BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas 1.
Definisi Obesitas Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-
beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan. Soetarjo,
(1990),
mengemukakan
bahwa
obesitas
adalah
penimbunan jaringan lemak di bawah kulit yang berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh. Sedangkan obesitas menurut Hendromartono, (1997), adalah suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di dalam jaringan tubuh, wanita dikatakan obesitas apabila lemak tubuhnya lebih dari 27 % sedang laki-laki lemak tubuhnya lebih dari 25 % berat badan. Pendapat lain menyatakan bahwa obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh, masalah gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam, tetapi terjadi kelebihan serat dan mikronutrien, yang kelak dapat merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif. Definisi obesitas menurut para dokter adalah sebagai berikut : a. Suatu kondisi di mana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan. b. Suatu penyakit kronik yang dapat diobati. c. Suatu penyakit epidemik. d. Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat menurunkan kualitas hidup.
4
5
e. Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi. 2.
Etiologi Obesitas timbul oleh sebab pemberian makanan yang selalu melampaui kebutuhannya (positive balance). Hal ini sebagai akibat dari anak yang tidak mau lapar atau kelainan personality yang serius. Akan tetapi dalil demikian terlalu simpel, adakalanya penyebabnya sangat kompleks. Obesitas kadang-kadang merupakan resultan berupa kelainan. Perbedaan penyebab dan manifestasinya menunjukkan bahwa tidak semua obesitas dapat dianggap sama. Hereditas Kecenderungan menjadi obesitas pada keluarga tertentu telah lama diketahui. Mungkin saja hal ini disebabkan oleh kebiasaan makan banyak dalam keluarga tersebut. Akan tetapi adanya faktor keturunan diperkuat dengan penyelidikan pada anak kembar yang dibesarkan terpisah akan tetapi menunjukkan berat badan yang sangat berkorelasi. Ras/Suku Pada ras atau suku tertentu kadang-kadang terlihat lebih banyak anggotanya yang obesitas. Dalam hal ini sukar untuk menentukan faktor apa yang lebih menonjol, keturunan atau latar belakang kebudayaannya, seperti kebiasaan makan makanan yang kaya akan energi, kurang gerak badan, dan sebagainya. Pada umumnya kedua faktor ini bekerja sama. Gangguan Emosi Gangguan emosi merupakan sebab terpenting dari obesitas anak besar dan adolescence. Pada anak sedang bersedih hati dan memisahkan diri dari lingkungannya timbul rasa lapar yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap problemnya. Adakalanya kebiasaan over eating ini menghilang dengan menghilangkan gangguan emosi yang diderita itu, akan tetapi kadang-kadang obesitas ini menetap.
6
Gangguan Hormon Walaupun jarang, adakalanya obesitas disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan hormon-hormon.(Arjatmo, 1981) 1. Cara Menentukan Obesitas Obesitas diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu : 1. Berdasarkan timbunan lemak. a. Obesitas Adroid (tipe buah apel). Masa lemak pada obesitas tipe ini terutama berkumpul di daerah perut, obesitas tipe ini banyak terjadi pada kaum pria dan mempunyai kaitan dengan penyakit kardiovaskuler. b. Obesitas Girinoid (tipe buah pear). Masa lemaknya terkumpul terutama di daerah gluterus dan femoral, obesitas ini mempunyai kaitan dengan Asteoratiosis (Hendromartono, 1977). 2. Berdasarkan usia. 1. Obesitas pada masa bayi. Obesitas yang disebabkan kurangnya pengetahuan ibu dalam memberi makan bayi. Obesitas pada bayi harus dihindari karena kecenderungan menjadi gemuk pada saat dewasa (Purwati, 1999). 2. Obesitas pada masa anak-anak. Obesitas yang disebabkan karena perilaku makan yang salah dan kurangnya anak melakukan aktivitas fisik dan sebagian dari mereka mempunyai
masalah
psikologis
yang
serius
(Harjadi
dan
Soejono,1986). 3. Obesitas pada masa dewasa. Pada usia tersebut seseorang mulai terjun ke masyarakat, berkeluarga dan bereaksi terhadap berbagai tanggung jawab yang baru, ketegangan dan frustasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan keluarga dengan makan berlebihan dan kurang melakukan aktivitas fisik. Obesitas pada
7
usia ini jika dibiarkan berlangsung akan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (Harjadi dan Soejono , 1986).
