BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1
Sikap
A. Pengertian Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo, 1997 : 130). Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek (Heri Purwanto, 1998 : 62). Sementara sikap versi lain dalam (Azwar: 2003) bahwa sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran yaitu: a.
Yang berorientasi kepada respon. Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksil perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap_suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) terhadap objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar, 2003).
b.
Yang berorientasi kepada kesiapan respon. Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, La Pierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berari kecenderungan potensial bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap oleh La Pierre (dalam Azwar, 2003) dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif
predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosia1 atau secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. c.
Yang berorientasi kepada skema triadik. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Schiffman dan
Kanuk (2007) yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi perasaan yang berasal dari dalam individu yang mencerminkan apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek.
B. Komponen Sikap Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2003 : 23):
Universitas Sumatera Utara
1) Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereo tipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial. 2) Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. 3) Komponen perilaku (konatif), merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan caracara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. Sementara menurut Suryani (2008; 162), ada dua model sikap yaitu model komponen sikap dan model atribut.
Kedua model ini masing-masing dapat
dibentuk malalui jalan yang berbeda-beda, yaitu: a) Model Tiga Komponen Sikap 1. Komponen Kognitif, berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu atau pengalaman individu baik yang sifatnya langsung atau tidak langsung dengan objek sikap.
Universitas Sumatera Utara
2. Komponen Afektif, berkenaan dengan perasaan atau emosi konsumen mengenai objek sikap. Komponen afektif ini dapat beragam ekspresinya mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang hingga sangat suka atau sangat senang. 3. Komponen Konatif, berkenaan dengan predisposisi atau kecenderungan individu (konsumen) untuk melakukan suatu tindakan berkenaan dengan objek sikap. Jadi komponen ini bukan perilaku nyata, namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan. b) Model Multi Atribut 1. Model sikap terhadap objek, model ini lebih aplikasif penerapannya untuk mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk atau objek sikap yang lain. Mengacu pada model ini, sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek tertentu dari suatu produk merupakan fungsi dari evaluasi terhadap atribut dan keyakinannya tertentu mengenai produk tersebut. 2. Model keinginan berperilaku, model ini lebih memfokuskan pada prediksi intense (keinginan yang kuat) untuk berperilaku atas objek sikap serta mengkaitkan sikap dengan norma subjektif.
Norma subjektif
merupakan kayakinan konsumen tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya seubungan dengan objek sikap.
Universitas Sumatera Utara
C. Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo Notoatmojo: 1997): a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Universitas Sumatera Utara
D. Ciri – Ciri Sikap Ciri-ciri sikap adalah (Heri Purwanto, 1998 : 63): a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuanpengetahuan yang dimiliki orang.
E. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto:1998): a. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
F. Aspek-Aspek dari Sikap Sikap mempunyai fungsi yang sangat bermanfaat bagi individu sehingga dengan fungsi tersebut individu dapat mengadakan interaksi sosial secara komplet.
Beberapa ahli yang mengemukakan tentang aspek sikap
antara lain A. W. Masri, serta Cretch dan Curtchfield (dalam Santoso, 2004): 1) W. Masri a. Aspek cognitive (pengenalan) adalah sikap yang mempunyai hubungan dengan situasi yang nyata.
Dari cognitive ini kita mempunyai
pengetahuan tentang suatu situasi. b. Aspek affectives (perasaan) adalah sikap yang mempunyai pautan dengan person atau terhadap objek yang dituju ketika pandangan dari segi efective biasanya menembus kebelakang, jauh di balik apa yang dapat dipandang oleh mata. c. Aspek desire (keinginan) adalah sikap yang berpautan dengan apa yang dicita-citakan oleh seorang terhadap situasi atau objek tertentu. 2) Cretch dan Curtchfield a. Sikap kognitif berisikan keyakinan terhadap individu yang menjadi objek. b. Komponen perasa dari sikap berhubungan dengan emosi yang tertuju pada objek.
Universitas Sumatera Utara
c. Komponen kecenderungan berbuat dari keseluruhan kesiapan tingkah laku yang berhubungan dengan sikap.
