BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Ruang Lingkup Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keungan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi operasional.Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaanya saling berkaitan. Menurut Kasmir (2010:5) definisi manajemen keuangan adalah: “Segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.” Martono dan Agus (2007:4), mengemukakan bahwa manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Manajemen aktivitas
keungan (Financial
perusahaan
yang
Management)
berhubungan
adalah
dengan
segala
bagaimana
memperoleh dana. Menggunakan data, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah aktivitas mencari dana, mengalokasikan dana, membagi keuntungan secara efektif dan efisien dengan tujuan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham menggunakan biaya yang sekecil-kecilnya dan menghasilkan keuntungan sebesarbesarnya.
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Dalam menjalankan tugasnya departemen keuangan memiliki banyak
tugas agar mencapai sasarannya.Tugas ini kemudian dituangkan dalam kegiatan yang harus direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dikendalikan, sehingga dapat memuluskan pencapaian tujuan tersebut.Semua tugas ini lebih banyak menjadi 11
12
tanggung jawab manajer keuangan atau direktur keuangan sebagai pimipinan tertinggi departemen keuangan. Kasmir (2010:16) menjelaskan bahwa fungsi utama manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana untuk memaksimalkan nilai perusahaan, atau dengan kata lain aktivitasnya berhubungan dengan keputusan tentang pilihan sumber dana dan alokasi dana. Sutrisno (2005:4) ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu: 1. Keputusan Investasi (Invesment Decision) Keputusan
investasi
adalah
bagaimana
manajer
keuangan
harus
mengaolkasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa mendatang. Dalam sebuah investasi menganduk sebuah risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu risiko dan hasil yang diharapkan dari suatu investasi akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Pada keputusan pendanaan ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Deviden Deviden adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.Dan melalui keputusan deviden ini ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran pada pemegang saham. Adapun bentuk laba yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk cash deviden : a. Stabilitas deviden yang dibagikan b. Deviden saham (stock devidend) c. Pemecahan saham (stock split)
13
d. Penarikan kembali saham yang beredar
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan membutuhkan tujuan dan sasaran yang akan
digunakan sebagai ketetapan penilaian dari hasil keputusan keuangan. Menurut Kasmir (2010:13) dalam praktiknya untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan yaitu: 1. Profit risk approach Dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Di samping itu manajer keuangan juga harus terus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
seluruh
aktivitas
yang
dijalankan
aktivitasnya
harus
menggunakan prinsip kehati-hatian. 2. Liquidity and profitability Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (uang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk mampu me-manage keuangan perusahaan, sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu. Manajer keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimiliki termasuk pencarian dana serta mampu mengelola asset perusahaan sehingga terus berkembang, dari waktu ke waktu.
14
2.2
Investasi
2.2.1
Pengertian Investasi Investasi merupakan suatu aktivitas atau kegiatan untuk menanamkan
sejumlah dana dengan harapan dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan dating. Keputusan investasi dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (issuer). Serta tujuan utama dari pihak yang melakukan kegiatan investasi yaitu untuk memperoleh keuntungan maksimal pada masa yang akandatang. Sunariyah (2011:4), mengemukakan bahwa investasi adalah sebagai berikut : “Penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan dating.” Sedangkan Tendelilin (2010:2), juga menjelaskan pengertian investasi yaitu sebagai berikut : “Komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.” Dari uraian diatas, dapat disimpulkan investasi adalah menempatkan sejumlah uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas dana tersebut dimasa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan dengan melakukan penempatan dana pada berbagai aktiva keuangan sebagai upaya untuk memperolah pendapatan optimal dengan risiko minimal dimasa yang akan dating, investasi tersebut dapat dilakukan pada real asset maupun investasi melalui financial asset. 2.2.1.1 ReturnInvestasi Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2010:109). Menurut Jogiyanto, return dibedakan menjadi 2 yaitu :
15
1. ReturnRealisasi (realied return) Returnrealisasi (realied return) merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Returnrealisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Returnhistoris ini juga berguna sebagai dasar penentu returnekspetasi (ekspektes return)dan risiko dimasa
mendatang.
Perhitungan
returnrealisasi
disini
menggunakan
returntotal. Returntotal merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.Adapun rumus return realisasi menurut (Jugiyanto, 2010:111) adalah :
Keterangan :Rᵢ
= Return saham = Harga saham pada t
= Harga saham pada saat t-1 2. ReturnEkspetasi (expected return) Return ekspetasi (expected return) merupakan perolehan return yang diharapkan oleh investor dimasa mendatang. Return ekspetasi sifatnya belum terjadi, berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi. Perhitungan return ekspetasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu : a.
