BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani siswa, guru dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Perpustakaan Sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Menurut Rachman (2006: 35) menyatakan bahwa, “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan dasar dan menengah”. Pada hakikatnya tidak ada perbedaan antara Perpustakaan Perguruan Tinggi dengan Perpustakaan Sekolah, kedua-duanya berperan sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Sedangkan menurut pendapat Sukarman (2000: 4) perpustakaan sekolah adalah: Perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, yang merupakan bagian integral dari sekolah yang bersangkutan, dan merupakan sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan sekolah merupakan bagian penting dari komponen pendidikan yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari lingkungan sekolah. Perpustakaan sekolah juga sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah (Darmono, 2001: 1). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah merupakan bagian integral dari program sekolah secara keseluruhan dan merupakan sumber belajar di lingkungan sekolah. 2.2 Tujuan dan Fungsi 2.2.1 Tujuan Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah didirikan untuk menunjang pencapaian tujuan sekolah, yaitu pendidikan dan pengajaran seperti digariskan dalam kurikulum sekolah. Menurut Sukarman (2000: 5), ”Tujuan Perpustakaan Sekolah adalah
9 Universitas Sumatera Utara
sebagai sumber belajar dan bagian integral dari sekolah bersama-sama dengan sumber belajar lainnya bertujuan mendukung proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan”. Sedangkan
menurut
Rachman
(2006:
37)
secara
umum
tujuan
Perpustakaan Sekolah diselenggarakan sebagai: Suatu perangkat kelengkapan pendidikan untuk bersama dengan kelengkapan-kelengkapan yang lain guna meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa berdasarkan sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Secara khusus tujuan Perpustakaan Sekolah adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan minat, kemampuan, dan kebiasaan membaca; 2. Mendayagunakan budaya tulisan; 3. Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, dan memanfaatkan informasi; 4. Mendidik siswa agar dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka; 5. Meletakkan dasar-dasar kearah belajar mandiri; 6. Memupuk minat dan bakat; 7. Menumbuhkan penghargaan (apresiasi) terhadap pengalaman imajinatif; dan 8. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan atas tanggung jawab dan usaha sendiri. Kegiatan perpustakaan sekolah diharapkan harus menunjang kurikulum sekolah. Dengan tersedianya perpustakaan para siswa mendapat kesempatan untuk mempertinggi daya serap dan memperdalam proses pendidikan, sedangkan kepada guru diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuannya dalam kegiatan belajar mengajar.
2.2.2 Fungsi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dan fasilitas penyelenggaraan pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang memadai. Perpustakaan sekolah merupakan komponen
10 Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang penting. Tetapi karena berbagai alasan kenyataannya belum setiap sekolah mampu menyediakan perpustakaan sebagaimana diharapkan. Menurut Rachman (2006: 38) Perpustakaan Sekolah memiliki berbagai fungsi antara lain: 1. Fungsi pendidikan; perpustakaan merupakan sarana kegiatan belajar mengajar untuk membantu siswa dalam memperjelas pengetahuan tentang pelajaran yang diperolehnya di dalam kelas. 2. Fungsi informasi; perpustakaan merupakan sarana untuk menemukan sumber informasi yang dapat memperkaya pengetahuan siswa dan menunjang proses pembelajaran. 3. Fungsi penelitian; membantu siswa dalam pelaksanaan penelitian yang sifatnya sederhana berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari/diajarkan. 4. Fungsi rekreasi; merupakan tempat rekreasi, masuk perpustakaan membaca bacaan yang segar untuk menambah wawasan dan pengetahuan merupakan rekreasi yang sehat dan mendidik serta menghilangkan kejenuhan bagi siswa dan guru. 5. Fungsi kebudayaan; merupakan tempat melestarikan kebudayaan, baik kebudayaan lokal, daerah, maupun nasional. 6. Fungsi kreatifitas; membantu siswa mengembangkan kegemaran dan hobi. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan buku-buku yang dapat meningkatkan daya kreasi siswa. Fungsi dokumentasi; menjadi pusat dokumentasi sekolah dari berbagai kegiatan yang pernah dilakukan sekolah, baik siswa maupun guru. Perpustakaan sekolah sebagai perangkat pendidikan di sekolah merupakan bagian integral dalam sistem kurikulum sekolah berfungsi sebagai: a. Pusat kegiatan belajar mengajar Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka untuk mendukung proses belajar mengajar. b. Pusat penelitian sederhana Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang bermanfaat untuk melaksanakan penelitian sederhana bagi peserta didik. c. Pusat membaca guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi Perpustakaan sekolah menyediakan koleksi bahan pustaka yang bermanfaat untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan serta rekreasi intelektual bagi peserta didik dan tenaga kependidikan (Sukarman, 2000: 5). Dari uraian ini dapat dilihat, jelas bahwa perpustakaan sekolah mutlak harus memenuhi fungsi tersebut dengan menyediakan koleksi yang dapat
11 Universitas Sumatera Utara
mendukung kebutuhan pengguna perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah harus dapat menciptakan suasana yang mendukung fungsi tersebut. 2.3 Sasaran Perpustakaan Sekolah Menurut Rachman (2006: 39) sasaran yang ingin diraih oleh Perpustakaan Sekolah adalah: 1. Terwujudnya sumber belajar yang menjadi pusat kegiatan belajar mengajar di sekolah lanjutan sehingga dapat membantu pengembangan bakat dan minat siswa dan guru. 2. Terbinanya siswa menjadi gemar membaca, biasa membaca, terampil dan merasa perlu membaca serta meningkatkan kemampuan untuk belajar mandiri menuju tercapainya cita-cita pendidikan seumur hidup. 3. Meningkatnya mutu luaran yang cerdas dan mampu bersaing dalam era globalisasi. 4. Terwujudnya masyarakat berbasis informasi dan pengetahuan. 5. Tersedianya layanan informasi yang demokratis untuk semua warga sekolah tanpa ada perbedaan layanan karena perbedaan gender, agama, suku, bahasa atau status sosial. 2.4 Organisasi Perpustakaan sekolah sebagai bagian integral dari sekolah berada di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar, kedudukannya sejajar dengan sumber belajar lainnya seperti laboratorium, ruang keterampilan/kesenian, dan bengkel kerja praktek. Perpustakaan sekolah adalah unit kerja yang melakukan kegiatan/fungsi pengadaan, pengolahan, penyimpanan, dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk mendukung proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan/fungsi-fungsi tersebut dalam istilah perpustakaan dikelompokkan menjadi dua: 1. Layanan teknis yaitu kegiatan pengadaan dan pengolahan bahan pustaka. 2. Layanan pengguna yaitu kegiatan yang memberikan layanan kepada pengguna perpustakaan seperti layanan sirkulasi (peminjaman), layanan rujukan (referens), dan layanan membaca. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, perpustakaan sekolah dipimpin oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ditunjuk/ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan Kepala Sekolah. Kepala Perpustakaan Sekolah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga yang bertugas melaksanakan fungsi
12 Universitas Sumatera Utara
layanan teknis dan layanan pengguna. Tenaga yang bertugas dalam layanan teknis dan layanan pengguna bertanggung jawab kepada kepala perpustakaan (Sukarman, 2000: 7). Menurut Darmono (2001: 32 ), ”Struktur organisasi dapat digambarkan dalam sebuah bagan. Sebaiknya dalam sebuah struktur organisasi juga perlu dipertimbangkan masuknya unit atau komisi sebagai lembaga pertimbangan yang secara teknis tidak ikut campur dalam urusan operasional perpustakaan, akan tetapi jika diminta bisa memberikan masukan ide maupun pemikiran tentang kemajuan perpustakaan. Di lingkungan sekolah, komisi ini adalah dewan guru”. Tidak semua guru yang duduk dalam dewan guru dapat melakukan pertimbangan kepada perpustakaan, akan tetapi cukup beberapa guru yang dipandang memiliki kemauan dan kemampuan dalam bidang itu. Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, perpustakaan sekolah dipimpin oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ditunjuk/ditetapkan berdasarkan surat tugas/surat keputusan Kepala Sekolah. Kepala Perpustakaan Sekolah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga yang bertugas melaksanakan fungsi layanan teknis dan layanan pengguna. Tenaga yang bertugas dalam layanan teknis dan layanan pengguna bertanggung jawab kepada kepala perpustakaan (Sukarman, 2000: 7). Menurut Darmono (2001: 32 ), ”Struktur organisasi dapat digambarkan dalam sebuah bagan. Sebaiknya dalam sebuah struktur organisasi juga perlu dipertimbangkan masuknya unit atau komisi sebagai lembaga pertimbangan yang secara teknis tidak ikut campur dalam urusan operasional perpustakaan, akan tetapi jika diminta bisa memberikan masukan ide maupun pemikiran tentang kemajuan perpustakaan. Di lingkungan sekolah, komisi ini adalah dewan guru”. Tidak semua guru yang duduk dalam dewan guru dapat melakukan pertimbangan kepada perpustakaan, akan tetapi cukup beberapa guru yang dipandang memiliki kemauan dan kemampuan dalam bidang itu. Beberapa contoh bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah adalah sebagai berikut:
13 Universitas Sumatera Utara
Gambar
Kepala Sekolah
Dewan Guru
Kepala Perpustakaan
Bagian Layanan Teknis
Tata Usaha Perpustakaan
Bag Layanan Pembaca
Garis Koordinasi
Garis Komando
Gambar 1: Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah (Sumber: Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Grasindo).
Dengan adanya bagan struktur organisasi perpustakaan maka dapat disimpulkan bahwa dalam pencapaian tujuan perpustakaan sekolah maka perlu merefleksikan jaringan kerja sama dan komunikasi dari berbagai unit kerja dalam melaksanakan tugas disertai tanggung jawab dari masing-masing pustakawan. 2.5 Sarana Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan atau gedung dan perlengkapannya. Untuk menampung pekerjaan setiap unit kerja yang ada di perpustakaan, maka perpustakaan perlu dilengkapi dengan sarana yang dipersiapkan secara khusus untuk menunjang setiap pekerjaan yang ada di perpustakaan.
14 Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Ruangan atau Gedung Untuk menghasilkan gedung perpustakaan yang dapat menjadi tempat kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan dan pengunjung, maka gedung/ruangan perpustakaan haruslah direncanakan secara baik agar dapat menampung segala kegiatan dalam pelaksanaan fungsi perpustakaan. Menurut Soejono Trimo dalam Siregar (2009 : 2) dinyatakan bahwa: Gedung yang baik haruslah dapat memenuhi semaksimal mungkin ketentuan-ketentuan yang dikemukakan oleh para calon pemakainya, karena hanya mereka yang akan tahu apa yang akan terjadi ataupun dikerjakan di dalam gedung/ruangan tersebut. Pembangunan gedung perpustakaan harus luwes (fleksibel) artinya mampu menyesuaikan tata letak tanpa perlu perubahan struktur gedung. Selanjutnya dinyatakan bahwa; Gedung perpustakaan minimal harus memiliki ruangan sebagai berikut : - Gudang. - Alat-alat bibliografi dan pembantu : katalog, indeks, staf pembantu. - Ruangan koleksi. - Ruangan pengunjung. - Ruang staf. Tata ruang perpustakaan untuk setiap perpustakaan berbeda-beda sesuai dengan kondisi perpustakaan itu sendiri. Siregar (2009 : 13) menyatakan bahwa, Minimal ruangan yang harus ada di perpustakaan yaitu : 1. Ruang koleksi 2. Ruang baca 3. Ruang pelayanan 4. Ruang kerja teknis dan administrasi 5. Ruang tambahan jika memungkinkan 6. Ruang khusus 7. Ruang umum di luar gedung
2.5.2 Perlengkapan dan Perabotan Pada suatu perpustakaan Kebutuhan akan perabot dan perlengkapan tergantung kepada fungsi spesifik dan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan tersebut.
