dan Handling Pabrikan Festo Stasiun Distribusi yang di hasilkan pabrikan Festo ini sama bentuknya
seperti Gambar 2.3 diatas yaitu model datar dengan bantuan silinder. Stasiun ini berfungsi untuk memisahkan serta memindahkan benda kerja dengan jumlah hingga 8 benda kerja dan ukuran benda kerja berdiameter 40 mm serta tinggi 23 mm yang disimpan dalam tabung penyimpanan yang tersusun secara vertical seperti pada Gambar 2.6 dibawah ini.
Gambar 2.6 Stacking Magazine Module
II-5
Setelah benda kerja tersusun dengan baik, kemudian double-acting
cylinder akan mendorong benda kerja tersebut satu persatu ke luar dari tabung
dimana terdapat celah yang berada di dasar tabung penyimpanan benda kerja menuju ruangan yang terbuka. Setelah berada di ruangan terbuka tersebut,
kemudian benda kerja akan dipindahkan ke titik lainnya dengan menggunakan aktuator rotari seperti swivel arm yang dapat diatur dengan bebagai macam jenis sudut antara 90° and 270° dimana posisi akhirnya akan di sensor dengan
menggunakan micro switches seperti Gambar 2.7 di bawah ini.
Gambar 2.7 Changer Module Untuk pencekaman benda kerja, sub-sistem pabrikan Festo ini menggunakan teknologi pemvakuman udara dimana bagian permukaan benda kerja tersebut dihisap dengan menggunakan suction pad hingga vakum. Setelah vakum, sensor vakum akan memberikan sinyal ke aktuator rotari untuk bergerak sesuai dengan sudut yang telah diatur. Model sistem distribusi dan handling pabrikan Festo ini dapat dilihat pada Gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.8 Sub-Sistem Distribusi dan Handling Pabrikan Festo
II-6
Adapun data-data teknis mengenai sub-sistem ini sebagai berikut :
Bekerja pada tekanan 600 kPa (6 Bar)
Power Supply 24 V DC
7 digital inputs
5 digital outputs
Selain data-data diatas, sub-sistem ini menggunakan beberapa aktuator dan sensor pada masing-masing bagian-bagiannya. Adapun jenis dan fungsinya,
sebagai
berikut :
Feeder o Silinder DAC
: mendorong benda kerja
o Sensor optik
: mengidentifikasi benda
o Reed Switch
: mengidentifikasi gerak maximum dan minimum double acting cylinder (DAC)
Handling o Vakum generator : pembawa benda o Vakum sensor
: mengidentifikasi kevakuman
o Motor DC
: penggerak swivel arm
o Micro Swicthes
: sebagai switch pengganti arah CW/CCW
2.1.4 Sub-Sistem Distribusi Dan Handling Pabrikan SMC Stasiun distribusi dan handling pabrikan SMC ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan stasiun distribusi dan handling pabrikan Festo yaitu mendistribusikan benda kerja dari titik stasiun satu ke titik stasiun lainnya. Namun yang membedakan dengan sistem ini yaitu berupa bentuk benda kerjanya yang berbentuk balok dan sistematika kerjanya. Pada sub-sistem distribusi dan handling yang dibuat oleh pabrikan SMC ini, antara sub-sistem distribusi dan handling dapat dipecah menjadi 2 bagian antara sub-sistem distribusi dan sub-sistem handling. Tetapi adapun yang digabungkan antara sub-sistem distribusi dan sub-sistem handling yang di
II-7
gabungkan pada sebuah sistem menjadi satu kesatuan. Sub-sistem handling pabrikan SMC ini memiliki 3 jenis bentuk, yaitu :
1. Perangkat vacuum-held handling dengan 2 poros 2. Vertical revolving handling dengan pencekam dalam 3. Horizontal rotolinear handling dengan pencekam luar
Cara kerja sub-sistem distribusi dan handling ini adalah ketika benda kerja
yang berada di bagian rumah feeder ditahan oleh double acting cylinder (DAC)
Normaly Open (NO) di dasar rumah feeder. Ketika DAC NO menjadi Normaly (NC) dengan bantuan udara bertekanan, maka benda kerja akan turun ke Closed
bawah dengan gaya gravitasinya. Setelah benda kerja berada di dasar lalu proximity sensor akan memberikan sinyal kepada DAC lainnya untuk mendorong benda kerja tersebut keluar dari rumah feeder. Saat benda kerja tersebut sudah berada di luar rumah feeder, maka proximity sensor lainnya akan mendeteksi benda tersebut dan memberikan sinyal ke bagian handling untuk memindahkan benda kerja dari titik satu ke titik lainnya. Adapun Gambar sub-sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.9 dibawah ini.
