BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Cahaya IES ( Illumination Engineering Society ) mendefinisikan cahaya sebagai pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata.5 Cahaya adalah gelombang magnet – elektro yang mempunyai panjang antara 380 hingga 700 nm ( 1 nm = 10-9 m ), dengan urutan warna : ( ultra violet ), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, ( infra merah ). Ultra violet dan infra merah hanya dapat terlihat denga bantuan alat optik khusus. Ultra violet ( 290 – 380 nm ) berdaya kimia, sedangkan infra merah ( 700 – 2300 nm ) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3 x 108 m / dtk.10 Secara garis besar gelombang cahaya dibagi atas 3 bagian yaitu :11 1. Ultra violet yang mempunyai panjang gelombang antara 100 – 400 nm. 2. Sinar tampak ( visible light ) mempunyai panjang gelombang antara 400 – 700 nm. 3. Sinar infra merah ( I.R ) dengan panjang gelombang antara 700 – 104 nm lebih. Infra merah menempati daerah dalam spektrum elektromagnetik antara sinar tampak dan gelombang mikromagnetik ( micro wave ). Pancaran cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda menghasilkan warna yang berbeda terhadap mata. Sensitivitas maksimum mata manusia adalah 5550 0A ( 0,555 µm ), yaitu warna hijau kekuningan.5
B. Sumber Penerangan Secara garis besar sumber penerangan dapat dibagi dalam 2 macam: 4 1. Penerangan alami, yakni mempergunakan sumber cahaya yang terdapat di alam, biasanya matahari, bintang dan lain sebagainya. Matahari merupakan sumber cahaya utama dan dominan, namun tergantung kepada waktu siang hari, musim, cuaca berawan atau tidak. Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290
hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ultra violet hingga infra merah.10 Untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup diperlukan luas jendela 15 sampai 20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan.4 2. Penerangan buatan, artinya mempergunakan sumber cahaya yang bukan alamiah yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti: listrik, lampu minyak tanah, lampu gas dan lain sebagainya. Pencahayaan buatan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung dari ketersediaan pencahayaan alam, sehingga pencahayaan buatan bersifat saling mendukung dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan diperlukan bila :12 a. Tidak tersedia cahaya alami siang hari, saat antara matahari terbenam dan terbit. b. Tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari, saat mendung tebal intensitas cahaya bola langit akan berkurang. c. Cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu di dalam ruangan yang jauh dari jendela. d. Diperlukan cahaya merata pada ruang lebar. e. Diperlukan intensitas cahaya konstan, misal ruang operasi. f. Diperlukan pencahayaan dengan warna dan arah penyinaran mudah diatur, contoh pada ruang pamer dan panggung pertunjukan. g. Cahaya buatan diperlukan untuk fungsi khusus, misal menyediakan kehangatan bayi yang baru lahir. h. Diperlukan cahaya dengan efek khusus, misalnya pada pencahayaan dengan lampu U.V. untuk memendarkan cat berlapisan fosfor. Pada umumnya jenis lampu sebagai sumber penerangan buatan dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu :12 a. Lampu pijar ( incandescent ) ; cahaya dihasilkan oleh filamen dari bahan tungsten ( titik lebur > 2200 0C ) yang berpijar karena panas, maka disebut lampu tungsten. Efikasi ( lumen per watt ) lampu ini rendah, hanya 8 – 10 % energi menjadi cahaya. Sisanya terbuang sebagai panas. Untuk memperbaiki efikasinya, lampu tungsten
diisi gas halogen dan disebut lampu tungsten – halogen. Efikasinya mencapai 17, 5 lm / watt. b. Lampu fluorescent ( TL = Tubelair Lamp / lampu tabung ) ; cahaya dihasilkan oleh pendaran bubuk fosfor yang melapisi bagian dalam tabung lampu. Lebih dari 25 % energi dijadikan cahaya. Efikasinya antara 40 – 85 lm / watt, berarti 2 – 3 kali lebih baik dari lampu pijar. c. Lampu HID ( High – Intensity Discharge Lamp ) ; cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Efikasinya antara 40 – 60 lm / watt. Untuk memperbaiki efikasi dan warna, pada tabung lecutan listrik lampu merkuri ditambahkan halida logam sehingga disebut lampu metal – halida. Efikasi bisa mencapai 70 lm / watt, tetapi umurnya berkurang hingga separuh. Perkembangan selanjutnya dari lampu HID adalah lampu uap sodium bertekanan tinggi ( High pressure sodium vapor lamp ). Efikasinya mencapai lebih dari 95 lm /watt.