15 Universitas Sumatera Utara
Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 18) dinyatakan bahwa : Perabotan adalah perlengkapan fisik yang diperlukan di dalam ruang perpustakaan sebagai penunjang fungsi perpustakaan seperti berbagai meja-kursi kerja dan layanan, berbagai rak, berbagai jenis lemari dan laci, kereta buku, dan lain-lain. Sedangkan Siregar (2009 : 18) menyatakan bahwa Yang dimaksud dengan perabot adalah barang-barang yang berfungsi sebagai wadah atau wahana penunjang fungsi perpustakaan seperti meja, kursi, rak buku dan lain-lain sedangkan perlengkapan adalah barang-barang yang merupakan perlengkapan dari suatu komponen dan atau kegiatan perpustakaan antara lain mesin tik, komputer, layer proyektor dan lain-lain. Sarana perlengkapan dan perabotan yang diperlukan bergantung kepada banyak hal seperti selera pemilih, keragaman kegiatan, program perpustakaan, keadaan keuangan perpustakaan dan lain-lain yang mengakibatkan banyaknya perlengkapan dan perabotan yang dibutuhkan perpustakaan. Menurut Siregar (2009 : 19-21) dinyatakan bahwa secara garis besar perabotan dan perlengkapan yang dibutuhkan perpustakaan adalah sebagai berikut: 1. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang koleksi : - Rak buku - Penyangga atau standar buku - Rak majalah - Tangga injakan - Rak buku anak-anak - Label tanda penunjuk rak Tambahan jika sudah berkembang - Gantungan surat kabar - Kotak majalah/brosur - Rak atlas - Alat pemadam api - Rak kamus - Telepon - Lemari pamphlet dan brosur - AC/Kipas angin - Lemari/rak kaset - Rak display - Lemari/video kaset 2. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang baca : - Meja baca - Kursi baca Tambahan jika sudah berkembang - Sice untuk membaca santai - Telepon - Karel/meja baca perorangan - Kipas angin/AC 4 - Karpet lantai untuk anak-anak - Poster dinding/hiasan - Bantal duduk untuk anak-anak - Booklet/pamphlet
16 Universitas Sumatera Utara
3. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang pelayanan : - Meja peminjaman - Papan pengumuman - Lemari/tempat penitipan barang - Kotak/kartu peminjaman - Lemari katalog/kardeks - Kartu katalog - Buku pengunjung Tambahan jika sudah berkembang - Rak pameran display - Steples - Gantungan topi/mantel - Telepon - Tanda-tanda penunjuk - microfilm reader/printer - Kotak saran - Videocassete/TV - Mesin ketik - Slide proyektor - Kereta buku (book trolley) - book charger - Mesin photo copy - AC/Kipas angin] - Stempel dan bantalannya - Kartu pembatas - Peruncing pensil - Kartu anggota peminjaman 4. Perabot dan perlengkapan minimal untuk ruang kerja teknis dan administrasi : - Meja/Kursi kerja - Buku induk bahan pustaka - Lemari arsip - Cap - Rak/lemari - Gunting - Mesin tik - Steples - Kartu blanko - Alat tulis kantor - Alat/kelengkapan bahan pustaka Tambahan jika sudah berkembang - Alat pengepel - Label, kantong, due slip - Sice tamu - Stempel dan bantalan - Meja pengolahan - Peruncing pensil - Mesin/ pisau potong kertas - Pelobang kertas - Peralatan pembersih ruangan - Book charger - Alat mufigasi - Kartu pemesanan koleksi - Alat penjilidan - Komputer analisa - Kartu pencatat majalah - Kipas angina/AC - Telepon - Kartu statistik - Kalkulator - Alat duplicator catalog 5. Perabot dan perlengkapan pokok minimal untuk ruang khusus : - Ember - Meja/Kursi - Papan tulis - Gelas, ceret, rak gelas Tambahan jika sudah berkembang - Alat pembersih debu - Komputer - Alat pengukur suhu udara - Overhead proyektor - Televisi/Video kaset - Layar - Kaset atau perekam - Proyektor slide/film strip - Microphone/earphone - Interkom 6. Perabotan dan perlengkapan lain jika memungkinkan : - Alat pemadam api - Perlengkapan kendaraan
17 Universitas Sumatera Utara
2.6 Koleksi Perpustakaan Menurut Rachman (2006: 39), ”Koleksi perpustakaan sekolah adalah sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan, intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan masyarakat sekolah, terutama siswa”. Koleksi perpustakaan sekolah terdiri dari:
a. Buku teks pelajaran yang mendukung setiap mata pelajaran termasuk buku pegangan guru, yaitu buku yang mendampingi buku teks pelajaran dan diperuntukkan bagi para guru; b. Buku rujukan (referensi) dan bahan bukan buku; c. Buku pengayaan, baik untuk mendukung semua mata pelajaran yang terdapat di sekolah tersebut atau koleksi lain yang mendukung tujuan umum pendidikan, termasuk koleksi yang bersifat hiburan, dan d. Sumber belajar lain, diantaranya berupa koleksi multi media, situs web (website), globe, CD, dan sebagainya (Rachman, 2006: 40). Sedangkan menurut Darmono (2001: 53), jenis koleksi perpustakaan sebagai berikut: a. Buku Buku merupakan koleksi yang paling umum yang dihimpun perpustakaan. Beberapa jenis buku adalah sebagai berikut: 1. buku teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah. 2. buku penunjang, buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolahsekolah. 3. buku-buku jenis fiksi serta buku bergambar yang dapat merangsang rasa ingin tahu dan dapat mengembangkan imajinasi anak didik. 4. buku populer (umum) merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan populer. b. Koleksi Referens Koleksi referens sebenarnya juga dalam bentuk buku, yang membedakan dengan buku adalah isi dan cara penyusunannya. Isi buku referens tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja. Buku referens tidak perlu dibaca secara keseluruhan sehingga cara penyusunannya berbeda dengan susunan buku. c. Sumber Geografi Sumber geografi sangat diperlukan oleh perpustakaan. Bentuk sumber geografi pada umumnya adalah atlas, globe, peta, serta gazetter. d. Jenis Serial (Terbitan Berkala)
18 Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya terbitan berkala berupa majalah dan koran. Majalah dan koran diperlukan sebagai koleksi perpustakaan karena keduanya berisi berita aktual yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia. e. Bahan Mikro Bahan mikro adalah koleksi perpustakaan yang merupakan alih media dari buku ke dalam bentuk mikro seperti mikrofilm dan mikrofice. f. Bahan Pandang Dengar (Audio Visual) Bahan pandang dengar juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengar memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia. Berdasarkan kesimpulan
di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi
Perpustakaan Sekolah harus menyediakan bermacam-macam bahan pustaka baik yang berupa buku maupun bukan berupa buku (non book material), baik fiksi maupun non fiksi. 2.7 Pengembangan Koleksi Salah satu unsur pokok perpustakaan adalah koleksi, dengan adanya koleksi perpustakaan secara maksimal akan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada penggunannya. Untuk dapat memberikan pelayanan informasi secara maksimal. Perpustakaan harus berusaha menyediakan berbagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Pengembangan koleksi di perpustakaan sangat diperlukan karena mencakup semua kegiatan untuk memperluas koleksi yang ada di perpustakaan, terutama untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan dan evaluasi bahan pustaka.
Kegiatan
ini
meliputi
berbagai
aktivitas
seperti
penyusunan
kebijaksanaan, penetapan prosedur seleksi, pengadaan koleksi, serta evaluasi.