Gambar 2.9 Sub-Sistem Distribusi dan Handling Pabrikan SMC
Adapun data-data teknis dari masing-masing bagian sub-sistem tersebut yaitu :
Feeder dengan detector dan injector o Dimensi : 770x580x445 mm dan berat 31 Kg
II-8
o Air Treatment Unit : filter dengan pressure regulator, preassure
gauge, throttle, dan drain valve
o Tombol : start, stop push button dan automatic manual selector
o Power Supply : 100-240 V AC / 24 V DC (60 W) o Tekanan Kerja Pneumatik : 0,6 MPa
o Aktuator :
- 2 buah double acting cylinder (DAC)
- 1 buah single acting cylinder (SAC) - 1 buah single acting anti-turn cylinder o Solenoid Valve Block :
- 3 buah 5/2 single solenoid valves - 1 buah 3/2 single solenoid valve o Sensor : 4 switch tipe stroke reed o Regulator : 6 undirectional speed controller o Terminal Block : double connection terminal dengan tambahan koneksi 2 mm konektor o Bentuk sistem seperti Gambar 2.10 berikut ini.
Gambar 2.10 Feeder Dengan Detektor dan Injektor
Perangkat vacuum-held handling dengan 2 poros o Dimensi : 770x400x445 mm dan berat 20 Kg
II-9
o Air Treatment Unit : filter dengan pressure regulator, preassure
gauge, throttle, dan drain valve
o Tombol : start, stop push button dan automatic manual selector
o Power Supply : 100-240 V AC / 24 V DC (60 W) o Tekanan Kerja Pneumatik : 0,6 MPa
o Aktuator :
- 2 buah dual rod cylinder
- 3 buah vacuum pad dengan 1 vacuum ejector o Solenoid Valve Block : - 1 buah double solenoid valve
- 2 buah single solenoid valves o Sensor : 4 switch tipe stroke reed o Regulator : 4 undirectional speed controller o Terminal Block : double connection terminal dengan tambahn koneksi 2 mm konektor o Bentuk sistem seperti Gambar 2.11 berikut ini
Gambar 2.11 Perangkat Vacuum-Held Handling dengan 2 Poros
Vertical revolving handling dengan pencekam dalam o Dimensi : 770x400x445 mm dan berat 22 Kg
II-10
o Air Treatment Unit : filter dengan pressure regulator, preassure
gauge, throttle, dan drain valve
o Tombol : start, stop push button dan automatic manual selector
o Power Supply : 100-240 V AC / 24 V DC (60 W) o Tekanan Kerja Pneumatik : 0,6 MPa
o Aktuator :
- 1 buah rotary actuator
- 1 buah internal gripper o Solenoid Valve Block : - 1 buah double solenoid valve
- 1 buah single solenoid valve o Sensor : 2 switch tipe stroke reed o Regulator : 2 undirectional speed controller o Terminal Block : double connection terminal dengan tambahan koneksi 2 mm konektor o
Bentuk sistem seperti Gambar 2.12 berikut ini.
