BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur (Fungi)
Jamur adalah organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang – benang halus yang disebut dengan hifa. Kumpulan hifa disebut dengan miselium. Pada
umumnya
jamur
berkembangbiak
secara
seksual
dan
aseksual.
(Tjitrosoepomo,1994)
Karena jamur tidak mempunyai zat warna untuk melakukan fotosintesis dan kemosintesis, maka jamur mendapatkan makanannya untuk energi dan pembangunan tubuh dengan cara hidup sebagai parasit (pada organisme lain atau) atau sebagai saprofit (dengan menguraikan bahan organik yang mati).(Tjitrosoepomo,1994)
Sebagaimana organisme eukariotik lain, vesikel sitoplasma pada jamur berperan dalam pembentukan dinding sel. Vesikel ini berupa prekursor dan enzim yang dibutuhkan untuk pembuatan dinding sel. Dinding sel jamur disusun oleh polisakarida, protein dalam jumlah yang relative kecil, lemak dan ion – ion inorganik. Polisakarida pada jamur berbentuk mikrofibril. Mikrofibril merupakan struktur utama dari dinding sel jamur yang terdiri atas jalinan rantai – rantai polisakarida yang bersilangan membentuk anyaman. (Rajarathanam,1998)
Mikrofibril pada jamur tersusun dari kitin dan selulosa. Kitin merupakan polimer tidak bercabang dari N-Acetilglukosamin dan dihubungkan melalui ikatan β 1,4. Kitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel jamur kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, deutromycetes,dan citridiomycetes. Selulosa adalah polimer tidak bercabang dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan 1,4 β – glikosida dan ada pada kelas Oomycetes, Basiodiomycetes, hyphochytridiomycetes dan Ascomycetes. (Garraway and Robert,1984)
2.2 Ganoderma.sp
Ganoderma.sp adalah Basidiomycetes, yang merupakan famili polyporaceae. Asal mulanya, jamur tersebut tumbuh pada kayu atau pokok – pokok yang tebal. Ganoderma.sp dapat diperoleh di gunung – gunung yang mempunyai kelembaban yang tinggi. Ganoderma.sp dalam bahasa Jepang dikenal dengan Reisi, sedangkan dalam bahasa Cina dikenal dengan “Ling zhi”. Ganoderma.sp juga disebut dengan “A one Medicine” karena tidak mengandung efek samping.
2.2.1 Jenis – jenis Ganoderma
Tabel 2.1 Jenis – Jenis Ganoderma Jenis Ganoderma
Warna
G. Luchidum
Merah
G. Sinense
Hitam
G. Oregonense
Biru
G. Applanatum
Putih
G. Tsugae
Kuning
G. Neo-japanicum
Ungu
(http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2 99/a72875.html).
2.2.2 Ciri – ciri Ganoderma : 2.2.2.1 Ganoderma lucidum : The Lingzhi atau Reishi
Ganoderma ini merupakan jamur yang paling terkenal. Ganoderma ini memiliki bentuk yang mirip dengan bentuk piring. Permukaannya mempunyai warna, dari merah kecoklat merah. Pada saat muda, lapisan luar berwarna putih kewarna kuning dan batangnya mempunyai warna yang sama.
2.2.2.2 Ganoderma tsugae
Bentuk Ganoderma ini lebih kurang sama dengan bentuk Ganoderma luchidum. Permukaan yang paling atas mempunyai warna merah orange yang berkilat. Pada
mulanya jamur berwarna putih, apabila semakin besar warnanya akan berubah menjadi kuning dan pada akhirnya berwarna merah orange.
2.2.2.3 Ganoderma boninense
Ganoderma ini berwarna dari ungu tua menjadi hitam dan Ganoderma memiliki batang yang panjang sekitar delapan inchi. Bentuknya seperti bentuk piring, permukaannya berwarna putih dan menjadi coklat bila tua.
