BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2010:4) manajemen keuangan adalah
segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Selain itu Van Horne dan Wachowicz, Jr. (2012:2) mengatakan bahwa manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Fungsi keputusan dalam manajemen keuangan dapat dibagi menjadi tiga area utama yaitu investasi, pendanaan, dan manajemen aset. Menurut Gitman (2009:4) “Managerial finance is concerned with the duties of financial manager in the business firm. Financial managers is actively manage the financial affairs of any type of business-financial and non-financial, private and public, large and small, profit-seeking and not-for-profit. They perform such vared financial tasks as planning credit to customers, evaluating proposed large expenditures, and raising money to fund the firm’s operation” Artinya bahwa manajemen keuangan adalah menyangkut tugas manajer keuangan didalam perusahaan. Manajer keuangan secara aktif mengatur urusan dari bebagai macam tipe dari bisnis keuangan dan bukan keuangan, pribadi, dan masyarakat, besar dan kecil, mencari keuntungan ataupun tidak mencari keuntungan. Mereka melakukan berbagai macam tugas keuangan seperti perencanaan kredit bagi konsumen, perpanjangan kredit kepada pelanggan, penilaian usulan pengeluaran yang besar dan meningkatkan dana untuk membiayai perusahaan.
10
11
2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Prinsip manajemen keuangan perusahaan menuntut didalam upaya
mendapatkan dana harus berdasarkan kepada pertimbangan efektifitas dan efisien. Dengan begitu, manajemen keuangan tidak lain merupakan manajemen dalam kaitannya untuk fungsi pembelanjaan. Menurut Martono dan Harjito (2010:4-5) menjelaskan bahwa fungsi manajemen keuangan terdiri dari : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dilakukan oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting diantara ketiga bidang keputusan tersebut. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas Investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada disisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumbersumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penatapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal yang optimum merupakan pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Assets Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengeloaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain diperusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggungjawab manajer
12
keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap.
2.1.3
Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Martono dan Harjito (2010:12) mengatakan bahwa manajemen
keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau saran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi keputusan perusahaan. Sebagai tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan keputusan di bidang keuangan untuk memkasimalkan nilai perusahaan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan pada suatu waktu atau periode tertentu akan melaporkan
semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan ini bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Menurut Fahmi (2012:22) menjelaskan bahwa laporan keuangan adalah: “Laporan
keuangan
merupakan
suatu
informasi
yang
menggambarkan kondisi suatu perusahaan,dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan” Selain itu Munawir (2010:5) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal kerja, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan,”
13
Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan pernyataan tertulis mengenai kondisi keuangan dan kinerja keuangan dari hasil usaha suatu perusahaan pada suatu periode tertentu yang digunakan sebagai salah satu dasar untuk proses pengambilan keputusan oleh para penggunanya.
2.2.2
Tujuan Laporan Keuangan Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Laporan keuangan juga dapat disusun secara mendadak sesuai kebutuhan perusahaan maupun secara berkala. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Menurut Fahmi (2012:26) meyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah “Memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”. Selain itu menurut Prastowo dan Juliaty (2002:5) “Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Agar pembuat keputusan tidak menderita kerugian atau paling tidak mampu menghindari kerugian yang lebih besar, semua keputusan harus didasarkan pada informasi yang lengkap, nyata, valid dan penting. Informasi yang mempunyai karakteristik seperti itu salah satunya adalah laporan keuangan, yang menunjukan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber dana yang dipercayakan kepadanya.
14
2.2.3
Karakteristik Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ciri khas membuat
informasi dalam laporan keuangan yang berguna bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan bernilai ekonomis. Menurut Prastowo dan Juliaty (2002:6) karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan”. Keempat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dapat dipahami Kualitas informasi yang penting ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan.Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
15
2.2.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan perusahaan pada umumnya terdiri atas Neraca (Statement of financial Position), Laporan Laba Rugi (Statement of Earnings), Laporan Perubahan Modal (Statement of Cash Flow), dan Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Statement) yang menyatakan kegiatan dan kondisi dari suatu perusahaan. Masing-masing laporan tersebut memiliki komponen keuangan tersendiri dan tujuan serta maksud tersendiri pula. Diantara berbagai laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan (annual report) adalah yang paling penting. Menurut Harahap (2013:106) jenis-jenis laporan keuangan dibagi sebagai berikut: 1. Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan padasuatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsur dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas.
16
2.2.5 Pemakai Laporan Keuangan Laporan keuangan diperlukan oleh pihak-puhak yang berkepentingan terhadap kinerja perusahaan seperti pemegang saham, pimpinan, investor, bank pemerintah (kantor pajak), dan sebagainya. Para pengguna laporan keuangan digolongkan menjadi dua yaitu, pihak internal dan pihak eksternal. Menurut Harahap (2013:120-125) didalam bukunya menyatakan laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainnya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Para pemakai laporan keuangan dapat dilihat dari penjelasan berikut: 1.
Pemegang Saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Ia juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah. Ia juga ingin mengetahui jumlah dividen yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya.
2.
Investor Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3.
Analisis Pasar Modal Analisis pasar modal selalu melakukan baik analisis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan yang go public maupun yang berpotensi masuk ke pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan.
4.
Manajer Manajer selalu ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah
17
yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik semua pos neraca, laba/rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya. 5.
Karyawan dan serikat pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja di situ atau pindah. Ia juga perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.
6.