B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas sebagai berikut : 1. Kebiasaan makan Kebiasaan makan berlebihan, misal : banyak ngemil. 2. Perilaku (behaviour) Kebiasaan makan dan faktor budaya. 3. Pola aktivitas a. Aktivitas menurun tetapi konsumsi bertambah/tetap. b. Lebih banyak berkendaraan daripada jalan kaki, misalnya kehidupan di kota besar dimana fasilitas transportasi memungkinkan seseorang untuk kurang gerak. c. Makanan menurun karena usia bertambah. d. Waktu istirahat bertambah, tidur lebih lama. 4. Psikologi Makan sebagai kompensasi kejiwaan, misalnya stress, frustasi, kesedihan, kesepian, dan sebagainya. 5. Faktor genetik Keluarga yang orang tuanya gemuk cenderung mempunyai kebiasaan makan yang berlebihan, dan hal ini diturunkan ke anaknya.(Pritasari, 1990). Adapun faktor-faktor yang lainnya misal : 1. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktivitas otototot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas selama bekerja, tidur dan pada waktu senggang (aktivitas formal dan non formal). Setiap orang melakukan aktivitas fisik untuk
8
bertahan hidup. Banyaknya variasi antara individu satu dengan lainnya tergantung pada gaya hidup perorangan dan faktor lainnya. Untuk menjaga kesehatan diperlukan adanya keseimbangan antara makanan sumber energi yang kita makan dengan energi yang kita keluarkan terutama untuk bergerak dan beraktivitas (Soekirman, 2000). Kemakmuran dan kemudahan hidup, menimbulkan gaya hidup sedentaris yang sangat menurunkan kerja akan aktivitas fisik dan memberikan kesempatan yang luas untuk makan banyak. Di samping itu banyak keluarga cenderung memanjakan anak mereka dengan makanan. akibatnya energi dari makanan disimpan dalam bentuk lemak dan terjadilah gizi lebih (obesitas). (Suyono, 1986). Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi seseorang.
Bentuk tubuh
orang yang
jenis pekerjaannya
selalu
menggunakan otot/banyak melakukan aktivitas fisik, aktivitas fisik akan membakar energi dari dalam tubuh dengan demikian, jika konsumsi energi ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang tentu akan menyebabkan tubuh mengalami kegemukan. (Gunawan, 2001). Aktivitas tubuh membutuhkan energi. Seseorang yang kurang gerak (umumnya terjadi pada penderita obesitas) akan mudah kehilangan jaringan otot (lean tissue) daripada jaringan lemak (fat tissue), sehingga jika program diit berhenti akan lebih mudah bertambah berat badannya (Pritasari, 1990) 2. Konsumsi Energi Cadangan energi dalam tubuh cukup tersedia maka tubuh akan mampu menerima beban kerja. energi tersebut diperoleh dari pembakaran karbohidrat, lemak dan protein dengan oksigen. Agar tubuh selalu dapat menyediakan oksigen dalam jumlah cukup, salah satu cara yang dapat dikerjakan adalah melakukan aktivitas fisik seperti olah raga yang teratur. Pada saat aktivitas tinggi dan zat gizi yang diperlukan kurang dari kebutuhan maka akan terjadi keseimbangan energi negatif. Bila
9
keseimbangan energi negatif terjadi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan keadaan gizi kurang. Begitu sebaliknya bila terjadi konsumsi yang berlebihan, sedangkan aktivitas fisik kurang maka yang akan terjadi adalah keseimbangan positif yang pada gilirannya menyebabkan gizi lebih, kedua keadaan tersebut merugikan tubuh terutama pada saat seseorang menerima beban kerja. dengan demikian konsumsi pangan dan aktivitas fisik merupakan faktor yang saling terkait untuk meningkatkan kemampuan tubuh dalam menghadapi beban kerja (Purwanti, 2000). Dalam ilmu gizi diketahui bahwa energi yang dibutuhkan manusia dihasilkan juga oleh tiga zat gizi makro yaitu : karbohidrat, lemak, dan protein. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kilo kalori, satu gram lemak menghasilkan 9 kilo kalori, dan satu gram protein menghasilkan 4 kilo kalori. Angka 4 : 9 : 4. (Soekirman, 2000). Kebutuhan energi bagi anak ditentukan oleh metabolisme basal, umur, aktivitas fisik, suhu lingkungan, serta kesehatannya dan efek dinamik khusus makanan (Specific Dynamic Action = SDA), zat-zat gizi yang terkandung disebut mikronutrien dan terdiri dari protein, lemak, dan karbohidrat. Tiap gram protein maupun karbohidrat memberi energi sebanyak 4 kilo kalori, sedangkan tiap gram lemak 9 kilo kalori. Dianjurkan supaya jumlah energi yang diperlukan didapat dari 50-60 % karbohidrat, 25 – 35 % lemak, sedangkan selebihnya 10 – 15 % protein, akan tetapi jangan dilupakan bahwa kebutuhan energi berbeda-beda secara individual (Soetarjo, 1990).
Awal masa sekolah merupakan periode
pertumbuhan yang relatif tetap yang berakhir pada pertumbuhan cepat kira-kira pada umur 10 th (untuk anak perempuan) dan sekitar 12 th (untuk anak laki-laki) pertumbuhan berat badan selama periode ini adalah 3 –3,5 kg per tahun dan pertambahan tinggi badan kira-kira 6 cm satu tahun. (Suyono, 1986). 3. Konsumsi Protein
10
Protein lazim disebut zat pembangun karena berperan dalam pertumbuhan sel-sel baru, perbaikan jaringan tubuh dan pembentukan hormon, antibodi serta enzim manusia. Namun, bisa menjadi zat perusak jika dikonsumsi berlebihan. Protein memerlukan pencernaan yang lebih lama daripada zat pati karena harus diuraikan terlebih dahulu menjadi komponen asam-asam amino yang lebih mudah diserap tubuh(Gunawan, 2001) Protein diklasifikasikan sebagai protein hewani (daging dan ikan), laktoprotein (telur dan susu), dan protein nabati (kacang-kacangan dan polong-polongan). Selama ini masyarakat menganggap protein hewani merupakan sumber protein paling vital bagi manusia karena mengandung asam amino paling lengkap dibandingkan sumber-sumber protein lainnya. Padahal, kandungan asam-asam amino pada daging mudah rusak dalam proses penyimpanan dan pemanasan(Gunawan, 2001) Kebutuhan manusia dewasa dan anak-anak usia pertumbuhan akan protein juga tidak sebesar perkiraan kita selama ini. Protein memang vital, tetapi konsumsi daging berlebih hanya berdampak kelebihan lemak. Sebaik apapun kualitasnya, protein hewan selalu mengandung sejumlah lemak.