G. Hubungan Antara Sikap dan Perilaku Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada di dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap suatu stimulus (Azwar, 2003), meski sikap pada hakikatnya hanyalah merupakan predisposisi atau tendensi untuk bertingkah laku, sehinggabelum dapat dikatakan merupakan tindakan atau aktivitas. Ajzen dan Fishbein (dalam Azwar, 2003) berusaha mengembangkan suatu pemahaman terhadap sikap dan prediksinya terhadap perilaku. Mereka mengemukakan teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action). Teori ini mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, serta dampaknya terbatas hanya pada tiga hal, yaitu: 1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu 2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif 3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Sikap terhadap Perilaku Perilaku
Intensi untuk Berperilaku Norma-norma Subjektif Sumber: Azwar (2003) diolah
Gambar 2.1 Teori Tindakan Beralasan Menurut Ajzen dan Fishbein
2.1.2
Perilaku Dalam Kelompok
A. Pengertian Perilaku Kelompok Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 1997 hal 114). Sementara menurut Thota: 1996 mengatakan bahwa perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Dalam Suryani: 2008 secara umum kelompok didefenisikan sebagai kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang bersama. Sementara menurut Stephen P. Robbins: 2006 kelompok (group) didefenisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Karekteristik yang dipunyai organisasi diantaranya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, perkerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang, dan tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan
karakteristik organisasi, maka akan terwujud perilaku individu dalam organisasi (lihat gambar 2.2) Karakteristik Individu Kemampuan Kebutuhan Kepercayaan Pengalaman Pangharapan Dan lainnya
Perilaku Inidvidu dalam Organisasi
Karakteristik Organisasi Hirarki Tugas-tugas Wewenang Tanggung jawab Sistem Reward Sisitem Kontrol Dan lainnya Sumber: Thoha (1996)
Gambar 2.2 Model Umum Perilaku dalam Organisasi
Universitas Sumatera Utara
B. Karakteristik Perilaku Jika dilihat dari bentuk respon terhadap suatu stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua karakteristik yaitu: a
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b
Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
C. Jenis Kelompok Dalam (Santoso: 2004) terdapat macam-macam kelompok menurut beberapa ahli, diantaranya adalah: 1) Charles H. Cooley, membagi kelompok menjadi: a)
Kelompok primer (primary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya
mempunyai
hubungan/interaksi
yang
lebih
intensif dan lebih erat antaranggotanya. b)
Kelompok sekunder (secondary group), artinya suatu kelompok yang anggota-anggotanya
saling
mengadakan
hubungan
yang
tidak
langsung, berjauhan dan formal, dan kurang bersifat kekeluargaan.
Universitas Sumatera Utara
2) Crech dan Curtchfield, membagi kelompok menjadi: a)
Kelompok stabil adalah kelompok yang strukturnya terus tetap, tidak berubah dalam jangka waktu yang cukup lama.
b)
Kelompok yang stabil adalah kelompok yang mengalami perubahan progresif meskipun tanpa terdapat variasi-variasi yang cukup penting dari situasi eksternal.
3) French membagi kelompok menjadi: a)
Kelompok terorganisir adalah kelompok yang menunjukkan secara tegas lebih memiliki kebebasan sosial, perasaan kita, saling ketergantungan, kesamaan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, motivasi, frustasi, dan agresi terhadap anggota kelompok lain.
b)
Kelompok tidak terorganisir adalah kelompok yang sedikit sekali kemungkinan bahwa individu akan dipengaruhi oleh apa yang dikerjakan orang lain. Dalam Griffin: 2004 secara umum ada tiga tipe dasar dapat ditemukan
dalam organisasi: a. Grup fungsional Grup fungsional (functional group) adalah grup permanen yang dibentuk oleh organisasi untuk meraih sejumlah tujuan organisasi dengan jangka waktu tidak terbatas. b. Grup informal atau Grup Kepentingan Grup informal atau Grup Kepentingan (informal or interest group) diciptakan oleh anggota-anggotanya sendiri untuk meraih tujuan-tujuan yang belum tentu relevan dengan tujuan-tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
c. Grup Tugas Grup tugas (task group) diciptakan oleh organisasi untuk meraih lingkungan tujuan yang relatif sempit dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau disiratkan.
D. Proses Terjadinya Perilaku Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu 2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting) (dalam Soekidjo Notoatmojo:1997 hal 122)
Universitas Sumatera Utara
E. Komponen Perilaku Manusia dalam Kelompok Perilaku kelompok dibagi dalam tiga jenis yang membuat dinamika kelompok, yang oleh George Homans disebut sebagai tiga ‘unsur dasar’: 1. Kegiatan-kegiatan (Activities), ialah apa yang dikerjakan atau diperbuat, seperti mengangkat, berjalan, menggali, mengambil dan sebagainya, yang memerlukan gerakan-gerakan otot/tubuh. 2. Interaksi (Interactions), ialah komunikasi dalam bentuk apapun diantara para
anggota kelompok. Interaksi ini tidak harus verbal, bahkan
kebanyakan non- verbal. 3. Sentimen (Sentiments), ialah keadaan internal/batin manusia, yang mencakup motivasi, dorongan, emosi, perasaan, dan sikap. Tidak seperti activities dan interactions, sentiment tidak dapat dilihat atau dipandang.
F. Usaha-usaha Memperbaiki Perilaku Negatif Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku negatif seseorang terutama bagi yang masih belum dewasa dapat dilakukan dengan (Heri Purwanto, 1998: 21): 1) Peningkatan peranan keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa. 2) Peningkatas status sosial ekonomi keluarga 3) Menjaga keutuhan keluarga 4) Mempertahankan sikap dan bebiasaan orang tua sesuai dengan norma yang disepakati
Universitas Sumatera Utara
5) Pendidikan keluarga yang disesuaikan dengan status anak: anak tunggal, anak tiri dll.
G. Faktor-faktor Individu Menjadi Anggota Kelompok Dalam Griffin: 2004, terdapat terdapat 5 alasan mengapa indivudu memilih menjadi anggota dalam kelompok: 1. Daya tarik interpersonal Salah satu alasan orang memilih membentuk grup informal atau grup kepentingan adalah karena mereka tertarik satu sama lain. Daya tarik juga meningkat jika individu-individu memiliki sikap, kepribadian, dan status ekonomi yang sama. 2. Aktivitas-aktivitas Kelompok Individu-individu juga bisa termotivasi untuk menjadi anggota kelompok karena aktivitas-aktivitas dari kelompok tersebut menarik bagi mereka. 3. Tujuan-tujuan Kelompok Tujuan-tujuan dari kelompok juga bisa memotivasi individu untuk menjadi anggotanya. Para anggotanya barang kali tidak tertarik satusama lain, dan mereka kemungkinan juga tidak menyukai yang mereka lakukan, tetapi mereka menjadi anggota untuk mendukung tujuan-tujuannya. 4. Pemenuhan Kebutuhan Alasan lain individu memasuki sebuah kelompok adalah untuk memenuhi kebutuhan akan afiliasi. Pendatang baru dalam suatu komunitas menjadi anggota sebagian karena ingin bertemu orang-orang baru dan sebagian hanya karena ingin berada di sekitar orang lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Manfaat-manfaat Instrumental Keanggotaan
kadang-kadang
dipandang
mendapatkan manfaat-manfaat lain.
sebagai
instrumen
untuk
Seperti seseorang yang ingin
menaikkan peluang mendapatkan pekerjaan bagus, seseorang agar dapat bertemu kontak-kontak bisnis yang penting dan lain sebagainya.
H. Tipe-tipe Perilaku di Lingkungan Kerja Perilaku lingkungan kerja adalah pola tindakan anggota-anggota organisasi yang mempengaruhi efektivitas organisasi secara langsung atau tidak langsung (Griffin: 2004). Perilaku-perilaku lingkungan kerja yang penting meliputi: 1) Perilaku kinerja Perilaku kinerja (performance behavior) adalah seluruh perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan yang dihadapkan oleh organisasi untuk ditampilkan oleh individu. Jadi, perilaku-perilaku ini berasal dari kontrak psikologis. Bagi sejumlah pekerjaan, perilaku kinerja dapat didefenisikan secara sempit dan dapat diukur secara mudah. 2) Perilaku penarikan diri Tipe perilaku lingkungan kerja lain yang penting adalah perilaku yang berasal dari penarikan diri, yang terdiri dari: a. Absenteisme (absenteeism) terjadi saat seorang individu tidak datang ke tempat kerja. Penyebabnya mungkin sah (sakit, bertugas sebagai juri, kematian dalam keluarga, dan sebagainya) atau palsu (dilaporkan
Universitas Sumatera Utara
sebagai alasan sah tetapi sebetulnya hanya merupakan alasan untuk tidak masuk kerja) b. Perputaran tenaga kerja (turnover) terjadi saat karyawan berhenti dari pekerjaan mereka.
Sebuah organisasi biasanya menanggung biaya
karena harus mengganti individu yang telah berhenti, apabila jika perputaran (tenaga kerja) melibatkan individu-individu yang sangat produktif, biayanya bahkan lebih tinggi.
Turnover tampaknya
disebabkan oleh beberapa faktor, dan pengaruh keluarga. 3) Keanggotaan organisasi Keanggotaan organisasi (organizational citizenship) adalah perilaku individu yang memberikan kontribusi yang positif bagi organisasi.
I. Pengaruh Kelompok Terhadap Perilaku Menurut Mowen dan Minor (dalam Suryani: 2008) terdapat lima faktor
penting
yang
dapat
menjelaskan
mengapa
kelompok
dapat
mempengaruhi perilaku individu: 1. Melalui norma, nilai dan informasi Kelompok yang menyadari pentingnya pencapaian tujuan bersama akan mengembangkan norma-norma guna mengatur dan mengontrol perilaku anggotanya. Oleh karena itu mau tidak mau individu yang ada di dalam kelompok berusaha menyesuaikan perilaku, kebiasaannya dengan apa yang ditentukan oleh kelompok.