Instansi Pajak Perusahaan selalu mempunyai kewajiban membayar pajak,semua kewajiban pajak ini mestinya akan tergambar dari laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga untuk dasar penindakan.
7.
Pemberi Dana ( Kreditur) Sama dengan pemegang saham investor, lender seperti bank, invesment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman.
8.
Supplier Laporan keuangan dapat dijadikan informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberi fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.
9.
Pemerintah atau Lembaga pengatur resmi Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan keuangan, karena ia ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ia tetapkan.
18
10. Langganan atau Lembaga Konsumen Biasanya lembaga keuangan khusus yang membantu memantau kepentingan konsumen ini adalah lembaga konsumen, bisa juga dalam hal makanan halal Majelis Ulama. Sebaiknya laporan keuangan juga menyajikan tentang ini. 11. Lembaga Swadaya Masyarakat Sekarang ini sudah banyak terdapat jenis lembaga swadaya masyarakat (LSM). Untuk LSM tertentu bisa saja memerlukan laporan keuangan misalnya LSM yang bergerak melindungi konsumen, lingkungan, serikat pekerja. LSM seperti ini membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya. 12. Peneliti atau Akademisi Bagi akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan.
2.2.6 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan perusahaan. Untuk melihat posisi keuangan perusahaan tidaklah cukup dengan melihat laporan keuangan saja, perlu adanya analisis laporan keuangan terhadap laporan keuangan. Menurut Harahap (2013:190) menjelaskan bahwa: “Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian dari analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan sehingga dapat melihat hubungan antara angkaangka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk melihat kondisi
19
keuangan yang lebih dalam sehingga dapat menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
2.2.7 Teknik Analisis Laporan Keuangan Teknik analisa digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos – pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan – perubahan dari masing – masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan
dari
beberapa
periode
untuk
satu
perusahaan
tertentu,
atau
diperbandingkan dengan alat – alat pembanding lainnya. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti. Menurut Harahap (2013:215) menjelaskan bahwa : 1. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) 2. Seri trend atau angka indeks 3. Laporan keuangan Common Size(bentuk awam), merupakan analisis struktur laporan keuangan 4. Analisis rasio 5. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan, laporan variasi gross margin analisis break event, analisis dupont
2.2.8 Tahapan dalam Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Dengan demikian, pemahaman pengguna hasil analisis laporan keuangan dapat membantu analis untuk menentukan tujuan analisis laporan keuangan dengan tahapan yang telah ditentukan. Menurut Murhadi (2013:8) tahapan dalam analisis laporan keuangan terdiri atas 6 (enam) tahap yaitu: 1. Menentukan tujuan dan konteks analisis, pada tahap ini kita harus membuat pertanyaan apa yang akan dijawab melalui analisis ini, bentuk informasi yang dibutuhkan, dan sumber daya yang ada serta berapa banyak waktu yang tersedia untuk melakukan analisis. 2. Mengumpulkan data, pada tahapan ini kita harus mendapatkan laporan keuangan beserta informasi lain seperti data industri dan perekonomian. Selain
20
itu, kita juga diharapkan dapat menanyakan pertanyaan pada manajemen perusahaan yang dianalisis, pemasok dan pelanggannya, serta melakukan kunjungan langsung ke perusahaan. 3. Mengolah data, pada saat mengolah data maka mungkin saja diperlukan suatu penyesuaian terhadap laporan keuangan, menghitung rasio termasuk common size. 4. Analisis dan interprestasi data, pada tahap ini kita menggunakan data untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada saat penentuan tujuan. Menjelaskan apakah konklusi atau rekomendasi telah didukung dengan berbagai informasi faktual dan relevan. 5. Membuat laporan rekomendasi, pada tahap ini kita mempersiapkan laporan dan mengomunikasikannya pada audiens yang dituju. Pastikan bahwa laporan yang dibuat sesuai dengan standar dan etika yang berhubungan dengan analisis investasi dari rekomendasi. 6. Meng-update analisis, lakukan tahap ini secara periodik dan buatlah perubahan rekomendasi bila memang dirasakan perlu.
2.3
Kinerja Keuangan
2.3.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam operasinya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi, maupun sumber daya manusia. Kinerja menunjukkan hubungan antara kelemahan dan kekuatan suatu perusahaan. Kekuatan perusahaan harus diketahui agar dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, sedangkan kelemahan harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Menurut Fahmi (2012:2) kinerja keungan menjelaskan bahwa: “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dalam menbuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar atau ketentuan dalam SAK (standar akuntansi keuangan) atau GAAP (generally accepted accounting principle) dan lainnya”.
21
Selain itu Menurut Munawir (2010:30) : “Kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yangdilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan.Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya”. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat suatu kondisi yang mencerminkan keadaan keuangan dan sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan, standard dan kriteria yang sudah ditetapkan secara baik dan benar.
2.3.2 Tahap-Tahap dalam Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Adapun tahap-tahap dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan. Menurut Fahmi (2012:3), ada lima tahapan dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu : 1. Melakukan review terhadap laporan keuangan. Review disini diajukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umumdalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan. 2. Melakukan Perhitungan Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil perhitungan tersebut akan meberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisisyang diinginkan. 3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut, kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode
22
yang paling umum digunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu : a) Time Series Analysis b) Cross Sectional Approach Dari penggunaan kedua metode ini diharapkan dapat dibuat sasu kesimpulan yangmenyatakan posisi tersebut berada dalam kondisi sangat baik,baik sedang/normal, tidak baik dan sangat tidak baik. 4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaaan adalah setelah dilakukan ketiga tahapan tersebut, selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat masalah-masalah yang dialami perusahaan. 5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalah yang ditemukan. Pada tahap terakhir, setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input agar apa yang menjadi kendala bisa diatasi.