Pendekatan Peramalan Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang di perkirakan terjadi sebagai berikut (Jugiyanto, 2010:126) :
Keterangan : E (Rᵢ ) = Expected returnsuatu aktiva atau sekuritas ke i = Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i = Probabilitas hasil masa depan ke j
16
b. Pendekatan Historis Pendekatan historis yaitu return actual yang telah terjadi dimasa lalu yang merupakan rata-rata yang telah terjadi dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
= Jumlah return saham n
= Jumlah saham dalam portofolio
2.2.1.2 Risiko Investasi Risiko didefinisikan sebagai perbedaan antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya.Semakin besar penyimpangannya, maka risikonya semakin tinggi.Return dan risiko investasi merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Harry Markowitz mengatakan bahwa keputusan investasi yang dibuat oleh investor didasarkan pada expected returndan varian dari return(sebagai ukuran risiko). Secara khusus, Markowitz mengkuantifikasi risiko sebagai varians return pengembalian yang diharapkan dari aktiva. Semakin besar nilai standar deviasi, semakin besar pula kemungkinan laba yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan dan hal tersebut menunjukan risiko yang akan dihadapi investor semakin tinggi. Risiko dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Menurut Halim (2005:43) pengertian dari risiko sistematis yaitu sebagai berikut : “Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena flutuasi risiko ini dipengaruhi oleh factorfaktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.” Sedangkan pengertian risiko tidak sistematis menurut Halim (2005:44) akan dijelaskan sebagai berikut : “risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu.”
17
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa risiko sistematis yaitu risiko yang bersifat umum (general risk) dan risiko tidak sistematis yaitu risiko yang lebih terikat pada perubahan kondisi mikro perusahaan.Terdapat dua pengukuran risiko yaitu pengukuran risiko sistematis (beta saham) dan pengukuran risiko tidak sistematis. Pengukuran tersebut akan di uraikan sebagai berikut : 1.
Pengukuran risiko sistematis/beta saham (βᵢ ) Beta (β) meupakan pengukuran risiko sistematis dari suatu saham atau
portofolio relative terhadap risiko pasar. Beta juga berfumgsi sebagai pengukur volatilitas return saham, atau portofolio terhadap return pasar. Volatilitas merupakan fluktuasi return suatu saham atau portofolio dalam suatu periode tertentu, jika secara statisktik fluktuasi tersebut mengikuti fluktuasi dari returnreturn pasar, maka dikatakan beta dari sekuritas tersebut bernilai satu (Jogiyanto, 2010:193). Risiko ini tidak mungkin dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun.Risiko ini disebabkan oleh factor-faktor yang secara serentak mempengaruhi harga saham dipasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, inflasi, devaluasi, dan resesi. Adapun cara mengestimasi beta yaitu beta sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Data historis dapat digunakan untuk menghitung beta waktu lalu dipergunakan sebagai taksiran beta yang akan dating. Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu dalam bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan demikian semakin besar koefisien determinasi semakin akurat estimasi beta. Adapun rumus beta sekuritas (Jogiyanto, 2003) :
Keterangan : βᵢ
= Beta sekuritas
Σm = Kovarian return antara sekuritas I dengan return pasar
18
= Varian return pasar Beta juga dapat dihitung dengan menggunakan teknik persamaan regresi. Tekni regresi untuk mengestimasikan beta suatu sekuritas sebagai variable dependen dan return pasar sebagai variable independent (Jogiyanto, 2010:233). Persamaan regresi yang digunakan untuk mengestimasikan beta dapat didasarkan pada model indeks tunggal : Rᵢ
2.
: αᵢ +βᵢ .
