BAB II TINJAUAN PUSTAKA
.1 Konoskop
Pengamatan mokroskop dengan konoskopik merupakan pengamatan yang dilakukan bukan terhadap mineral, melainkan lebih terhadap sifat-sifat yang ditimbulkan oleh kelakuan cahaya. Konoskop sering digunakan oleh mikroskop dengan suatu Bertrand lensa untuk pengamatan atas gambaran sifat-sifat cahaya yang diamati. Yang paling awal dengan penggunaan konoskop yaitu. pengamatan yang dilakukan dengan memusatkan pada mikroskop polarisasi. Dengan pemasangan lensa amicibertrand, maka mikroskop dijadikan semacam teleskop dengan sudut lebar yang terfokus pada titik tak terhingga. Sedangkan dengan pemakaian kondensor, maka cahaya yang terpolarisir akan sampai pada batas peraga dengan sudut –sudut datang yang berbeda-beda. Dalam pengamatan dengan konoskop yang dicari adalah sifat cahaya. Cahaya merupakan suatu energi yang berasal dari perwujudan tenaga pancaran (radiant energy) yang dapat mempengaruhi mata manusia, dimana sifat cahaya masih belum dapat dipahami secara sempurna. Menurut sifat optik semua zat dapat dibagi menjadi 2 gelombang, yakni zat isotropik dan anisotropic.
Zat isotropik merupakan gelombang cahaya yang berjalan ke setiap cahaya dengan arah dan kecepatan yang sama sehingga permukaan kecepatan sinar (indikatriks optik) selalu berupa bola.
Zat anisotropik merupakan gelombang cahaya yang berjalan ke arah dan kecepatan yang berbeda sehingga kenampakan permukaan sinar (indikatriks optik) selalu berupa ellipsoida.
.2 Jenis gambar Interferensi
Pada pengamatan konoskop terjadi beberapa kenampakan yaitu : Gelang warna, Isogyre, .2.1 Gelang warna
Gelang-gelang warna merupakan kenampakan akibat dari harga beda lintasan/retardasi yang berbeda-beda pada daerah medan pandangan yang berlainlainan. Jumlah warna pada suatu gambar tergantung pada: a) Ketebalan sayatan b) Harga dwibias. .2.2 Isogyire
Bagian dari indicatrix tegak lurus terhadap bidang gambar dengan jejak sepanjang AB sehingga indeks biasa w AB selalu sejajar dengan arah angka
gangguan. Semua bagian pokok indicatrix berisi indeks luar biasa e ada pada proyeksi mereka pada gambar di sepanjang sumbu AB begitu, bersama AB, birefringence adalah konstan dan sama dengan birefringence material diperiksa tetapi incrIsogyres keterbelakangan. Ketika sumbu optik adalah colinear dengan polarizer atau arah analyzer, bidang pandang menjadi hampir benar-benar gelap, seperti yang disarankan oleh paralelisme semua indeks gambar 1. Ketika panggung sedikit diputar, seluruh indeks tidak lebih sejajar dengan polarizer dan analyzer begitu ringan muncul kembali dan memungkinkan isochromes angka untuk dilihat. Sebagai tahap memainkan sedikit, semua indeks tidak lebih selaras dengan polarizer dan analyzer begitu ringan kembali dan memungkinkan isochromes nomor untuk dilihat. Selama rotasi, yang isogyres tetap lagi di kuadran dengan birefringence lebih rendah dan demikian meninggalkan lapangan dalam arah sumbu optik. Selama rotasi, yang isogyres tetap lagi di kuadran dengan birefringence lebih rendah dan dengan demikian meninggalkan lapangan dalam arah sumbu optik
Gambar 2.1 Interferensi
.2.3
Sumbu Satu (uniaxial)
Uniaksial anisotropik mineral termasuk kelas yang berisi semua mineralyang mengkristal dalam sistem tetragonal kristal heksagonal dan isotropik. Mereka disebut uniaksial karena mereka memiliki sumbu optik tunggal. Cahaya perjalanan sepanjang arah sumbu optik tunggal menunjukkan sifat yang sama sebagai bahan dalam arti bahwa arah polarisasi cahaya tidak diubah oleh bagian melalui kristal. .2.4
Sumbu dua (biaxial)
Semua mineral yang mengkristal di monoklinik, ortorombik, atau sistem triklinik kristal adalah kristal biaksial. Biaksial kristal optik memiliki sumbu kedua, dan ini membedakan dari kristal uniaksial biaksial. kristal uniaksial, biaksial kristal memiliki indeks bias yang bervariasi antara dua ekstrim, tetapi juga memiliki indeks bias yang unik.
Gambar 2.2 Uniaxial
.3 Tanda Optik Mineral
.3.1 Tanda Optik Mineral Sumbu Satu
Kecepatan sinar ordiner dan ekstra ordiner pada kristal sumbu satu (uniaxial) adalah tidak sama. Pada mineral tertentu sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner, tetapi pada mineral lain sinar ordiner bisa lebih cepat dari sinar ekstra ordiner. Untuk mempermudah pembahasan dari keragaman tersebut dibuat kesepakatan bahwa mineral uniaxial yang mempunyai sinar ekstra ordiner lebih cepat dari sinar ordiner diberi Tanda Optik Negatif. Sebaliknya untuk mineral uniaxial yang mempunyai sinar ordiner lebih cepat dari sinar ekstra ordiner diberi Tanda Optik Posltif. .3.2 Tanda Optik Mineral Sumbu Dua
Pada mineral sumbu dua, kecepatan sinar X,sinar Y dan sinar Z adalah tertentu, artinya pada setiap mineral sinar X merupakan sinar yang paling cepat, sinar Y merupakan sinar intermediet dan sinar Z merupakan sinar paling lambat. Yang membedakan antara mineral satu dengan lainnya adalah kedudukkan/posisi dari sumbu indikatrik sinar-sinar tersebut dikaitkan dengan Garis Bagi Sudut Sumbu Optik. Mineral sumbu dua dikatakan nempunyai Tanda Optik Positif, jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Lancip (BSl) atau Centred Acute Bisectrix (Bxa) dan sumbu indikatrik sinar X berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) atau Centred Obtuse Bisectrix (Bxo). Sebaliknya jika sumbu indikatrik sinar Z berimpit dengan Garis Bagi Sudut Tumpul (BSt) dan sumbu indikatrik sinar
X berimpit dengan Garis Bagi sudut Lancip (BSl), maka mineral tersebut mempunyai Tanda Optik Negatif. .4 Sudut Sumbu Optik ( 2V )
Sudut Sumbu Optik (2V) adalah sudut yang dibentuk oleh dua sumbu optik. oleh karena itu sudut sumbu optik hanya didapatkan pada mineral sumbu dua. pada sayatan tertentu, dengan memperhatikan gambar lnterferensinya, dapat dihitung besarnya sudut sumbu optik.