2.3.3 Kaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan adalah dengan menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam modal, rencana pembiayaan, sarana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat pula sebagai dasar penentuan insentif bagi karyawan. Dengan pengukuran berdasarkan nilai ini, manajemen perusahaan dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan Sunardi (2010:80) dalam Syahidah (2014:21) Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) karena EVA mengukur nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai akibat dari strategi dan aktivitas perusahaan. Dengan analisis EVA, pemilik perusahaan akan memberikan suatu imbalan kepada aktivitas yang memberikan nilai tambah serta
23
mengurangi atau bahkan membuang aktivitas yang mengurangi nilai tambah perusahaan. EVA atau nilai tambah ekonomis adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Definisi EVA berhubungan dengan MVA, dalam hal ini MVA setara dengan nilai pasar perusahaan dikurangi book capital yang digunakan untuk menjalankan bisnis. Market Value Added (MVA) merupakan pengukuran kinerja perusahaan dalam penciptaan kekayaan bagi penyandang dana. Sehingga pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan nilai yang relevan adalah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Sunardi (2010:80) dalam Syahidah (2014:21).
2.4
Economic Value Added (EVA)
2.4.1
Pengertian Economic Value Added (EVA) Economic
Value
Added
(EVA)
merupakan
suatu
konsep
yang
dikemukakan oleh Stewart pada tahun 1990. Konsep ini dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis atau membuat analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Definisi EVA secara sederhana menurut Gallagher dan Andrew (2003;108) sebagai berikut : “EVA is a measure of the amount of profit remaining after accounting for the return expected by the firm’s investors”. Artinya EVA adalah ukuran dari jumlah keuntungan yang tersisa setelah akuntansi untuk pengembalian yang diharapkan oleh investor perusahaan tersebut. Selain itu menurut Menurut Young dan O’byrne (2001 : 18) : “EVA merupakan alat komunikasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan dengan pasar modal.”
24
Secara matematis, formula EVA menurut Gallagher dan Andrew (2003:108) bisa dituliskan sebagai berikut ini EVA = NOPAT-(WACC x invested capital) Dimana : NOPAT = Laba operasi setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) WACC = Biaya ekuitas rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) Invested Capital = Besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan non-operasional perusahaan. Dengan demikian Economic Value Added (EVA) merupakan laba operasi setelah pajak yang dikurangi dengan total biaya dari struktur modal yang dipakai perusahaan. Konsep biaya modal (cost od capital) merupakan konsep yang sangat penting dalam pendekatan ini, karena EVA itu sendiri berangkat dari perhitungan cost of capital ini. Cost of capital suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu tingkat pengembalian yang harus diperoleh dalam rangka memenuhi gabungan rate of return yang diharapkan investor perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil yang harus ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber. Dengan dimasukannya unsur biaya modal di dalam perhitungan kinerja keuangan perusahaan, pendekatan EVA tidak hanya melihat angka pengembalian, tetapi secara eksplisit juga mempertimbangkan tingkat risiko perusahaan. Semakin tinggi ringkat risiko, semakin tinggi juga tingkat pengembalian yang diharapkan. Konsep Economic Value Added (EVA) ini juga menjelaskan tiga ukuran yang dapat digunakan dalam melihat kinerja suatu perusahaan, yaitu : (Gallagher 2003;109): 1. Nilai EVA > 0 ( + Positif) = Perusahaan telah menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. 2. Nilai EVA = 0 = Perusahaan pada kondisi BEP karena semua laba dihunakan untuk membayar kewajiban kepada investor. 3. Nilai EVA < 0 (- Negatif) = Tidak terjadi proses nilai tambah yang mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memnuhi harapan para investor,
25
Penjelasannya adalah jika EVA positif (> 0), menunjukkan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar daripada biaya modalnya atau terdapat nilai ekonomis ke dalam perusahaan selama operasionalnya. Jika EVA = 0, artinya perusahaan impas karena semua laba yang digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor baik itu kreditur maupun pemegang saham. Jika EVA negati f (< 0), menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat dari tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah dari tingkat pengembalian yang dituntut investor atau kinerja operasional perusahaan gagal memenuhi harapan investor, maka perusahaan tidak membuat nilai tambah karena laba yang tersedia tidak dapat memenuhi harapan penyedia dana terutama pemegang saham Selain itu EVA membantu manajer dalam pengambilan keputusan yaitu untuk memaksimalkan kekayaan shareholder dan nilai suatu perusahaan tergantung dari profit yang akan datang, apakah melebihi atau berada pada batas minimum rate of return yang diharapkan oleh investor. Hal ini karena metode EVA merupakan metode penciptaan nilai (value creation) bagi para shareholders. Dengan kata lain kenaikan EVA akan membawa pada kenaikan market value perusahaan, dimana ketika EVA bertambah berarti perusahaan mampu menghasilkan laba, dan dapat menciptakan nilai tambah bagi shareholdersnya.