C. Macam Sistem / Tipe Pencahayaan Berdasarkan cakupannya, pencahayaan dibedakan menjadi 3 macam yaitu :12 1. Pencahyaan umum ( general lighting ), yaitu pencahyaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang merata, walau mungkin minimal, agar tidak terlalu gelap. 2. Pencahayaan kerja ( task lighting ), yaitu pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu, biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan penerangan bagi jenis kerja yang bersangkutan. 3. Pencahayaan aksen ( accent lighting ), yaitu pencahayaan yang secara khusus diarahkan ke obyek tertentu untuk memperkuat penampilannya ( fungsi estetik ). Cahaya dari suatu sumber cahaya tidak selalu dipancarkan langsung ke suatu obyek penerangan atau bidang kerja. Menurut IES terdapat 5 klasifikasi sistem pancaran cahaya dari sumber cahaya, yaitu :5
1. Penerangan Tak Langsung Pada penerangan tak langsung 90 hingga 100 % cahaya dipancarkan ke langit – langit dan dinding sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya
pantulan. Penerangan jenis ini diperlukan pada : ruang gambar, perkantoran, rumah sakit, hotel. 2. Penerangan Setengah Tak Langsung Pada penerangan setengah tak langsung 60 hingga 90 % cahaya diarahkan ke langit – langit dan dinding. Distribusi cahaya pada penerangan ini mirip dengan distribusi penerangan tak langsung tetapi lebih efisien dan kuat penerangannya lebih tinggi. Penerangan setengah tak langsung digunakan pada ruangan yang memerlukan modelling shadow. Penggunaan penerangan setengah tak lansung pada : toko buku, ruang baca, ruang tamu. 3. Penerangan Menyebar ( Difus ) Pada penerangan difus distribusi cahaya ke atas dan bawah relatif merata yaitu berkisar 40 hingga 60 %. Peneragan difus antara lain pada tempat ibadah. 4. Penerangan Setengah Langsung Penerangan setengah langsung 60 hingga 90 % cahayanya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke langit – langit dan dinding. Penerangan jenis ini adalah efisien.Pemakaian penerangan setengah langsung antara lain pada : kantor – kantor, kelas, toko dan tempat kerja lainnya. 5. Penerangan Langsung Pada penerangan langsung 90 hingga 100 % cahaya dipancarkan ke bidang kerja. Tepat digunakan pada : pabrik kertas, ruang elektro plating, atau industri kimia lainnya.
D. Sifat Pencahayaan Ada atau tidaknya cahaya atau penerangan dalam ruangan, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :4 1. ada atau tidaknya sumber cahaya ; 2. terhalang atau tidaknya pancaran cahaya dari sumber ke ruangan ; serta 3. sifat – sifat dari benda ataupun obyek yang terdapat di dalam ruangan. Pencahayaan di tempat kerja ditentukan oleh 3 sifat, yaitu :13 1. Sifat dari cahaya Sifat dari cahaya ditentukan oleh :
a. Kuantitas Kuantitas atau banyaknya cahaya yang jatuh pada suatu permukaan yang menyebabkan terangnya permukaan tersebut dan sekitarnya. Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan penerangan adalah :6 (1) Ukuran obyek Untuk melihat dengan mudah, maka perbandingan di antara ukuran obyek dan ukuran obyek terkecil yang dapat dilihat ( = visibilitas ) harus cukup besar ( minimal 2, 5 atau lebih ). Pada perbandingan minimal 2, 5, melihat dapat dilakukan dengan mudah dan kecil kemungkinan timbul kelelahan.6 (2) Derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, yaitu perbedaan derajat terang yang relatif
di antara obyek dan sekelilingnya. Semakin besar
kontras, semakin mudah kita melihat atau mengenali benda / obyek.12 Dalam kaitan dengan kontras, Illuminating Engineering Society Of North America ( IESNA ) memberikan saran reflektan permukaan untuk ruang sekolah dan kantor sebagai berikut :12