Gambar 2.12 Vertical Revolving Handling dengan Pencekam Dalam
Horizontal rotolinear handling dengan pencekam luar o Dimensi : 770x400x445 mm dan berat 21 Kg
II-11
o Air Treatment Unit : filter dengan pressure regulator, preassure
gauge, throttle, dan drain valve
o Tombol : start, stop push button dan automatic manual selector
o Power Supply : 100-240 V AC / 24 V DC (60 W) o Tekanan Kerja Pneumatik : 0,6 MPa
o Aktuator :
- 2 buah rotolinear actuator
- 1 buah parallel gripper o Solenoid Valve Block : - 3 buah single solenoid valve
o Sensor : 6 switch tipe stroke reed o Regulator : 4 undirectional speed controller o Terminal Block : double connection terminal dengan tambahan koneksi 2 mm konektor o Bentuk sistem seperti Gambar 2.13 berikut ini
Gambar 2.13 Horizontal Rotolinear Handling dengan Pencekam Luar
2.1.5
Sub-Sistem Distribusi Dan Handling Tugas Akhir Rully Ade Iswadi Dan Agus Nur Komar Mahasiswa POLBAN Tahun 2006 Selain sub-sistem distribusi dan handling buatan pabrikan ternama seperti
festo dan SMC, adapun sub-sistem distribusi dan handling buatan tangan-tangan
II-12
terampil mahassiswa POLBAN. Fungsi dari alat ini sama saja yaitu untuk memindahkan benda kerja dari titik stasiun satu ke titik stasiun lainnya
sebagaimana sub-sistem pabrikan membuatnya. Namun adapun perbedaan dari sistem yang satu ini dimana feeder-nya tidak menggunakan gravitasi feeder
dengan sudut 90o seperti terlihat pada Gambar 2.14 di bawah ini.
Gambar 2.14 Sistem Feeder Tugas Akhir Rully dan Agus Mahasiswa POLBAN Tahun 2006
Sistem handling yang dibuat oleh mahasiswa POLBAN ini hampir sama dengan sistem handling buatan SMC dimana menggunakan motor DC untuk menggerakan silinder Clock Wise (CW) dan Counter-Clock Wise (CCW) dengan arah horizontal seperti terlihat pada Gambar 2.15 di bawah ini.
Gambar 2.15 Sistem Handling Tugas Akhir Rully dan Agus Mahasiswa POLBAN Tahun 2006
II-13
Cara kerja dari sistem ini yaitu dimana benda kerja denga ukuran diameter
40 mm dan tinggi 23 mm ditempatkan pada feeder yang berbentuk seperti slider
dengan kemiringan tertentu. Saat benda kerja berada di feeder, benda kerja tersebut ditahan oleh dua buah silinder agar dapat diatur keluaran bendanya
menuju titik lain. Setelah benda kerja berada di titik lain yaitu dimana benda tersebut akan diidentifikasi dengan menggunakan sensor induktif dan sensor optik. Setelah teridentifikasi maka sistem handling akan memindahkan benda
kerja tersebut sesuai identifikasi sensor-sensor yang mengidentifikasinya. Benda tersebut akan dipindahkan ke titik-titik lainnya dengan menggunakan teknologi
pemvakuman seperti sistem handling pabrikan Festo dan SMC. Adapun spesifikasi-spesifikasi komponen dari sistem distribusi dan handling dari sistem-sistem tersebut yaitu :
Sistem Distribusi o Sistem feeder menggunakan model gravitasi o Solenoid valve katup 5/2 (SMC VZ 3123-5LZ-M5) o Menggunakan limit switch merk Omron
Sistem Handling o Sistem handling menggunakan model vakum o Menggunakan vakum generator (SMC ZH05B) o 2 buah solenoid valve 5/2 (SMC VZ 3123-5LZ-M5) o Silinder DAC (CD85N-16-60-A) o 4 buah Menggunakan limit switch merk Omron o Motor DC 24 volt ; ABS (FR) 16 ASMO 24 volt
2.2
Sub-Sistem Kontrol Sub-sistem kontrol ini berfungsi sebagai tempat kontrol sehingga
pemindahan benda dapat langsung menuju ke sub-sistem sorting. Pada sistem ini terdapat sensor induktif, kapasitif, dan optik untuk membedakan jenis material dan warna benda. Sementara tata cara pemindahan dilakukan oleh silinder Double Acting Cilinder (DAC) yang berfungsi sebagai pengarah atau
II-14
penurun feeder, lalu didorong oleh silinder yang lain untuk disalurkan ke subsistem sorting.