2.2.2.4 Ganoderma aplanatum
Ganoderma ini tidak mempunyai batang dan tumbuh diatas batang – batang kayu. Jamur yang baru tumbuh berwarna kuning muda kecoklat, dan akhirnya berubah menjadi coklat bila tua.
2.2.2.5 Ganoderma oregonense
Ganoderma ini berwarna merah coklat keungu coklat dimana batangnya juga mempunyai warna yang serupa.
2.2.3 Bentuk dan Sifat
Ganoderma.sp termasuk salah satu jamur kayu yang keberadaannya di Indonesia telah lama diketahui.Di Indonesia jamur ini dapat dijumpai di Jawa (kebun Raya Bogor, Gunung Gede, Kabupaten Garut), Riau, Pegunungan kerinci, Bali, Lombok, dan Sumbawa. Ganoderma.sp dapat ditemukan mulai dari ketinggian 300m dari permukaan laut hingga dataran tinggi. Dari 80 spesies Ganoderma.sp didunia yang telah diketahui berkhasiat obat, hanya spesies Ganoderma luchidum yang paling banyak digunakan sebagai obat karena mengandung bahan aktif berupa germanium hingga 2000ppm.
Ganoderma luchidum merupakan jenis jamur yang mempunyai badan buah. Bentuk badan buah Ganoderma lichidum seperti sendok atau alat mengambil sayur.
Jenis jamur ini memiliki tangkai yang membenam kedalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3 – 10 cm. Diujung tangkai terdapat badan buah berbentuk setengah lingkaran.
Germanium merupakan unsur kimia yang dapat larut dalam air, memiliki sifat konduktor netral, dan mudah bersatu dengan electron lain. Dr. Li Shin-Chen, pakar farmasi cina dalam bukunya The Outline Of Herbal Medicine menggolongkan Ganoderma menjadi 6 jenis; lingzhi hitam, merah, ungu, putih, kuning, dan hijau. Dari 80 spesies Ganoderma.sp yang berkhasiat, hanya 6 jenis tadi yang diproses menjadi obat karena kandungan germaniumnya tidak kurang dari 800ppm.
Dilihat dari sifat hidupnya, Lingzhi termasuk jamur saprofitik karena tumbuh pada batang mati atau serbuk gergajian kayu. Selain itu, jamur lingzhi termasuk bersifat parasitik karena dapat tumbuh pada batang pohon yang masih hidup. Namun, pada
akhirnya
pohon
yang
ditumpanginya
tersebut
akan
mati
juga
(http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s2 99/a72875.html).
2.2.3 Klasifikasi Ilmiah
Kingdom
: Fungi
Phylum
: Basidiomycota
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Polyporales
Keluarga/Family : Ganodermataceae Genus
: Ganoderma
Spesies
: Ganoderma sp
(http://en.wikipedia.org/wiki/Ganoderma_lucidum)
2.2.4 Kandungan Senyawa Aktif Dalam Ganoderma.sp
Ganoderma.sp adalah satu – satunya sumber yang dikenal dari suatu kelompok triterpen, dikenal sebagai asam yang ganoderik, yang mempunyai struktur molekular yang sama dengan hormon steroid. Ganoderma.sp merupakan suatu sumber dari
secara aktif biologis polisakarida yang dipercaya kaya akan khasiatnya sebagai obat, dan Ganoderma.sp juga mengandung :
Tabel 2.2 Kandungan senyawa aktif dalam Ganoderma.sp
Kandungan
senyawa
Aktif
Ganoderma.sp
1. Polisakarida
7. Germanium
2. ergosterol
8. Vitamin
3. kumarin
9. Protein
4. lactones
10. Antikarsinogen
5. alkaloid
11. Antikanker/antitumor
6. asam ganoderik
12. Adenosin
(Suriawiria, 2001).
2.3. Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit memiliki nama ilmiah Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari elaion yang dalam bahasa yunani berarti minyak. Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu Pantai Barat Afrika dan Jacq singkatan dari jacquin seorang Botanist dari amerika. Kelapa sawit berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda yang ditanam di kebun raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka pada 1911, yaitu di Sungai Liput (Aceh) , Kebun Tanah Itam Ulu dan Pulau Raja (Asahan) Sumatera.(Hadi,M.M,2004)
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang Utara – Sealatan 12o.Dan kelapa sawit juga tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, andosol, dan alluvial. Tanah yang baik untuk kelapa sawit berada pada pH 4,0 – 6,0 (Soehardjo, 1996).
Klasifikasi botani kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisio
: Tracheophyta
Subdivisio
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Subkelas
: Monocotiledonae
Ordo
: Cocoideae
Familia
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis gienensis Jacq
Varietas
: Dura, Psifera, Tenera
2.3.1. Bagian Tanaman
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, tanaman ini berumah satu atau monoecious, dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Bagian tanaman kelapa sawit, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
2.3.1.1. Akar
Akar pertama muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula dengan panjang 15cm. Akar radikula tumbuh menjadi akar primer yang keluar dari bagian bawah batang dengan arah 45o dari permukaan tanah. Akar primer akan tumbuh menjadi akar skunder, tertier, dan kuarter yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar – akar tersebut berfungsi untuk menyerap air dan hara dari dalam tanah.
Akar sekunder dan akar tersier biasanya menyebar secara horizontal hingga radius yang sama dengan panjang daun, pada kedalaman kurang dari 150 cm, bahkan sebagian muncul kepermukaan tanah. Fungsi utama akar skunder adalah menjangkau unsur hara dan air dalam tanah.
Akar rambut adalah akar yang menempel pada akar sekunder dan tersier yang fungsi
utamanya
adalah
tanah.(Hadi,M.M,2004)
menyerap
air
dan
unsur
hara
dari
dalam
2.3.1.2 Batang
Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dan dibalut oleh pangkal daun. Batang berbentuk silindris dengan diameter berkisar 45 – 60 cm pada tanaman dewasa. Batang belum terlihat sampai kelapa sawit berumur 3 tahun karena masih terbungkus pelepah yang belum tunas.
Bagian dalam batang merupakan serabut, yang dilengkapi jaringan pembuluh sebagai penguat batang dan menyalurkan hara. Fungsi batang adalah untuk menimbun hara dan pertumbuhan batang akan terlihat berubah diameternya bila terjadi flaktuasi dari status hara dalam tanaman tersebut.
2.3.1.3. Daun
Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun), pinnae (anak daun), dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varietas dan tipenya serta kondisi lingkungan. Rata – rata panjang pelepah tanaman dewasa dapat mencapai 9 m.
Jumlah anak daun pada satu pelepah berkisar antara 250 – 400 anak daun yang terletak dikiri kanan pelepah daun dan panjang dibandingkan anak daun yang letaknya diujung atau dipangkal. Setiap anak daun terdiri dari lidi dan dua helaian daun (lamina). Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 meter. Daun kelapa sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi.
2.3.1.4. Bunga
Tanaman kelapa sawit setelah ditanam dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan, tergantung dari varietas dan tipe umur bibit serta kondisi lingkungan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monococious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Tandan bunga jantan atau tandan bunga betina keluar dari setiap ketiak pelepah kelapa sawit.
2.3.1.5. Biji
Pembentukan buah terjadi setelah bunga betina dibuahi. Buah akan matang 5 – 6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Jumlah buah dalam satu tandan bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada tanaman dewasa satu tandan berisi ± 2000 buah (brondolan). Ukuran berat buah juga bervariasi, tergantung letaknya dalam tandan. Panjang buah dapat mencapai 5 cm dan beratnya 30 gram. Buah terdiri dari pericarp dan biji. Pericarp terdiri dari sabut (exocarp) dan daging buah (mesokarp) yang jika dipres akan mengeluarkan minyak. Biji dibalut oleh cangkang yang tebalnya tergantung dari jenis tanaman induknya dan inti dapat menghasilkan minyak inti sawit (Suyatno Risza,1994).
2.4 Penyakit – penyakit Pada Kelapa Sawit
Di Indonesia penyakit tanaman mulai mendapat perhatian dari pemerintah Hindia Belanda baru pada tahun 1877. Penyakit tumbuhan terjadi sebagai interaksi dari inang dengan patogen,dan lingkungan biotik serta abiotik yang lebih mendukung perkembangan dan penyebaran patogen. Hubungan patogen dengan inangnya lebih sering disebut sebagai hubungan parasitisme.(Meity suradji,2003)
2.4.1. Busuk Pangkal Batang
Penyakit busuk pangkal batang ini disebabkan oleh adanya jamur Ganoderma.sp.. Penyakit busuk pangkal batang dapat diketahui dari mahkota pohon. Dimana pohon ini mempunyai janur lebih banyak dari biasanya. Daun berwarna hijau pucat. Biasanya daun muda tidak membuka lebih dari tiga yang menyerupai tombak, pada masa lanjut dipangkal batang keluar badan buah (fruiting body), dan pokok – pokok yang terserang berat banyak yang tumbang sebelum mencapai umur ekonominya, dan juga produksi akan menurun secara drastis karena akar tanaman sudah berkurang fungsinya. Daun – daun tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung disekitar batang dan juga penyakit ini menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam. Pada penampang bagian batang yang terserang ini berwarna cokelat muda dengan jalur tidak teratur yang berwarna lebih gelap.
Pada waktu gejala pada daun mulai tampak, biasanya lebih dari separoh dari penampang pangkal batang membusuk. Dalam keadaan demikian tanaman sudah tidak dapat ditolong lagi.
Serangan Ganoderma.sp terhadap pohon kelapa sawit dimulai dengan infeksi akar, dan miselium kemudian menjalar ke pangkal batang, setelah itu penjalaran berlanjut sepanjang batang. Perkembangan jamur pada pangkal batang mengakibatkan berkurangnya aliran air dan unsur – unsur hara, dan laju berkurangnya semakin lama semakin besar. Oleh karena itu gejala yang tampak dari luar adalah layu daun dan gejala kekurangan hara.
Ganoderma.sp menular ketanaman sehat bila tanaman akar ini bersinggungan dengan tunggul pohon yang sakit.Meskipun Ganoderma.sp membentuk banyak tubuh buah, sampai sekarang peran sporanya belum diketahui dengan jelas. Namun pada umumnya dianggap bahwa spora tidak dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit. Tetapi diduga spora jamur ini berkembang pada tunggul atau kayu – kayu, yang seterusnya bahan – bahan ini dapat menjadi sumber infeksi bagi kelapa sawit.Jadi spora lebih berfungsi untuk memencarkan sumber infeksi. Dengan adanya penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp ini akan menyebabkan kerugian yang yang sangat besar yaitu pada areal seluas 1,4 juta hektar akan mencapai kerugian sebesar Rp.560 juta. Pengendalian penyakit ini sulit dilakukan karena serangannya sulit dideteksi. http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_sawit.asp
2.4.2 Busuk Batang atas
Penyakit ini timbul pada tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun, meskipun tanaman yang lebih muda mungkin terjangkit juga. Gejala – gejala tanaman ini adalah batang patah pada tinggi 1 meter atau lebih dari permukaan tanah. Pada bagian yang patah ini batang ternyata busuk.