+eᵢ
Pengukuran risiko tidak sistematis (σₑ ᵢ ²) Risiko tidak sistematis merupakan bagian dari risiko saham yang tidak dapat
dipengaruhi oleh pergerakan pasar. Risiko tidak sistematis diukur dengan varian residua tau abnormal return I (ei). Nilai realisasi merupakan nilai yang sudah terjadi sehingga merupakan nilai yang sudah pasti tidak mengandung kesalahan pengukuran, sebaliknya nilai ekspetasi merupakan harapan yang belum terjadi yang masi dapat menyimpang dari harapan yang masih mengandung ketidak pastian, sehingga nilai ekspetasi masih dapat menyimpan dari nilai realisasinya yang akan terjadi. Perbedaan nilai ekspetasi dengan nilai relisasi yang merupakan kesalahan estimasi, kesalah ini ditunjukan oleh kesalahan residu (ei). Adapun rumus risiko tidak sistematis (Jogiyanto, 2010:238) : σₑ ᵢ : σᵢ ² - βᵢ ². Diamana: σₑ ᵢ
: Risiko tidak sistematis
σᵢ ²
: Varian residu : Varian pasar
19
2.2.2
Proses Investasi Menurut Husnan (2005:47) proses investasi menunjukan bagaimana
pemodal seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas, yaitu sekuritas apa yang akan dipilih, seberapa banyak investasi tersebut dan kapan invetasi tersebut akan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Menentukan kebijakan investasi Disini pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak investasi tersebut akan dilakukan. Karena ada hubungan positif antara risiko dan keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.Ia harus menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita rugi. Jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
2.
Analisis sekuritas Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap individu (atau sekelompok) sekuritas. Terdapat dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas yaitu : a.
Mereka yang berpendapat bahwa ada sekuritas yang mispriced (harganya salah mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah), dan analisis dapat mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut. Analisis teknikal dan analisis fundamental merupakan cara untuk melakukan analisis tersebut.
b.
Mereka adalah yang berpendapat bahwa harga sekuritas adalah wajar. Meskipun ada sekuritas yang mispriced, analisis tidak mampu untuk mendeteksinya. Pemilihan sekuritas bukan didasarkan atas factor mispriced, tetapi didasarkan atas preferensi risiko para pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan menerima saham yang berisiko), pola kebutuhn kas (pemodal yang menginginkan penghasilan yang ajeg akan memilih saham yang membagikan dividen dengan stabil), dan sebagainya.
20
3.
Pembentukan Portofolio Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berupa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilhan banya sekuritas (dengan kata lain pemodal lakukan diverisifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang
ditanggung. 4.
Melakukan revisi kinerja portofolio Tahap ini melakukan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya, dengan maksud perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki.Apabila portofolio yang dimiliki tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritassekuritas yang membentuk portofolio.
5.
Evaluasi kinerja portofolio Dalam
tahap
ini
pemodal
melakukan
penilaian
terhadap
kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung.Tidak benar kalau suatu portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih tinggi harus lebih baik dari portofolio lainnya.Factor risiko perlu dimasukkan, maka dari itu diperlukan standar pengukurannya.
2.3
Pasar Modal
2.3.1
Pengertian Pasar Modal Pasar modal menurut Undang-undang RI No. 8 tahun 1995 tentang
Pasar Modal dalam Pasal 1, Bab I, Butir 13 adalah : “Kegiatan
yang
bersangkutan
dengan
penawaran
umum
dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.” Definisi lain mengenai pasar modal dikemukakan oleh Fahmi dan Hadi (2011:41) menyatakan bahwa :
21
“Pasar modal adalah tempat dimana berbagi pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat dana perusahaan.” Sedangkan pengertian pasar modal secara umum yang dinyatakan oleh Sunariyah (2011:4) ”Suatu sistem keuangan yang terorganisir, yang didalamnya terdapat bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keungan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.” Dari pemaparan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasar modal sebagai sarana pendanaan untuk kegiatan berinvestasi bagi perusahaan maupun institusi lain dengan memberikan fasilitas sarana dan prasarana untuk kegiatan jual beli asset keuangan jangka panjang atau kegiatan terkait lainnya. 2.3.2 Fungsi Pasar Modal Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan, selain itu pasar modal juga memungkinkan pada pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risikonya. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu: 1. Pasar modal sebagai fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana. 2. Pasar modal sebagai fungsi keungan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
22
2.3.3 Peranan Pasar Modal Pasar modal bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industry dan
keseluruhan
entitas
dalam
memenuhi
permintaan
dan
penawaran
modal.Hampir semua Negara di dunia mempunyai pasar modal, terkecuali negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan. Menurut Sunariyah (2011:7) peranan pasar modal dengan aspek mikro yang ditujui dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal dalam suatu negara dapat dilihat dari lima segi sebagai berikut : 1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menetukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual betemu secara tidak langsung). Pada dewasa ini kemudahan tersebut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer. 2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan atau emiten untuk memenuhi kegiatan para pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dengan harga sekuritas. Tingkat kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas di pasar mencerminkan kondisi perusahaan. 3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka dengan
23
terpaksa
investor
harus
menanggung
pencarian
suratberharga
yang
dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan. Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar modal memberikan kepastian dalam menghindari risiko rugi. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindari ketidak pastian dimana yang akan dating dan segala bentuk risiko dapat diantisipasi sebelumnya dengan baik. 4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil mempunyai
kesempatan
untuk
mempertimbangkan
alternatif
cara
penggunaan uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa masyarakat dapat memiliki saham mayoritas. 5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasrkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal dapat menyediakan kebutuhan terhadap informasi bagi para pemodal secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal tersebut, biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku pasar bursa, yang dengan sendirinya akan jauh lebih murah. Biaya informasi tersebut dapat diklasifikasi dua yaitu biaya pencarian (search cost) informasi tentang perusahaan dan biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau kelemahan surat berharga. Sedangkan peranan pasar modal yang ditinjau dari perekonomian nasional (makro ekonomi) adalah sebagai berikut: 1. Fungsi tabungan (saving function)
24
Pasar modal dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang ingin menghindari penurunan mata uang karena inflasi. 2. Fungsi kekayaan (wealth function) Masyarakat dapat mengembangkan nilai kekayaan dengan berinvestasi dalam berbagai instrumen pasar modal yang tidak akan mengalami penyusutan nilai sebagaimana yang terjadi pada investasi nyata. 3. Fungsi likuiditas (liquidity function) Instrumen pasar modal pada umumnya mudah untuk dicairkan sehingga memudahkan masyarakat memperoleh kembali dananya dibandingkan rumah dan tanah. 4. Fungsi pinjaman (credit function) Pasar modal merupakan sumber pinjaman bagi pemerintah maupun perusahaan dalam membiayai kegiatannya. 2.3.4 Efek yang Diperdagangkan Efek yang diperdagangkan dalam pasar modal terdiri dari surat-surat berharga yang berbentuk surat pengakutan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, setiap derivatif dari efek dan sebagainya. Surat-surat berharga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Saham merupakan bukti pernyataan atau kepemilikan dalan suatu perusahaan yang memberikan hasil investasi bersifat variable tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya. Indeks saham menjadi instrumen yang digunakan sebagai indikator dari pergerakan kinerja saham atau sekumpulan saham yang berbentuk indeks sektoral maupun non sektoral. 2. Obligasi merupakan efek berbasis surat hutang yang memberikan hasil investasi bersifat tetap selama periode tertentu. Terdiri dari obligasi korporasi dan obligasi pemerintah.
25
3. Sukuk merupakan efek berbasis penyertaan dalam pengelolaan aset yang memberikan hasil investasi tergantung dari jenis akadnya selama periode tertentu. Terdiri dari sukuk korporasi dan sukuk Negara (SBSN). 4. Rekasadana merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 5. Efek derivatif merupakan efek yang menggunakan asset financial lainnya sebagai underlying yang memberikan hasil investasi bersifat variable tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya. 6. Exchange traded funds merupakan reksadan yang unit penyertaanya diperdagangkan di bursa efek dan memberikan hasil investasi bersifat variable tergantung dari kemampuan investor dalam mengelolanya.
2.4
Teori Portofolio Investor yang rasional akan memilih dananya diinvestasikan pada saham
yang efisien, saham efisien yang dimaksudkan yaitu saham saham yang dapat memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Menghindari atau memperkecil sebuah risiko, investor dapat melakukan strategi diversifikasi atas investasinya dengan membentuk portofolio yang terdiri atas beberapa saham yang dinilai efisien.Pada dasarnya, keinginan atau motivasi investor dalam melakukan portofolio dalam aktivitas investasinya adalah untuk mengurangi adanya systematic risk atau risiko yang bersifat umum. Alokasi investasi adalah tindakan untuk menetapkan bobot investasi atau proporsi instrumen keuangan tidak berisiko (risk free asset) dan instrumen keuangan berisiko (risk asset).Risk free assets diartikan sebagai instrumen investasi yang tidak mungkin mengalam gagal bayar bungan dan pokok investasi seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Risk asset diartikan sebagai instrumen keungan yang mengundang risiko tidak mendapatkan hasil investasi, atau pokok investasi sebagian atau seluruhnya. Dalam menentukan bobot investasi risk free dan risk assets, investor mempetimbangkan kondisi pasar (market timing) dan
26
siklus ekonomi (business eyeles) yang sedang berlangsung pada saat investasi akan diputuskan (Samsul, 2006:284). Menurut Sunariyah (2011:190) pengertian dari portofolio adalah sebagai berikut: “Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.” Definisi portofolio menurut Fahmi dan Hadi (2011:2) dan diuraikan sebagai berikut: “Portofolio adalah sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan menganekaragamkan risiko tersebut.” Sedangkan menurut Zubir (2011:2) definisi lain mengenai portofolio saham yaitu: “Portofolio saham adalah investasi yang terdri dari berbagai saham perusahaan yang berbeda dengan harapan bila harga salah satu saham menurun, sementara yang lain mengingkat, maka investasi tersebut tidak mengalami kerugian.” Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio merupakan pengkombinasian saham yang dimiliki seseorang atau lembaga yang bertujuan untuk penyebaran risiko dengan cara diversifikasi. Pada umumnya seorang investor tidak menyukai risiko (risk averse), maka portofolio dibentuk untuk memperoleh keuntungan yang maksimum atas aktivitas investasi yang dilakukan dengan cara mendiversifikasikan risiko ke sekelompok/kumpulan saham sehingga risiko yang harus ditanggung bisa menjadi lebih rendah.