Pada sub-sistem kontrol ini, plastik hitam akan dipisahkan (reject)
sehingga tidak dapat diteruskan ke sub-sistem sorting. Hal ini disebabkan oleh
sensor optik yang tidak dapat mendeteksi plastik hitam sehingga plastik hitam dipisahkan (di-reject). Sebagai salah satu contoh sub-sistem kontrol dapat dilihat pada Gambar 2.16 dibawah ini.
Gambar 2.16 Sub-Sistem kontrol
2.2.1
Sub-Sistem Kontrol Pabrikan Festo Stasiun kontrol pabrikan Festo ini digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi berbagai jenis material benda kerja yang masuk ke stasiun kontrol ini. Keberagaman jenis material benda kerja ini dapat diidentifikasi dan dibedakan dengan bantuan sensor-sensor pabrikan kebanyakan untuk aplikasiaplikasi yang khusus seperti sensor optik yang digunakan untuk mendeteksi cahaya terang dan gelap serta sensor kapasitif yang digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis material. Adapun sensor optik retro-reflektif yang berfungsi untuk memonitor keadaan ruangan yang bebas akan benda kerja atau tidak. Disamping itu, digunakan juga sensor induktif dan magnetik guna membatasi gerakangerakan aktuator yang berupa silinder. Disamping itu guna mendeteksi ketinggian benda kerja, maka di sistem ini di gunakan juga sensor analog dengan cara benda
II-15
kerja menekan sensor ini. Adapun Gambar dari sub-sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.17 di bawah ini.
Gambar 2.17 Sub-Sistem Kontrol Pabrikan Festo
Cara kerja dari sub-sistem ini yaitu ketika benda kerja baru saja masuk ke sub-sistem ini, maka sensor kapasitif dan optik akan mendeteksi material dan warna benda kerja tersebut. Setelah dideteksi dengan sensor-sensor, maka benda kerja yang ditolak akan langsung didorong keluar oleh single acting cylinder (SAC) menuju slider terendah. Sedangkan apabila benda kerja tersebut sesuai dengan yang program inginkan, maka sensor optik retro-reflektif akan memonitor ruangan. Bila ruangan kosong, maka benda kerja yang diinginkan program tersebut akan naik keatas dengan bantuan lifting module. Ketinggian benda kerja akan dideteksi oleh measuring module yang terdapat di atas lifting module dengan cara ditekan oleh benda kerja tersebut. Setelah dalam posisi yang diinginkan, lalu single acting cylinder (SAC) akan mendorong keluar menuju slider dengan kemiringan beberapa derajat yang terdapat di atas slider terendah. Setelah berada di slider tersebut, benda kerja akan di distribusikan dengan menggunakan bantalan udara yang terdapat pada slider tersebut menuju ke titik yang terendah dari slider tersebut. Adapun data-data teknis mengenai sub-sistem ini sebagai berikut :
Bekerja pada tekanan 600 kPa (6 Bar)
II-16
Power Supply 24 V DC
8 digital inputs
5 digital outputs
Disamping data-data teknis, adapun komponen-komponen penting yang terdapat pada sub-sistem ini, yaitu :
CP valves terminals tipe MNM
Lifting module dengan tinggi 290 mm, lebar 220 mm, dan kedalaman 130
mm Measuring module dengan spsesifikasi : o Jarak pengukuran 25 mm o Resistansi 1 k o Nominal switching distance dengan maksimal hingga 400 mm o Power supply 24 V DC o Switch output : 3, PNP, normally open contact o Analogue input 0-10 V
Pneumatic slide module dengan spesifikasi : o Panjang 220 mm o Tekanan operasi 600 kPa (6 Bar) o Flow control valve terdapat di bagian bawah slider
Sensor optik dengan kemampuan menyensor hingga 400 mm
Sensor kapasitif dengan kemampuan menyensor 2-8 mm
Sensor retro-reflektif dengan kemampuan menyensor 10-700 mm
Single acting cylinder (SAC)
2.2.2
Sub-Sistem Kontrol Pabrikan SMC Sub-sistem kontrol pabrikan SMC memiliki fingsi yang hampir sama
dengan sub-sistem kontrol pabrikan Festo. Namun yang membedakan dari subsistem kontrol pabrikan SMC ini yaitu mekanisme sistematisnya dan benda kerjanya. Mekanisme sistematisnya dari sub-sistem ini yaitu benda kerja di sensor
II-17
di konveyor yang sedang berjalan. Dan benda kerja yang di kontrol dari subsistem ini yaitu dari jenis material, warna, dan rigid tidaknya benda kerja tersebut.
