BAB II TINJAUAN PUSTAKA
B. Komunikasi Terapeutik 1.
Definisi Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan perawat dengan pasien atau perawat dengan keluarga pasien yang didasari oleh hubungan saling percaya yang didalam komunikasi tersebut terdapat seni penyembuhan, Nasir A dkk (2011) Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien (Mahmud Machfoedz,2009). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertjuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan
penyembuhan
pasien.Dalam
memberikan
asuhan
keperawatan
komunikasi terapeutik memegang peranan penting untuk membantu pasien dalam memecahkan masalah.Kemempuan komunikasi ini tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku seorang perawat yang menjunjung tingkat profesionalnya terhadap pekerjaan demi meningkatkan derajat kesehatan dari pasien (Musliha dan Fatmawati Siti, 2010). 2.
Tujuan Komunikasi Terapeutik a.
Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
6
7
b.
Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c.
Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan.
d.
Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapi (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006).
11. Manfaat Komunikasi Terapeutik Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien, mengidentifikasi mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yng dilakukan oleh perawat (Cecep Triwibowo,2013). 12. Dasar Komunikasi Terapeutik Menurut Mahmud Machfoez, Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini : a.
Perawat mengenal dengan baik pribadi pasien serta memahami dirinya dengan nilai-nilai yang dianutnya.
b.
Komunikasi ditandai dengan dengan sikap saling menerima, saling percaya, dan saling menghargai
c.
Perawat mampu memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien
d.
Perawat menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental
e.
Perawat mampu menciptakan suasana yang dapat memotivasi pasien untuk mengubah sikap dan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinyan
f.
Perawat harus mampu menguasai perasaannya secara bertahap secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan sedih, marah, dan frustrasi.
8
13. Jenis Komunikasi Terapeutik Menurut Mundakir, 2006, sebagaimana yang disampaikan oleh Widjaja (2000) dibedakan menjadi lima macam yaitu : a.
Komunikasi tertulis Komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik dengan tulisan manual maupun tulisan dari media . Jenis komunikasi ini dapat berupa surat kabar/media massa atau media elektronik yang diampaikan dalam bentuk tulisan. Dalam konteks komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat berupa cacatan perkembangan pasien, catatan medis, catatan/laporan perawatan, dan catatan penting lainnya.Keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibaca berulang –ulang dapat dijadikan bukti otentik, biaya minimal, dapat didokumentasikan dan bersifat tetap.
b.
Komunikasi Verbal Komunikasi yang disampaikan secara lisan.Komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung dengan percakapan tatap muka, maupun secara tidak langsung melalui telepon, dan sebagainya. Keuntungan dari komunikasi ini adalah dapat dilakukan secara epat, langsung, jelas dan kemungkinan salah faham kecil karena proses umpan balik dapat terlaksanan kecuali komunikasi yang sifatnya satu arah dan formal. Sedangkan kekurangan komunikasi ini adalah bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh komunikan, membutuhkan pengetahuan yang cukup agar komunikasi yang dilaksanakan berlangsung lancar.
c.
Komunikasi Non Verbal Komunikasi yang terjadi dengan menggunakan mimik atau bahasa tubuh, pantomin, atau bahasa isyarat.Menurut
(Mahmud Machfoedz, 2009)
Komunikasi non verbal ini mengacu komunikasi tanpa kata seperti sikap, gerakan tubuh, gerakan isyarat, dan ekspresi wajah. Komunikasi nan verbal meliputi sinyal-sinyal sebagi berikut :Jabat tangan Sikap tubuh, Ekspresi wajah, Penampilan fisik, Nada suara, Potongan rambut, Pakaian,
9
Sinar mata, Senyuman, Jarak fiik dengan orang lain, Cara atau sikap mendengarkan, Rasa percaya diri, Irama nafas, Cara bergerak, Sikap berdiri, Cara menyentuh. d.