2.7.1 Pengadaan Secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui pembelian, hadiah, maupun melalui tukar-menukar. Hadiah dapat dari perorangan ataupun dari lembaga. Pengembangan koleksi meliputi kegiatan memilih dan mengadakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan sivitas akademika
19 Universitas Sumatera Utara
perguruan tinggi. Agar dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat penggunanya yang senantiasa berubah maka perpustakaan harus selalu menambah jumlah koleksinya. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan informasi yang cepat menuntut perpustakaan untuk selalu memberikan informasi yang mutakhir atau up to date sehingga mengharuskan pustakawan untuk lebih teliti dalam pemilihan bahan pustaka. Menurut Sumantri (2002 : 29) bahwa; “pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual”. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan Peerguruan Tinggi ( 2004 : 54 ) cara pengadaan seleksi yang biasa di gunakan adalah: a. Pembelian. b. Sumbangan/hadiah. c. Tukar menukar. Sedangkan Menurut Darmono (2001 : 58 ) secara umum pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama yaitu : a. Pemilihan atau seleksi bahan pustaka. b. Pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar, penerimaan c. hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan. d. Inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar – menukar, penerimaan, hadiah dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan. Untuk dapat memaksimalkan kinerja pustakawan dalam hal pengadaan bahan pustaka, maka pustakawan memerlukan alat bantu pemilihan dan verifikasi. Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 53) dinyatakan bahwa alat bantu yang biasa digunakan untuk memilih bahan perpustakaan ialah; 1. Silabus mata kuliah. 2. Bibliografi. 3. Tinjauan dan resensi. 4. Pangkalan data perpustakaan lain
20 Universitas Sumatera Utara
5. Sumber-sumber lain dari internet. Menurut Lasa Hs (2002:10-11) bahwa kriteria pengadaan bahan pustaka harus berdasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut ; 1. Relevansi Untuk pembelian dan penerimaan koleksi perpustakaan hendaknya selalu dikaitkan dengan tujuan perpustakaan yang bersangkutan. 2. Perundangan dan peraturan pemerintah Pengelola perlu memperhatikan pandangan, peraturan maupun kebijakan pemerintah pusat atau daerah tentang penerbitan dan perbukuan Indonesia. 3. Penulis Perpustakaan harus hati-hati dalam pembelian buku karena penulis sering memasukkan ide atau pemikiran yang tidak sejalan dengan pola pemikiran ajaran-ajaran islam atau dengan kurikulum yang berlaku. 4. Penerbit Karya cetak yang dipilih harus merupakan produk penerbit dengan standar kualitas yang tinggi dan reputasi yang baik khususnya dalam penyajian materi. harus selektif dalam pemilihan. 5. Kualitas Materi Yang perlu diperhatikan dalam kalimat materi adalah tentang fisik buku seperti kualitas kertas, penjilidan, maupun tata letak layout. Dari sini dapat diketahui buku asli atau bajakan. 6. Sistematika Penulisan Sebuah buku harus mengikuti tata cara penulisan yang berlaku, seperti pembagian bab, penomoran, pemilihan huruf besar dan kecil, dan sebagainya. Buku yang tidak sistematika akan membingungkan pemakainya. 7. Tahun Terbit Dalam pemilihan buku terutama buku-buku pelajaran hendaknya dipilih buku terbitan terbaru karena kandungan isi buku terbitan lama mungkin sudah tidak cocok lagi dengan kurikulum.
2.7.2 Pembelian Melalui pembelian, terdapat kebebasan dalam menentukan pilihan bahan puataka yang dikehendaki. Sebelum pembelian bahab pustaka dilakukan, terlebih dahulu diadakan penelitian secara cermat, yaitu dengan memperhatikan dan meneliti kembali bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Langkah-langkah pembelian bahan pustaka dengan cara berlangganan untuk koleksi terbitan adalah sebagai berikut : 1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan pustaka yang diusulkan
21 Universitas Sumatera Utara
2. Mencocokkan usulan dengan bahan pustaka yang dimiliki melalui katalog perpustakaan tau pangkalan data perpustakaan. 3. Menerima atau menolak usulan 4. Membuat daftar pesanan beberapa rangka menurut kebutuhan 5. Mengirimkan daftar pesanan 6. Menyiapkan satu rangkap daftar pesanan 7. Membayar pesanan / langganan 8. Menyusus laporan pembelian dan pelangganan (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004: 54) Menurut Akbar, Meidi Abdul dalam Pembinaan dan Pengembangan Koleksi Perpustakaan (2008: 2) pembelian ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu : a. Toko Buku Pembelian bahan pustaka secara langsung ke toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang jumlah dananya relative sediktit. Pembelian dengan cara ini biasanya dilakukan untuk judul dan eksemplar yang tidak banyak. Kekurangan yang umumnya terjadi pada pembelian bahan pustaka ke toko buku adalah : 1. Tidak semua subjek atau judul yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku. 2. Toko buku tida selalu bisa ditemukan di setiap kabupaten sehingga tidak mampu melayani kebutuhan perpustakaan. 3. Toko buku yang terdapat di kota kecil pada umumnya hanya menyediakan bahan pustaka yang berbahasa Indonesia. 4. Tidak semua pesanan bahan pustaka dari satu perpustakaan dapat dipenuhi dari satu toko buku saja. a. Penerbit Pembelian bahan pustaka juga dapat dilakukan melalui penerbit, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penerbit di Indonesia biasanya melayani pemesanan dari perpustakaan. Akan tetapi, penerbit asing umumnya tidak melayani perpustakaan. Biasanya hanya melayani pembelian dari toko buku ataupun penjaja sehingga perpustakaan Indonesia harus membeli melalui toko buku. Pemesanan bahan pustaka secara langsung ke penerbit dapat dilakukan apabila juduljudul yang dibutuhkan betul-betul diterbitkan oleh penerbit tersebut. Untuk mengetahui hal ini perpustakaan dapat memanfaatkan katalog penerbit yang dikeluarkan penerbit sehingga bahan pustaka yang akan diadakan dapat dipesan langsung dari penerbitnya. b. Melalui agen buku Selain pembelian ke toko buku dan penerbit, perpustakaan juga dapat
22 Universitas Sumatera Utara
membeli buku melalui agen buku yang biasa disebut dengan jobber atau vendor. Agen buku ini berperan sebagai mediator antara perpustakaan dan penerbit, terutama untuk pengadaan bahan pustaka terbitan luar negeri.
2.7.3 Hadiah/ Sumbangan Hadiah / sumbangan yang diterima tidak atas permintaan, biasanaya diperoleh dari lembaga ilmiah, kedutaan lembaga asing maupun penerimaan dari persseorangan dari kenang kenangan atau tanda terima kasih. Menurut Rudi (2008 : 28) cara dalam pengadaan pustaka melalui hadiah yaitu; a. Hadiah atas permintaan - Mempersiapkan daftar donatur yang akan diminta sumbangannya. Alamat dapat dicari pada direktori, buletin, laporan lembaga dan seterusnya. - Perpustakaan menyusun daftar bahan pustaka yang akan diajukan pihak donatur didalam maupun luar negeri. - Daftar permohonan dikirimkan kepada alamat yang dituju disertai surat pengantar. - Apabila pihak donatur telah mengirimkannya petugas memeriksa kiriman tersebut dan dicocokkan dengan surat pengantarnya dan mengirimkan ucapan terima kasih. - Selanjutnya bahan diproses seperti biasa yaitu diinventarisasi dan seterusnya. b. Hadiah tidak atas permintaan - Bahan pustaka yang diterima dicocokkan dengan surat pengantar. - Perpustakaan menulis surat ucapan terima kasih. - Bahan pustaka diterima ditelusuri dulu apakah subyeknya sesuai dengan tujuan perpustakaan, dan apakah tidak duplikat.jika bahan pustaka benar-benar telah sesuai dapat segera diproses. Jika bahan pustaka tidak sesuai, disisihkan sebagi bahan pertukaran atau dihadiahkan pada orang lain.
2.7.4 Tukar Menukar Tukar menukar adalah suatu kegiatan bahan putaka yang dilakukan antar perpustakaan. Pertukaran ini dilakukan karena perpustakaan memiliki koleksi yang jumlah eksemplar yang berlebihan atau koleksi yang dimiliki tidak sesuai dengan fungsi dan tujuan perpustakaan. Perpustakaan yang melakukan pertukaran bahan pustaka perlu :
23 Universitas Sumatera Utara
1. 2. 3. 4. 5.
Mendaftar bahan pustaka yang akan ditukarkan Mengirim daftar penawaran disertai persyaratan Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan. Mencatat alamat pemesan Menyampaikan bahan pustaka yang dipilih perpustakaan atau lembaga yang memesan. (Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2004) Menurut Rudi (2008 : 29) tujuan pertukaran adalah:
a) Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli ditoko buku atau atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh bukubuku terbitan pemerintah, majalah-majalah. b) Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai. c) Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan secara informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus, dan perpustakaan research (penelitian) yang besar.
2.8 Pembinaan Koleksi Pembinaan koleksi terdiri dari beberapa program yang menjadi suatu agenda kerja perpustakaan yang terdata secara pokok. Dikatakan kegiatan pokok karena pembinaan koleksi berorientasi untuk memberi kepuasan pengguna dalam mendapatkan layanan perpustakaan. Bukti kepuasan pengguna adalah ketika mereka puas mendapatkan koleksi yang mendukung kebutuhan seperti kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terangkai menjadi sepaket dalam agenda kerja perpustakaan. Artinya pembinaan koleksi terbagi atas beberapa program kerja perpustakaan. Program tersebut diurutkan menjadi langkah demi langkah dalam pelaksanaan program pembinaan koleksi. Kegiatan pembinaan koleksi perpustakaan terbagi atas seleksi bahan pustaka dengan alat bantu seleksi dan prinsip yang digunakan dalam pemilihan bahan pustaka, pengadaan bahan pustaka, penerimaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, dan pemeliharaan bahan pustaka.
24 Universitas Sumatera Utara
Wijoyo (2008 : 4) menyatakan bahwa : Para pustakawan perlu dilibatkan, karena mereka mengetahui akan kebutuhan masyarakat pemakainya dan memegang data mengenai banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan, maupun data mengenai koleksi bidang apa yang sering dipakai atau diperlukan. Mereka juga mempunyai data mengenai terbitan terbaru. Hal ini karena perpustakaan sering dipakai sebagai ajang promosi terbitan baru. Staf pengajar dan mahasiswa perlu dilibatkan, karena majoritas merekalah yang akan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Sutarno NS (2006 : 86) menyatakan, Pembinaan koleksi perpustakaan mencakup : 1. Perumusan kebijakan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan masyarakat pemakai, jumlah bahan pustaka selalu mencukupi 2. Penjabaran kebijakan berbentuk : - Menyusun rencana operasional pembinaan koleksi - Menghimpun alat seleksi bahan pustaka - Survei minat pemakai - Melakukan survey bahan pustaka - Membuat data menyusun desiderata - Pengadaan bahan pustaka - Meregistrasi bahan pustaka - Mengevaluasi dan menyiangi koleksi. 2.8.1 Pengolahan Pengolahan atau processing bahan pustaka adalah merupakan kegiatan mengolah bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan hingga bahan pustaka dapat dipinjam oleh pengguna. Menurut Sutarno NS (2006 : 179) Pengolahan atau processing adalah “pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan sampai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah disediakan”. Kumar (2003 : 135) menyatakan bahwa; “first of all easing of the back and cutting open of the pages is done. Next classification and cataloguing take place. This is followed by stamping, tagging, date labelling, pocket fixing and fixing ownership slip. The completion work is carried out. After this checking of classification and cataloguing take place. Finally catalogue cards are filed”. Defenisi ini maksudnya adalah Dalam melakukan pengolahan bahan pustaka adalah pertama-tama periksa kembali kondisi bahan pustaka, selanjutnya lakukan proses klasifikasi dan katalogisasi, kegiatan ini dilanjutkan dengan memberi stempel, memberi label pustaka, memberi kantong peminjaman dan slip
25 Universitas Sumatera Utara
kepemilikan, setelah itu periksa kembali klasifikasi dan katalogisasinya dan terakhir membuat kartu katalog.