Cara kerja dari sub-sistem pabrikan SMC ini yaitu dimulai dari ketika
kerja dengan warna, jenis material, dan rigid tidaknya benda kerja secara benda
acak keluar dari sub-sistem distribusi dengan bantuan silinder DAC menuju konveyor. Setelah benda kerja berada di konveyor dengan bantuan silinder DAC, maka konveyor akan mulai berjalan dengan penggerak motor DC. Disaat benda
kerja bergerak dengan bantuan konveyor, sensor-sensor yang terdiri dari sensor photoelektrik dan sensor induktif akan mendeteksi benda kerja tersebut. Setelah
terdeteksi benda kerja yang berada di konveyor tersebut akan di tahan oleh sebuah gate di ujung konveyor tersebut, lalu silinder DAC akan mendorong ke sebuah tempat dimana sub-sistem handling dengan jenis rotary manipulating device akan mengangkat benda kerja ke sub-sistem sorting dengan metode pemvakuman udara. Adapun Gambar dari sub sistem tersebut seperti dapat dilihat pada Gambar 2.18 di bawah ini.
Sub-sistem kontrol
Gambar 2.18 Sub-Sistem Kontrol Pabrikan SMC
II-18
2.2.3 Sub-Sistem Kontrol Tugas Akhir Rully Ade Iswadi Dan Agus Nur Komar Tahun Mahasiswa POLBAN Tahun 2006
Sub-sistem kontrol yang di buat oleh mahasiswa POLBAN seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 2.19 di bawah ini dapat dibilang cukup mudah, dikarenakan sub-sistem ini hanya menggunakan ruangan yang cukup kecil untuk mensensor benda kerja. Ruangan kecil tersebut memiliki 2 sensor yang penting
dalam penggunaannya, yaitu sensor optik dan sensor induktif dimana penggunaannya digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan material
benda kerja berdasarkan warna dan jenis materialnya tersebut.
Gambar 2.19 Sub-Sistem Kontrol Tugas Akhir Rully dan Agus Mahasiswa POLBAN Tahun 2006
Cara kerja dari sub-sistem kontrol tugas akhir mahasiswa POLBAN ini adalah dimana benda kerja dari sub-sistem distribusi khususnya dari feeder model gravitasi langsung menuju ruangan kecil yang dikelilingi oleh dua sensor yaitu sensor optik dan sensor induktif sebagai alat yang dapat membedakan jenis material dan warna benda kerja tersebut. Setelah diidentifikasi dengan sensorsensor tersebut, maka benda kerja yang tidak diinginkan dengan program akan di
II-19
tempatkan di tempat terpisah oleh handling dengan model vakum dan horizontal revolving handling. Sementara benda yang sesuai dengan program inginkan akan
di pindahkan menggunakan sistem handling tersebut ke titik tempat berikutnya. di sorting berdasarkan keinginan program tersebut. Guna
2.3 Sub-Sistem Sorting Sub-sistem sorting berfungsi sebagai penyortir plastik putih dan
aluminium. Pada system ini tedapat sensor induktif, kapasitif, dan optik. Sementara aktuator dari sistem ini menggunakan conveyor belt dan silinder
sebagai pengarah benda (gate). Dalam sorting ini, jika semua sensor mendeteksi, maka benda itu aluminium dan diarahkan ke slot aluminium. Jika sensor kapasitif dan optik saja, maka benda itu plastik putih dan diarahkan ke slot plastik putih. Sebagai contoh sub-sistem sorting dapat dilihat pada Gambar 2.20. di bawah ini.
Gambar 2.20 Sub-Sistem Sorting
2.3.1. Sub-Sistem Sorting Pabrikan Festo Sub-sistem sorting pabrikan festo ini digunakan untuk menyortir benda kerja ke dalam 3 jenis benda kerja berdasarkan jenis dan warna material benda kerja tersebut. Sensor-sensor yang digunakan di sub-sistem ini yaitu sensor optik dan sensor induktif
yang masing-masing memiliki tugasnya masing-masing.
Adapun sebuah sensor retro-reflektif yang digunakan untuk memonitor masingmasing slider yang tersedia dengan jumlah 3 buah. Semua modul dan komponen
II-20
yang digunakan di stasiun sub-sistem ini adalah bagian dari sistem module conveyor seperti gerbang sortir dengan stroke pendek, sensor-sensor, rel pemandu,
dan konveyor itu sendiri seperti yang dapat diihat pada Gambar 2.21 dibawah ini.
Gambar 2.21 Sub-Sistem Sorting Pabrikan Festo
Cara kerja dari sub-sistem sorting pabrikan Festo ini yaitu ketika benda kerja berada di awal sistem ini dengan posisi terletak di permulaan konveyor. Setelah benda terletak pada posisi awalnya, konveyor akan berjalan dengan bantuan motor DC. Meskipun konveyor sudah berjalan, benda kerja tidak dapat langsung menuju slider dimana tempat benda kerja akan di sortir berdasarkan jenisnya dikarenakan ada gerbang sortir yang terbuat dari silinder DAC dengan stroke yang pendek. Saat benda tertahan oleh gerbang sortir, sensor-sensor seperti sensor optik dan induktif akan mengidentifikasi jenis material dan warna benda kerja tersebut. Setelah teridentifikasi, maka gerbang sortir akan terbuka dan benda kerja akan masuk ke masing-masing slider yang telah ditentukan dengan bantuan gerbang pengarah slider yang terbuat dai silinder DAC juga. Setelah benda-benda kerja berada pada slider masing-masing, maka sub-sistem sorting ini berakhir dengan di sensor oleh sensor retro-reflektif. Adapun data-data teknis mengenai sub-sistem ini sebagai berikut :
Bekerja pada tekanan 600 kPa (6 Bar)
Power Supply 24 V DC
8 digital inputs
II-21
4 digital outputs
Disamping data-data teknis, adapun komponen-komponen penting yang
terdapat pada sub-sistem ini, yaitu :
CP valves terminals tipe MMM
Conveyor module dengan jarak 350 mm dan motor DC 24 V DC / 1,5 A
Sensor optik dengan kemampuan menyensor hingga 400 mm
Sensor induktif dengan kemampuan menyensor 4 mm
Sensor retro-reflektif dengan kemampuan menyensor 10-700 mm
Sensor pemancar dengan kemampuan menyensor 30 mm
Slide module dengan panjang 250 mm dan ketinggian nominal 117-20 mm
Single acting cylinder (SAC) sebagai stoper
Sorting gate module dengan double acting cylinder (DAC)
2.3.2. Sub-Sistem Sorting Pabrikan SMC Sub-sistem sorting pabrikan SMC seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.22 dibawah ini memiliki ciri khas tersendiri dalam menyortir benda kerjanya. Namun fungsi dari sub-sistem ini sendiri sama saja seperti sub-sistem sorting pabrikan Festo dimana funsinya menyortir benda kerja berdasarkan jenis material dan jenis warna benda kerja tersebut serta rigid atau tidaknya benda kerja tersebut yang terdapat pada benda kerja pabrikan SMC ini.