Tabel 2.1 Reflektan Permukaan Untuk Ruang Sekolah dan Kantor Reflektan ( % ) Kelas
Kantor
Langit – langit
70 - 90
>80
Dinding*
40 - 60
50 - 70
Partisi
-
40 - 70
Lantai
30 - 50
20 - 40
-
25 - 45
35 - 50
35 - 50
Perabotan dan mesin Bangku dan meja
*Dinding yang berjendela harus mempunyai reflektan > 80 % untuk mengurangi kontras antara kaca yang cerah dengan sekitarnya. Sumber : Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Andi Offset. (3) Luminensi, yaitu suatu ukuran tingkat terangnya suatu permukaan, jadi sesuai dengan yang dipantulkan atau disinarkan oleh permukaan.14 (4) Lamanya melihat Waktu pengamatan terhadap suatu obyek menentukan hasil pengamatan.5 Telah jelas bahwa keempat faktor di atas berbanding lurus dengan kemampuan penglihatan. Bertambahnya ukuran visual suatu obyek menambah kemampuan penglihatan. Makin lama waktu yang digunakan melihat suatu obyek makin jelas penglihatan. Makin tinggi nilai kontras makin jelas penglihatan, makin gelap obyek dengan latar belakang terang menaikkan kemampuan melihat. Demikian pula dengan luminansi.5 b. Kualitas Dari segi kualitas menyangkut beberapa hal sebagai berikut : (1) Warna Warna dipakai di tempat kerja untuk 2 maksud, yaitu penciptaan kontras warna untuk maksud tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal. Untuk tangkapan mata, semakin sedikit kontras warna adalah semakin baik.14
Warna mempengaruhi kesan ukuran dan jarak obyek. Warna cerah membuat obyek berkesan lebih besar, sebaliknya warna gelap membuat obyek tampak agak kecil. Warna hangat membuat obyek tampak lebih dekat daripada warna biru.12 Pemilihan warna dalam ruangan sangat perlu diperhatikan untuk memperoleh pemantulan yang baik ( agar pemerataan cahaya efisien ) tanpa menyilaukan mata.10 (2) Arah sinar Arah penerangan sangat penting. Sumber – sumber cahaya yang cukup jumlahnya sangat berguna dalam mengatur penerangan secara baik. Sinar – sinar dari berbnagai arah meniadakan gangguan oleh bayangan. Penerangan satu arah digunakan untuk mengerjakan bagian kecil. Sebaliknya suatu benda berkelok – kelok seperti kumparan perlu diperiksa dengan penyinaran baur. (3) Difusi cahaya Difusi cahaya ( pembauran cahaya ) akan memberi penerangan lembut merata pada obyek dan sekitarnya, sehingga akan mengurangi detail dan kesan tiga dimensional obyek karena ketiadaan bayangan.12 (4) Jenis, yaitu berkaitan dengan sumber cahaya alami dan buatan. (5) Tingkat kesilauan Silau disebabkan cahaya berlebihan baik yang langsung dari sumber cahaya atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Ada beberapa macam penyebab kesilauan,menurut Orborne ( 1982 ), kesilauan dapat dibedakan menjadi : a. Disability glare, penyebabnya adalah terlalu banyaknya cahaya yang langsung masuk ke mata sehingga menyebabkan kehilangan sebagian penglihatan dan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melihat obyek dengan jelas. b. Discomfort glare, menyebabkan ketidaknyamanan pada mata. Kesilauan ini dialami oleh orang yang bekerja pada siang hari dan menghadap jendela / pada saat menatap lampu secara langsung pada malam hari. c. Reflected glare
Kesilauan ini disebabkan oleh pantulan cahaya yang terlalu terang yang mengenai mata. Pantulan ini berasal dari semua permukaan benda mengkilap yang berada dalam lapangan penglihatan. 2. Sifat Lingkungan Sifat lingkungan ditentukan oleh : a.
Brightness ( = luminensi ) Luminensi adalah intensitas cahaya yang dipancarkan, dipantulkan atau diteruskan oleh satu unit bidang yang diterangi.10
b.