Komunikasi Satu Arah Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa perintah, instruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan untuk melakukan umpan balik karena sifat pesannya mau-tidak mau harus diterima oleh komunikan.
e.
Komunikasi Dua Arah Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses feedback, biasanya bersifat informatife ataupersuasive.
14. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik Faktor - faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Potter & Perry (2005) terdiri dari: b.
Perkembangan Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasa. Anak dengan kegagalan perkembangan seperti paralisis serebral, autisme dan sindroma Down
akan
memiliki
tingkat
kapasitas
yang
berbeda
untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. c.
Persepsi Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar individu dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi.
10
d.
Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkahlaku, Nilai adalah apa yang dianggap penting dalam hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide, sehingga nilai mempengaruhi interpretasi pesan. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik sedangkan yang lainnya mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan sulit untuk diartikulasikan.
e.
Emosi Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses.
f.
Latar Belakang Sosio Kultural Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan merasakan. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya.
g.
Gender Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi, dimana pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik.
h.
Pengetahuan Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar.
11
i.
Peran dan Hubungan Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka.Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan sejawat, namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan.
j.
Lingkungan Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan yang nyaman.Kebisingan dan kurangnya kebebasan dalam suatu lingkungan dapat mengakibatkan seseorang kebingungan, ketegangan, atau ketidaknyamanan.
k.
Ruang dan Teritorial Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya.Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki daerah teritorialnya karena hal
tersebut
mengganggu
homeostasis
psikologis,
menimbulkan
kecemasan, dan menyebabkan timbulnya perasaan kehilangan kontrol. Dalam interaksi, orang secara sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri. 15. Teknik Komunikasi Terapeutik Macam-macam teknik komunikasi terapeutik menurut Nasir A dkk (2011): a.
Mendengarkan dengan penuh perhatian Mendengarkan keluhan
dengan penuh perhatian akan menciptakan
kondisi keterlibatan emosional yang maksimal dalam situasi hubungan interpersonal antara klien (keluarga pasien) dengan perawat ( Nasir A dkk, 2011). Menurut Varcarolis cit Nurjannah I (2010), dengan mendengarkan
12
akan menciptakan situasi interpersonal dalam keterlibatan maksimal yang dianggap aman dan membuat klien (keluarga pasien) bebas.Untuk menjadi pendengar yang perhatian, perawat menggunakan kemampuan di bawah ini (Potter & Perry, 2005: 1) Hadapi klien ketika mereka bicara 2) Pertahankan kontak mata yang alamiah untuk menunjukan keinginan untuk mendengar 3) Mengambil
postur
yang
menunjukkan
menyimak.
Hindari
menyilangkan kaki dan tangan karena ini menunjukan postur yang defensif. 4) Hindari gerakan tubuh yang mengganggu seperti meremas tangan, mengetukkan kaki atau bermain-main dengan sebuah benda di tangan. 5) Mengangguk untuk mengakui ketika klien berbicara tentang hal penting atau mencari persetujuan. 6) Condong kepembicaraan untuk menunjukan keterlibatan. b.
Menunjukan Penerimaan Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dan tingkah laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju (Nurjannah I, 2001).Perawat tidak perlu menampakan penolakan maupun keraguan terhadap apa yang disampaikan oleh keluarga pasien yang mambuat keluarga pasien merasa tidak bebas dalam mengutarakannya. Semua ide dan perasaan yang disampaikan oleh keluarga pasien ditampung oleh perawat, kemuadian diverifikasi dan divalidasi. Dalam hal ini, sebaiknya tidak ada unsur menilai, berdebat apalagi mengkritik apa yang disampaikan oleh keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).
13
c.
Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka Tujuan perawat bertanya dengan pertanyaan terbuka adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai kondisi nyata dari keluarga pasien. Diharapkan keluarga pasien mempunyai inisiatif membuka diri dengan menyeleksi topik yang akan dibicarakan secara berurutan dan sistematis penyebab keluarga pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan (Nasir A dkk, 2011). Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri (Parafrase) Parafase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata perawat sendiri.Umumnya pertanyaan yang diparafrasekan menggunakan kata-kata yang lebih sedikit dari pertanyaan yang asli (Potter & Perry, 2005).Tujuan dari pengulangan pikiran utama adalah memberikan penguatan dan memperjelas pada pokok bahasan yang telah disampaikan oleh keluarga pasien sebagai umpan balik sehingga keluarga pasien mengetahui
bahwa
pesannya
dimengerti
dan
diperhatikan
serta
mengharapkan komunikasi bisa berlanjut (Nasir A dkk, 2011). d.
Klarifikasi Klarifikasi adalah cara untuk memperbaiki atau meluruskan apabila ada kata-kata, pengertian, maksud, dan ruang lingkup pembicaraan yang kurang benar. Suryani (2005) berpendapat bahwa klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.
e.
Memfokuskan Memfokuskan merupakan metode yang dilakukan untuk memusatkan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan mudah dimengerti.Materi yang akandidiskusikan mengerucut pada salah satu masalah saja, yang terpenting disini adalah konsisten, dan kontinyu atau berkesinambungan, serta tidak menyimpang dari topik pembicaraan dan tujuan komunikaasi.
14
Suara yang terdapat di sekeliling kita sering menjadi penyebab pembicaraan menjadi tidak terfokus karena menjadi pemutusan terhadap alur pembicaraan (Nasir A dkk, 2011). f.
Menyampaikan hasil observasi Perawat perlumemberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.Penyampaian hasil pengamatan kepada pasien diharapkan dapat mengubah perilaku yang merusak pada diri pasien (Nasir A dkk, 2011).
g.
Menawarkan informasi Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi pasien terhadap keadaannya.Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi pasien.Untuk itu perawat harus mampu menguasai ilmu pengetahuan yang memadai tentang masalah yang dihadapi pasien.
h.
Diam Diam yang dilakukan oleh perawat terhadap keluarga pasien bertujuan untuk
menunggu
respon
keluarga
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaannya (Nasir A dkk, 2011).Diam memungkinkan keluarga pasien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi (Nurjannah I, 2001). j.
Meringkas Meringkas merupakan pengulangan ide utama yang telahdikomunikasikan secara singkat yang bertujuan meningkatkan pemahaman. Meringkas juga dapat diartikan sebagai kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide dalam pikiran (Nasir A dkk, 2011).
15
l.
Memberi penguatan Tujuan dari pemberian penguatan terhadap keluarga pasien adalah untuk meningkatkan motivasi kepada keluarga pasien untuk berbuat yang lebih baik lagi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian penguatan merupakan bentuk dorongan kepada keluarga pasien agar mampu memacu semangat dalam penerimaan diri untuk berbuat dan berprilaku yang lebih baik lagi ( Nasir A dkk, 2011).
m. Menawarkan diri Menawarkan diri merupakan kegiatan memberikan respon agar seseorang menyadari bahwa perlakuannya dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. n.
Memberi kesempatan untuk memulai pembicaraan Memberi kesempatan kepada keluarga pasien agar berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
o.
Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Teknik ini menganjurkan keluarga pasien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa keluarga pasien sedang mengikuti apa yang sedang di bicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya.
p.
Menganjurkan keluarga pasien untuk menguraikan persepsinya Langkah ini digunakan untuk membantu keluarga pasien dalam menguraikan persepsinya dengan tenang dan bebas tanpa merasa ada sesuatu yang di pendam.
q.
Refleksi Refleksi menganjurkan keluarga pasien untuk mengemukakan dan menerima ide serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
16
Teknik refleksi yang dilakukan perawat bukan untuk menilai pikiran dan perasaan keluarga pasien, akan tetapi perawat mengembalikan lagi pikiran dan perasaan yang merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga keluarga pasien mencoba untuk menilai lagi pikiran dan perasaan yang telah ada sebagai upaya untuk mengevaluasi dan menimbang-nimbang keputusan yang akan diambil ( Nasir A dkk, 2011). 16. Kendala Dalam Komunikasi Terapeutik Dalam melakukan komunikasi antara perawat dengan klien ataupun perawat dengan keluarga ada beberapa kendala yaitu: a.