27
Konsep dasar dalam manajemen portofolio adalah prinsip diversifikasi, hal tersebut didasarkan atas fenomena bahwa investor financial asset menanamkan dananya pada beberapa saham yang sering disebut diversifikasi investasi untuk mengurangi risiko yang mereka tanggung. Karena dalam melakukan investasi biasanya pemodal baik perorangan maupun badan akan selalu dihadapkan dengan returnyang diharapkan dan tingkat risiko yang akan ditanggung. Dengan demikian keputusan untuk memilih kombinasi yang optimal dari saham-saham yang dimiliki yang disebut dengan efisiensi portofolio untuk memberikan hasil yang maksimal yang mungkin diharapkan. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan suatu kondisi perekonomian makro pada masa yang akan datang, sangat berguna bagi investor dalam pembuatan keputusan investasi yang dapat memberikan keuntungan. Terdapat beberapa indicator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal yaitu fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan lainnya. Tingkat bungan dan harga saham memiliki hubungan yang bertolak belakang, karena apabila tingkat bunga yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi nilai present value aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Akibat dari tingkat bunga yang tinggi juga dapat meningkatkan biaya
modal
yang akan ditanggung perusahaan, karena
menyebabkan returnyang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan dan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money).Secara tidak langsunng, tingkat inflasi yan tinggi dapat mengurangi
tingkat
pendapatan
riil
yang
diperoleh
investor
dari
investasinya.Sedangkan kurs merupakan variable makro ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi harga saham. Depresiasi mata uang domestic akan meningkatkan volume ekspor apabila permintaan pasar internasional cukup elastic yang dapat meningkatkan cash flow perusahaan domestik, hal tersebut tercermin
28
pada IHSG karena harga saham mengalami peningkatan. Tetapi apabila perekonomian internasional tidak stabil, maka hal tersebut akan terjadi sebaliknya.
2.4.1
Evaluasi Kinerja Portofolio
2.4.1.1 Faktor-Faktor Dalam Mengevaluasi Kinerja Portofolio Evaluasi kinerja portofolio merupakan tahap penting dalam proses investasi karena dalam tahap ini dapat mengidentifikasi portofolio yang telah terbentuk maupun memberikan tingkat returnyang relative lebih tinggi disbanding returnportofoli lainnya dan untuk mengetahui returntersebut sesuai dengan tingkat risiko yang di tanggung. Selain tingkat returnyang diperhatikan, diperlukan untuk memperhatikan faktor lain seperti tingkat risiko portofolio dan tujuan investasi. Menurut Tandelilin (2010:489) terdapat beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam mengevaluai kinerja suatu portofolio, sebagai berikut: 1. Tingkat risiko Dalam mengevaluasi kinerja portofolio perlu memperhatikan tingkat returnportofolio yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung dan didasarkan pada ukuran yang bersifat riskadjusted. 2. Periode waktu Periode waktu perlu diperhatikan saat mengevaluasi kinerja portofolio, Karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat returnportofolio. 3. Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai Evaluasi kinerja investasi juga harus melibatkan perbandingan kinerja portofolio dengan suatu alternatif portofolio lain yang relevan. Portofolio yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) tersebut harus bisa secara akurat mencerminkan tujuan yang ingin diinvestasikan oleh investor. 4. Tujuan investasi
29
Tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelolanya. Misalnya, jika tujuan investasi seorang investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja portofolio yang dibentuknya akan relatif lebih kecil dari kinerja portofolio yang dibentuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek.
2.4.1.2 Pengukuran Kinerja Portofolio Menurut Tandelilin (2010:494), menyatakan bahwa terdapat beberapa metode pengukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan unsure risiko adalah Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen. Ketiga metode tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis kinerja portofolio dalam penelitian ini. Berikut penejelasan ketiga metode tersebut : 1. Indeks Sharpe Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut dengan reward-to-variability ratio. Pengertian dari reward-to-variability yaitu untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal atau capital market line patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Dengan demikian, indeks sharpe akan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut yang akan dirumuskan sebagai berikut:
Dalam hal ini : : Indeks Sharpe Portofolio : Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan : Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan : Standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan
30
Premi risiko portofolio, Rp – Rf merupakan kompensasi untuk memikul risko. Sedangkan deviasa standar return portofolio adalah pengukur risiko. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya.Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu portofolio disbanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. 2. Indeks Treynor Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut reward-to-variability ratio (asumsi bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan
dalam
risiko sistematis atau beta).
Indeks Treynor
menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Asumsi yang digunakan oleh treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara mengukur indeks treynor dapat dihitung menggunakan persamaan seperti berikut:
Dalam hal ini : : Indeks Treynor portofolio : Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan : Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan : Beta portofolio p 3. Indeks Jensen Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara tingkatreturn actual yang diperoleh portofolio dengan tingkat returnharapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk indeks Jensen ini adalah:
31
Ĵp = Dalam hal ini : Ĵp : Indeks Jensen portofolio : Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan : Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan Rm : Rata-rata tingkat return pengembalian pasar : Beta portofolio p Indeks Jensen merupakan kelebihan return di atas atau dibawah garis pasar sekuritas (security market line). Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpetasikan sebagai pengukur berapa banyak portofolio “mengalahkan pasar”. Indeks yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada diatas garis pada sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus Karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistimatisnya.
2.5
Penelitian Terdahulu Penelitian
yang
dilakukan
Citrayani
Tuerah
(2013),
dilakukan
menggunakan uji beda sample dependent (pair sample test) dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode; Jensen, Sharpe, dan Treynor berbeda signifikan antara return yang di harpakan dan yang dihasilkan dari ke-3 metode tersebut.Hal ini disebabkan perbedaan variable yang digunakan dalam perhitungan dan perlu standarisasi ukuran kinerja yang digunakan. Sedangkan penelitian mengenai analisis kinerja portofolio saham menggunakan uji kruskal-wallish dan uji perbedaan mean rank yang dilakukan oleh Agustin Sulirtyorini (2009), memiliki hasil dari masing-masing pengujian yaitu hasil dari uji kurskal-wallish menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan metode Sharpe, Jensen, dan Treynor, maka
32
hipotesis nihil (H0) dalam penelitian ini diterima. Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan mean rank menunjukan metode Treynor paling konsisten karena menghasilkan selisih mean rank paling rendah dibandingkan metode Sharpe dan Jensen. Pada tahun 2001, Tuncer et al. melakukan peneitian yang berjudul “Evaluation Of Portofolio Performance Of Turkish Investment Funds”, dalam penelitian ini menggunakan pengujian dengan empat model yakni indeks Sharpe, indeks Trenor, indeks Jensen dan indeks Graham dan Harvey. Hasil penelitiannya menemukan bahwa keempat model tersebut menunjukan hasil korelasi positif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Rachman dan Febrianto (2012) dengan judul “Analisis Kinerja Portofolio Saham Subsektor Perkebunan Dengan Sharpe Measure, Treynor Measure, Dan Jensen Measure”. Hasilnya menunjukan bahwa ketiga metode perhitungan kinerja portofolio saham tersebut tidak menghasilkan nilai yang konsisten antara satu dengan yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdian dan Dewi (2006) dengan judul “The Performance Analysis Of Islamic Mutual Funds-A Comparative Study Between Indonesia And Malaysia”. Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian kinerja portofolio selalu meunjukan hasil yang sama dengan metode Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen. Fahmi dan Kartikawati pada tahun 2013 melakukan penelitian dengan judul „Analisis Perbedaan Kinerja Portofolio 12 Saham Lq45 Dan Reksadana Saham Lq45 Berdasarkan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen Periode Februari 2008 - Januari 2012‟ dengan menggunakan Metode Sharpe, Terynor dan Jensen dengan alat analisis uji dua beda rata-rata (mann-whitney u). Berdasarkan hasil uji beda rata-rata dua sample untuk data yang tidak berhubungan (independen), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio saham LQ45 dengan reksadana LQ45.
