BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Hutang a. Kebijakan Hutang. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen
dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang berkaitan dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Struktur modal adalah pertimbangan antara pemakaian modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pada tingkat tertentu, pemilik perusahaan
lebih
menyukai
perusahaan
menggunakan
hutang
agar
dapat
mengendalikan perilaku manajer dan komisaris perusahaan. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan - kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong para manajer bekerja lebih efisien sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga hutang yang menyebabkan berkurang
free cash flow
dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri
sendiri. Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dengan pemegang saham. Menurut
Universitas Sumatera Utara
pecking order theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan lebih memilih menggunakan hutang daripada ekuitas ketika pendanaan eksternal digunakan (Hasugian, 2010:39). Pada saat pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan memakai pendanaan yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dari hutang, obligasi konvertibel, dan ekuitas sebagai langkah terakhir. Para manajer yang mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibanding investor luar cenderung memilih untuk tidak mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham terlalu rendah. Para manajer lebih menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Para
investor
memahami
dan
mengetahui
masalah
tersebut
sehingga
menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk (Siswandi, 2011:13). Kebijakan hutang diukur menggunakan debt ratio yang mencerminkan kemampuan
perusahaan
dengan
menggunakan
seluruh
kewajibannya
yang
ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Nilai debt ratio yang semakin rendah menunjukkan kemampuan perusahaan yang semakin tinggi untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Debt ratio yang rendah diharapkan dapat mengurangi tingkat kebangkrutan dan financial distress (Ginting, 2011:13).
Universitas Sumatera Utara
b. Pecking Order Theory Menurut Brealey (2004 : 412) : The pecking order explains why the most profitable firms generally borrow less. It is not because they have low target debt ratios, but because they don’t need outside money. Less profitable firms issue debt because they do not have sufficient internal funds for their capital investment program and because debt is first in the pecking order for external finance. Selain dari pengurutan resiko berdasarkan pecking order theory, penggunaan dana internal lebih disukai karena perusahaan tidak perlu mempublikasikan data keuangan perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak luar. Perusahaan cenderung memilih untuk memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa melakukan publikasi terhadap pihak luar sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Husnan (2004 dalam Sarasati, 2013 : 20) menjelaskan bahwa “pertama adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru, hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan diartikan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan membuat harga saham akan turun”. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa dividen. Perusahaan akan memilih pendanaan yang paling menguntungkan di antara alternatif yang ada. Berdasarkan pendanaan atas pecking order theory, perusahaan cenderung memilih
Universitas Sumatera Utara
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Urutan penggunaan dana yang berasal dari pihak eksternal dimulai dari hutang, penerbitan ekuitas baru, dan laba ditahan. Cara pendanaan tersebut mengajukan teori tentang informasi asimetri manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal. Komposisi hutang dan ekuitas yang tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya. Pecking Order Theory mengenai struktur modal menurut Keown dkk. (2010 : 157) mempunyai empat poin penting yaitu: a. Perusahaan menerapkan kebijakan dividen untuk kesempatan investasi. b. Perusahaan lebih suka mendanai kesempatan investasi dengan dana yang sepenuhnya dari dalam dulu, lalu modal keuangan eksternal akan dicari. c. Saat pendanaan eksternal dibutuhkan, pertama perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas hutang. Menerbitkan sekuritas jenis modal akan dilakukan terakhir. d. Dengan demikian banyaknya dana eksternal untuk mendanai proyeknya dengan nilai sekarang atau pendekatan positif pecking order akan diikuti. Ini berarti lebih menyukai hutang yang beresiko, artinya pada hutang konvertibel, modal preferen dan modal biasa sebagai pilihan terakhir. c. Signaling Theory Menurut Brigham dkk. (2001 dalam Pithaloka, 2009 : 14) “Signaling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan”. Signaling
theory
menjelaskan
bahwa
perusahaan
dengan
prospek
yang
Universitas Sumatera Utara
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara seperti penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat bahwa pihak manajemen perusahaan memandang prospek perusahaan tersebut kurang baik. Suatu perusahaan yang sering menawarkan penjualan saham baru akan membuat harga sahamnya menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. d. Agency Theory Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini disebabkan kebutuhan modal perusahaan tidak dapat disediakan oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat dijadikan basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan modal dari satu pemilik. Perusahaan – perusahaan besar mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, yaitu wewenang antara pemilik dan pengelola. Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola atau manajemen disebut agent. Dalam manajemen keuangan, salah satu tujuan utama
Universitas Sumatera Utara
perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer sehingga pemegang saham melakukan pengawasan yang dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan. Biaya yang muncul karena pengawasan tersebut dengan sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya – biaya yang timbul ini disebut dengan biaya keagenan. Wahidawati (2002 dalam Nugrahaini, 2012 : 23) menyatakan ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu: 1.