Dibandingkan dengan pembusukan karena Ganoderma.sp, pada penyakit ini jaringan yang busuk berwarna coklat tua, sering dengan zone – zone yang lebih gelap, dan tampak seperti sarang lebah karena banyak mempunyai lubang.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur phellinus noxius, yang juga disebut Fomes noxius Corner. Jamur ini sering disebut jamur akar coklat
2.4.3. Busuk Tandan
Penyebab busuk tandan adalah jamur Marasmius palmivorus. Dimana pada umumnya menyerang tanaman muda berumur 3 – 6 tahun. Pada tingkat awal infeksi terlihat benang – benang jamur berwarna putih mengkilat dipermukaan tandan buah. Dan pada tingkat serangan berat jamur telah masuk kedaging buah yang menyebabkan buah membusuk, warna buah menjadi coklat muda.(Haryono,2000)
2.5 Proses Penyerangan Patogen Terhadap Tumbuhan
Secara umum patogen menyerang tumbuhan dengan cara menghancurkan komponen penyusun sel inang dan merombak zat makanan yang terdapat didalam sel. Hal ini disebabkan karena adanya toksin
berupa enzim yang bereaksi terhadap
protoplasma dan mengganggu permeabilitas membran dan fungsi – fungsinya. Biasanya kontak pertama antara patogen dengan tumbuhan inang terjadi pada permukaan tumbuhan (dinding sel). Dinding sel tumbuhan terutama terdiri atas selulosa, kutikula, pektin, lignin, dan hemiselulosa.
2.5.1 Perusakan Dinding Sel Tumbuhan Inang 2.5.1.1 Kutikula
Kutikula terdiri atas kutin, satu poliester yang
tidak larut dalam air.
Kebanyakan dari kutikula adalah derivat hidroksi asam lemak dengan atom C16 dan C18. Enzim yang menguraikan kutin adalah kutinase. Dimana kutinase merupakan esterase yang dapat memutuskan hubungan ester antara molekul kutin dan melepaskan derivat – derivat asam lemak yang berasal dari kutin yang tak larut.
2.5.1.2 Selulosa
Setelah menembus kutikula secara enzimatik dan mekanis, jamur mencapai dinding luar sel yang terdiri dari selulosa. Kadar selulosa tumbuhan bervariasi dari sekitar 12 % pada jaringan tak berkayu seperti pada rumput – rumputan, 50% pada jaringan kayu dewasa dan sekitar 90% pada serat kapas.
Patogen menghancurkan selulosa dengan menghidrolisisnya menjadi molekul – molekul selebiosa dan selanjutnya akan menjadi glukosa oleh enzim selulase. Proses degradasi selulosa oleh enzim selulase ini dimulai dari pemutusan hubungan silang antara rantai – rantai selulosa oleh enzim satu selulase (C1). Selulase kedua (Exo-β-1,4-Glukanase dan endo-β-1,4-Glukanase) akan memecah selulosa menjadi rantai – rantai yang lebih pendek yaitu selebiosa. Kemudian selebiosa dipecah oleh enzim β-glukosidase menjadi glukosa. Patogen menghasilkan selulase untuk melunakkan dan menguraikan selulosa pada jaringan tumbuhan. Ini memudahkan penetrasi dan meluasnya patogen dalam jaringan dan menyebabkan rusak dan terurainya susunan sel. Selulase dihasilkan oleh jamur kelas Basidiomycetes.
Gambar.1 Struktur selulosa dan Produk uraiannya (selebiosa) (Trimurti dan Firdaus,2004)
2.5.1.3 Pektin
Pektin adalah bahan penyusun dinding sel yang paling penting setelah selulosa. Pektin adalah polisakarida yang sebagian besar terdiri dari rangkaian molekul galakturonan yang disertai dengan sejumlah kecil molekul galakturonan dan molekul ramnosa. Enzim pemecah pektin pada dinding sel tumbuhan adalah pektinase
yang memutuskan rantai pektin dengan menambahkan satu molekul air dan menghidrolisis molekul galakturonan.
2.5.1.4 Lignin
Lignin adalah polimer yang amorf, berbeda dengan karbohidrat dan protein dilihat dari susunan maupun sifatnya. Unit yang menjadi struktur dasar lignin adalah fenil propanoid. Jamur merusak lignin pada tumbuhan dengan menggunakan enzim ligninase.
2.5.1.5 Hemiselulosa
Sel mempunyai dinding primer yang banyak mengandung hemiselulosa, yaitu campuran kompleks dari polimer polisakarida yang tidak larut dalam air. Untuk menguraikan hemiselulosa jamur patogen menghasilkan enzim hemiselulase. ((Agrios,George.n.,1996)