Pemberian Pendapat Dengan memberikan pendapat akan membutuhkan pengambilan keputusan yang dilakukan jauh dari klien. Hal ini menghalangi spontanitas, memperlambat pemecahan masalah, dan menyebabkan keraguan.Sering kali
klien
perasaannya.
hanya
membutuhkan
Pemberian
kesempatan
pendapat
akan
untuk
menunjukan
menghalangi
pasien
mengembangkan solusi untuk memecahkan masalah (Potter & Perry, 2005). b.
Memberikan Penentraman Semu Penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu menetapkan harga diri dan harapan klien. Menurut Bradley dan Edinberg (1990) citPotter dan Perry (2005) telah mengidentifikasi enam kondisi dasar dimana penentraman secara verbal dapat diberikan, klien dapat diyakinkan bahwa: 1) Masih ada harapan 2) Perawat selalu mendengarkan 3) Pengobatan tersedia 4) Perubahan tertentu yang tidak diinginkan dapat terjadi 5) Klien akan diperlakukan sebagai individu 6) Masalah klien telah dipahami
17
c.
Bersikap Defensif Defensif adalah respon untuk mengkritik, untuk menunjukan bahwa klien tidak memiliki hak untuk memberikan opini. Ketika perawat menjadi defensif, apa yang menjadi kekhawatiran klien sering kali terabaikan (Potter & Perry, 2005).
d.
Menunjukan Persetujuan atau Ketidaksetujuan Menunjukan persetujuan yang berlebihan dapat berbahaya untuk hubungan klien
dan
perawat,
sama
seperti
menunjukan
ketidak
setujuan.
Memberikan pujian yang berlebihan menunjukan bahwa tingkah laku yang di puji adalah satu-satunya yang dapat diterima. Sering kali klien berbagi keputusan dengan perawat, tidak dalam usaha untuk mencari persetujuan tetapi untuk mencari cara untuk mendiskusikan perasaan (Potter & Perry, 2005). e.
Stereotip Setiap orang memiliki ciri khas.Namun respon sterotip menghalangi keunikan dan secara berlebihan menyederhanakan situasi.Sterotip adalah kepercayaan umum mengenai orang.Penggunaan sterotip menghalangi komunikasi dan dapat menghalangi hubungan antara klien dan perawat (Potter & Perry, 2005).
f.
Bertanya Mengapa Ketika orang tidak setuju atau tidak dapat memahami orang lain, mereka cenderung bertanya mengapa orang lain percaya atau bertindak sseperti itu. Pertanyaan “mengapa” dapat menyebabkan kebencian , rasa tidak aman, dan tidak percaya (Potter & Perry, 2005).
g.
Mengubah Subjek Pembicaraan Secara Tidak Tepat Perawat mungkin dengan tidak hati-hati menghentikan klien ketika membicarakan
subjek
yang
penting
dengan
mengganti
subjek.
18
Menginterupsi pembicaraan dengan kasar sangat tidak sopan dan menunjukan kurangnya rasa empati. h.
Mengubah subjek menghalangi kemajuan dalam komunikasi terapeutik. Pemikiran dan spontanitas klien menjadi terganggu, ide-idenya menjadi kusut dan sebagai akibatnya informasi yang tersedia menjadi tidak adekuat (Potter and Perry, 2005).
17. Dimensi Hubungan Yang Membantu Komunikasi Terapeutik Menurut Potter and Perry (2005), dimensi hubungan yang membantu komunikasi terapeutik meliputi : a.