2.4.2
Net Operating Profit After Tax (NOPAT) Net Operating Profit After Tax merupakan sejumlah laba perusahaan yang
akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki asset financial atau dengan kata lain laba bersih perusahaan setelah perusahaan mengurangkan dengan utang dan pajak yang dimiliki perusahaan. Sedangkan menurut Young dan O’byrne (2001:39), sebagai berikut : “Laba operasi perusahaan setelah dan mengukur laba diperoleh perusahaan dari operasi berjalan”. Dengan demikian NOPAT adalah jumlah laba yang tersedia untuk memberikan return tunai kepada semua penyumbang dana untuk modal perusahaan. Menurut Sartono (2001:100), NOPAT dapat dihitung dengan rumus :
26
NOPAT = EBIT (1-Tax) Dimana :
2.4.3
NOPAT
= Net Operating Profit After Tax
EBIT
= Earning Before Interest and Taxes
Tax
= Pajak
Weight Average Cost of Capital (WACC) Weight Average Cost of Capital adalah metode biaya rata-rata tertimbang
dari struktur permodalan perusahaan. Dari laporan neraca dapat diketahui financial leverage yaitu sumber dana permodalan perusahaan yang diperoleh dari dua macam sumber yaitu dari hutang (debt) dan dari modal sendiri (equity). Menurut Pradhono dan Christiawan (2004:32) adapun nilai WACC dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut WACC = (Wd x Kd) + (We x Ke) Dimana : Wd
= Bobot utang jangka panjang dalam struktur modal
Kd
= Biaya utang setelah pajak [ Kd = kb (1-t) ] Kb =
2.4.4
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 Σ𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡
x 100%
We
= Bobot ekuitas dalam struktur modal
Ke
= Biaya modal ekuitas [ Ke =
1 𝑃𝐸𝑅
x 100% ]
Invested Capital Invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat
besarnya capital yang diinvestasikan dalam aktivitas operasional dan non operasional perusahaan. Menurut Young dan O’Byrne (2001:39) modal yang diinvestasikan merupakan jumlah ekuitas pemegang saham ditambah dengan utang jangka pendek seluruh utang jangka panjang. Jadi invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan nonoperasional perusahaan. Invested capital dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 2001;15) :
27
Invested capital = Jumlah utang dan ekuitas – utang jangka pendek
2.4.5
Kelebihan dan Kekurangan EVA EVA adalah nilai tambah ekonomis yang diciptakan perusahaan dari
kegiatan atau aktivitas manajemen selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah perusahaan. Salah satu kelebihan EVA sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah dapat digunakan sebagai penciptaan nilai (value creation). Adapun kelebihan EVA menurut Young dan O’Byrne (2001:32) yaitu : 1. EVA mengukur seluruh biaya modal. 2. Salah satu kebaikan EVA adalah targetnya dapat dialihkan kepada divisi dan departemen. 3. EVA menghubungkan dengan bonus manajemen menambah perasaan terdesak yang dibutuhkan manajer untuk mengimplementasikan proyek secepat mungkin sehingga perusahaan dapat merealisasikan nilai seperti yang dijanjikan proyek-proyek tersebut. 4. Keunggulan dari pendekatan ini yaitu mesin pelaporan keuangan yang dibutuhkan sudah tepat pada tempatnya. 5. EVA akan menyebabkan perusahaan lebih memperhatikan kebijakan struktur modal. Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dapat menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Disamping kelebihan yang dimiliki EVA juga mempunyai kelemahankelemahan seperti yang dikemukakan oleh Abdullah (2003:143) sebagai berikut: 1. Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada penukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. 2. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapai sasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertentu untuk mencapai sasaran perusahaan.
28
3. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu padahal nilai suatu perusahaan merupakan akumulasi selama seumur hidup perusahaan. 4. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat dipengaruhi oleh gejolak di pasar modal).
2.5
Market Value Added (MVA)
2.5.1
Konsep Market Value Added (MVA) Metode Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan antara nilai
pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Dengan sasaran dapat menguntungkan pemegang saham dan juga dapat membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi. Stewart mengemukakan ukuran kinerja financial yaitu EVA dan MVA sebagai ukuran yang tepat untuk mengukur apakah shareholder wealth telah berhasil diciptakan atau belum, jika total market value dari perusahaan telah melebihi jumlah modal yang diinvestasikan didalamnya maka perusahaan telah berhasil menciptakan shareholder value dan sebaliknya, lebih jauh lagi MVA memiliki gambaran kinerja dimasa lampau maupun prospeknya dimasa yang akan datang. Menurut Brigham & Houston (2006: 68) MVA merupakan : “MVA is simply the difference between the market value of firm’s equity ad the book value as shown on the balance sheet, with market value found by multyplying the stock price by the number of shares outstanding. If EVA is positive, then after-tax operating income exceeds the cost of the capital needed to produce that income, and management’s actions are adding value for stockholders. Positive EVA on a yearly basis will help ensure that MVA is aslo positive, note that where as MVA applies to the entire firm”. Artinya bahwa MVA secara jelas selisih antara nilai pasar atas sebuah modal perusahaan dan nilai buku ditunjukkan pada neraca, dengan nilai pasar yang ditemukan dengan mengalikan nilai saham dengan sejumlah harga saham yang dibagikan. Secara sekilas, MVA sama dengan nilai Present Value dari EVA yang diharapkan dimasa yang akan datang. Perusahaan menjual diatas harga modal
29
memiliki nilai MVA yang positif, sedangkan mereka yang menjual dibawah harga modal memiiki nilai MVA yang negatif. Lebih mendalam menurut Kusnan (2007:30): MVA diperoleh dengan menghitung nilai perusahaan (company/enterprise value), penjumlahan harga pasar seluruh saham, surat utang dan surat berharga lainnya yang dimaksudkan untuk mobilitasi capital, dikurangi nilai buku (book value) atau modal yang diinvestaskan. MVA merupakan net present value dari seluruh EVA yang akan datang. Sedangkan menurut Tunggal (2008:12), bahwa MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang diciptakan atau dihilangkan perusahaan. MVA juga menunjukan berapa besar kekayaan atau keuntungan yang mampu dihasilkan perusahaan bagi pemegang saham, apabila perusahaan menjual sahamnya pada saat itu. Dengan demikian MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Dengan sasaran dapat menguntungkan pemegang saham dan juga dapat membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi.
2.5.2
Perhitungan Market Value Added (MVA) Dalam menghitung MVA terdapat langkah langkah yang harus dilakukan.
Menurut Baridwan dan Legowo (2002:149) terdapat dua komponen pembentuk MVA, yakni Market Value of Equity atau nilai pasar ekuitas dan Book Value of Equity atau modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Market Value of Equity adalah niali pasar yang dicerminkan dengan harga saham perusahaan yang dikalikan dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan Book Value of Equity diperoleh dari nilai buku perusahaan.
Adapun langkah-langah lengkap
menghitung MVA dipaparkan sebagai berikut: 1.
Menghitung Market Value of Equity Market Value of Equity atau nilai pasar ekuitas dapat diperoleh dari
perkalian antara harga pasar per lembar saham dengan jumlah saham yang
30
beredar. Rumus perhitunganya dapat dijabarkan sebagai berikut: (Young dan O’Byrne, 2001:31) Market Value of Equity = Harga per lembar saham x jumlah saham Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah saham ataupun harga saham , maka semakin besar Market Value of Equity tersebut.
2.
Menghitung Modal yang di Investasikan (Book Value of Equity) Perhitungan Book Value of Equity atau nilai buku saham ekuitas dapat
diperoleh dari perkalian harga nominal per lembar saham dengan jumlah saham yang beredar. Rumus perhitunganya dapat dijabarkan sebagai berikut: (Young dan O’Byrne, 2001:31) Book Value of Equity= Nilai Nominal x Jumlah saham Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah saham ataupun nilai nominal , maka semakin besar Book Value of Equity tersebut. 3.
Menghitung Market Value Added (MVA) Setelah nilai Market Value of Equity dan nilai Book Value of Equity
diketahui maka selanjutnya nilai MVA dapat dihitung dengan rumus: MVA = Nilai Pasar (Market Value of Equity) – Modal yang di Investasikan (Book Value of Equity) Hal ini berarti semakin besar nilai pasar maka semakin baik nilai Mva, sebaliknya semakin kecil nilai pasar maka semakin buruk nilai MVA. Dalam menghitung nilai MVA dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh yaitu (Young dan O’Byrne, 2001:27) : a.
MVA positif, jika nilai tersebut menunjukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.
b.
MVA negatif, jika nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
31
2.5.3
Kekurangan Market Value Added (MVA) Metode Market Value Added (MVA) merupakan ukuran tunggal dan dapat
berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend maupun norma industry sehingga bagi pihak manajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan. Tetapi MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja. Menurut Napitupuluh (2008;31) MVA memiliki beberapa kekurangan, yaitu 1. MVA tidak memperhitungkan opportunity cost dari moal yang ditanamkan dalam perusahaan. 2. MVA tidak memperhitungkan intern cash return yang diberikan pada pemegang saham. 3. MVA tidak dihitung pada tingkat divisional (unit bisnis) dan tidak dapat dipergunakan untuk perusahaan yang tidak memperjual belikan sahamnya secara publik.
2.5.4
Perbedaan Economic Value Added (EVA) dengan Market Value Added (MVA) Pendekatan EVA dan MVA dalam penelitian didasarkan bahwa
pendekatan ini sangat baik dibanding dengan analisis rasio dan pendekatan ini mampu menggambarkan tingkat pengembalian kekayaan yang dihasilkan bagi para investor dan juga perusahaan. Terdapat perbedaan antara EVA dan MVA, menurut (Brigham & Houston, 2006:70) perbedaan EVA yaitu : 1. EVA menunjukkan adanya nilai tambah yang terjadi selama satu tahun tertentu 2. EVA dapat diterapkan pada masing-masing divisi atau unit-unit lain dari sebuah perusahaan besar Sedangkan perbedaan MVA yaitu: 1. MVA mencerminkan kinerja perusahaan sepanjang hidupnya bahkan mungkin termasuk masa-masa sebelum manajer yang ada sekarang dilahirkan. 2. MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan.
32
2.5.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Economic Value Added (EVA) Beberapa faktor yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk
meningkatkan nilai Economic value added (EVA) Lillyanna (2007:25-26) yaitu: 1. Memperbaiki laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi baik dalam bidang produksi maupun administrasi. 2. Tambahan modal di investasikan pada proyek yang memberikan return yang lebih besar daripada biaya perolehannya. 3. Likuidasi modal yang tidak tepat atau investasi selanjutnya dibatasi terhadap kegiatan yang memberikan return dibawah standar perusahaan (Return yang dihasilkan tidak memadai).