Reflektan dan distribuisi cahya Reflektan adalah kemampuan obyek memantulkan cahaya. Faktor reflektansi suatu bahan mempengaruhi distribusi cahaya suatu sumber penerangan.5
Tabel 2.2 Reflektan sebagai persentase cahaya15 No
Bahan Warna
Reflektan (%)
1
Putih
2
Aluminium,kertas putih
80 - 85
3
Warna gading, kuning lemon, kuning dalam, hijau
60 - 65
100
muda, biru pastel, pink pale, krim 4
Hijau lime, abu-abu, pale, pink, orange dalam,
50 - 55
bluegrey 5
Biru langit, kayu pale
40 - 45
6
Pale bakwood, semen kering
30 - 35
7
Merah dalam, hijau rumput, kayu, hijau daun, coklat
20 - 25
8
Biru gelap, merah purple, coklat tua
10 – 15
9
Hitam
0
Sumber : Tarwaka, dkk. 2004. Buku Ergonomi. Surakarta : UNIBA PRESS. c.
Dekorasi warna Warna cahaya dapat mempengaruhi warna objek karena terjadi interaksi, di samping itu warna objek atau cahaya juga dapat mempengaruhi psikologi pengamat karena pemakaian warna di tempat kerja mempunyai dua maksud yaitu penciptaan kontras warna untuk maksud tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.14 Untuk menciptakan suasana ceria maupun tenang dapat digunakan warna suatu sumber cahaya yang berbeda.5
3. Sifat Pekerjaan Pada umumnya intensitas penerangan dalam kerja dapat diatur sesuai dengan tabel 2. 3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Pedoman Intensitas Penerangan Pekerjaan
Contoh – contoh
Tingkat Penerangan Yang Perlu ( lux )
Tidak teliti
Penimbunan barang
80 - 170
Agak teliti
Pemasangan ( tidak teliti )
170 - 350
Teliti
Membaca, menggambar
350 - 700
Sangat teliti
Pemasangan ( teliti )
700 - 10000
Sumber : Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.
E. Mata Mata manusia hampir sama dengan kamera televisi, keduanya memiliki sistem lensa, dengan mekanisme untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ( pupil mata ),
dan layar yang menampung bayangan yang diantar oleh cahaya lewat lensa. Lensa mata yang utama adalah kornea yang selalu basah dan bersih akibat gerakan – gerakan kelopak mata dan air mata yang tidak pernah berhenti. Kornea merupakan pembias utama bagi cahaya yang masuk ke dalam mata yang akan membentuk bayangan benda apapun yang dilihat oleh mata.16 1.
Mekanisme Melihat 17 Kita baru akan melihat apabila ada cahaya yang masuk ( meskipun tidak langsung mengenai benda yang ingin kita lihat ), karena dengan pantulan – pantulan cahaya yang masuk tadi, benda mendapatkan penyinaran yang dapat dipantulkan masuk ke mata. Sinar yang masuk ke dalam mata akan menembus selaput bening melalui kamar depan, pupil, lensa, benda yang seperti sele ( corpus vitreum ) dan jatuh pada retina, dan dari retina diteruskan melalui syaraf penglihatan ke otak. Menurut teori – teori di retina ini terjadi suatu proses photokimia. Di retina terdapat suatu daerah kecil yang warnanya agak lebih kuning dari sekitarnya. Daerah ini disebut bercak kuning atau macula lutea. Di sini pengamatan penglihatan tampak lebih tajam daripada di sekitarnya. Jika kita melihat ke sebuah obyek, maka sinar – sinar dari obyek akan jatuh pada bercak kuning dan ini disebut dengan penglihatan sentral.
2.
Daya Akomodasi Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata untuk memfokuskan obyek. Dalam hal memfokuskan obyek pada retina, lensa mata memegang peranan penting. Kornea mempunyai fungsi memfokuskan obyek secara tetap demikian pula bola mata ( diameter bolaa mata 20 – 23 mm ). Selam mata melihat jauh, tidak terjadi akomodasi. Makin dekat benda yang dilihat semakin kuat mata / lensa berakomodasi. Daya akomodasi ini tergantung kepada umur. Usia makin tua daya akomodasi semakin menurun, hal ini disebabkan kekenyalan lensa / elastisitas lensa semakin berkurang.11 Demikian pula tingkat illuminasi, berpengaruh terhadapnya.14 Menurut Guyton ( 1995 ), menyebutkan bahwa daya akomodasi menurun pada usia 45 – 50 tahun18
3.
