4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Literasi Informasi (Information Literacy) American Library Association (ALA 2000) mendefinisikan Information Literacy sebagai berikut : a set of abilities requiring individuals to "recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectively the needed information." ALA also states that "Information Literacy is a survival skill in the Information Age." "Information Literacy forms the basis for lifelong learning. It is common to all disciplines, to all learning environments, and to all levels of education. It enables learners to master content and extend their investigations, become more selfdirected, and assume greater control over their own learning." Berdasarkan definisi literasi informasi (LI) yang diuraikan di atas maka disimpulkan bahwa LI adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mencari, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi dalam memecahkan berbagai masalah secara efektif. Shapiro dan Hughes (1996) menjelaskan 7 keterampilan LI meliputi : 1) Tool Literacy, yakni kemampuan memahami dan menggunakan alat teknologi informasi secara konseptual maupun praktikal, termasuk di dalamnya kemampuan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, dan multimedia. 2) Resource Literacy, yakni kemampuan memahami bentuk, format, lokasi dan cara mendapatkan sumberdaya informasi. 3) Social-Structure Literacy, yakni kemampuan memahami tentang bagaimana informasi dihasilkan dalam suatu masyarakat. 4) