BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Audit Internal
2.1.1
Pengertian Audit Internal Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang mencangkup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola (governance) perusahaan publik maupun privat. Audit internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efesiensi dan efektivitas kinerja perusahaan. Audit internal memiliki peranan penting dalam semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait dalam menjalankan usaha. Pengertian Auditor Internal menurut Arens (2012) adalah sebagai berikut: “Auditor yang menjadi karyawan pada suatu perusahaan yang melakukan audit untuk dewan komisaris dan manajemen perusahaan itu.” Dari definisi diatas dapat disimpukan bahwa auditor internal bekerja dalam suatu perusahaan ini untuk melakukan audit bagi manajemen, dalam hal ini tanggung jawab seorang auditor internal sangat beragam, tergantung perusahaan tersebut.
8
9
Untuk mempertahankan independensi dari fungsi-fungsi bisnis lainnya, kelompok auditor internal biasanya melaporkan langsung kepada direktur utama, salah satu pejabat tinggi eksekutif lainnya, atau komite audit dalam dewan komisaris. Pengertian Auditor Internal menurut Sawyer (2008:8) adalah: “Auditor Internal merupakan karyawan perusahaan atau juga bias sebagai entitas perusahaan”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor internal ini adalah auditor yang bekerja di suatu perusahaan sebagai karyawan dalam perusahaan tersebut yang bertugas untuk menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak telah dilaksanakan dengan baik dan di patuhi.Biasanya yang menggunakan jasa auditor internal ini adalah dewan komisaris atau direktur utama. Sedangkan menurut Nasution (2003) mendefinisikan auditor internal sebagai berikut : “Auditor internal adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas internal auditing, oleh sebab itu Internal Auditor senantiasa berusaha menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas setiap bentuk pengendalian untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya auditor internal, dapat membantu anggota manajemen untuk menelaah prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang mengangkut tingkat kepatuhan terhadap kebijaksanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit usaha atau efektivitas sistem pengendalian intern. Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal dalam bukunya “Standar Profesi Audit Internal” (2004:9), pengertian dari Audit internal antara lain:
10
“Internal audit adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevalusi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance.” Sedangkan menurut Audit internal menurut The IIA Research Foundation (2011:2) yang dijelaskan dalam jurnal International Professional Practices Framework (IPPF) adalah:
“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes” Sedangkan menurut Sarens dan DeBeelde (2012) “internal audit as a function that is needed by senior management to‘compensate for the loss of control the management experiences as the result of increasing complexity in an organization Berdasarkan pengertian Audit Internal tersebut, audit internal merupakan kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi yang secara sistematis dan teratur dapat membantu manajemen dalam mengelola risiko, pengendalian, proses governance dengan menjadi konsultan, sehingga dapat membantu manajemen dalam memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi audit internal masa kini tidak lagi hanya terbatas dalam audit keuangan dan operasi organisasi/ perusahaan
11
saja, tetapi juga memberikan jasa konsultasi yang dapat menambah nilai organisasi atau perusahaan agar dapat mencapai tujuannya. Berikut ini adalah perbandingan konsep-konsep kunci definisi lama dan baru sebagai berikut : Tabel 2.1 Perbandingan Konsep-Konsep Inti Definisi Audit Internal Lama Dan Baru Audit Internal Lama (1947) 1. Fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi 2. Fungsi penilaian 3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi 4. Membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif 5. Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling, dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar
Audit Internal Baru (1999) Suatu aktivitas yang independen dan objektif Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultasi Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian proses pengaturan dan pengelolaan organisasi
(sumber: Hiro Tugiman, menuju audit internal organisasi yang efektif, 2004:3)
2.1.2
Tujuan dan Ruang Lingkup Auditor Internal Tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman (2009:13) adalah sebagai
berikut:
12
“Tujuan pelaksanaan audit internal adalah membantu agar para anggota organisasi dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, auditor internal akan memberikan berbagai analisis, penilaian, rekomendasi, konseling, dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar. “ Sedangkan menurut Sukrisno Agus (2012:222) tujuan audit internal adalah sebagai berikut: “tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya” Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal ini adalah memberikan kontribusi kepada perusahaan untuk membantu semua kegiatan anggota perusahaan agar dapat menjalankan semua tanggung jawab yang diberikan oleh perusahaan secara efektif. Audit internal membantu manajemen menemukan kemungkinan yang paling baik dalam penggunaan sumber modal secara efektif dan efisien, termasuk efektivitas dalam pengendalian biaya. Biasanya bantuan ini diberikan melalui analisis-analisis, penilaian, saran-saran, bimbingan, dan informasi tentang aktivitas yang diperiksa. Lingkup penugasan audit internal, yaitu : 1. Pengelolaan Risiko Fungsi
audit
internal
harus
dapat
membantu
suatu
perusahaan
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko yang signifikan dan memberikan kontribusi terhadap pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. 2. Pengendalian
13
Fungsi audit internal harus dapat membantu suatu perusahaan untuk memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kemampuan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara baik dan benar sesuai dengan ketentuan. 3. Proses Governance Fungsi audit internal juga harus mampu menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan-tujuan berikut : a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam perusahaan b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabilitas c. Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian kepada unitunit yang tepat dalam perusahaan d. Secara efektif mengkoordinasikan kegiatan dan mengkomunikasikan informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal, dan eksernal serta manajemen. Ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional. Hal ini sesuai dengan komitmen bahwa fungsi audit internal adalah membantu manajemen dalam mengawasi jalannya kegiatan perusahaan. Namun demikian, audit internal bukan bertindak sebagai mata-mata tetapi sebagai rekan kerja yang siap membantu memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
14
Menurut Sawyer (2008:11), ruang lingkup fungsi audit internal sebagai berikut : “The internal audit acivity should evaluate and conttribute to the improvement of risk management, control, and governance processes using a systematic and diseiplined approach. “ Maksud dari definisi di atas adalah menjelaskan bahwa aktvitas audit internal meliputi penilaian dan pengkontribusian perbaikan dari manajemen risiko, proses pengaturan dan pengelolaan organisasi dengan menggunakan suatu pendekatan disiplin yang sistematis. Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit internal adalah melakukan penilaian atas pengendalian internal, penilaian atas pencatatan laporan perusahaan, serta penilaian atas hasil seluruh kegiatan perusahaan. Audit internal juga harus memberikan keyakinan bahwa catatan laporan dan pelaksanaan kegiatan perusahaan telah dilaksanakan dengan baik. Tujuan dan ruang lingkup audit internal sangat luas tergantung kepada besar atau kecilnya perusahaan dan permintaan dari manajemen organsasi yang bersangkutan. 2.1.3
Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:12) menyatakan bahwa: “Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektifitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.”
15
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) menyatakan secara lebih terperinci mengenai tanggung jawab Auditor Internal dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP, 2004) yaitu sebagai berikut: “Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis dan evaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, menginformasikan kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris atau pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut. Audit internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya”. Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tanggung jawab audit internal adalah untuk memelihara pengendalian intern yang efektif, mendorong peningkatan pengendalian internal organisasi serta memberikan keyakinan dan rekomendasi agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
2.2
Kompetensi Kompetensi menurut Gondodiyoto (2007:35) artinya yang bersangkutan
terlatih (melalui suatu pendidikan formal) untuk mengerjakan suatu jenis pekerjaan khusus/sulit yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan tinggi. Mulyadi (2002:19) mengatakan bahwa: “Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.” Sedangkan pendapat International Standars For The Professional Practice Of Internal Auditing, 2010:17 yaitu:
16
Additionally reports provides insight regarding the importance of different types of behavioral and technical skills competencies internal auditors should prosess to successfully perform as practitioners”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan, pengalaman, pendidikan, dan pelatihan yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama. Maka, audit yang dilaksanakan dengan objektif, cermat, dan seksama akan menghasilkan audit yang berkualitas tinggi. Standar umum pertama menurut SA seksi 201 SPAP (2011) menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Prinsip-prinsip fundamental IFAC menyebutkan bahwa: “Seorang akuntan profesional mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk menjamin seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik.” Indikator kompetensi menurut International standars for the professional practice of internal auditing, (2010:17) yaitu: 1. Communication skills (including oral, written, report writing and presentation) 2. Problem identification and solution skills (including core, conceptual and analytical thinking 3. Keeping up to date with industry and regulatory changes and professional standards
17
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman, anggota seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan dan pengalaman yang tidak mereka miliki.Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggungjawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang menyatakan bahwa kualitas jasa yang diberikan memadai tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh prinsip etika. Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa penguasaan terhadap standar akutansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Ada tidaknya program atau proses peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur kompetensi auditor.
2.2.1
Pengertian Kompetensi Auditor Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit yang benar. Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus dibidangnya. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa buku itu (Arens et al, 2011:5) Dalam pernyataan standar umum pertama (Standar Pengawasan Keuangan Negara, 2007), adalah :
18
“Pemeriksaan secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Dalam International Federation of Accountants (2005:20) menjelaskan bahwa : “The greater responsibilities of the auditor may require the development of additional professional knowlodge, professional skill and professional value, ethics and attitudes”. Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa kompetensi auditor memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari auditor mungkin memerlukan pengembangan pengetahuan tambahan profesional,keterampilan profesionaldan nilai profesional, etika dan sikap.
19
2.2.1.1 Standar Kompetensi Dalam Peraturan kepala Badan Pengawasan Keuangan dan pembangunan (BPKP,2007) yang dimaksud dengan kompetensi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Auditor Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) Kompetensi Standar Kompetensi Kompetensi umum Kompetensi teknis Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor Standar kompetensi Auditor Terampil Standar Kompetensi Auditor Ahli
Berdasarkan (BPKP,2007) berikut ini akan dibahas secara ringkas rasionalisasi (dasar pemikiran) dari auditor, Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP), kompetensi, standar kompetensi, kompetensi umum, kompetensi teknis, prinsip-prinsip dasar kompetensi auditor, standar kompetensi auditor terampil, standar kompetensi auditor ahli. 1. Auditor Auditor adalah Jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pada instansi pemerintah, lembaga atau pihak lain yang didalamnya terdapat kepentingan Negara sesuai dengan peraturan perundang undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. 2. Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP)
20
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah yang dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan pemerintah pusat atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawasan inter pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan intern pada Badan Hukum lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jawabannya. 4. Standar Kompetensi auditor Standar Kompetensi auditor adalah ukuran kemampuan minimal yang harus dimiliki auditor mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan/ keahlian (skill),dan sikap prilaku (attitude) untuk melakukan tugas-tugas dalam Jabatan Fungsional Auditor dengan hasil baik. 5. Kompetensi umum Kompetensi umum adalah kompetensi yang terkaitan dengan persyaratan umum untuk dapat diangkat sebagai auditor. 6. Kompetensi teknis pengawasan Kompetensi teknis pengawasan adalah kompetensi yang terkait dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan penugasan sesuai dengan jenjang jabatannya.
21
7. Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor Prinsip-prinsip dasar Standar Kompetensi Auditor adalah asumsi-asumsi dasar, prinsip-prinsip yang diterima secara umum, dan persyaratan yang digunakan dalam mengembangkan kompetensi auditor sesuai dengan jenjang jabatannya. 8. Standar kompetensi Auditor Terampil Standar kompetensi Auditor Terampil adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang yang menduduki jabatan pelaksanaan, auditor pelaksana lanjutan, dan auditor penyelia. 9. Standar Kompetensi Auditor Ahli Standar Kompetensi Auditor Ahli adalah standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang menduduki jabatan pertama, auditor muda, auditor madya, dan auditor utama. 2.2.1.2 Karakterisrik Kompetensi Adapun beberapa karakteristik kompetensi menurut Spencer and Spencer (1993 : 9) terdapat lima karakteristik dari kompetensi adalah sebagai berikut: 1. Motif (Motives)adalah hal-hal yang seseorang piker atau inginkan secara konsisten yang menimbulkan tindakan. 2. Karakterstik (Trains)karakteristik fisik dan respons-respons konsisten terhadap situasi atau informasi. 3. Konsep diri (Self – Concept) adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. 4. Pengetahuan (Knowledge)adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks.
22
5. Keterampilan (Skill )adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Dari karakteristik diatas, penulis dapat mengungkapkan pendapat tentang pandangan mengenai kompetensi auditor berkenaan dengan masalah kemampuan atau keahlian yang dimiliki auditor didukung dengan pengetahuan yang bersumber dari pendidikan formal dan disiplin ilmu yang relavan dan pengalaman yang sesuai dengan bidang pekerjaan. 2.2.1.3 Indikator Kompetensi Auditor Adapun komponen-komponen yang harus dimiliki auditor yang kompeten. Menurut Rahayu dan Suharyati (2010:2) kompetensi adalah sebagai berikut: a. Kemampuan b. Pengalaman c. Pelatihan d. Pengetahuan 2.2.2 Dimensi Kompetensi Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Dan berdasarkan konstruk yang dikemukakan oleh de Angelo (1981) Kompetensi diproksikan dalam dua dimensi, yaitu pengalaman dan pengetahuan.
23
1. Pengetahuan SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan stuktur pengetahuan yang cukup. Pengetahuan diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai wawasan lebih dari segi pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam, selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Meinhardt et al, 1987). Menurut hasil penelitian Meinhardtet al (1987) menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang ada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Adapun secara umum dalam Kusharyanti (2003) ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor, yaitu: 1.
Pengetahuan pengauditan umum
2.
Pengetahuan area fungsional
3.
Pengetahuan mengenai isu-isu akutansi terbaru
4.
Pengetahuan mengenai industri khusus
5.
Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah Untuk mengetahui tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan, akutansi dan perusahaan.
24
2. Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan semua benda alam, keadaan, gagasan, penginderaan dan lingkungan. Audit juga menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang memepengaruhi antara lain adalah pengalaman. Dalam Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangandan dapat mengelompokan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan stuktur dari sistem akutansi yang mendasari (Libby et al, 1985). Sedangkan menurut Tubbs (1992) menjelaskan bahwa: Which inan experiencedauditorhas advantagesin the following areas: 1. Detect Fraud 2. Understand the fault accurately 3. Finding the cause of the errors
25
Hasilnya menunjukan bahwa semakin berpengalaman auditor, mereka semakin peka terhadap kesalahan, semakin peka dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin memahami dengan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesalahan yang ditentukan. Kompetensi diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan agar auditor mengetahui tipe dan banyaknya bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang tepat setelah bukti-bukti audit tersebut selesai diuji. Ini berarti hasil pemeriksaan ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki auditor.Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu (Arens et al, 2012).
2.3
Kualitas Audit Pengertian kualitas audit menurut Public Company Accounting Oversigh
Board (2013:3)adalah sebagai berikut: “audit quality as meeting investors’ needs for independent and reliable audits and robust audit committee communications.”
26
Menurut Mulyadi (2002:37): “kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditenya”. Auditor internal dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsipprinsip profesi. Menurut Simamora (2002:47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu : 1. Tanggung jawab profesi. Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. 2. Kepentingan publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3. Integritas. Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin. 4. Objektivitas. Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional.
27
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi
dan
ketekunan
serta
mempunyai
kewajiban
untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional. 6. Kerahasiaan. Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan. 7. Perilaku Profesional. Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8. Standar Teknis. Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (SPAP,2001;150:1): 1. Standar Umum. a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
28
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan. a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat saat lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan. a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
29
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi. Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Moizer dalam suton (1993) menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan.Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Selanjutnya menurut de Angelo (2003:25) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung
30
dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya. AAA Financial Accounting Commitee (2000) menyatakan bahwa: “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor.” Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat terlihat bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.
31
Berbagai penelitian tentang kualitas audit pernah dilakukan, salah satunya oleh Deis dan Giroux (1992) mereka meneliti faktor penentu kualitas audit di sektor publik dengan menggunakan sampel KAP yang mengaudit institusi sektor publik. Studi ini menganalisis temuan-temuan Quality Control Review. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama hubungan dengan klien (audit tenure), jumlah klien, telaah dari rekan auditor (peer review), ukuran dan kesehatan keuangan klien serta jam kerja audit secara signifikan berhubungan dengan kualitas audit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah pendidikan, struktur audit, kemampuan pengawasan (supervisor), profesionalisme dan beban kerja. Semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Sedangkan kualitas audit akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah klien, reputasi auditor, kemampuan teknis dan keahlian yang meningkat.
2.4
Auditing
2.4.1
Definisi Auditing Banyak para pakar memberikan batasan tentang audit. Pada dasarnya para
pakar memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan pengertian auditing sehingga mudah dipahami. Perbedaannya hanya terletak pada sudut pandang yang digunakan oleh masing–masing pakar dalam perumusannya. Menurut Arens, et al (2012:24) mengemukakan definisi Auditing adalah sebagai berikut:
32
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidience about information todetermine and report on the degree of correspondence between the informationand established criteria. Auditing should be done by a competent, independentperson.” Menurut Sukrisno (2012:3) adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara tenis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Secara umum pengertian auditing menurut Mulyadi (2002:9): “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai penyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.” Sedangkan menurut Mulyadi (2002:11) ditinjau dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah: “Pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.” Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh ahlinya dalam bidang auditing, maka pengetahuan auditing adalah suatu proses sistematis dan kritis yang dilakukan oleh pihak yang independen untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai kejadian ekonomi (informasi) dengan tujuan untuk menetapkan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria
33
yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilnya kepada para pemakai hasil audit.
2.4.2
Jenis Audit Menurut Gondodiyoto (2007:92), mengemukakan jenis-jenis audit sebagai
berikut: 1. Audit keuangan (general financial audit) a. Memeriksa ada atau tidaknya salah saji materialitas terhadap seluruh informasi keuangan perusahaan (financial statements). b. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Keuangan. c. Laporan audit bentuk baku dan dengan opni Akuntan/Auditor. d. Pemakai laporan dari pihak ekstern & intern. e. Periode audit segera setelah tahun buku berakhir, frekuensi 1x/tahun. f. Untuk perusahaan PT Tbk. (go public) ditentukan oleh peraturan g. Data aktual lazimnya historis (ada juga yang prospektif). h. Lazimnya dilakukan oleh akuntan/auditor eksternal independen. 2. Audit keuangan khusus (special audit) a. Audit dilakukan secara lebih mendalam, bukan hanya audit terhadap laporan keuangan (general financial audit). b. Bersifat mendalam (special assignment, misalnya pemeriksaan tuntas, due diligent), atau yang bersifat investigasi (investigative audit). 3. Audit ketaatan (compliance audit)
34
a. Audit atas kepatuhan terhadap peraturan, penelitian upah untuk menentukan kesesuaiannya dengan peraturan upah minimum, memeriksa surat perjanjian kredit bank dengan nasabahnya dan sebagainya. b. Dilakukan oleh orang kompeten/ independen. c. Penilaian terhadap kesesuaian antara pelaksanaan dengan kriteria yang ditetapkan. d. Kesimpulan/temuan, rekomendasi/usul/saran perbaikan. 4. Audit operasional (operational/management audit). a. Dilakukan oleh orang kompeten/independen terhadap operasionalisasi entitas/ segmen/ divisi tertentu. b. Efektif/ efisien/ ekonomis tidaknya suatu operasionalisasi entitas. c. Lebih berorientasi pemeriksaan kinerja. d. Laporan pemeriksaan tidak baku. e. Laporan dipakai pihak intern saja, khususnya atasan langsung. f. Pelaksanaan & frekuensi tergantung kebutuhan/ kemauan pimpinan organisasi. g. Data potensial atau kecenderungan kedepan yang mungkin terjadi h. Laporan audit bersifat kesimpulan/temuan dan rekomendasi/ usul/ saran perbaikan. 5. Audit sistem informasi
35
a. Ialah pemeriksaan atau audit yang dilaksanakan dalam rangka IT Governance (sebenarnya merupakan audit operasional secara khusus terhadap pengelolaan sumber daya informasi). b. Berbeda dengan general audit yang bersifat memberikan keyakinan kepada top management apakah pengelolaan sistem informasi di perusahaannya sudah on the right track. c. Karena yang diaudit ialah tata kelola TI (IT Governance), maka yang diperiksa antara lain adalah teknologi informasi itu sendiri. 6. Investgative audit a. Gabungan dari compliance & operational audit. b. Dilakukan orang kompeten/independen. c. Kriteria ditetapkan lebih dahulu dan jelas. d. Bukti yang diperlukan cukup. e. Informasi yang relevan dapat diperoleh. f. Evaluasi atas kesesuaian antara bukti/ informasi dengan kriteria. g. Evaluasi terhadap efisiensi & efektivitas. h. Kesimpulan/ rekomendasi perbaikan terhadap kesesuaian (compliance) dan efisiensi serta efektivitas. 7. Audit forensik (forensic audit). a. Dilakukan dalam rangka untuk memberikan dukungan dalam opini sebagai saksi ahli dalam proses legal. b. Jenis-jenis penugasannya antara lain:
36
- Investigasi kriminal. - Bantuan dalam konteks perselisihan para pemegang saham. - Masalah gangguan usaha (business interruption)/ jenis lain dari klaim asuransi. - Bussiness/ employee fraud investigation. 8. Audit terhadap kecurangan (fraud audit) a. Merupakan proses audit yang memfokuskan pada keanehan/ keganjilan obyek yang perlu dilakukan audit. b. Mencegah
terjadinya
kecurangan
(preventing
fraud)
mendeteksi
(detecting) maupun pemeriksaan kecurangan (investigating fraud). 9. Audit e-commerce/ webtrust Audit terhadap e-commerce bersifat audit TI “front-office system”.
2.4.3
Jenis Auditor Jenis-jenis auditor menurut Messier, Glover, Prawitt, dan Douglas (2006:5)
klasifikasi auditor terbagi menjadi empat kelompok, yaitu: 1.
Auditor eksternal (external auditor) Sering disebut sebagai auditor independen atau bersertifikat akuntan publik (disingkat BAP, atau certified public accountant-CPA).Disebut eksternal atau independen karena mereka tidak dipekerjakan oleh entitas yang diaudit.
2.
Auditor internal (internal auditor)
37
Auditor yang dipekerjakan oleh satu perusahaan persekutuan, badan pemrintah, individu, dan entitas lainnya.Institut Auditor Internal (Institte of Internal Auditor IIA) adalah organisasi utama yang mendukung auditor internal. Mereka dapat membanu auditor eksternal dengan audit laporan keuangan tahunan. 3.
Auditor Pemeritah (governance auditor) Dipekerjakan oleh badan federal , Negara bagian, dan lokal. Secara umum mereka dapat dianggap sebagai bagian dari kategori yang lebih luas dari auditor internal.
4.
Auditor Forensik (forensic auditor) Dipekerjakan oleh perusahaan, badan pemerintah, kantor akuntan publik, dan perusahaan jasa konsultasi dan investigasi. Mereka dilatih untuk mendeteksi, menginvestigasi, dan mencegah kecurangan serta kejahatan kerah putih.The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) adalah organisasi utama yang mendukung auditor forensik.
2.4.4
Standar Auditing Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pertama kali diterbitkan per 1
Agustus 1994. SPAP merupakan adopsi dari AICPA Professional Standards atas izin American Institute of Public Accountant.
38
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika. Pernyataan standar teknis dalam SPAP (2011:001.7) terdiri dari: 1.
Pernyataan Standar Auditing
2.
Pernyataan Standar Atestasi
3.
Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4.
Pernyataan Jasa Konsultasi
5.
Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP merupakan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh IAI-Kompartemen Akuntan Publik sejak Mei 2000. SPAP meliputi Standar Auditing yang berkaitan dengan kualitas profesional auditor. Standar Auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh IAI-Kompartemen Akuntan Publik dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 (2011:150.1) adalah sebagai berikut: a.
Standar Umum 1.
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2.
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
39
3.
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
b.
Standar Pekerjaan Lapangan 1.
Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2.
Pemahaman memadai atas pengendalian internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melaui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c.
Standar Pelaporan 1.
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2.
Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
40
4.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang
jelas
mengenai
sifat
pekerjaan
audit
yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
2.5
Penelitian Sebelumnya Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
No 1
Peneliti
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
Carol
A. The Effects Of Variabel:
Penelitian ini menemukan
Knapp
a, Experience
bahwa
Michael C. and
1. Experience
Explicit 2. Explicit Risk
prosedur
Fraud merupakan salah satu cara
Knapp
Fraud
(2001)
Assessment In 3. Detecting Fraud mendeteksi
Risk Assessment
Detecting Fraud
analitis
yang
digunakan
dalam
kecurangan,
pengalaman With
pengaruh
Analytical
terhadap
Procedur
dalam
memiliki yang
signifikan
prosedur
analitis
mendeteksi
kecurangan 2
Rio
Tirta, The Effects Of Variabel :
Mahfud
Experience
Sholihin
and
Task-
1. Experience Auditor
Variabel pengetahuan yang merupakan indikator
salah dari
satu
kompetensi
1.
41
(2004)
Specific
2. Task-Specific
Knowledge
Knowledge
memiliki
pengaruh
yang
signifikan terhadap kinerja
On Auditor’s 3. Auditor’s
auditor
Performance
Performance
berpengaruh apabila secara
In
In Assessing A simultan ditambah dengan
Assessing
A Fraud Case
Fraud Case
dan
lebih
pengalaman dan pelatihan auditor dalam menjalankan tugasnya untuk mendeteksi kecurangan
3
Ali
Audit
Variabel:
Ada hubungan positif antara
Monsouri,
Competence
1. Audit
independensi
Reza
and
Pirayesh,
Quality
Mahdi
Case
Salehi
Emerging
pengaruh
(2009)
Economy
terhadap
Audit
competence
: 2. Audit Quality in
audit
kualitas
audit
dan dan
kompetensi
audit.
Kompetensi auditor memiliki paling
besar
mendeteksi
kecurangan 4
Gunasti
Auditor’s
Variabel:
Pengalamanmemilikidampak
Hudiwinars
Experience
1. Experience
negatif
ih (2010)
Competency,
2. Competence
professional
and
Their 3. Independence
Independency As
The
Influencial Factors
4. Profesional Attitude
Profesonalism
auditor.
Artinya,semakin rendahpengalamansebagai auditor, sikap professional auditorakan
In
padasikap
lebih
baik.
Variabelkompetensiberpenga ruh
positifdan
terhadapsikap
signifikan professional
auditor. Hal ini membuktikan
42
bahwa
variable
independentidak berpengaruhsignifikan terhadap
variabel
sikap
professional auditor 5
Masrizal
Pengaruh
Variabel:
(2010)
Pengalaman
1. Pengalaman
dan
audit
Pengetahuan Audit
2. Pengetahuan audit
Terhadap
3. Pendeteksian
1. Secara simultan dan secara parsial pengalaman auditor berpengaruh terhadap
signifikan pendeteksian
teman kerugian daerah 2. Secara simultan dan secara
Pendeteksian
temuan
parsial
Temuan
kerugian
pengetahuan
auditor
Kerugian
berpengaruh
signifikan
Daerah (Studi
terhadap
Pada Auditor
temuan kerugian daerah
Inspektorat
keterampilan/
pendeteksian
3. Secara simultan dan parsial
Aceh)
pengalaman
dan
keterampilan/ pengetahuan auditor
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendeteksian
temuan
kerugian daerah 6
Razana
The Effect Of Variabel:
Terdapat hubungan positif
Juhaida
Knowledge,
antara knowledge dan audit
Johari,
Effort
Zuraidah
Ethical
Mohd
Orientation
1. Knowledge
and 2. Ethical Orientation 3. Effort
judgement performance dan memiliki
pengaruh
yang
paling besar dibandingkan
43
Sanusi
On
Audit 4. Audit
(2010)
Judgement Performance
dengan
variabel
lain,
Judgement
variabel
effort
Performance
hubungan
yang signifikan
memiliki
tetapi negatif terhadap audit judgement performance, dan variabel
ethical
memilki
pengaruh
yang
terhadap
variabel
signifikan audit
judgement performance 7
Razana
Auditor’s
Variabel:
Juhaida
Independence, 1. Independence
menemukanbahwasemua
Johari,
Experience
independence
Zuraidah
and
Mohd
Judgement:
ethical
ositif
Sanusi,
The Case of
judgement
terhadapAuditor’s
Rashidah
Malaysia
threats
Ethical 2. Auditor’s
3. Auditor’s
Abdul
experience
Penelitian
ini
thretasyang
ditelitimemberikanpengaruhp yang
Judgement.
signifikan
Pengalaman
memberikan
pengaruh
Rahman,
signifikan dalam halpenilaian
and
etisauditor.
Normah
inimemenuhi
Omar
manapengalaman
(2013)
auditordiharapkanmemiliki
Temuan harapan,
di
efekmoderasipada hubungan antaraancamanindependensi danAuditor’s Judgement. 8
Sarah
E. Experience
Variabel:
Auditorberpengalamandilaku
Bonner
Effects
in 1. Experience
kan secara signifikanlebih
(1990)
Auditing : The
Effect
baik
daripadaauditoryang
2.
44
Role of Task- 2. Audit Quality
tidak
berpengalaman
Specific
terhadap risikoanalitis
Knowledge 9
Yenni
An Emprical Variabel :
Independensi
Carolina
Study
Tenuresecaraparsialmemiliki
(2013)
Auditor
of 1. Competence 2. Independence
dan
pengaruhterhadap
Independence, 3. Audit tenure
audit,
Competence,
kompetensisecara
and
Audit
Tenure
4. Audit Quality
kualitas sedangkan
tidak
on
pengaruhterhadap
Audit Quality-
audit.Kompetensi,
Evidence from
independensidan
North
tenuresecara
Jakarta,
simultanmemiliki
Indonesia
pengaruhterhadap
Audit
parsial memiliki kualitas
Audit
kualitas
audit
2.6
Kerangka Pemikiran Pengertian kompetensi menurut Mulyadi (2008) menyatakan bahwa : “Anggota yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik di peroleh melalui pendidikan dan pengetahuan.”
45
Menurut AAA Financial Accounting Commite (2000) menjelaskan bahwa: Good quality audits require both competence (expertise) and independence. These qualities have direct effects on actual audit quality, as well as potential interactive effects. In addition, financial statement users’ perception of audit quality are a function of their perceptions of both auditor independence and expertise. Kuliatas audit yang baik mengharuskan kedua kompetensi (keahlian) dan kemandirian. Sifat-sifat ini memiliki dampak langsung pada kualitas audit yang sebenarnya, serta efek interaktif potensial. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Kualitas audit diartikan oleh De Angelo dalam (2004:44) sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam akuntansi klien. Kualitas audit menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.q Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya.
46
Kualitas Audit (Y) Henry Simamora (2002:47)
Kompetensi Auditor (X1)
1. 2. 3. 4. 5.
Internasional standars for the professional practice of internal auditing (2010:17)
1. 2. 3.
Kemampuan berkomunikasi Kemampuan mengidentifikasi masalah dan solusinya Memperbaharui perubahan peraturan industri dengan standar profesional
6. 7. 8.
Tanggung Jawab Profesi. Kepentingan Publik. Integritas. Objektivitas. Kompetensi dan Kehatihatian Profesional. Kerahasiaan. Perilaku Profesional. Standar Teknis.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.7
Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka penulis menyajikan hipotesis
sebagai berikut: H0: Kompetensi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Ha: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.