Refraksi
Refraksi ialah kekuatan memfokuskan yang dimiliki oleh mata, yaitu kekuatan memfokuskan sinar yang datangnya sejajar, sehingga tepat jatuh di retina. Kekuatan refraksi bergantung pada panjangnya sumbu bola mata dan jumlah kekuatan fokus daripada kornea, cairan mata, lensa mata dan badan kaca.19 Refraksi mata dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :19 a. Emetrop atau disebut normal Pada refraksi emetrop bila tidak ada kelainan lain maka mempunyai visus ( ketajaman penglihatan ) 5 / 5 atau visus 1. b. Ametrop atau disebut juga kelainan refraksi Kelainan refraksi yaitu keadaan pembiasan mata dengan panjang bola mata yang tidak seimbang sehingga dalam keadaan tanpa akomodasi atau dalam keadaan istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina.21 Kelainan refraksi dibagi menjadi :
i) Miopi ( penglihatan dekat ) Pada miopi ini para ahli berpendapat bahwa bola mata agak lonjong ke belakang sehingga pembentukan bayangan dari benda – benda yang dilihatnya dari jauh, jatuh di depan selaput jala, sehingga benda tadi tidak dapat dilihat jelas.17 ii) Hipermetropi ( penglihatan jauh ) Pada hipermetropi, menurut pendapat para ahli terdapat bola mata yang kurang melonjong ke belakang kalau dibandingkan dengan bola mata yang normal, sehingga pembentukan bayangan dari benda – benda yang dilihatnya dari jauh, jatuh di belakang selaput jala. Dengan demikian benda tadi juga tidak tampak jelas.17 iii) Astigmatisma Astigmatisma terjadi apabila salah satu komponen sistem lensa menjadi bentuk telur daripada sferis. Tambahan pula kornea atau lensa kristalisne menjadi memanjang ke salah satu arah. Dengan demikian mata tersebut mempunyai pandangan jauh terhadap beberapa berkas cahaya dan
berpandangan dekat terhadap sisa cahaya, sehingga mata seseorang yang menderita astigmatisma tidak dapat memfokuskan setiap obyek dengan jelas.11 iv) Presbiopi Pada penderita presbiopi biasanya kita menghadapi lensa yang sudah kurang elastisitasnya atau sama sekali sudah tidak elastis. Presbiopi akan dialami oleh semua orang bila umurnya telah 40 tahun ke atas, dan bukan termasuk kelainan refraksi, tetapi pengobatan yang diberikan juga pemberian kaca mata.20
F. Hubungan Penerangan dengan Kegiatan Belajar Penerangan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, serta mempunyai kaitan yang sangat erat dengan meningkatkan produktivitas. Hal ini disebabkan penerangan dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.3 Kebutuhan penerangan untuk tempat kerja tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin pekerjaan itu memerlukan ketelitian, maka semakin tinggi intensitas penerangan yang dibutuhkan. Selanjutnya berkembang pula cara – cara penggunaan sumber penerangan agar tingkat penerangan serasi dengan pekerjaan.14 Lingkungan sekolah sebagai tempat melaksanakan kegiatan belajar mengajar apabila mempunyai intensitas penerangan yang baik maka pelajaran yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh siswa, sehingga siswa dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan. Kegiatan belajar tersebut meliputi menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan lain – lainnya termasuk dalam pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Menurut Suma’mur, kegiatan membaca, menggambar termasuk jenis pekerjaan teliti yang membutuhkan intensitas penerangan antara 350 – 700 lux.14 Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja, mensyaratkan paling sedikit 300 lux.6
G. Efek Penerangan Pada Mata