Meningkatnya jumlah anak-anak yang mengalami obesitas di
negara-negara maju merupakan salah satu akibat dari konsumsi protein yang salah kaprah dan berlebihan. Asam amino pada lakto protein dan protein nabati memang tidak selengkap protein hewani tetapi kadar lemaknya rendah, terutama protein nabati. Untuk melengkapi asam-asam amino dari sumber protein nabati, beberapa jenis protein nabati yang berlainan bisa dikonsumsi sekaligus atau dalam sehari(Suyono,1986) Informasi dan pemahaman yang keliru tentang protein juga sering menyesatkan konsumen. Misalnya, diit tinggi protein/konsumsi pil-pil suplemen asam amino seperti yang banyak dilakukan oleh atlet-atlet. Kelebihan protein tidak akan pernah membentuk otot, melainkan lemak. Pembentukan otot hanya bisa dicapai melalui olah raga khusus yang dilakukan secara teratur(Gunawan, 2001)
11
Selanjutnya, proses pembakaran protein di dalam tubuh juga meninggalkan residu/sisa yang harus dibuang melalui ginjal dan urin. Semakin banyak protein yang harus dibakar, mau tak mau akan semakin banyak pula residu yang ditinggalkan.
Akibatnya, diperlukan banyak
energi yang harus dikeluarkan hanya untuk mengeluarkan sisa-sisa tersebut(Gunawan, 2001) Konsumsi protein hewani yang berlebih yang akan memusnahkan sejumlah besar kalsium yang sebenarnya berguna dalam menguatkan jaringan tulang dan gigi.
Pada waktu dicerna, protein membutuhkan
suasana asam yang sangat tinggi, sedangkan kalsium justru rusak dalam kondisi asam(Gunawan, 2001) C. Cara Penanggulangan Obesitas 1.
Diit Pada prinsipnya diit yang dianjurkan adalah rendah kalori
seimbang atau cukup mengandung zat-zat gizi. Penurunan berat badan sebaiknya dilakukan secara bertahap, yang baik adalah 0,5 – 1 kg/minggu. Secara teoritis pengurangan makanan sebanyak 500 kalori, sehari dari kebutuhan selama 7 hari dapat mengurangi lemak tubuh dan menurunkan BB sebanyak 0,5 kg (Soetarjo, 1990). Adapun syarat diit adalah sebagai berikut : a. Rendah energi ditujukan untuk menurunkan berat badan b. Diit seimbang, cukup mengandung semua zat gizi c. Pilihlah bahan makanan sumber karbohidrat komplek, yang memberi rasa kenyang lebih lama d. Hindari lemak dari sumber lemak hewani seperti keju, susu, krem, dan lain-lain e. Tinggi konsumsi serat berasal dari sayuran dan buah-buahan Pengobatan dietetik bertujuan menurunkan berat badan secara berangsur-angsur dengan jalan mengurangi masukan energi di bawah kebutuhan. Satu-satunya faktor yang dapat menurunkan berat badan pada
12
obesitas dalam jangka waktu yang lama adalah pengurangan asupan kalori yang berasal dari makanan sampai di bawah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.
Untuk mengatasi kegemukan ada bermacam-macam diit yang
dianjurkan : a. Semi Starvation Diit Protein diberikan dalam jumlah yang minimal agar tidak terjadi gangguan dalam pembentukan organ-organ vital. Vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah yang cukup, hidrat arang, lemak tidak diberikan atau diberikan dalam jumlah sedikit. b. Diit rendah kalori seimbang Diit ini paling aman untuk dianjurkan pemakaiannya dan yang paling mudah diikuti. c. Diit kategonik Prinsip diit ini adalah pemberian makanan dengan hidrat arang dalam jumlah yang sedikit. Sedangkan protein dan lemak diberikan dalam jumlah yang berlebihan. 2.
Melakukan Aktivitas Fisik Aktivitas fisik sangat penting dalam membantu menguras
cadangan energi yang tertimbun di dalam tubuh.
Diit tanpa disertai
peningkatan aktivitas fisk tidak ada gunanya karena otot tubuh akan mengecil dan mengakibatkan penurunan metabolisme sehingga akan semakin menyakitkan upaya penurunan BB (Suyono, 1986). Latihan fisik terhadap orang obesitas dan non obesitas yang membedakan adalah latihan fisik, kekuatan otot, dan fleksibilitas. Dengan latihan fisik yang teratur maka penurunan BB dapat berhasil. Berhasilnya suatu proses latihan fisik serta program lain dalam menurunkan BB sangat dipengaruhi oleh kesanggupan penderita untuk mematuhi program tersebut (Suyono, 1986). Kebutuhan individu untuk membentuk pengembangan program olah raga yang memenuhi kriteria pada intervensi yang dapat
13
dipertahankan untuk masa depan.Selain perencanaan program olah raga,seseorang dapat meningkatkan energi yang dikeluarkan selama aktivitas sehari-hari.Khususnya seseorang dapat memarkir kendaraannya lebih jauh dari tempat yang dituju.Berjalan kaki dari pada berkendaraan bila mana mungkin,menggunakan segala sesuatu secara manual dari pada menggunakan alat dengan tenaga listrik dan menggunakan tangga dari pada escalator dan elevator. 3.
Terapi dengan Obat Thyroxine memperbesar metabolic rate,akan tetapi menstimulasi
rasa lapar juga.Amphetamine menyebabkan liposis ,oleh karena dapat menstimulasi
pelepasan adrenalin dan menekan rasa lapar melalui
hipotalamus.Akan
tetapi
obat-obatan
demikian
kadang-kadang
memberikan efek sampingan dan kasiatnya hanya selama pemberian obat.Pada umumnya tidak dianjurkan pemberian obat –obatan demikian pada anak.(Arjatmo, 1981) Penggunaan obat pada penderita yang rentan sering menimbulkan ketergantungan pskis maupun fisik. amfetamin, ekstroamfetammin, etamfetamin, enmetrazin, baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi termasuk golongan obat yang sering disalahgunakan.Selanjutnya yang kemungkinan
penyalahgunaanya
terendah
adalah
dietilpropion,fenfluramin dan fentermin. Gejala putus obat yang dialami oleh seseorang penyalahguna obat,dapat berupa kelelahan kronik (depresi mental,astenia,tremor dan gangguan saluran cerna).(Arjatmo, 1981). 4.
Operasi Operasi hanya dianjurkan pada individu obesitas berat atau
abnomal
dimana
gagal
menurunkan
berat
badan
dengan
cara
konvensional.Penyekatan lambung menciptakan reservoir kecil (30-60 cm) pada bagian proksimal lambung,sehingga membatasi makanan yang dapat sekali dimakan pada gastroplasti (penjepitan lambung).lambung disekat sebagian distal.Pada pintas lambung reservoir dihubungkan dengan
14
jejunum,sehingga memintas lambung bagian distal dan deodenum.(Moore, 1997). 5.
Alat Gastric buble adalah plastik yang dapat dikempeskan dan alat ini
dimasukkan didalam lambung untuk memenuhi perasaan penuh dan kenyang,digunakan bersamaan dengan diet dan modifikasi perilaku 8001000 Kkal cairan atau diet lunak dimakan selama gelembung plastik ini ditaruh dilambung .Komlikasi yang terjadi adalah ulkus peptikum ,obstuksi pylorus/usus dan vomitus.(Moore,1997)
D. Kerangka Teori Dari tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, dibuat kerangka teori sebagai berikut : Tingkat Aktivitas Fisik
Hormonal Prilaku
Pola Konsumsi Energi
BB
Obesitas Psikologi
Pola Konsumsi Protein
Genetik
(Sumber : Pritasari, 1990) E. Kerangka Konsep Aktivitas Fisik Tingkat Konsumsi Energi Tingkat Konsumsi Protein
Obesitas
15
a.
Hipotesa
1. Ada hubungan aktivitas fisik dengan status gizi obesitas anak SDN 01 Sukorejo Ulujami Pemalang. 2. Ada hubungan Tingkat konsumsi energi dengan status gizi obesitas anak SDN 01 Sukorejo Ulujami Pemalang. 3. Ada hubungan Tingkat konsumsi protein dengan status gizi obesitas anak SDN 01 Sukorejo Ulujami Pemalang.