2.6
Merger
2.6.1 Pengertian Merger Merger adalah salah satu kebijakan yang sekarang sering ditempuh oleh perusahaan untuk meningkatkan likuiditas dan kinerjanya, Martono dan Agus (2010:346 ) menyatakan bahwa : “Merger didefinisikan sebagai kombinasi atau penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana perusahaan kehilangan eksistensinya menjadi satu kesatuan. Perusahaan yang bertahan mengambil alih aktiva dan hutang perusahaan yang digabungkan (disebut merged company). Merger harus dibedakan dengan konsolidasi, yang merupakan kombinasi dua perusahaan untuk dibentuk perusahaan yang sama sekali baru.” Sedangkan Menurut Moin ( 2007:5 ) “Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar”. Melihat kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan baha merger adalah suatu penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana setelah melaksanakan merger, salah satu dari perusahaan tidak aktif dan hanya ada satu perusahaan yang bertahan dan mengambil alih seluruh kegiatan perusahaan.
33
2.6.2 Jenis-Jenis Merger Merger pada umumnya terdiri atas beberapa jenis tergantung dari maksud dan tujuan dilakukannya merger tersebut, masing-masing jenis merger tersebut memiliki arti tersendiri sebagai peranan peningkatan kinerja perusahaan. Moin (2007:22) menjelaskan bahwa klasifikasi merger jika berdasarkan aktivitas ekonomi dapat diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu sebagai berikut : 1. Merger Horisontal Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger perusahaanperusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada monopoli. 2. Merger Vertikal Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Merger tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau merger dengan pemasok. Merger vertikal ini dibagi dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah (backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke atas (forward/upward integration).
34
3. Merger Konglomerat Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masingmasing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Apabila merger konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam dalam industri yang berbeda. 4. Merger Ekstensi Pasar Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar. Tujuan merger ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masingmasing perusahaan. Merger ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahanperusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Merger ekstensi pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri. 5. Merger Ekstensi Produk Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas. Merger ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan pengembangan masingmasing untuk mendapatkan sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.
35
2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Merger Pada dasarnya setiap kebijakan yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan dampak yang baik atau buruk bagi perusahaan, begitupun pada kebijakan merger yang dapat berdampak baik dan buruk bagi perusahaan yang melakukan kebijakan ini. Berikut keunggulan dan kelemahan merger menurut Moin (2007:13) yaitu sebagai berikut : 1.
Keunggulan : a. Mendapatkan Cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas. b. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. b. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. c. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. d. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. e. Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. f. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. g. Memperoleh infrasturkur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat.
2.
Kelemahan : a. Proses integrasi yang tidak mudah b. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat c. Biaya konsultan yang mahal d. Meningkatnya kompleksitas birokrasi e. Biaya koordinasi yang mahal
2.6.4
Motif Merger Setiap
perusahaan
dalam
melakukan
kebijakan
merger
akan
mempertimbangkan banyak hal agar kebijakan yang dilakukan perusahaan akan berdampak baik bagi perusahaan, salah satu hal yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan merger adalah motif atau alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi. Menurut Moin (2007:48) menyatakan
36
bahwa pada prinsipnya terdapat beberapa motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger, diantaranya : 1. Motif Ekonomi Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari prepektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Merger memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger yang lain meliputi : a. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegalalan memasuki pasar baru. b. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang. c. Memperoleh individu-individu sumberdaya manusia yang professional. d. Membangun kekuatan pasar. e. Memperluas pangsa pasar. f. Mengurangi persaingan. g. Mempercepat pertumbuhan. h. Menstabilkan cash flow dan keuntungan. 2. Motif Sinergi Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini:
37
a. Sinergi Operasi Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya perusahaan. Sehingga dengan adanya merger ataupun akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasitas penuh. b. Sinergi Finansial Sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. c. Sinergi manajerial Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain. d. Sinergi teknologi Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. e. Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau. 3. Motif Diversifikasi Motif Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk
mengamankan posisi bersaing. Manfaat lain
diversifikasi adalah seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, sedangkan kerugian diversifikasi yaitu adanya subsidi silang. 4. Motif Non-ekonomi Aktivitas merger terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.
38
2.6.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Merger Keberhasilan atau kegagalan suatu merger sangat bergantung pada
ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-faktor penyelaras atau kompabilitas antara organisasi yang akan bergabung. Menurut Hitt (2002:62) mengemukakan beberapa konsep penting yang mengarah pada keberhasilan dalam merger diantaranya uji tuntas (due diligance), pembiayaan, sumber-sumber
daya
komplementer,
merger
bersahabat/tidak
bersahabat,
penciptaan sinergi pembelajaran organisasional dan fokus pada bisnis inti. Menurut Sudarsaman dalam Idrus (2010:30-31) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan merger yaitu sebagai berikut: 1. Analisis strategis yang baik adalah penting, tapi tidak cukup untuk merger yang berhasil 2. Harus ada kejelasan logika penciptaan nilai yang mendasari semua program merger. 3. Pendekatan integritas harus disesuaikan dengan perusahaan target dan logika penciptaan nilai, yaitu penyerapan dan pelestarian. Hal ini menentukan baik kecepatan maupun integrasi. 4. Setiap rencana integrasi yang dibuat harus dapat disesuailan terhadap realitas bila prosesnya mulai berjalan.
2.6.6
Alasan-Alasan Merger Setiap perusahaan dalam melakukan kebijakan merger dan akuisisi pada
dasarnya memiliki alasan-alasan menetapkan merger dan akuisisi sebagai kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Menurut Martono dan Agus (2010 : 347) umumnya merger disebabkan oleh berbagai alasan yaitu : 1. Peningkatan penjualan dan penghematan operasi Dengan adanya peningkatan penjualan berarti pangsa pasar perusahaan bertambah, sehingga perusahaan dapat meningkatkan penjualan secara berkesinambungan dan dapat mendominasi pasar
39
2. Perbaikan Manajemen Perusahaan yang dikelola secara tidak efisien, yang ditunjukan oleh menurunnya keuntungan akan lebih baik jika dilakukan restrukturisasi manajemen 3. Pengaruh Informasi Peningkatan nilai tercipta jika diperoleh informasi baru akibat restrukturisasi perusahaan. Informasi ini merupakan informasi yang dimiliki manajemen namun tidak dimiliki pasar 4. Pertumbuhan perusahaan Suatu perusahaan mungkin tidak mampu tumbuh dengan laju yang cepat atau cukup seimbang melalui perluasan atau pertumbuhan internal, sehingga perlu dilakukan perluasan eksternal melalui penggabungan 5. Pengalihan kekayaan Penggabungan juga terjadi karena alasan pengalihan kekayaan dari pemegang saham kepada para pemegang hutang, atau sebaliknya. Hal ini disebabkan karena dengan merger memungkinkan dapat mengurangi perubahan relatif (variabilitas) arus kas. 6. Alasan-alasan pajak Sering perusahaan mempunyai potensi memperoleh penghematan pajak, tetapi karena perusahaan tidak pernah
memperoleh laba maka tidak dapat
memanfaatkannya. Untuk itu lebih baik menggabungkan dengan perusahaan lain yang memperoleh laba dengan maksud agar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan yang profitable lebih kecil. 7. Diversifikasi Diversifikasi merupakan motif dilakukannya merger tersebut. Dengan mengambilalih perusahaan di dalam lini usaha yang berbeda, suatu perusahaan dapat mengurangi ketidakstabilan siklus laba. 8. Keuntungan-keuntungan leverage Dalam restrukturisasi perusahaan, penggunaan leverage keuangan mengalami peningkatan. Jika hal ini terjadi, penciptaan nilai bagi pemegang saham akan terjadi
40
9. Alasan pribadi Dalam perusahaan yang dimiliki secara perseorangan (tertutup), maka pemilik mempunyai keinginan perusahaannya diambilalih oleh perusahaan lain yang memiliki saham-saham yang mapan
2.7 Penelitian Terdahulu Dari uraian teoritis di atas, berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengukuran kinerja keuangan dengan metode EVA dan MVA sebelum dan sesudah merger. Menurut Funashor (2010) hasil pengujian hipotesis menyatakan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger, hal ini menunjukkan bahwa tujuan PT. Bank OCBC NISP Tbk melakukan merger sepenuhnya tidak dapat tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya terhadap harapan setiap para penyandang dana (pemegang saham dan kreditur) dengan menciptakan nilai tambah ekonomis sebelum dan sesudah Bank melakukan merger tidak ada perbedaan yang berarti. Artinya merger dapat dikatakan tidak berhasil dari sisi EVA. Shobhana (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa analisis antar perusahaan dengan menggunakan EVA dan MVA sebagian besar perusahaan yang melakukan merger (80%) tidak mempunyai tren yang pasti dari segi nilai tambah dari EVA dan MVA selama periode pasca-merger. Ashima (2014) yang menjelaskan bahwa adanya perbedaan positif EVA dan MVA yang bertambah setelah merger dari kedua bank yaitu ICICI Bank dan HDFC Bank. Merger yang dilakukan dari kedua bank tersebut telah membantu dalam menciptakan nilai pemegang saham bank yang lebih baik untuk pemegang saham di masa yang akan datang. Yamin (2009) menemukan bahwa baik nilai tambah ekonomi (EVA) dan nilai tambah pasar setelah merger (MVA) adalah diatas 0. Penelitian ini
41
menunjukkan bahwa nilai tambah pasar (MVA) jauh dibandingkan dengan nilai tambah ekonomi (EVA) yang memiliki proporsi tinggi di nilai pasar, dimana indeks nilai tambah pasar (MVA) disebabkan karena antisipasi pasar lebih besar dibandingkan dengan nilai ekonomi. Kan (2012), telah 20 tahun me-review (dari tahun 1989-2008) kinerja bank-bank mayor di jepang and pengaruhnya terhadap merger dari bank-bank tersebut dari sudut pandang EVA (Economic Value Added. Merger dapat mencapai hasil yang sukses sejauh dari kemajuan perspektif EVA. Berdasarkan hasil dari analisis empiris pula, satu dari faktor-faktor penting yang berkontribusi positif terhadap pengaruh merger adalah kenaikan pinjaman pasar saham, dan itu terbukti bahwa semakin tinggi pinjaman pasar saham yang diperoleh bank melalui merger, maka semakin tinggi pula EVA yang telah dicapai. Dari beberapa penelitian diatas menunjukan perbedaan hasil penelitian dimana menurut Funashor (2010) dan Shobhana (2011) menunjukan hasil bahwa setelah melakukan kebijakan merger kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan metode EVA dan MVA tidak
mengalami peningkatan yang
signifikan, hal ini berbeda dengan penelitaian yang dikemukakan oleh, Ashima (2014), Yamin (2009), dan Kan (2012) yang menunjukan kinerja keuangan yang diukur dengan metode EVA dan MVA menunjukan bahwa, setelah melakukan kebijakan merger kinerja keuangan membaik.