2.8.2 Inventarisasi Inventarisasi bahan pustaka adalah kegiatan pencatatan setiap bahan pustaka yang menjadi koleksi bahan perpustakaan. kegiatan pencatatan setiap tersebut dilakukan pada buku inventaris atau dengan komputer jika perpustakaan sudah automasi. Kegiatan pencatatan setiap ini dilakukan untuk memudahkan perpustakaan mengetahui bahan pustaka yang menjadi hak milik perpustakaan denga spesifik mulai dari nomor induk, judul, jenis, jumlah, harga dan informasi yang ada dalam buku induk. Berikut merupakan contoh kolom inventarisasi suntuk bahan monograf: Tabel 1: Inventarisasi Perpustakaan Sekolah
Sumber: http://sd125543.files.wordpress.com/2013/02/0029.jpg
Berikut merupakan contoh cap milik perpustakaan : MILIK/KOLEKSI PERPUSTAKAAN SMAN-12 PASURUAN Sumber : Partini (2000: 7)
26 Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Klasifikasi Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan pustaka yang sesuai dengan nomor kelas bahan pustaka. Dan klasifikasi yang dikenal adalah menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC), Universal Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC), dll. Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan pustaka yang sesuai dengan nomor klas bahan pustaka. Richardson dalam Sutarno NS (2006:180) menyatakan bahwa; “Klasifikasi adalah berdasarkan kesamaan dan ketidaksamaan. Berdasarkan pemilihan tersebut, koleksi yang memiliki kesamaan (isi) dikelompokkan untuk ditempatkan di suatu tempat, selanjutnya mengklasifikasi adalah kegiatan menganalisis bahan pustaka dan menentukan notasi yang mewakili subjek bahan pustaka dengan menggunakan sistem klasifikasi tertentu”. Selanjutnya dinyatakan bahwa klasifikasi terdiri atas: 1. Klasifikasi sederhana Yaitu klasifikasi yang notasinya ditentukan maksimal 5 angka, biasanya untuk perpustakaan yang relatif kecil atau terbatas jumlah koeksinya. 2. Klasifikasi kompleks Yaitu klasifikasi yang notasinya mewakili isi bahan pustaka secara spesifik dan setepat mungkin. Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000 : 72) menyatakan bahwa dalam klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC) ada sepuluh kelas utama yaitu: 000 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Karya Umum Filsafat dan Psikologi Agama Ilmu-ilmu Sosial Bahasa Sains Murni Ilmu Terapan (Teknologi) Kesenian, Hiburan, Olahraga Kesusasteraan Sejarah, Geografi, Biografi
27 Universitas Sumatera Utara
2.8.4 Katalogisasi Katalogisasi
adalah
sarana
untuk
menemubalikkan
suatu
bahan
perpustakaan dari suatu koleksi perpustakaan. Menurut Hunter dalam Hasugian (2009 : 150) menyatakan bahwa Katalog yaitu : “Suatu daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan perpustakaan lainnya. Dengan katalog pengguna akan lebih mudah menemukan suatu bahan perpustakaan yang tersedia dan juga memungkinkan pengguna untuk mengetahui dimana suatu bahan perpustakaan bisa ditemukan”. Tylor dalam Hasugian menyatakan (2009:152) menyatakan bahwa : “Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain katalog berbentuk buku, katalog berbentuk kartu, katalog berbentuk mikro, katalog komputer terpasang. Untuk pengolahan perpustakaan secara konvensional sering menggunakan katalog kartu”. Katalog kartu yang standar menggunakan karton halus, kat dan tipis berukuran 12,5 x 7,5 cm, berlubang yang terletak di bagian sisi bagian bawah, dan di tengah-tengah antara sisi kiri dan kanan kartu. Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas: a.
Katalog pengarang
b.
Katalog judul
c.
Katalog subjek
d.
Katalog klasifikasi
28 Universitas Sumatera Utara
Katalog perpustakaan
612 6 Cra
Crawley, Lawrence Q.
R
Reproduction sex and preparation for marriage / Lawrence Q. Crawley
ssssssssssaand J. R Clarke. - -3rd. Ed. - - Oxford: Clarendon Press, 1986 Aaaaaaaaaaaaa464 p. : ilus.; 23 cm Aaaaaaaaaaaa Bib.
: pada setiap bab
Aaaaaaaaaaaaa Ind.
: p. 453 – 464
Aaaaaaaaaaaaa ISBN : 0-19-857639-0
Aaaaaaaaaaaaa REPRODUCTION 2. SEX 3. MARRIAGE AAAAAAAClarke, J. R
II. Judul
Unsur-Unsur Informa pada Entri Katalog Kartu Sumber: Hasugian (2009 : 153)
2.8.5 Palebelan Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call number) pada setiaap bahan pustaka, kemudian menempatkannya pada punggung masing-masing buku dengan nomor kelas yang telah ditentukan. Label
yang
berisikan
nomor
panggil
memiiki
aturan
dalam
penempelannya. Sutarno NS (2006: 184) mengutarakan bahwa; “Label dibuat dan ditempatkan pada punggung bagian bawah ± 3 cm dari ujung bawah buku”. Kemudian label buku berisi nomor panggil/kode klasifikasi, tiga huruf pertama pengarang, dan satu huruf pertama judul buku.
Berikut merupakan contoh pelabelan bahan pustaka: 631.15 Soe s PERPUSTAKAAN TANPANAMA
Sumber : Partini (2000 : 12)
29 Universitas Sumatera Utara
Kegunaan dari kegiatan ini adalah adalah untuk memudahkan pencarian koleksi yang diinginkan sesuai dengan nomor kelas yang ditentukan tanpa harus melihat satu persatu rak buku.
2.9 Pelayanan Pengguna Pelayanan pengguna adalah tugas melayani pengguna perpustakaan dalam menggunakan bahan pustaka yang telah disediakan di perpustakaan. Menurut buku Pedoman Perguruan Tinggi Depdikbud (2004: 71) “Pelayanan pengguna adalah pemberian informasi dan fasilitas kepada pengguna melalui layanan perpustakaan”. Kegiatan pelayanan pengguna bertujuan agar suatu perpustakaan mendapat perhatian dari masyarakat atas pelayanan dan kesanggupan perpustakaan dalam mencapai tujuannya. Karena setiap pandangan masyarakat baik untuk perpustakaan kecil atau besar, tentunya melihat bagaimana seistem pelayanan pengguna dari suatu perpustakaan. Menurut
Pamuntjak
(2000:
96)
untuk
menyelenggarakan
agar
perpustakaan dapat memuaskan pengguna dilihat dari tersedianya hal-hal seperti berikut ini; 1. Terkumpulnya koleksi pustaka yang berkualitas dan tersusun baik. 2. Tersedianya tempat yang menarik dan nyaman bagi pengunjung. 3. Adanya petugas yang memberi pelayanan yang efisien, ramah dan sopan. Dan apabila telah diberlakukan hal-hal yang telah dijabarkan diatas maka akan terjalin hubungan yang baik antara pengguna dan pengunjung. Karena pengunjung tentu akan merasa nyaman apabila mendapati ruangan yang tenang, sikap yang ramah melalui pegawai perpustakaan. Karena itu hal ini membantu suatu perpustakaan dalam mendapatkan pencitraan yang baik dari penggunanya itu sendiri.
30 Universitas Sumatera Utara
2.9.1 Sistem Pelayanan Pengguna Dalam proses kegiatan di perpustakaan dikenal dengan dua system pelayanan yang umum digunakan. Kedua sistem pelayanan ini adalah system pelayanan terbuka (open access) dan sistem pelayanan tertutup (closed access). Yuven (2010 : 7) menyatakan bahwa, “Ditinjau dari sistemnya ada 3 sistem layanan perpustakaan yaitu (1) open access; (2) close access; (3) mixed services”. 1. Pelayanan Terbuka (Open Acces) Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 72) bahwa; “Pelayanan terbuka adalah pelayanan dimana pengguna dapat langsung mengambil bahan perpustakaan yang diperlukannya dari rak”. Sedangkan menurut SyahrialPamuntjak (2000: 17), “Sistem pelayanan terbuka (open access) berarti sipeminjam dapat melihat dan memeriksa sendiri apakah diantara buku di perpustakaan ada yang berkenan dengan yang dicarinya”.
Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem layanan terbuka adalah: a) Kartu katalog tidak segera rusak, karena sedikit yang menggunakanya. b) Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu mengembalikan pustakawan hanya mencatat kemudian mengembalikan buku-buku yang telah dibaca ditempat maupun yang dikembalikan hari itu juga. c) Judul-judul buku yang diketahui lebih banyak. d) Akan segera diketahui judul buku yang dipinjam, nama dan alamat peminjam. e) Apabila calon peminjam tidak menemukan buku tertentu yang dicari maka saat itu pula dapat memilih judul buku yang relevan. f) Kecil sekali kemungkinan terjadi salah paham. Kerugian atau kelemahan dari sistem layanan terbuka adalah: a) Frekwensi kerusakan lebih besar. b) Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang lain memerlukan jarak yang longgar. c) Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus sering menyusun buku. d) Pengguna yang pertama kali datang keperpustakaan itu sering bingung. (Perpustakaan Nasional RI; 1999:33)
31 Universitas Sumatera Utara
2. Pelayanan Tertutup (Close Acces) Dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 72) bahwa; “Pelayanan tertutup adalah pelayanan dimana koleksi tersimpan dalam ruang tertutup sehingga diperlukan bantuan petugas jika pengguna hendak memanfaatkan bahan perpustakaan yang diminatinya”. Sedangkan menurut Syahrial-Pamuntjak (2000: 18), “sistem pelayanan tertutup (closed acces) artinya petugas membantu mencari judul pada katalog dan selanjutnya buku diambil dari ruang buku”. Selanjutnya Syahrial-Pamuntjak (2000: 18), menyatakan bahwa keuntungan dan kelemahan menggunakan sistem pelayanan tertutup adalah : “Keuntungan sistem pelayanan tertutup adalah kemungkinan salah letak buku dalam rak berkurang karena pegawai sendiri yang melakukan shelving. Sedangkan Kelemahan sistem pelayanan tertutup adalah pengguna tidak bisa memilih sendiri bahan pustaka yang dibutuhkannya”.
2.9.2 Jenis Pelayanan Pengguna Pelayanan pengguna adalah kegiatan memberikan pelayanan dan bantuan informasi kepada pengguna agar dapat memperoleh bahan pustaka yang dibutuhkan. Kegiatan pelayanan perpustakaan sekolah pada dasarnya mengandung pengertian penyampaian dan penyebarluasan informasi dan bahan pustaka kepada siswa atau pengguna perpustakaan. Perpustakaan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna dapat menyajikan bermacam-macam bentuk pelayanan perpustakaan. Secara umum pelayanan yang diberikan oleh suatu perpustakaan terdiri dari layanan sirkulasi, referensi dan pendidikan pengguna.
Jenis pelayanan pengguna yang diberikan perpustakaan akan menentukan mutu dari pelayanan perpustakaan tersebut. Yuven (2010 : 7) menyatakan bahwa: “Dalam kegiatan pelayanan perpustakan terdapat berbagai jenis layanan yang diberikan kepada pemustaka tergantung dari kebutuhan pemustaka dan disesuaikan dengan program studi yang ada, layanan tersbut antara lain : Layanan Sirkulasi; Layanan Rujukan; Layanan Serial/Periodical; Layanan Audio dan Audio Visual; Jasa Kesiagaan Informasi; Penelusuran Pustaka; Layanan Foto Copy; Layanan Pinjam antar Perpustakaan; Pembuatan Abstrak, Indeks dan Bibliografi; Layanan Terjemahan; Layanan Buku Tandon; Penyediaan Fasilitas; dll”.
32 Universitas Sumatera Utara
2.9.2.1 Layanan Sirkulasi Sutarno NS (2006: 93) mendefenisikan bahwa; “sirkulasi adalah kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya. Sedangkan Menurut Bafadal-Ibrahim (2000:24), “Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembaliaan bahan pustaka.” Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000: 96) menyatakan bahwa; “Sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk dibawa ke luar perpustakaan”. Kumar (2003 : 140) menyatakan bahwa; “Circulation section especially circulation desk is regarded as the centre of activities in the library. Majority of the users have to deal with staff of the circulation section. Therefore, the treatment of the staff towards users would greatly contribute towards the public image of the library. Defenisi ini menyatakan bahwa bagian sirkulasi khususnya meja sirkulasi adalah pusat dari semua kegiatan di perpustakaan. Mayoritas pengguna harus berhadapan dengan staf bagian sirkulasi”. Oleh karena itu, pelayanan staf terhadap pengguna akan sangat berpengaruh terhadap image perpustakaan. Selanjutnya dinyatakan bahwa bagian sirkulasi memiliki fungsi sebagai berikut: A circulation section may carry out the following functions : 1. Vigilance at entrance and exit 2. Registration of members, renewal and withdrawal of membership 3. Issue, return and renewal of book 4. Charging of overdues 5. Issue of reminders for overdue books 6. Reservation of book 7. Work relating to books lost or damaged by users 8. Maintenance of records 9. Maintenance of statistics 10. Interlibrary loan 11. Property counter 12. Miscellaneous jobs
33 Universitas Sumatera Utara
Defenisi di atas dapat diartikan bahwa sirkulasi memiliki fungsi seperti: 1. Keluar dan masuknya pengguna 2. Registrasi para anggota, pembaharuan keanggotaan dan pelayanan bebas pustaka kepada anggota 3. Pengembalian dan perpanjangan buku 4. Pemberian sanksi terhadap buku yang terlambat 5. Memberi peringatan untuk buku-buku yang terlambat dikembalikan oleh pengguna 6. Tempat pemesanan buku 7. Memberi sanksi kepada pengguna terhadap buku yang hilang dan rusak 8. Pemeliharaan record 9. Pemeliharaan statistik 10. Kerjasama peminjaman antar perpustakaan 11. Menjaga hak milik perpustakaan 12. Pekerjaan tambahan sebagai selving dan sebagai referensi 2.9.2.2 Layanan Referensi Menurut Darmono (2001: 141) menyatakan bahwa, ”Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat”. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan dan hanya untuk dibaca di tempat. Layanan referensi adalah layanan yang hanya dapat diberikan terbatas di perpustakaan. Hal itu dilakukan karena beberapa pertimbangan. Sutarno NS (2006 : 94) menyatakan bahwa layanan referensi diberikan terbatas karena berbagai pertimbangan antara lain: a) Keterbatasan koleksi b) Karena hanya dibaca pada bagian tertentu saja c) Pertimbangan keselamatan dan keutuhan koleksi d) Untuk kepentingan orang banyak dan penelitian Hajatullah (2000 : 4) menyatakan; “Ciri utama kegiatan referensi yaitu layanan yang dilakukan dengan memanfaatkan seperangkat sumber referensi seperti : kamus, ensiklopedi, direktori, statistik, bibliografi, dan sebagainya”. Jenis sumber-sumber yang dapat dijadikan referensi menurut Syahrial-Pamuntjak (2000 : 109) adalah seperti “Ensiklopedi, kamus, sumber biografi, direktori, buku tahunan dan almanak, sumber ilmu bumi, buku pedoman, bibliografi, indeks dan abstrak, dan penerbitan resmi/pemerintah”.
34 Universitas Sumatera Utara
2.9.3 Pelayanan Pendidikan Pengguna Pelayanan pendidikan pengguna adalah kegiatan membimbing atau memberikan petunjuk kepada pengguna dan calon pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif dan efisien. Menurut Sulistyo-Basuki (2004: 392), ”Tujuan pendidikan pengguna adalah mengembangkan ketrampilan pemakai yang diperlukannya untuk menggunakan
perpustakaan
atau
pusat
dokumentasi,
mengembangkan
ketrampilan tersebut mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengidentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai ketepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan mengasimilasi, mengumpulkan, menyajikan, menggunakan, dan menerapkan informasi”. Sedangkan menurut Lasa (2007: 234) suatu perpustakaan perlu menyelenggarakan pendidikan pengguna dengan tujuan sebagai berikut: •
•
•
Memanfaatkan jasa informasi yang tersedia Selama ini sebagian besar masyarakat hanya mengenal dan memanfaatkan jasa sirkulasi dari suatu perpustakaan. Padahal semestinya setiap perpustakaan tidak hanya menyediakan jasa informasi yang lain, seperti bimbingan pemakai, penelusuran literatur, pelayanan referensi, dan lainnya. Mengoptimalkan sarana dan fasilitas Perpustakaan telah menyediakan sarana temu kembali akan informasi, seperti indeks, bibliografi, katalog, abstrak, dan lainnya. Demikian pula untuk beberapa perpustakaan telah menyediakan koleksi CD/ROM, audio-visual, dan jasa internet. Dengan sarana/prasarana itu, pemakai diharapkan memanfaatkannya secara optimal untuk memenuhi kebutuhan akan informasi. Untuk itu, perlu ditanamkan kesadaran bibliografis, yakni suatu usaha untuk menemukan data bibliografi yang berisi subjek atau informasi tertentu dengan menggunakan fasilitas yang tersedia. Mencapai terwujudnya masyarakat informasi Sebagian masyarakat belum mampu memanfaatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Malah sebagian masyarakat hanya menggunakan informasi untuk hiburan. Oleh karena itu,
35 Universitas Sumatera Utara
penyebaran dan dan penyerapan informasi oleh masyarakat tidak dapat merata. Hal ini akan menimbulkan bermacam-macam tingkatan informasi dalam masyarakat. Akibat lebih jauh adalah terjadinya kesenjangan sosial. Kiranya masih perlu disampaikan kepada masyarakat bahwa semua informasi yang disediakan perpustakaan pada hakikatnya untuk masyarakat umum. Disini perlu penyaji 2.10 Pemeliharaan dan Perawatan Menurut Daryono (2009 : 1) dinyatakan bahwa, “Pemeliharaan merupakan kegiatan mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan, awet, dan bisa dipakai lebih lama serta bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan”. Pemeliharaan bahan pustaka tidak hanya secara fisik saja, namun juga meliputi isinya yang berbentuk informasi yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa pada dasarnya ada 2 cara pemeliharaan bahan pustaka; 1. Pemeliharaan kondisi lingkungan bahan pustaka, yang meliputi : a) Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh cahaya. b) Mencegah kerusakan bahan pustaka dari pengaruh suhu udara dan kelembaban udara c) Mencegah kerusakan dari faktor kimia, partikel debu, dan logam dari udara d) Mencegah kerusakan dari faktor biota dan jamur e) Mencegah kerusakan dari faktor air f) Mencegah kerusakan dari faktor kebakaran g) Melakukan fumigasi ; tindakan pengasapan yang bertujuan mencegah, mengobati dan mensterilkan bahan pustaka. 2. Pemeliharan kondisi fisik bahan pustaka meliputi : a. Menambal dan menyambung - Menambal dengan bubur kertas - Menambal dengan potongan kertas - Menambal dengan kertas tisu
36 Universitas Sumatera Utara
- Menyambung dengan kertas tisu b. Laminasi - Laminasi dengan tangan - Laminasi dengan mesin press panas - Laminasi dengan filmoplast c. Enkapsulasi (memberikan bahan pelindung dengan film plastik polyester). d. Penjilidan dan perbaikan. Edward Evans dalam Wijoyo (2008 : 3) memberikan batasan istilah collection development yakni; Sebagai suatu proses untuk mengetahui peta kekuatan dan kekurangan atau kelemahan koleksi perpustakaan, sehingga dengan demikian akan tercipta sebuah planning untuk memperbaiki peta kelemahan tadi dan mempertahankan kekuatan koleksi. Sedangkan Darmono (2001: 45) menyebutkan: Pengembangan koleksi yang isinya berbeda-beda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebijaksanaan pendanaan, suasana dan lingkungan pendidikan, keadaan pennerbitan, kebiasaan pemakai, sikap masyarakat, serta faktor-faktor lain yang besifat lokal (kondisi setempat). Adapun prinsip-prinsip pengembangan koleksi menurut Darmono (2001 : 49) adalah: 1. Relevansi Artinya aktifitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi pada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka. 2. Kelengkapan Koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga yang menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada dalam kurikulum. Semua komponen koleksi mendapat perhatian yang wajar sesuai dengan tingkat prioritas yang ditentukan. 3. Kemutakhiran Disamping memperhatikan masalah kelengkapan, kemutakhiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kemutakhiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit.
37 Universitas Sumatera Utara
4. Kerjasama Unsur-unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien. Kerjasama ini melibatkan semua komponen yang terlibat dalam pembinaan koleksi. Menurut Wijoyo (2008 : 4) dinyatakan bahwa ; Dalam pengembangan koleksi harus mencakup kebijaksanaan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Siapa yang terlibat dalam pengembangan koleksi. Apa yang menjadi prioritas dalam pengembangan koleksi. Survei kebutuhan pemakai. Penanganan materi dari hadiah. Weeding atau penyiangan. Komplain/keluhan tentang koleksi. Kerjasama antar perpustakaan.
Sutarno NS (2006 : 115) menyatakan; “pada akhirnya pengembangan koleksi bertujuan untuk (1) menambah jumlah, (2) meningkatkan jenis bahan bacaan serta (3) meningkatkan mutunya sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai”.
38 Universitas Sumatera Utara