Rasa Percaya Rasa percaya dapat didefenisikan sebagai kepercayaan bahwa orang lain akan memberi bantuan ketika membutuhkan dan tertekan. Rasa percaya akan membentuk hubungan komunikasi terapeutik yang terbuka. Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi pasien untuk mempercayai perawat. Untuk meningkatkan rasa percaya perawat harus meningkatkan rasa percaya,
bertindak
secara
konsisten,
dapat
dipercaya
dan
kompeten.Kejujuran dalam memberikan informasi kepada klien juga dapat membantu terciptanya rasa percaya. Tanpa rasa percaya, hubungan perawat antara perawat dengan klien tidak akan memiliki kemajuan lebih dari interaksi sosial dan hanya untuk memenuhi kebutuhan superfisial. b.
Empati Empati telah diterima secara luas sebagai komponen klinis dalam hubungna yang membantu. Definisi empati merefleksikan pengaruh psikoterapis. Empati adalah kemampuan untuk mencoba memahami dan memasuki kerangka referensi klien, menurut.
19
Empati adalah merasakan, memahami dan membagi kerangka referensi klien, dimulai dengan masalah yang dihadapi klien.Sangat adil, sensitif, dan objektif untuk melihat pengalaman yang dimiliki orang lain.Empati membantu klien untuk menjelaskan dan mengkaji perasaan mereka sehingga pemecahan masalah dapat terjadi. c.
Perhatian Perhatian adalah memiliki penghargaan positif terhadap orang lain, merupakan dasar untuk hubungan yang membantu. Sebagia besar klien secara langsung ataupun tidak langsung menunjukan keinginan untuk diperhatikan pada waktu tertentu.Perawat menunjukan perhatian dengan menerima perhatian klien sebagaimana mereka adanya dan menghargai mereka sebagai individu.Ketika klien merasa diperhatikan, mereka merasa aman dari ancaman atau situasi yang menyebabkan kecemasan.Perhatian juga
meningkatkan
rasa
percaya
dan
mengurangi
kecemasan.
Penghilangan kecemasan dan stres akan meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu penyembuhan. d.
Autonomi dan Mutualitas Autonomi adalah kemampuan untuk mengontrol diri.Mutualitas meliputi perasaan untuk berbagi dengan sesama.Keduanya sangat penting dalam hubungan yang saling membantu. Perawat an klien bekerja sebagai tim yang ikut serta dalam keperawatan. Perawat menawarkan kesempatan untuk mengambil keputusan, sekalipun untuk hal-hal yang sangat sepele.Ketika klien menjadi lebih mandiri Perawat menawarkan lebih banyak kesempatan untuk mengambil keputusan.Perawat juga bertindak sebagai penasehat untuk memberi tahu klien tentang alternatif perawatan kesehatan dan untuk memberikan dukungan dalam pengambilan keputusan.
20
18. Tahapan Dalam Komunikasi Terapeutik Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir A dkk (2011) yaitu: a.
Prainteraksi Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).
b.
Orientasi Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya. Sehingga perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011).
c.
Kerja Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja bersama.Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah.Jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini pula perawat berperan untuk mengatasi kecemasan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).
d.
Terminasi Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, keluarga pasien
tidak
seharusnya
terkejut.Dengan
tetap
memperhitungkan
keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005).
21
B. Konsep Kecemasan 1.
Definisi Kecemasan Cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi (Murwani, 2008). Sedangkan menurut Stuart (2007), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus cemas. Cemas adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari, 2006). Cemas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang bergantung dengan tingkat cemas, lama cemas yang dialami, dan seberapa baik individu melalukan koping terhadap cemas.Cemas dapat dilihat dalam rentang ringan, sedang, dan berat. Setiap tingkat menyebabkan perubahan emosional dan fisiologis pada individu (Videbeck, 2008). Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua mahluk hidup dalam kehidupan seharihari.Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik.Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
22
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu (Suliswati dkk,2005). 2.
Penyebab Kecemasan Menurut Stuart (2007) kecemasan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: a.
Faktor predisposisi
b.
Teori psikoanalisis Kecemasan dapat berasal dari dalam maupun luar dan muncul secara otomatis bila ndividu menerma stimulus atau rangsangan yang berlebihan dimana individu tersebut memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menanganinya. Kecemasan berfungsi untuk meningkatkan ego bahwa akan ada bahaya.
3.
Gejala Klinis Kecemasan Keluhan-keluhan yang sering ditemukan oleh orang yang mengalami ganguan kecemasan antara lain sebagai berikut : a.
cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b.
merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c.
takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d.
gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.
gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f.
keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, perdengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. (Prof. Dr.dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, 2001).
4.
Tingkat Kecemasan Menurut Peplau (1952)cit Videbeck (2008), menyebutkan ada tiga tingkat ansietas (cemas) yaitu:
23
a.
Kecemasan ringan Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus.Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri.
b.
Kecemasan sedang Adalah perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda individu menjadi gugup atau agitasi.
c.
Kecemasan berat Kecemasan berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; individu memperlihatkan respon takut dan distres (Videbeck, 2008).
d.
Panik Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.Terjadi peningkatan aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan b.
Umur Menurut Elisabeth, B.H, (1995 cit Nursalam 2001), yaitu umur adalahusia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Pendapat lain mengemukakan bahwa semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat. Menurut Long (1996 cit Nursalam 2001), yaitu semakin tua umur seseorang semakin konstruktif
24
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Semakin muda umur seseorang dalam menghadapi masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang. c.
Pendidikan Pendidikan kesehatan merupakan usaha kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup secara optimal.
d.
Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.Jadi dapat di asumsikan bahwa faktor pendidikan sangat bepengaruh terhadap tingkat kecemasan seseorang tentang hal baru yang belum pernah dirasakan atau sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang terhadap kesehatannya.
e.
Pekerjaan Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan (Nursalam, 2001).
6.
Skala Cemas HARS Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi: a.
Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung.
b.
Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c.
Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
25
d.
Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e.
Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f.
Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g.
Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
h.
Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i.
Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j.
Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k.
Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l.
Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. n.
Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Penentuan derajat kecemasan setiap pertanyaan yang cemas diberi skor 2, dan apabila tidak cemas diberi skor 1. Total skor tertinggi 30 dan terendah 15. Dengan rentang nilai sebagai berikut : a.
Skor 15 – 20 = kecemasan ringan.
b.
Skor 20 – 25 = kecemasan sedang.
c.
Skor 25 -30 = kecemasan berat.
26
7.
Proses Terjadinya Kecemasan Menurut Spielberger (1972) terdapat dua bentuk stressor yang dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap individu yang berbeda, berkaitan dengan tingkat trait anxiety dalam diri individu : a.
Individu dengan tingkat kecemasan dasar yang tinggi akan menganggap keadaan dimana individu tersebut sedang atau akan dinilai, sebagai keadaan yang mengancam bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang rendah.
b.
Keadaan yang dikarakteristikan secara fisik membahayakan, tidak mengakibatkan perbedaan reaksi pada diri individu yang memiliki tingkat kecemasan dasar yang tinggi maupun yang rendah, artinya keduanya akan menampilkan reaksi yang sama.
Skema 2.1 Rentang Respon Ansietas Respon Adaptif
Antisipasi
Respon Maladaptif
Ringan
Sedang
Berat
Panik
27
C. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat di gambarkan kerangka konsep sebagai beriku : Skema 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen Komunikasi Terapeutik Perawat vKomunikasi Terapeutik Perawat D. Hipotesa Penelitian
Variabel Dependen Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien ICU vKomunikasi Terapeutik Perawat
Ha :Komunikasi Ada hubungan Komunikasi Terapeutik PerawatKomunikasi Terhadap Tingkat Kecemasan Terapeutik Terapeutik Perawat Keluarga Pasien ICU di RSUP H. Adam Malik Medan.Perawat