33
Pada penelitian yang dilakukan oleh Edy Arisondha pada tahun 2013 dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen (Studi Kasus Indeks Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008–2012)” dengan menggunakan metode Sharpe, Terynor dan Jensen dan menggunakan alat analisis uji statistik transformasi z-score (standardized) danteknik statistic Kruskall-Wallis. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen.Pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen tidak menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan atas hasil kinerja portofolio dalam suatu periode. Pada tahun 2007 terdapat penelitian yang dilakukan oleh Jagric et al dengan judul “risk-adjusted performance of mutual funds: some test” menunjukan hasil penelitian bahwa metode Sharpe dan Treynor selalu memperlihatkan hasil yang sama. Table 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul Penelitian
1.
Citrayani Tuerah, 2013
Perbandingan Kinerja Saham Lq 45 Tahun 2012 Menggunakan Metode Jensen, Sharpe Dan Treynor
2.
Agustin Sulistyorini, 2009
Analisis Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen (Saham LQ 45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 Sampai
Metode & Alat Analisis Metode Jensen, Sharpe Dan Treynor. Uji beda sampel dependent (pair sample test) dan ANOVA Metode Sharpe, Terynor dan Jensen dengan uji kurskal dan uji perbedaan mean rank
Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa metode Jensen, Sharpe dan Treynor berbeda signifikan antara return yang di harapkan dan yang dihasilkan dari ke-3 metode tersebut. Hasil pengujian dengan uji Kruskal Wallish menunjukan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan Metode Sharpe,
34
2007)
3.
4.
5.
6.
Treynor dan Jensen, maka hipotesis (H0) dalam penelitian ini diterima. Hasil pengujian dengan menggunakan mean rank yang menunjukan metode Treynor paling konsisten karena menghasilkan selisih mean rank paling rendah dibandingkan metode Sharpe dan Jensen. Tuncer et al, “Evaluation of Indeks Sharpe, Indeks Sharpe, 2001 Portofolio Indeks indeks Treynor, Performance Of Treynor, Indeks Jensen dan Turkish Invesment Indeks Jensen Graham & Harvey Funds” dan Graham & menunjukan hasil Harvey korelasi positif dan signifikan Artie Arditha Analisis Kinerja Metode Ketiga metode Rachman Portofolio Saham Jensen, Sharpe perhitungan indeks danIgo Subsektor Dan Treynor Sharpe, Treynor dan Febrianto, Perkebunan Dengan Jensen tidak 2012 Sharpe Measure, menghasilkan nilai Treynor Measure, yang konsisten antara Dan Jensen Measure satu dengan yang lain. Ferdian dan The Performance Metode Indeks Hasil penelitian Dewi, 2006 Analysis of Islamic Shape, Jensen, menunjukan bahwa between Indonesia dan Trenor penilaian kinerja and Malaysia portofolio selalu menunjukan hasil yang sama dengan metode Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Fahmi dan Analisis Perbedaan Metode Berdasarkan hasil uji Kartikawati, Kinerja Portofolio Sharpe, beda rata-rata dua 2013 12 Saham Lq45 Dan Terynor dan sample untuk data Reksadana Saham Jensen dengan yang tidak Lq45 Berdasarkan Uji dua beda berhubungan Metode Sharpe, rata-rata (independen), maka Treynor Dan Jensen (mann-whitney dapat disimpulkan
35
Periode Februari 2008 - Januari 2012
u)
Analisis Perbandingan Kinerja Portofolio Saham Dengan Metode Sharpe, Treynor Dan Jensen (Studi Kasus Indeks Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008–2012)
Metode Sharpe, Terynor dan Jensen dengan UjiStatistik Transformasi Z-score (standardized) Digunakan teknik statistic KruskallWallis
7.
Edy Arisondha, 2013
8.
Jagric et al, Risk-adjusted 2007 performance of mutual funds: some tets
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja portofolio saham LQ45 dengan reksadana LQ45.
Hasil ini menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan pengujian dengan Metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Sharpe, Treyno r dan Jensen tidak menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan atas hasil kinerja portofolio dalam suatu periode. Metode Sharpe Hasil penelitian dan Treynore menunjukan bahwa merode Sharpe dan Treynore selalu memperlihatkan hasil yang sama
Sumber: data yang diteliti 2.6
Kerangka Pemikiran Investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan
tambahan dana pada masa yang akan datang (Francis, 1991). Menurut Pratomo dan Nugraha (2009), ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu adanya kebutuhan masa depan yang belum mampu untuk dipenuhi sehingga uangnya diinvestasikan terlebih dahulu untuk mendapatkan return, kemudian adanya keiinginan untuk menambah nilai asset, adanya
36
kebutuhan untuk melindungi nilai asset yang sudah dimiliki, dan terakhir karena adanya inflasi. Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, seorang investor harus mempertimbangkan saham-saham mana yang harus dipilih. Saham yang dipilih otomatis yang memberikan returnmaksimal dengan risiko tertentu, atau returntertentu dengan risiko minimal. Untuk dapat mengetahui saham-saham mana saja yang dipilih, bisa dilakukan dengan melakukan klasifikasi saham dengan cara pembentukan portofolio optimal saham. Pasar modal merupakan sebuah lembaga yang menjalankan fungsi eknomi dan keunagan dalam suatu negara dengan melakukan pengumpulan modal secara produktif. Agar pasar modal berhasil berkembang, maka supply dan demand harus berjalan efektif.Pasar modal mempunyai indeks indicator harga saham yang menjadi pintu gerbang sekaligus barometer utama untuk para investor dalam mengambil keputusan. Indeks yang sering digunakan sebagai dasar pembentukan portofolio saham adalah IHSG dan Indeks LQ 45 pada BEI. Saham-saham yang umumnya banyak diminati oleh investor adalah emiten-emiten yang terdaftar pada Indeks LQ 45. Saham-saham tersebut adalah saham yang aktif diperdagangkan dan mempunyai likuiditas tinggi. Anggota Indeks LQ 45 selalu mengalami perubahan sesuai likuiditas yang dicapai oleh emiten sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai proksi penghitung return pasar. Indeks LQ-45 adalah salah satu indikator indeks pasar saham Indonesia, LQ-45 sendiri adalah indeks gabungan dari 45 emiten dengan likuditas tinggi, yang mana dalam pemilihan emiten agar termasuk dalam indeks LQ-45 dilakukan seleksi dengan beberapa kriteria pemilihan.Berikut adalah kriteria yang dipergunakan untuk suatu Saham dapat masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45: 1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Aktivitas transaksi di pasar regular yaitunilai,volumedan frekuensi transaksi. 3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler.
37
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu. 5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut. Terdapat lima langkah dalam melakukan proses investasi portofolio menurut Husnan (2005:438)yaitu menetapkan kebijakan investasi, melakukan analisis sekuritas, membentuk portofolio, merevisi portofolio dan menilai kinerjaportofolio. Tahapan penting dalam proses investasi adalah tahap evaluasi kinerja
portofolio.
Tahap
tersebut
dikatakan
penting
karena
dapat
mengidentifikasi apakah tingkat keuntungan yang diperoleh sudah sesuai dengan risiko yang ditanggung, serta akan memberikan informasi bagi investor untuk mengetahui secara keseluruhan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan dari portofolio yang telah dibentuk. Portofolio optimal yang dihasilkan akan dimasukan dalam suatu ukuran kinerja portofolio saham. Kinerja portofolio saham harus mengetahui tingkat returndan risiko yang dihasilkan. Kondisi pasar yang sedang buruk akan dapat menurunkan kinerja portofolio. Kondisi suatu pasar harus selalu dipantau untuk menjaga kinerja portofolio agar tetap optimal, maka dari itu suatu portofolio perlu diseimbangkan kembali (rebalancing) (Jogiyanto,2009:611). Kinerja portofolio dengan menggunakan pengukuran risk-adjusted return dapat diukur dengan indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen (Tandelilin,2010:494). Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya, dimana semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibandingkan dengan portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. Kinerja portofolio dapat diukur dengan melakukan pembagian return
lebih
(excess
return)
dengan
votalitas
(volatility)
portofolio
(Jogiyanto,2010:644). Kinerja
portofolio
pada
indeks
Treynor
bisa
digunakan
untuk
menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut, sedangkan kinerja indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan
38
perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Dari berbagai kinerja yang ada, investor akan memilih kinerja saham yang paling baik diantara saham yang ada untuk digunakan sebagai saham investasi. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Investasi
Emiten
Pasar Modal dan Investasi
Indeks LQ45
Risk
Return
Kinerja Portofolio Optimal
Indeks Sharpe
Indeks Treynor
Indeks Jensen
Keterangan: Diteliti Tidak diteliti
39
2.7
Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat didefinisikan sebagai asumsi atau dugaan yang
diperkirakan secara logis dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Berdasarkan uraian kerangkan pemikiran yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : “Terdapat perbedaan yang signifikan dalam mengukur kinerja portofolio saham-saham pada LQ 45 menggunakan metode Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen dengan menghasilkan metode yang paling baik dari ke tiga metode”