Sub-sistem sorting
Gambar 2.22 Sub-Sistem Sorting Pabrikan SMC
II-22
Cara kerja dari sistem sorting pabrikan SMC ini yaitu dimulai pada saat
benda kerja di sensor terlebih dahulu pada sistem kontrol yang menggunakan
konveyor dengan sensor berada di atas konveyor dan di akhir konveyor sub-sistem kontrol. Setelah benda kerja berada di ujung konveyor, maka silinder DAC akan
mendorong benda ke sebuah base. Di base ini benda kerja akan diangkut menggunakan manipulating device dengan 3 buah pad seperti pada Gambar 2.23 di bawah ini.
Gambar 2.23 Manipulating Device With Pad
Setelah benda kerja diangkat oleh manipulating device dengan 3 buah pad, maka manipulating device dengan 3 buah pad ini akan mengirim ke bagian lain yaitu part classifier seperti terlihat pada Gambar 2.24 di bawah ini.
Gambar 2.24 Part Classifier
Part classifier inilah yang nantinya bertugas mendistribusikan benda kerja sesuai dengan jenis masing-masing warna, material, dan rigid tidaknya benda ke sebuah
II-23
tempat dengan nama warehouse seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.25 dibawah ini.
Gambar 2.25 Warehouse
Ditempat bernama warehouse inilah benda kerja akan disimpan berdasarkan klasifikasi yang telah dirancang maupun diprogram sebelumnya.
2.3.3. Sub-Sistem Sorting Tugas Akhir Rully Ade Iswadi Dan Agus Nur Komar Mahasiswa POLBAN Tahun 2006 Sub-sistem sorting Tugas Akhir mahasiswa POLBAN memiliki fungsi yang sama dan mendasar dari semua sub-sistem sorting. Dan apabila di cermati, bahwa sub-sistem sorting Tugas Akhir mahasiswa POLBAN ini memiliki kesamaan bahkan hampir mendekati sama dengan menggunakan conveyor module. Namun yang membedakannya adalah tidak adanya gerbang-gerbang menuju slider akhir yang diganti dengan menggunakan silinder DAC seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.26 dibawah ini.
Gambar 2.26 Sub-sistem Sorting Tugas Akhir Rully dan Agus Mahasiswa POLBAN Tahun 2006
II-24
Cara kerja dari sub-sistem sorting Tugas Akhir mahasiswa POLBAN yaitu diawali dengan benda kerja dari sistem handling dengan jenis horizontal
rotolinear handling dan metoda pemvakuman mendistribusikan benda kerja masuk ke sistem sorting dengan menaruh benda kerjanya di konveyor. Setelah
benda kerja berada di konveyor, lalu sensor optik akan mendeteksi dan mengidentifikasi warna benda tersebut. Setelah diidentifikasi, maka konveyor akan berjalan dengan penggerak motor DC. Saat konveyor berjalan, silinder akan
mendorong benda kerja ke masing-masing slider yang tersedia sesuai dengan yang diinginkan. warna
Adapun spesifikasi-spesifikasi komponen yang di gunakan dalam sub-
sistem sortingTugas Akhir mahasiswa POLBAN tersebut, yaitu :
Menggunakan sensor optik tipe diffuse delight sensor 165338 SOEG-RTM12-PS-K-L
2 buah silinder DAC (CD85N 16-60-A)
2 buah solenoeid valve katup 5/2 (SMC VZ 3123-5LZ-M5)
Motor DC 24 V ; ABS (FR) 16 asmo 24 V