Mata sebagai indera penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan berkas – berkas cahaya pada retina. Serabut – serabut nervus optikus sebagai perantara, kemudian mengalihkan rangsangan tadi ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.17 1. Adaptasi Terang dan Gelap18 Jika seseorang telah berada di dalam cahaya terang untuk waktu lama, sebagian besar zat fotokimia di dalam batang dan kerucut telah direduksi menjadi retinal dan opsin. Lebih lanjut, kebanyakan retinal batang dan kerucut telah diubah menjadin vitamin A. Karena kedua efek ini, konsentrasi zat kimia peka cahaya sangat berkurang, dan kepekaan mata terhadap cahaya lebih berkurang lagi. Ini disebut adaptasi terang. Sebaliknya, jika orang tersebut tetap di tempat gelap untuk waktu lama, pada dasarnya semua retinal dan opsin di dalam batang dan kerucut diubah menjadi pigmen peka cahaya tambahan, batas akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin di dalam batang dan kerucut. Karena kedua efek ini, reseptor visual secara berangsur – angsur menjadi sedemikian peka sehingga bahkan cahaya paling sedikit pun sudah menyebabkan perangsangan. Ini disebut adaptasi gelap. 2. Refleks Cahaya Pupil18 Iris terutama berfungsi untuk meningkatkan jumlah cahaya yang memasuki mata selama keadaan gelap dan menurunkan cahaya yang memasuki mata dalam keadaan terang. Bila cahaya disinarkan pada mata, pupil mengecil, suatu reaksi yang dinamakan refleks cahaya pupil. Fungsi refleks cahaya adalah untuk membantu mata mengadakan adaptasi dengan cepat sekali terhadap perubahan keadaan cahaya. Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil sebanding dengan luas pupil atau dengan kuadrat diameter pupil. Diameter pupil mata manusia dapat menjadi sekecil kira – kira 1,5 mm dan sebesar 8 mm. Oleh karena itu, batas adaptasi cahaya yang dapat dipengaruhi oleh refleks pupil sekitar 30 banding 1. Penerangan ruang kerja yang kurang baik ( kurang maupun silau ) dapat mengakibatkan kelelahan mata.8 Menurut Fritz Hollwich (1972), menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa mencegah terjadinya astenopia ( kelelahan mata ) dan
mempertinggi kecepatan dan efisiensi membaca. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata, tetapi menimbulkan kelelahan mata.9 Kelelahan mata disebabkan stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian otot – otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot – otot pengakomodasi makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata. Stres pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.14 Kelelahan mata ditandai adanya :14 1. Rangsangan, berair dan memerahnya konjunktiva 2. Melihat rangkap 3. Pusing 4. Berkurangnya kemampuan akomodasi 5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatan persepsi. Tanda – tanda tersebut di atas timbul apabila penerangan tidak memadai dan refraksi mata ada kelainan.14 Kelelahan mata dapat diukur dengan menggunakan Reaction Timer. Pengukurannya berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang cahaya. Standar Pembanding Reaction Timer L.77.22 1. Normal ( N )
: waktu reaksi 150,0-240,0 millidetik
2. Kelelahan Kerja Ringan ( KKR )
: waktu reaksi >240,0-<410,0 millidetik
3. Kelelahan Kerja Sedang ( KKS )
: waktu reaksi 410,0-580,0 millidetik
4. Kelelahan Kerja Berat ( KKB )
: waktu reaksi >580,0 millidetik
H. Kerangka Teori Kelelahan Mata yang ditunjukkan dengan pengukuran kecepatan waktu reaksi melihat rangsang cahaya
Intensitas Penerangan
lebih
Kesilauan
1. Faktor Internal
cukup
kurang
Nyaman
Kecepatan dan ketepatan akomodasi kurang
- Umur - Defisiensi Vitamin A - Penggunaan kacamata bantu / softlens - Suplai energi
2. Faktor Eksternal - Reflektan meja belajar - Kesilauan - Lama tidur
Objek kerja – lensa mata – retina – nervus optikus - otak
Melihat terus menerus Stress alat penglihatan
Stress otot akomodasi
Gambar 1. Kerangka Teori Sumber:5,8,9,14,16,17,18,19,24,26
I. Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat
Intensitas penerangan
Kecepatan waktu reaksi melihat rangsang cahaya
Variabel pengganggu -
Reflektan meja belajar Kesilauan Cuaca Lama tidur malam Defisiensi vitamin A Penggunaan kaca mata bantu / softlens Suplai energi
Gambar 2. Kerangka Konsep
J. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, serta rumusan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah : Ada pengaruh intensitas penerangan terhadap kecepatan waktu reaksi melihat rangsang cahaya siswa kelas 5 SDN Rembes II Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang.