BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.1 Dari definisi tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa syarat terjadinya komunikasi massa adalah pesan yang ingin disampaikan harus disebarkan atau dimuat melalui media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) komunikasi massa adalah produksi dan ditribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (Rakhmat, 2003: 188). Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jangka waktu yang tetap, misalnya harian, mungguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan
1
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media. Bandung, 2009. Hal. 3
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.2 Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi: “komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2003: 189). Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli komunikasi, tampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari pengetian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya.3 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Salah satu kelebihan dari komunikasi massa adalah pesan yang terdapat pada suatu media massa dapat diakses kapanpun. Pesan dan informasi diterima secara serentak oleh khalayak yang tersebar dari berbagai daerah atau geografis. Khalayak seolah diberikan kebebasan dalam memilih informasi apa yang dibutuhkan.
2 3
Ibid Hal. 3 Ibid Hal. 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam komponen-komponen yang terlibat didalamnya, dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Namun, agar karakteristik komunikasi massa itu tampak jelas, maka pembahasannya perlu dibandingkan dengan komunikasi antarpersonal. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut.4 1. Komunikator terlembagakan 2. Pesan bersifat umum 3. Komunikannya anonim dan heterogen 4. Media massa menimbulkan keserempakan 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan 6. Komunikasi massa bersifat satu arah 7. Stimulasi alat indera terbatas 8. Umpan balik tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Karena komunikasi massa bersifat satu arah dan pesan didistribusikan secara serentak dalam jangka waktu yang sama, khalayak diharapkan mengkonsumsi informasi secara bersamaan dan memiliki reaksi yang sama pula. Meskipun terdapat pula khalayak yang memiliki reaksi yang berbeda tetapi pesan yang keluar dari peralatan komunikasi dan media massa dipusatkan terhadap sebuah peristiwa atau perhatian yang sama. Menurut Onong Uchjana Effendy, ciri-ciri komunikasi masa adalah.5
4
Ibid. hal. 6-11 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung, 2002, hal. 22 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
1. Komunikasi Massa berlangsung satu arah (one way communication). Ini berarti tidak terjadi arus balik dari komunikan. 2. Komunikator pada komunikasi massa terdiri dari lembaga, yaitu suatu instansi dan organisator. 3. Pesan komunikasi massa bersifat umum karena pesan yang disampaikan atau disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum, jadi tidak ditujukan kepada perorangan atau kepada kelompok orang tertentu. 4. Media komunikasi massa menimbulkan kesempatan, karena kemampuannya dapat menimbulkan kesempatan pada khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. 5. Komunikasi massa bersifat heterogen, dimana keberadaan khalayak terpencar-pencar, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal seperti jenis kelamin, usia, agama, ideologi, keinginan cita-cita dan sebagainya. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Bagi Masyarakat Sejak pertama kali media massa muncul, kehidupan masyarakat selalu dipengaruhi oleh komunikasi massa. Masyarakat era modern tidak dapat jauh dari komunikasi massa dan hampir setiap saat selalu mendapatkan pesan dan informasi dari media massa. Jika dulu masyarakat gemar membaca koran dan majalah, maka saat ini masyarakat menjadi semakin mudah dalam mendapatkan informasi. Kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor pendukung komunikasi massa seperti, televisi, radio, gadget, handphone, yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
semakin canggih. Bahkan kehadiran internet semakin memanjakan masyarakat dengan cara memberikan kebebasan dan keleluasaan dalam mencari informasi. Sementara itu, Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum yaitu.6 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan oleh media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan artikel. 3. Fungsi Memengaruhi Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Jika khalayak sudah terpengaruh oleh informasi atau pesan-pesan yang dimuat oleh media massa,
6
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama Media. Bandung, 2009. Hal. 18-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
maka tanpa sadar khalayak akan melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media. Menurut DeVito dalam bukunya Komunikasi Antar Manusia (1996), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan dalam memahami fungsi-fungsi media massa. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio siaran maupun membaca surat kabar, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, memengaruhi seseorang atau sekelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarang orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur pada satu saat, tetapi pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu.7 Sedangkan Djalaludin Rakhmat membagi fungsi komunikasi massa dan dapat dijelaskan sebagai berikut.8 1. Fungsi menyiarkan informasi (to inform) Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang pertama dan yang utama. Khalayak menerima informasi mengenai berbagai hal yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain dan apa yang dipikirkan orang lain dan sebagainya. 2. Fungsi mendidik (to educate)
7 8
Ibid hal. 19 Djalaludin Rakhmat, Teori Komunikasi Massa. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, Hal. 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
Fungsi ini sebagai sarana pendidikan bagi khalayak sehingga bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk pendapat-pendapat membangun dari pada dewan juri analis. 3. Fungsi menghibur (to entertaint) Hal-hal yang bersifat menghibur untuk mengimbangi berita yang berbobot yang tujuannya untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah dihidangkan berita yang berat. 4. Fungsi memengaruhi (to persuasive) Fungsi ini menyebabkan sebuah acara memegang peranan dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi khalayak. 2.1.4 Elemen Komunikasi Massa Elemen-elemen komunikasi massa adalah terdiri dari.9 1. Komunikator Komunikator yang dimaksud disini merupakan gabungan individu dalam sebuah lembaga media massa. 2. Isi (Pesan) Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa, setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di seluruh dunia kepada para audiens.
9
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 96-134
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
3. Komunikan (Audience) Audiens yang dimaksud untuk komunikasi massa sangat beragam. Menurut Hilbert, audiens dalam komunikasi massa setidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut: a. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagai pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka. b. Audience cenderung besar. Besar disini maksudnya adalah tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. c. Audience cenderung heterogen. d. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. e. Audience secara fisik dipisahkan oleh komunikator. 4. Feedback Di dalam komunikasi massa umpan balik terjadi tidak secara langsung. 5. Noise a. Gangguan saluran. b. Gangguan semantik (gangguan bahasa). 6. Gatekeeper Jhon R. Bitter 1996 mengistilahkan gatekeeper sebagai “individu-individu atau sekelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah komunikasi massa.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
7. Pengatur Pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi proses aliran pesan media massa. 8. Filter Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan.
2.2 Film Sebagai Media Massa 2.2.1 Pengertian Film Secara tidak langsung, film digunakan sebagai tolak ukur atau indikator budaya dari negara yang membuatnya. Film yang berasal dari barat akan berbeda dengan film yang berasal dari timur. Hal ini bisa dilihat dari setiap adegan yang terdapat di dalam film. Selain adegan, penampilan para pemeran juga akan tentu berbeda karena tiap negara memiliki nilai, etika, dan norma yang berbeda pula. Film merupakan sarana hiburan yang saat ini keberadaannya dinikmati oleh berbagai kalangan dan usia. Keberadaan film sangat didukung oleh media massa dan film juga merupakan bagian dari The Big Five of Mass Media (lima besar media massa). Film juga digunakan sebagai sarana penyampaian pesan oleh pembuatnya. Pembuat film berharap film yang dibuatnya dapat menyampaikan tujuannya agar masyarakat dapat menerima pesan yang tersirat dan tersurat di dalam film tersebut. Sebagian besar orang percaya bahwa penyampaian suatu pesan akan berhasil jika menggunakan sarana yang bersifat menghibur untuk menyampaikannya. Karena dengan hiburan, masyarakat dapat menikmati dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
merasakan kenyamanan sehingga masyarakat akan dengan mudah menangkap suatu pesan karena tidak terdapat unsur paksaan melainkan atas kemauan sendiri. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Perfilman, film adalah sebuah karya seni budaya yang merupakan suatu pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasar atas kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan.10 Film adalah suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan atas sinematografi dengan direkam pita seluloid, pita video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya.11 Menurut Onong Uchjana, film adalah cerita singkat yang ditampilkan dalam bentuk gambar dan suara yang dikemas sedemikian rupa dengan permainan kamera, teknik editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona.12 Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop dan film televisi setiap minggunya. Film Hollywood diproduksi di Amerika.
10
Diakses dari http://dilihatya.com/2959/pengertian-film-menurut-para-ahli adalah, pada tanggal 27 Maret pukul 14.52 WIB 11 Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 8 tahun 1992, tentang perfilman BAB 1 pasal 1 ayat 1 12 Van Zoest dan Panuti Sudjiman. Serba-Serbi Semiotika. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,1992. hal. 109
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
Film yang dibuat di sini membanjiri pasar global dan memengaruhi sikap, perilaku, dan harapan orang-orang dibelahan dunia. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton film ke bioskop ini menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Industri film adalah industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh
estetika
(keindahan)
yang
sempurna.
Meskipun
pada
kenyataannya adalah bentuk karya seni, industry film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadang-kadang menjadi mesin uang yang seringkali demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick. 2000:306).13 2.2.2 Fungsi Film Seperti yang telah diketahui bahwa film merupakan suatu budaya populer yang sudah digemari sejak dulu ketika pertama kali muncul hingga saat ini. Dibalik pembuatan film terdapat pesan dari pembuat film yang ingin disampaikan kepada khalayak agar mengerti maksud dan tujuan dari pembuatan film tersebut. Oleh karena itu film merupakan salah satu media massa yang memiliki fungsi dari berbagai aspek. Film memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi informatif, fungsi edukatif, dan fungsi persuasif.14 Selain itu, sebagai media komunikasi, film memiliki lima fungsi diantaranya:
13
Elvinaro Ardianto. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Simbiosa Rekatama, Media. Bandung, 2009. Hal. 143 14 Ibid hal. 145
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
25
1. Hiburan 2. Pendidikan 3. Penerangan 4. Memengaruhi 5. Sosialisasi15 2.3 Genre Film 2.3.1 Definisi Genre Film Genre film merupakan aliran film yang membedakan adegan, narasi atau dialog, tempo, dan konsep cerita dari film. Dengan adanya genre, film menjadi lebih mudah dibedakan. Oleh karena itu, film juga dapat diklarifikasikan terhadap usia masyarakat yang akan menyaksikannya. Genre juga membuat film memiliki ciri masing-masing yang membedakan satu sama lain. Setiap masyarakat bisa menikmati film sesuai dengan selera masing-masing sehingga munculah komunitas-komunitas penggemar dari masing-masing genre film. Tiap genre film memiliki nilai jual yang berbeda satu sama lain. Dan menimbulkan
efek
yang
berbeda
pula
terhadap
masyarakat
yang
menyaksikannya. Fungsi utama genre adalah untuk memudahkan klasifikasi sebuah film. Genre juga membantu kita memilah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya. Dalam industri film sendiri sering menggunakannya sebagai strategi marketing. Selain untuk klasifikasi, genre juga dapat berfungsi sebagai
15
Alexander Rumondor & Henny. Manajemen Media Massa. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, cet ke-4, hal 3.27
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
antisipasi penonton terhadap film yang akan ditonton.16 Jumlah genre film secara menyeluruh berjumlah lebih dari tiga ratus genre. Bahkan Daniel Lopez dalam bukunya Film by Garare (1993) yang dikutip oleh Ida Rochani Adi mencatat sebanyak 775 kategori atau genre.17 28 Masing-masing genre tersebut memiliki karakteristik serta pola dasar yang berbeda-beda.18 2.3.2 Jenis-Jenis Genre Film Di dalam film biasanya dikenal istilah genre atau biasa disebut jenis dan bentuk sebuah film berdasarkan keseluruhan cerita. Walaupun sebenarnya hal ini bukan dimaksudkan untuk mengkategorikan film, ini digunakan untuk mempermudah penonton menentukan film apa yang akan ditonton. Genre film terdiri dari beberapa macam, diantaranya.19 1. Action-Laga Pada genre ini biasanya untuk film yang bercerita mengenai perjuangan seorang tokoh untuk bertahan hidup. Biasanya dibumbui adegan pertarungan. Jika sang sutradara jeli mengolah film bergenre action, maka penonton akan seolah-olah mampu merasakan ketegangan yang dialami si tokoh di dalam film. 2. Comedy-Humor Jenis film komedi adalah jenis film yang ceritanya mengandalkan kelucuan-kelucuan baik dari segi cerita maupun dari segi penokohan. 3. Roman-Drama 16
Himawan Pretista. Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Cet Ke-1, Hal. 10 Ida Rochani Adi. Mitos di balik Film Laga Amerika, Gajah Mada University Press. Yogyakarta 18 Himawan Pretista. Memahami Film, Homerian Pustaka, Yogyakarta, 2008, Cet Ke-1, Hal. 12 19 Panca Javandalasta. 5 Hari Mahir Bikin Film. Mumtaz Media. Surabaya, 2011. Hal. 3 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
Film bergenre roman biasanya banyak disukai penonton karena dianggap sebagai gambaran nyata sebuah kehidupan. Sehingga akhirnya penonton dapat ikut merasakan adegan dalam film dikarenakan kesamaan pengalaman hidup antara si tokoh dalam film dan penonton. 4. Mistery-Horror Genre misteri biasa mengetengahkan cerita yang terkadang berada di luar akal umat manusia. Walaupun begitu genre ini banyak disukai karena pada dasarnya setiap manusia dibekali rasa penasaran akan apa yang berada pada dunia lain di luar dunia manusia. Selain itu, film juga memiliki beberapa jenis yang biasa diproduksi untuk berbagai keperluan, diantaranya.20 1. Film Dokumenter (Documentary Films) Grierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas. Meskipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak, pendapatnya tetap relevan hingga saat ini. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai tujuan. Film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. 2. Film Cerita Pendek (Short Films) Film cerita pendek adalah sebuah karya film cerita fiksi yang berdurasi kurang dari 60 menit. Di banyak negara seperti Jerman, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, film pendek dijadikan sebagai laboratorium eksperimen dan
20
Ibid. hal. 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
batu loncatan bagi para pembuat film (film maker) untuk memproduksi film panjang. Namun ada juga film pendek yang sengaja dibuat untuk dipasok ke rumah-rumah produksi (production house) atau saluran televisi. 3. Film Panjang (Feature Length Films) Film panjang adalah film cerita fiksi yang berdurasi lebih dari 60 menit. Umumnya berkisar antara 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok film panjang. Bahkan film-film produksi India rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
2.4 Representasi Barker menyebutkan bahwa representasi merupakan kajian utama dalam cultural studies. Representasi sendiri dimaknai sebagai bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada kita dan oleh kita di dalam pemaknaan tertentu. Cultural studies memfokuskan diri kepada bagaimana proses pemaknaan representasi itu sendiri.21 Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi suatu kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, berbicara dalam bahasa yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Representasi merujuk kepada konstruksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap sebuah aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek,
21
Chris Barker, Cultural Studies Theory and Practice, New Delhi: Sage, 2004, hlm. 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
peristiwa, hingga identitas budaya. Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan juga dapat dilihat dalam bentuk gambar bergerak atau film. Konsep representasi sendiri dilihat sebagai sebuah produk dari proses representasi. Istilah representasi merupakan penggambaran kelompok-kelompok dan institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya berkenaan dengan tampilan fisik dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna (nilai) dibalik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah sebuah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya yang ada dibaliknya.22 Menurut Noviani, representasi adalah sebuah tanda (a sign) untuk sesuatu atau seseorang, sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang dipresentasikan tapi dihubungkan dengan, dan mendasar diri pada realitas yang menjadi referensinya.23 Sedangkan menurut Eriyanto, representasi itu sendiri menunjuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Penggambaran yang tampil bisa jadi adalah pengambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.24 Dari beberapa penjelasan menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa representasi adalah bentuk dari suatu penggambaran makna secara social yang dapat berupa bunyi-bunyi, gambar bergerak atau film, foto-foto, dan sebagainya, serta penggambaran tersebut dapat berupa penggambaran dari sisi baik
22
Graeme Burton, Membincangkan Televisi, Jalasutra, Yogyakarta dan Bandung, 2007, Hal 4 Ranro Noviani, Jalan Tengah Memahami Iklan: Antara Realitas, Representasi, dan Simulasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002, Hal 23 24 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Teks Media, Lkis Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2001, Hal 114 23
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
ataupun buruk. Sebuah film dapat memberikan gambaran mengenai isi dan tujuan dari film tersebut. Dalam penelitian ini film The Last Shift menampilkan banyak simbol-simbol tentang okultisme yang menggambarkan sisi buruk ajaran okultisme yang membahas tentang sebuah aliran sesat yang pernah muncul di amerika serikat. 2.5 Okultisme 2.5.1 Pengertian Okultisme Okultisme adalah berbagai teori dan praktik yang melibatkan keyakinan dan pengetahuan, atau penggunaan kekuatan supranatural atau makhluk halus. Keyakinan dan praktek tersebut, terutama keajaiban atau ramalan telah terjadi di sepanjang sejarah masyarakat, dengan banyak variasi dalam sifat dan sikap masyarakat terhadap mereka. Di dunia barat, istilah okultisme telah dianggap dengan nada rendah secara intelektual dan moral yang tidak diterima masyarakat, dimana praktek dan keyakinan yang bersangkutan bertentangan dengan pandangan dunia yang berlaku. Pada pusat-pusat praktek okultisme, kemampuan praktisi okultisme untuk memanipulasi hukum alam untuk sendiri atau kepentingan kliennya. Praktekpraktek seperti itu cenderung dianggap sebagai kejahatan apabila mereka juga melibatkan
pelanggaran
hukum-hukum
moral.
Beberapa
antropolog
berpendapat bahwa tidak mungkin untuk membuat perbedaan yang jelas antara sihir (komponen utama okultisme) dan agama, dan ini mungkin juga menjadi kenyataan dari sistem-sistem agama beberapa masyarakat kuno. Argumen tidak memegang, namun, untuk salah satu agama besar, yang menganggap hukum moral dan alami sebagai abadi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
31
Aspek-aspek dari okultisme yang tampaknya adalah umum untuk semua masyarakat (ramalan, sihir-sihir, dan Alkimia) terpelihara secara rinci di bawah ini. Fitur yang unik bagi budaya Barat serta sejarah perkembangan mereka dipelihara untuk sementara. Tradisi Barat akan okultisme, dianggap popular adalah sebagai "rahasia filsafat" kuno yang mendasari semua praktek-praktek okultisme. Filosofi rahasia ini pada akhirnya berasal dari Sihir Hellenistik dan Alkimia di satu sisi serta Mistisisme Yahudi disisi lain. Sumber utama Hellenistik adalah Corpus Hermeticum (Koleksi naskah filosofis dan magis yang berasal dari abad ke 2 dan ke 325), teks-teks yang terkait dengan Hermes Trismegistos (Hermes yang diidentifikasi sebagai dewa Mesir Thoth, pengarang legendaris yang menciptakan Alkimia, astrology dan sihir. 26), yang berkaitan dengan Astrologi dan ilmu-ilmu ghaib lainnya dan regenerasi spiritual. Elemen Yahudi yang disediakan oleh Kabbala (doktrin rahasia, interpretasi mistik dari kitab Taurat), yang telah akrab diantara kalangan sarjana di Eropa sejak abad pertengahan dan yang terkait dengan teks-teks Hermetik selama masa Renaissance. Hasil dari tradisi Hermetik-Kabbalistik, dikenal sebagai Hermetism, termasuk dari teori dan praktek magis. Alkimia juga termasuk ke dalam tubuh Hermetism, dan keterkaitan ini diperkuat pada awal abad ke-17 dengan penampilan dari Rosicrucianism,
25
“Hermeticism”, The Concise Oxford Dictionary of World Religions 1997, originally published by Oxford University Press 1997. 26 American Heritage® Dictionary of the English Language, Fifth Edition. Copyright © 2016 by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company. Published by Houghton Mifflin Harcourt Publishing Company.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
sebuah persaudaraan rahasia (secret brotherhood) dugaan yang memanfaatkan simbolisme alkimia dan mengajarkan rahasia kebijaksanaan kepada para pengikutnya, menciptakan Alkimia rohani yang mampu bertahan akan munculnya sains empiris dan membantu mewariskan Hermetism ke periode pencerahan. Selama abad ke-18 hermetism diakui oleh anggota rahasia Freemason yang tidak bisa menemukan filsafat okultisme dalam Freemasonry. Menurut dokumennya sendiri, Fremasonry melibatkan okultisme. Pengaruhnya meresahkan baik dunia maupun gereja. Meskipun banyak orang Kristen yang percaya diri adalah Mason, Masonry adalah pemuja agama anti-Kristen yang berakar pada paganisme. Masonry mengandung banyak mistisisme Hinduisme dan Buddhisme, dan Luciferian.27 Pemujaan ini bertahan, baik sebagai individu penganut Hermetism dan di benua Eropa, sebagai kelompok-kelompok praktisi okultisme hingga abad ke-19, ketika perkembangan skeptisisme keagamaan menyebabkan meningkatnya penolakan agama
Ortodoks oleh yang
berpendidikan dan sebagai akibat dari mencari keselamatan dengan cara lain (termasuk okultisme). Tetapi bagi mereka yang tertarik, berpaling kepada bentuk-bentuk baru okultisme bukan kepada tradisi Hermetism: di satu sisi untuk spiritualisme (praktek dugaan komunikasi reguler antara hidup dan roh-roh orang mati melalui "medium hidup") dan yang lain untuk Etimologi Ibrani (perpaduan
27
https://www.jashow.org/articles/guests-and-authors/dave-hunt/the-occult-influence-infreemasonry/#cite_note-3 ditulis oleh Dave Hunt mengutip dari The Miami Herald, July 28, 1995, pada tahun 2003. Diakses pada 8 Agustus 2017. Pukul 20.27
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
33
okultisme barat dan budaya mistis timur yang terbukti paling efektif menyebarkan okultisme, tetapi pengaruhnya telah menurun tajam selama 50 tahun terakhir. Memang, meskipun kebangkitan abad ke-19, ide okultisme telah gagal untuk dapat diterima di kalangan akademis, meskipun mereka kadang-kadang dipengaruhi oleh karya-karya seniman besar, seperti penyair William Butler Yeats dan pelukis Wassily Kandinsky. Dan okultisme di Eropa dan Amerika Utara tampaknya ditakdirkan untuk tetap berada dalam ruang lingkup budaya populer.28 2.5.2 Simbol-simbol Okultisme a. Circle Gambar 2.1 Circle
Simbol berbentuk lingkaran banyak digunakan dalam okultisme. Karena lingkaran dianggap sebagai jalur yang tak terbatas dimana tidak ada awal dan tidak ada akhir. Yang dimana awalan dan akhiran bisa berada titik dimana
28
https://www.britannica.com/topic/occultism, ditulis oleh Robert Andrew Gilbert pada 26 Juli 1999. Diakses pada tanggal 3 April 2017. Pukul 14.00
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
saja. Lingkaran juga disebut tidak terbatas, maka simbol lingkaran dianggap menjadi yang terbesar dan paling sempurna serta dinilai paling sesuai untuk mengikat dan sihir; dimana mereka yang memberitakan roh-roh jahat dapat menyesuaikan diri melalui lingkaran.29 b. Circumpunct Gambar 2.2 Circumpunct
Lingkaran yang memilik titik ditengahnya merupakan simbol terkuno dan memiliki banyak arti. Di mesir simbol ini identik dengan simbol dewa matahari Ra, dalam kimia simbol ini memiliki arti emas, dalam dunia timur simbol ini mempresentasikan pemahaman mata ketiga, dan menurut mistik kuno circumpunct sendiri memiliki arti mata Tuhan yang serba melihat, dan dalam penganut pitagoras mengunakan simbol Circumpunct sebagai simbol Monad atau kebenaran suci, the Prisca Sepienta, at one ment (penyatuan benak dan jiwa. Pada dasarnya simbol Circumpunct adalah simbol misteri kuno. Dalam idiom simbologi, Circumpunct simbol tertua dan mengalahkan semua simbol
29
Heinrich Cornelius Agrippa, Three Books of Occult Philosophy. Llewellyn Publications, St. Paul, 2004, hal. 330
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
yang ada, mengabungkan semua tradisi mesir kuno dalam satu gambar soliter tunggal.
One element that focuses on is the Alchemical symbol of gold, something in Masonic circle is referenced to as the point within the circle, whats Brown call the circumpunct, that all Masons recognize as being flanked by the Holy Saint John’s and crowned with the volume of the sacred law.30 c. Pentangle atau Pentagram Gambar 2.3 Pentangle
30
The Lost Symbol – it’s the symbol of symbolism (2009, 21 September). Freemason Information. Di akses pada tanggal 6 April 2016 dari http://freemasoninformation.com/2009/09/the-lostsymbol-its-the-symbol-of-the-symbolism.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
36
Simbol pentangle atau biasa dikenal dengan pentagram yang berbentuk seperti bintang dengan lima sudut. Dalam okultisme, pentangle dianggap memiliki keutamaan angka lima sangat besar terhadap roh-roh jahat, sehingga secara garis besarnya, yang telah dalam sudut tumpul paling sedikit lima, dan dengan lima sudut. A pentangle also, as with virtue of the number five hath a very great command over evil spirits, so by its lineature, by which it hath within five obtuse angles, and with five acutes, five double triangles by which it is surrounded.31 d. Blood (Darah) Gambar 2.4 Darah
Tons Brunes mengatakan (dalam Pa sporet af fortidens kraftkilder. 1976), Hemoglobin dalam darah mengandung unsur besi. Besi memiliki kapasitas listrik yang konduktif. Dalam ritual pengorbanan darah, energi jiwa-hidup yang terkandung dalam darah, dipancarkan dalam jumlah besar. Energi ini hilang melalui ritual, melalui mengarahkan psikotronik energi darah yang dipancarkan, yang disediakan oleh pengorbanan. Selanjutnya, Brunes
31
Heinrich Cornelius Agrippa, Three Books of Occult Philosophy. Llewellyn Publications, St. Paul, 2004, hal. 330
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
37
mengatakan bahwa darah bisa menjadi konduktor arus listrik yang sangat efektif. Sangat mungkin bahwa darah bukan hanya konduktor yang baik, tapi juga superkonduktor, dengan kemampuan melakukan lebih sebagai logam. Darah mengandung serangkaian zat kimia, yang termasuk dalam struktur superkonduktor.32 e. Triangle (Segitiga) Gambar 2.5 Triangle
Simbol yang bersifat tiga kali lipat. Trinitas Kristen dapat diwakili sebagai segitiga, kadang-kadang membingkai mata, simbol dari Allah Bapa. Segitiga sama sisi adalah simbol yang menggambarkan gender dalam Hindu, dengan puncak menghadap ke atas dianggap sebagai laki-laki, Lingga. Sedangkan yang menghadap ke bawah dianggap sebagai perempuan atau Yoni.33 f. Mirror (Cermin) Gambar 2.6 Mirror
32
Bernard Heuvel. The Mysteries (About Occultism In Religion). Hal. 191 James Hall. Illustrated Dictionary Of Symbols In Eastern And Western Art. Westview Press. Hal. 20 33
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
38
Secara luas diyakini, terutama di budaya timur, bahwa cermin memiliki sifat magis dan ini adalah dikuatkan dengan motif dan prasasti di punggungnya. Dalam cermin bisa melihat sekilas semua pengetahuan dan melihat ke dalam jiwa sendiri, ini dapat menghindari kejahatan di kehidupan ini dan kehidupan berikutnya oleh karena itu di budaya timur banyak yang menyertakan cermin saat menguburkan orang yang meninggal.34 g. Leviathan Cross Gambar 2. 7 Leviathan Cross
Salah satu simbol untuk belerang di Alkimia ini juga dikenal sebagai salib setan atau Salib Leviathan. Ini terdiri dari simbol untuk infinity diatapi sebuah salib ganda. Alkimia, belerang adalah prinsip aktif, laki-laki yang bertindak di
34
Ibid Hal 17
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
39
Merkurius untuk membuat semua logam lainnya dan merupakan "manifestasi dari kehendak surga." Dalam Alkitab, belerang (belerang) terhubung ke rasa bersalah dan hukuman, paling terkenal di Sodom. Simbol ini dari belerang ini digunakan untuk menggambarkan sembilan setan pernyataan dalam Satanic Bible oleh Anton LaVey. Menurut situs web gereja setan, LaVey menggunakannya sebagai hiasan seram dan memiliki makna lain meskipun beberapa interpretasi lucu oleh Kristen evangelis.35 h. Mask (Topeng) Gambar 2. 8 Mask
Topeng digambarkan mampu menyampaikan doa dan melakukan upacara untuk kebahagiaan para roh di afterlife atau juga dipercaya berguna untuk mendamaikan atau mengusir roh orang mati yang bisa mendatangkan penyakit atau kematian dan mengganggu siklus kesuburan bumi.36 Dengan penggambaran tersebut, topeng dapat digunakan untuk menjalin kontak
35
Sulphur Cross. Di akses pada tanggal 13 April 2016 dari http://www.religionfacts.com/sulphurcross 36 UCLA Museum of Cultural History, Image and Identity, The Role of the Mask in Many Cultures, Exhibition Cataloge, 1972, 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
40
dengan dunia roh dan dan memperkuat ikatan antara dunia nyata dan dunia roh yang tak terlihat.37 i. Feminim Gambar 2. 10 Feminim
Polaritas gender berdasarkan stereotip budaya Barat, menggambarkan laki-laki sebagai positif dan perempuan sebagai negatif dan pasif. Dalam konteks ini, walaupun polaritas gender masih menonjol, peran gender yang diharapkan akhirnya terbalik. Polaritas gender ini (dalam praktik magis) menempatkan perempuan dalam posisi yang unik dan kuat, karena tubuh wanita dan feminitas dinilai sebagai sumber kekuatan.38 2.6 Semiotika 2.6.1 Pengertian Semiotika Secara etimologis, semiotika berasal dari kata Yunani: semeion, yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam pelbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan untuk memandang pelbagai wacana sosial sebagai
37
O. Riley, Masks and Magic, 1955, 2
38
Miriam Wallraven, Women Writers and the Occult in Literature and Culture: Female lucifers, Priestesses, and Witches, hal. 98
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
41
fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam pelbagai wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri (Piliang, 1998:262). Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure meyebut ilmu yang dikembangkannya semiology (semiology).39 Semiotika atau semiologi adalah studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya memaknai “makna” yang terkandung di dalamnya. Sehingga dalam semiotika hendak mempelajari bagaimana manusia memaknai halhal. Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengonstruksi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2003:15). Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya. Makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda. Tanda pada dasarnya akan mengisyaratkan suatu makna yang dapat dipahami oleh manusia yang menggunakannya. Bagaimana manusia
39
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Percetakan Jalasutra, Yogyakarta, 2009, hal 11
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
42
menangkap
sebuah
makna
tergantung
pada
bagaimana
manusia
mengasosiasikan objek atau ide dengan tanda.40 Menurut Rachmat Kriyantono dalam buku “Teknis Praktis Riset Komunikasi”, semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya.41 Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan
luas
objek-objek,
peristiwa-peristiwa,
seluruh
kebudayaan sebagai tanda. Pada dasarnya analisis semiotika merupakan sebuah ikhtiar untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau narasi dan wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatik dalam arti berupaya menemukan makna termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks.42 Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotic merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radio, dan berbagai bentuk
40
Tommy Suprapto, Pengantar Ilmu Komunikasi, CAPS, Yogyakarta, 2011, hal 95 Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hal. 261 42 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2011, hal 5 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
43
iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (seperti karya lukis, patung, candi, monumen, fashion show, dan menu masakan pada food festival). Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkat dengan teks berupa lambang-lambang. Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambanglambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik.43 2.6.2 Semiotika Roland Barthes Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang gemar mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Bertens (2001:208) menyebutnya sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960-an dan 70-an.44 Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53). Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan (staggered system), yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat,
yaitu
makna
denotasi
(denotation)
dan
konotasi
(connotation). Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan
43 44
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKIS Pelangi Aksara: Yogyakarta. 2007, hal. 155-156 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
44
antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Makna denotasi (denotative meaning), dalam hal ini adalah makna pada apa yang tampak. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan pertanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan). Ia menciptakan makna-makna lapis kedua, yang terbentuk ketika penanda dikaitkan dengan berbagai aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Selain itu, Roland Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatannya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna-makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbiter atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.45 Berikut ini adalah gambar tabel yang menjelaskan tentang makna konotatif dan denotatif dari studi semiotika: Tabel 2.1 Tabel Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier
2. Signified
(penanda)
(petanda)
3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. Conotative signifier (penanda
5. Conotative signified (petanda
konotatif)
konotatif)
6. Conotative sign (tanda konotatif)
45
Yasraf Amir Pilliang, Hipersemiotika, Penerbit Jalasutra. Yogyakarta. 2003, hal 261
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
45
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “sign”, barulah konotasi sepeti harga diri, keterangan dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51).46 Semiotika berkaitan dengan komunikasi dan juga pemaknaan akan pesan yang didapat lewat proses berkomunikasi, salah satunya adalah media massa. Seperti yang diungkapkan oleh Roland Barthes dalam salah satu perspektif semiologis (semiotika). “Sistem-sistem yang paling penting yaitu yang berasal dari semiologi komunikasi massa, merupakan sistem-sistem yang kompleks yang di dalamnya melibatkan beberapa substansi yang berbeda-beda.”47 Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest,” Film dibangun dengan tanda semata – mata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan”.48 Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai 46
Paul Cobley & Litzza Jansz, Introductiong Semiotics, New York : Totem Books, 1999, Hlm. 51 Roland Barthes, Setualang Semiologi, Yogyakarta; Pustaka Belajar. 2007. Hal 30 48 Van Zoest dan Panuti Sudjiman, Serba-Serbi Semiotika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992, hal. 109 47
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
46
efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film.49 Alasan peneliti menggunakan model semiotika Roland Barthes adalah untuk dapat meneliti film The Last Shift dengan melihat pada tanda-tanda yang terdapat dalam film, dan menemukan unsur-unsur okultisme dari maknamakna tersebut yang ditunjukkan melalui simbol-simbol yang ditampilkan dalam film. Semiotika Roland Barthes sangat tepat untuk mengkaji tanda-tanda berbentuk bahasa dengan makna denotasi dan konotasinya, karena film merupakan media massa berbentuk audiovisual yaitu penyampaian informasi yang disampaikan melalui gambar, suara, teks, dan bahasa sehingga proses penyampaian pesan atau informasi yang diinginkan sutradara film mampu diterima dengan mudah oleh khalayak.
49
Opcit, Alex Sobur, hal 182
http://digilib.mercubuana.ac.id/z