2.
3.
Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian, kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal Dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konlik antara pemegang saham dengan manajemen. Di samping itu, hutang juga akan menurunkan tingkat
Universitas Sumatera Utara
4.
free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen. Memperkerjakan investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.
e. Klasifikasi Hutang Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang tidak lancar. Hutang lancar adalah kewajiban – kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aset lancar atau pembentukan aset lainnya atau dapat diartikan sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai hutang tidak lancar. Hutang lancar yang biasanya terdapat dalam perusahan adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang gaji, hutang bunga, dan hutang pajak penghasilan. Hutang tidak lancar terdiri dari hutang obligasi, hutang bank, dan sewa jangka panjang. Pendanaan perusahaan pada dasarnya terdapat dua sumber, yaitu berasal dari pemilik dan kreditur. Kebutuhan dana untuk tujuan jangka pendek didanai oleh hutang lancar. Kebutuhan dana yang bersifat permanen didanai dengan hutang tidak lancar. Menurut Djarwanto (2004:34), klasifikasi hutang dibagi menjadi dua yaitu: 1 ) Hutang jangka pendek Hutang jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu yang normal,
Universitas Sumatera Utara
umumnya satu tahun atau kurang semenjak neraca disusun, atau hutang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Hutang jangka pendek meliputi: a. Hutang dagang (Accounts payable) adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagang atau jasa kredit. b. Wesel bayar (Notes payable) adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atas perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang ditetapkan. c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deferred revenue) adalah penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang lebih dahulu menyerahkan uang kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya. d. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accrual payable) adalah kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan e. Hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo (Maturing long term debt) adalah sebagian atau seluruh hutang jangka panjang yang menjadi hutang jangka pendek karena sudah waktunya untuk dilunasi. 2 ) Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu melebihi satu tahun. Yang termasuk hutang jangka panjang ialah: a. Hutang hipotek (Mortgage note payable) adalah surat tanda berhutang dengan jangka waktu pembayaran yang melebihi satu tahun, di mana pembayarannya dijamin dengan aktiva tertentu misalnya bangunan, tanah, atau perabot. b. Hutang obligasi (Bonds payable) adalah surat tanda berhutang yang dikeluarkan di bawah cap segel, yang berisi kesanggupan membayar pokok pinjaman pada tanggal jatuh temponya dan membayar bunganya secara teratur pada setiap interval waktu tertentu yang telah disepakati. c. Wesel bayar jangka panjang (Long term notes payable) adalah wesel bayar dimana jangka waktu pembayarannya melebihi jangka waktu satu tahun atau melebihi jangka waktu operasi normal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Struktur Aset Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap
pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman”. Pendapat Mamduh tersebut berbeda dengan pendapat Mayangsari (2001 : 10) yang menyatakan “pada perusahaan yang sebagian modalnya tertanam dalam aktiva tetap, pemenuhan kebutuhan dana akan diutamakan dari modal sendiri sehingga modal asing hanya berfungsi sebagai pelengkap”. Penjelasan pendapat tersebut adalah penggunaan aset tetap akan menimbulkan adanya beban tetap yang berupa fixed cost. Suatu perusahaan yang memakai modal asing untuk membelanjai aset tetapnya akan membuat biaya tetap yang ditanggungnya besar. 2.1.3 Profitabilitas. Profitabilitas menggambarkan kinerja operasional perusahaan dengan memberikan besar keuntungan yang mampu diraih perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
dari
modal
yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Susilawati, 2012 : 180). Pengukuran profitabilitas dihubungkan dengan penjualan,
Universitas Sumatera Utara
total aset, dan modal sendiri. Ketiga pengukuran tersebut memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungan dengan volume penjualan, jumlah aset, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Akuntansi menggunakan prosedur penentuan laba atau rugi periodik dengan didasarkan pada pengaruh
transaksi-transaksi
yang
sesungguhnya
terjadi.
Prosedur
tersebut
mengakibatkan timbulnya pendapatan dan biaya - biaya sebagai elemen yang membentuk laba atau rugi dalam suatu periode. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset, dan modal. Ada tiga rasio yang dapat digunakan dalam rasio profitabilitas, yaitu rasio net profit margin (NPM), return on asset (ROA), dan return on equity (ROE). Net profit margin mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio NPM yang rendah dapat menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. Rasio ROE menggambarkan tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan bagi pemegang sahamnya. Dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk profitabilitas adalah rasio ROA. Profitabilitas dalam penelitian ini merupakan variable independen. Semakin tinggi profit suatu perusahaan, semakin menurun hutangnya karena dana internal yang tersedia untuk mendanai investasinya bertambah. Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 24) “perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang
Universitas Sumatera Utara
relative kecil”. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Keputusan struktur modal secara langsung berpengaruh terhadap besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Return on asset menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Profitabilitas diukur dengan rasio return on assets (ROA) dengan rumus: ROA=
Laba
Total Aset
Rasio ini mempunyai arti besarnya laba yang diberikan terhadap modal yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut. 2.1.4 Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan merupakan indikator maju atau tidaknya suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk pendanaan perusahaan. Perusahaan yang pertumbuhan pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Menurut Brigham dan Houston (2001 dalam Sarasati, 2013 : 28) “perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil”. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan tingkat stabilitas jumlah penjualan yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap periode tahun buku. Penjualan memiliki pengaruh yang strategis bagi sebuah perusahaan karena penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aset. Jika penjualan ditingkatkan, maka aset pun harus ditambah. Dengan mengetahui penjualan dari tahun sebelumnya, perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah tidak membutuhkan pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal. Studi yang dilakukan oleh Kaaro (2000) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal. Teori ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan Brigham (1983) yang menunjukkan hubungan pertumbuhan penjualan perusahaan mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
Formulasi pertumbuhan penjualan yaitu: Pertumbuhan penjualan = Keterangan :
Penjualan t−Penjualan t−1 Penjualan t−1
Penjualan t
= Besar penjualan pada tahun ke t
Penjualan t-1
= Besar penjualan pada tahun ke t-1
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) Penelitian Yuliningrum berjudul “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Aset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas, struktur aset, dan kebijakan dividen. Variabel dependen adalah struktur pendanaan yang diwakili dengan debt to equity ratio. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Struktur aset dan ratio pembayaran deviden secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio. Profitabilitas, struktur aset, dan rasio pembayaran deviden secara simultan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap debt to equity ratio. 2. Eka Prasetya Harmoni (2009) Penelitian dengan judul “Analisis Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar di BEI”. Variabel
Universitas Sumatera Utara
independen pada penelitian ini adalah return on assets (ROA), return on common equity (ROE), earning per share (EPS), total assets turnover ratio (TATO). Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial. Pengujian membuktikan bahwa ROA, ROE, EPS, TATO secara simultan mempengaruhi harga saham. 3. Indahningrum & Handayani (2009) Penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur. Variabel dependennya adalah kebijakan hutang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan free cash flow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan kebijakan hutang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan. 4. Rizki Tampubulon (2009) Penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah earning per share (EPS), debt to equity ratio (DER), price to earning ratio (PER), return on investment (ROI), dan return on equity (ROE).
Universitas Sumatera Utara
Variabel independen pada penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on equity berpengaruh terhadap return saham secara simultan. 5. Christnova Hasugian (2010) Penelitian Hasugian berjudul “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah free cash flow dan profitabilitas. Variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang secara simultan. 6. Ika Pratiwi Simbolon (2010) Penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”. Penelitian ini membuktikan bahwa current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover dan
Universitas Sumatera Utara
return on investment pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment. 7. Fitri Andika Sari (2011) Penelitian dengan judul “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah likuiditas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah arus kas yang dibagi menjadi arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan. Dari penelitian ini didapatkan angka R sebesar 0,465, hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara likuiditas dengan variabel independent sangat erat yaitu sebesar 46,5%. Angka R square atau koefisien determinasi sebesar 0,216. Angka ini mengindikasikan bahwa 21.6% variasi atau perubahan dalam likuiditas dapat dijelaskan oleh variasi variable aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan. 8. Ivan Nugroho (2011) Penelitian dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2006-2009”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow. Sementara variabel dependen adalah debt to equity ratio (DER).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan institusional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan institusional, profitabilitas, dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan. 9. Zera Selvira Hendrianti (2011) Penelitian dengan judul “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel independen pada penelitian ini adalah capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perubahan hutang jangka panjang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang. 10. Santika dan Sudiyanto (2011) Penelitian dengan judul ”Menentukan Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Di Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan penjualan, struktur aset, dan profitabilitas terhadap struktur modal. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan dan positif pada struktur modal. Struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
11. Hari Kusrini (2012) Kusrini dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas. Variabel dependen adalah kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan hutang sedangkan risiko bisnis dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang secara simultan. 12. Hardiningsih & Oktaviani (2012) Penelitian dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel independen adalah free cash flow, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, struktur aset perusahaan, retained earning dan kepemilikan manajerial. Variabel dependen adalah debt to equity ratio. Sampel dalam penelitian ini adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel perusahaan manufaktur. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
Universitas Sumatera Utara
kebijakan hutang. Variabel struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap hutang. 13. Sarsa Meta Nugrahaini (2012) Penelitian dengan judul “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”. Penelitian ini mengambil perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 sebagai sampel. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan manajerial ownership berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 14. Susilawati Dkk. (2012) Penelitian dengan judul jurnal “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan
Universitas Sumatera Utara
dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama, Tahun, dan Judul Penelitian 1. Dwi Ratih Yuliningrum (2008) “Pengaruh Faktor Profabilitas, Struktur Asset, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Pendanaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”
Variabel Penelitian
Hasil penelitian
Variabel Independen: Profabilitas, Struktur Asset, Kebijakan Dividen
2.
Variabel Independen: Return on Total Assets, Return on Equity, Earning per Share, Total Assets Turnover.
Profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap debt to equity ratio. Strukur aset dan rasio pembayaran deviden secara parsial tidak signifikan terhadap debt to Secara equity ratio. simultan, profitabilitas, struktur asset dan rasio pembayaran deviden mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan yang positif terhadap debt to equity ratio. Return on total assets, return on equity, earning per share, total assets turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on total assets, return on equity, earning per share, total assets turnover secara simultan mempengaruhi harga saham.
Eka Prasetya Harmoni (2009) “Analisis Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”
Variabel Dependen: Struktur Pendanaan.
Variabel Dependen: Harga Saham
Universitas Sumatera Utara
3.
Indahningrum & Handayani (2009) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”
Variabel Independen: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas.
4.
Rizki Tampubulon (2009) “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI”.
Variabel dependen: Kebijakan Utang. Variabel independen: Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Earning Ratio (PER), Return on Investment (ROI), dan Return on Equity (ROE)
5.
Christnova Hasugian (2010) “Pengaruh Free Cash Flow Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”
Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, dan free cash flow berpengaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.
Earning per share, price to earning ratio, return on investment berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa return on equity dan debt to equity ratio tidak berpengaruh Variabel dependen: signifikan terhadap return Return saham saham secara parsial. Penelitian juga menunjukkan bahwa earning per share, debt to equity ratio, price to earning ratio, return on investment , dan return on equity secara simultan berpengaruh terhadap return saham. Variabel Independen: Free cash flow dan Free Cash Flow dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan Profabilitas,. secara parsial terhadap Variabel Dependen: kebijakan hutang. Free cash Kebijakan Hutang. flow dan profitabilitas juga tidak berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara
6.
7.
8.
Ika Pratiwi Simbolon (2010) “Analisis Hubungan Current Ratio, Debt To Total Assets, Dan Total Assets Turnover Dengan Return On Investment Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”.
Variabel Independen: Current Ratio, Debt To Total Assets, dan Total Assets Turnover
Ivan Nugroho (2010) “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas Dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.”
Variabel Independen: Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, Free Cash Flow
Zera Selvira Hendrianti (2011) “Pengujian Pecking Order Hypothesis Terhadap Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI”.
Variabel independen: Capital Expenditure, Dividend Payment, Current Investment, Operating Cash Flow
Variabel Dependen: Return On Investment
Variabel Dependen: Kebijakan Utang
Variabel dependen: Perubahan Hutang Jangka Panjang.
Current ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap return on investment. Debt to total assets ratio pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment. Total assets turnover memiliki hubungan positif dan tidak signifikan terhadap return on investment.
Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang peru-sahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital expenditure, dividend payment, current investment, operating cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap perubahan hutang jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
9.
Santika dan Sudiyanto Variabel Independen: Pertumbuhan penjualan (2011) ”Menentukan Pertumbuhan berpengaruh positif dan Struktur Modal Perusahaan Penjualan, Struktur signifikan. Struktur aktiva Manufaktur Di Indonesia”. Aktiva, dan tidak berpengaruh Profitabilitas. signifikan. Profitabilitas berpengaruh negatif dan Variabel Dependen: signifikan. Struktur Modal.
10. Fitri Andika Sari (2012) “Pengaruh Arus Kas Terhadap Likuiditas Pada Perkebunan Nusantara IV Medan”.
Variabel independen: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, dan Arus Kas Pendanaan Variabel dependen: Likuiditas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arus kas investasi, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara parsial tidak mempengaruhi likuiditas. Hasil penelitian juga menunjukkan arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan tidak mempengaruhi likuiditas secara simultan.
11. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Ukuran Perusahaan, Bisnis, Profitabilitas, Dan Risiko Bisnis, Likuiditas Terhadap Kebija- Profitabilitas, dan kan Utang Pada Perusahaan Likuiditas. Manufaktur.”
Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negative tidak Variabel dependen: signifikan terhadap Kebijakan Utang. kebijakan hutang. Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profita-bilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan hutang secara simultan.
Universitas Sumatera Utara
12. Hardiningsih & Oktaviani (2012) “Determinan Kebijakan Hutang Dalam Agency Theory Dan Pecking Order Theory Pada Perusahaan Manufaktur”
13. Sarsa Meta Nugrahaini (2012) “Analasis Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan Manajerial Ownership Terhadap Struktur Modal Perusahan”.
Variabel Independen: Free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang.
Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, struktur aset perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Variabel Dependen: kebijakan hutang, saldo laba ditahan berpengaruh negatif Kebijakan Hutang signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel Independen: Hasil analisis data atau hasil Profitabilitas, regresi menunjukkan bahwa profitabilitas, likuiditas, Likuiditas, pertumbuhan penjualan, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran ukuran perusahaan dan manajerial ownership Perusahaan, berpengaruh secara simultan Manajerial terhadap struktur modal Ownership. perusahaan sedangkan secara parsial variabel yang Variabel Dependen: berpengaruh signifikan Struktur Modal terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Variabel profitabilitas, manajerial ownership dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Universitas Sumatera Utara
14. Susilawati Dkk. (2012) “Faktor Variabel Independen: - Faktor Yang Memengaruhi Kepemilikan Kebijakan Utang Perusahaan Manajerial, Manufaktur Yang Terdaftar Di Kepemilikan Bursa Efek Indonesia” Institusional, Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Free Cash Flow.
Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, Profitabilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
Variabel Dependen: Kebijakan Utang Sumber: diolah oleh peneliti 2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan cara bagaimana variabel dalam suatu permasalahan dihubungkan sehingga didapatkan gambaran mengenai penelitian yang akan mempermudah peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen yaitu struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan. Variabel independen ini akan diuji kebenarannya terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang yang diwakili dengan debt to equity ratio (DER).