42
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Variabel
Sub
Hasil Penelitian
Variabel M. Hanif Funashor (2010) www.ebookily .com
Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger Dengan Menggunaka n Metode Economic Value Added (EVA) Shobhana Merger and (2011) volume Acquisition no. 1 (2011), Activity in issue no. 7 The Indian (november) Manufacturin g Sector and Shareholder Value Addition in The Merged Entities
Kinerja keuangan
EVA
Menyatakan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger pada PT. Bank OCBC NISP Tbk dengan menggunakan metode economic value added (EVA) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger
Kinerja keuangan
EVA dan MVA
Analisis antar perusahaan dengan menggunakan EVA dan MVA sebagian besar perusahaan yang melakukan merger (80%) tidak mempunyai tren yang pasti dari segi nilai tambah dari EVA dan MVA selama periode pascamerger.
Ashima (2014) volume no. 5 (2014), issue no. 06 (june)
Financial Kinerja Synergic keuangan Impact On Icici and Hdfc Bank After Merger (With Eva & Mva Approach
EVA dan MVA
Adanya perbedaan positif EVA dan MVA yang bertambah setelah merger dari kedua bank yaitu ICICI Bank dan HDFC Bank. Merger yang dilakukan dari kedua bank tersebut telah membantu dalam menciptakan nilai pemegang saham bank yang lebih baik.
Xie Yamin (2009) http://www.di vaportal.org/sma sh/get/diva2:3 26202/FULLT EXT02
The ValueAdded in Strategic Merger:A case study from Chinese port industry restructuring
EVA,MVA FGV, AR dan CAR
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa EVA,MVA ,FGV, AR dan CAR memiliki proporsi tinggi di nilai pasar.
Kinerja keuangan, Abnormal return
43
Nama Kazushi Kan (2012) Policy Research Institute, Ministry of Finance, Japan, Public Policy Review, Vol.8, No5, November 2012
Judul
Variabel
Merger of Major Banks from the EVA Standpoint
Kinerja keuangan
Sub Variabel EVA
Hasil Penelitian Kinerja bank-bank mayor di jepang dan pengaruhnya terhadap merger dari bank-bank tersebut dari sudut pandang EVA (Economic Value Added. Merger dapat mencapai hasil yang sukses sejauh dari kemajuan perspektif EVA.
Sumber: Data diolah 2.8 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan berusaha
untuk
meningkatkan kinerja
keuangan
perusahaan masing-masing. Oleh sebab itu, setiap perusahaan melakukan segala cara dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Salah satu yang biasa dilakukan perusahaan adalah dengan cara melakukan penggabungan usaha. Penggabungan usaha yang biasa dilakukan perusahaan yaitu dengan cara melakukan merger. Martono dan Harjito (2010:346) menyatakan bahwa merger didefinisikan sebagai kombinasi atau penggabungan dua perusahaan atau lebih dimana perusahaan kehilangan eksistensinya menjadi satu kesatuan. Perusahaan yang bertahan mengambil alih aktiva dan hutang perusahaan yang digabungkan. Merger harus dibedakan dengan konsolidasi, yang merupakan kombinasi dua perusahaan untuk dibentuk perusahaan yang sama sekali baru. Dari penggabungan usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Peningkatan kinerja keuangan perusahaan dapat terlihat dalam laporan keuangan perusahaan. Menurut Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dalam menbuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar atau ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (Generally Accepted Accounting Principle) dan lainnya. Agar dapat terlihat peningkatan kinerja keuangan perusahaan, maka dilakukan analisis laporan keuangan. Analisis
44
laporan keuangan yang biasa dipakai untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Salah satu cara untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan adalah dengan menggunakan pengukuran kinerja berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam modal, rencana pembiayaan, sarana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat pula sebagai dasar penentuan insentif bagi karyawan. Dengan pengukuran berdasarkan nilai ini, manajemen perusahaan dituntut untuk meningkatkan nilai perusahaan Sunardi (2010:80) dalam Syahidah (2014:21). Pengukuran kinerja keuangan biasa digunakan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode EVA dan MVA. Adapun penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA dan MVA yang dilakukan oleh Ashima (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa economic value added (EVA) dan market value added (MVA) terjadi perbedaan yang signifikan setelah melakukan merger pada dari kedua bank yaitu ICICI Bank dan HDFC Bank. Merger yang dilakukan dari kedua bank tersebut telah membantu dalam menciptakan nilai pemegang saham bank yang lebih baik. EVA merupakan alat komunikasi yang efektif baik untuk penciptaan nilai yang dapat dijangkau oleh manajer lini yang akhirnya mendorong kinerja perusahaan dan untuk menghubungkan
dengan
pasar
modal.
Young
dan O’byrne
(2001
:
18).Kemudian MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan. Dengan sasaran dapat menguntungkan pemegang saham dan juga dapat membantu untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan keuntungan pada ekonomi Tunggal (2008:12).
45
Dari uraian diatas, dapat disederhanakan pada bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
Perusahaan X
Perusahaan Y
Merger
Kinerja keuangan sesudah merger
Kinerja keuangan sebelum merger
Alat Ukur Kinerja Keuangan
EVA
MVA
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
46
2.9 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pemaparan yang dipaparkan diatas maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan yang diukur melalui metode EVA dan MVA sebelum dan sesudah merger.