Semakin kuat kelompok memegang
teguh norma, semakin besar pengaruhnya pada perilaku individu.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor peran dalam kelompok Agar kelompok dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan mencapai tujuan bersama yang telah disepakati, maka kelompok akan menjunjuk individu-individu tertentu sesuai dengan peran yang dibutuhkan dalam kelompok itu. Ada yang berperan sebagai ketua, sekretaris, bendahara dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan kelompok. Individu yang mempunyai peran diharapkan oleh anggota lainnya untuk dapat melakukan tindakan, tugas sesuai dengan status perannya. 3. Tuntutan untuk menyesuaikan dengan kelompok Ketika individu masuk dalam suatu kelompok tentu ingin mendapatkan penerimaan dari kelompok. Individu akan tersiksa jika menjadi orang yang tidak terima atau kurang yang diterima di dalam suatu kelompok yang menjadi kebutuhannya.
Oleh karena itu untuk mendapatkan
penerimaan ini individu berusaha menyesuaikan dirinya dengan aturan dan kebiasaan serta perilaku kelompoknya. 4. Proses perbandingan sosial Dalam interaksi dalam kelompok, secara psikologis individu akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang ”tingkatannya” sama dan juga membandingkan antara dirinya saat ini dengan diri yang ideal. Melalui proses seperti inilah individu yang ada dalam kelompok akan mengevaluasi sikap dan perilakunya serta berusaha mengubah perilakunya sesuai dengan diri yang diharapkan atau agar tidak berbeda dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
5. Polarisasi kelompok Di dalam suatu kelompok keputusan-keputusan penting sering harus dibuat.
Biasanya kelompok cenderung lebih berani dalam mengambil
risiko dibandingkan kalau keputusan itu dilakukan secara individual. Fenomena polarisasi juga dapat terjadi, individu sering dapat dengan mudah
terpengaruh
atau
mengubah
keputusannya
sendiri
dan
menyesuaikan dengan keputusan kelompok.
2.2 Penelitian Terdahulu Melani (2011) melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Sikap dan Kepribadian Karyawan Terhadap Kerjasama Tim Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Medan Putri Hijau”. Hasil penelitian diperoleh adalah hasil uji F dengan kondisi F-hitung lebih besar dari F-tabel (103,208>3,10) dengan nilai Sig lebih kecil dari Alpha (0,00<0,05), maka kesimpulan dapat diambil adalah menolak H0 yang berarti koefisien korelasi signifikan secara statistik, sikap dan kepribadian karyawan secara bersama-sama berpengaruh terhadap tim. Hasil uji signifikan t (Uji t) menyatakan bahwa variabel sikap berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kerja sama tim, hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,992 lebih besar dari 0,05. Nilai thitung
(0,098)
<
ttabel (1,986) artinya, jika ditingkatkan variabel sikap sebesar satu satuan maka kerjasama tim akan meningkat sebesar 0,010.
Sementara variabel
kepribadian berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kerjasama
Universitas Sumatera Utara
tim, hal ini terlihat dari nilai signifikansi 0,0000 lebih kecil dari 0,05. Nilai thitung
(14,314)
> ttabel
(1,986)
artinya jika ditingkatkan variabel waktu kerja satu
satuan maka kinerja karyawan akan meningkat sebesar 0,963. Hasil koefisien determinasi (R²) yaitu dengan nilai 0,694 berarti sikap dan kepribadian mempengaruhi kerjasama tim pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Putri Hijau sebesar 69,4% dan sisanya 30,6% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
2.3 Kerangka Konseptual Pengertian dasar dari Sikap adalah sikap terhadap suatu obyek, isue atau seseorang pada dasarnya merupakan perasaan suka atau tidak suka, tertarik atau tidak, percaya atau tidak, dan seterusnya. Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2003 : 23): Komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif. Serta perilaku dalam kelompok yang merupakan kegiatan atau aktivitas manusia yang saling berinteraksi antara individu dengan lingkungan untuk mencapai tujuan bersama. Komponen kelompok terdapat atas 3 yaitu kegiatan-kegiatan
(Activities),
Interaksi
(Interactions),
Sentimen
(Sentiments). Suatu kelompok yang baik haruslah memiliki sikap dan perilaku yang baik juga, karena sikap dan perilaku merupakan hal yang penting untuk terjalinnya hubungan yang baik bagi suatu kelompok. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptualnya dapat dilihat pada gambar 2.2
Universitas Sumatera Utara
Sikap (X1)
Perilaku Kelompok (Y)
Sumber: Azwar S. (2003) dan Notoatmodjo (1997) data diolah
Gambar: 2.3 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang diuraikan, maka hipotesis pada penelitian ini adalah “Pengaruh Sikap dan Perilaku Karyawan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kelompok pada PT Bank Sumut Cabang Tarutung”.
Universitas Sumatera Utara