Universitas Sumatera Utara
Kerangka konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 Struktur Aset (X1)
H2
Kebijakan Hutang
Profitabilitas (X2) (Y) H3 Pertumbuhan Penjualan (X3) H4 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Kebijakan hutang menunjukkan proporsi penggunaan hutang dengan modal sendiri pada perusahaan. Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber dana perusahaan berasal dari sumber dana internal dan sumber dana eksternal. Sumber dana internal berasal dari arus kas perusahaan sedangkan sumber dana eksternal diperoleh dari kreditor dalam bentuk hutang dan dari ekuitas pemegang saham. Proporsi hutang yang relatif kecil mengindikasikan bahwa perusahaan cenderung lebih memilih pendanaan melalui penerbitan saham dan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan laba ditahan dibandingkan dengan melakukan pinjaman atau hutang agar perusahaan dapat terhindar dari beban hutang yang tinggi Kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Hutang merupakan suatu mekanisme yang bisa digunakan untuk mengurangi atau mengontrol konflik keagenan. Perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga dan principal. Pembayaran atas bunga dan principal mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas. Pemegang saham menginginkan aliran kas bebas tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka sedangkan manajer berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyekproyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi manajer. Para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut. Hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan aliran kas bebas. Hutang dapat dipakai untuk menghindari investasi yang sia - sia karena hutang yang meningkat menyebabkan manajer harus menyisihkan dana yang lebih besar untuk membayar bunga dan pinjaman pokok secara periodik sehingga aliran kas bebas yang tersisa menjadi kecil. Struktur aset merupakan kombinasi dari penggunaan aset lancar dan aset tetap pada perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan lebih memilih untuk menggunakan hutang lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak. Struktur aset mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan dengan beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aset tetap yang signifikan akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang dalam pendanaannya. Dengan demikian, struktur aset mempengaruhi kebijakan hutang secara tidak langsung. Pendanaan dengan hutang dapat diklasifikasikan sebagai eksternal finance. Pendanaan eksternal kurang disukai karena menimbulkan beban tetap berupa bunga yang akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan. Perusahaan yang mempunyai modal yang memadai dalam pendanaannya akan lebih memilih pendanaan secara internal. Pemenuhan hutang dengan modal sendiri sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan perusahaan memakai modal internal sebelum memakai modal eksternal. Profitabilitas adalah bagian yang mencerminkan kemampuan dari perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan kinerja perusahaan pada periode tertentu. Profitabilitas diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti jumlah aset perusahaan atau penjualan investasi. Profitabilitas memiliki pengaruh yang berbanding terbalik dengan kebijakan hutang karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan menggunakan hutang yang relatif kecil, hal ini disebabkan perusahaan telah memperoleh dana untuk pembiayaan melalui laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara
Universitas Sumatera Utara
internal. Perusahaan dengan profitabiitas yang rendah lebih memilih untuk memakai hutang untuk pendanaan. Kebijakan hutang dipengaruhi profitabilitas karena profitabilitas akan merefleksikan laba yang akan digunakan untuk pendanaan investasi.
Keputusan kebijakan hutang secara langsung berpengaruh terhadap
besarnya risiko yang ditanggung pemegang saham serta besarnya tingkat pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan. Profitabilitas dapat diukur dengan berbagai rasio seperti return on investment, return on total assets, net interest margin, dan return on equity. Peneliti memakai ratio return on total assets karena ratio tersebut menunjukkan hubungan antara profitabilitas dengan efisiensi penggunaan aset. Penjualan yang relatif stabil dan selalu meningkat pada sebuah perusahaan memberikan kemudahan dari perusahaan tersebut untuk memperoleh aliran dana eksternal atau hutang untuk meningkatkan operasionalnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
penjualan
dan
laba
yang
tinggi
mempunyai
kecenderungan
menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah. Jika pertumbuhan penjualan meningkat setiap tahun, maka kreditor akan lebih percaya akan kemampuan perusahaan sehingga perusahaan bisa mendapatkan dana lebih banyak untuk operasional perusahaan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
Universitas Sumatera Utara
Suatu
perusahaan
dengan
tingkat
pertumbuhan
yang
rendah
tidak
membutuhkan hutang sebagai pembiayaan eksternal, tetapi suatu perusahaan yang tumbuh dengan pesat memerlukan modal dari sumber eksternal. Semakin cepat tingkat pertumbuhan, semakin besar kebutuhan modal. 2.3.2
Hipotesis Penelitian.
Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Ada dua macam hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Hipotesis nol merupakan hipotesis yang diterima, kecuali bahwa data yang yang kita kumpulkan salah. Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang diterima hanya jika data yang kita kumpulkan mendukungnya. Menurut Erlina (2011 : 42), “hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau di uji kebenarannya mengenai struktur atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomenafenomena”. Landasan teori menjelaskan beberapa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis pengaruh masing - masing variabel independen terhadap variabel dependen memberikan hipotesis yang diduga menjadi kesimpulan penelitian. Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah. Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian”. Hipotesis diajukan berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teoritis.
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: H1
: Struktur Aset berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H2
: Profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H3
: Pertumbuhan Penjualan berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan hutang.
H4
: Struktur aset, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan hutang.
Universitas Sumatera Utara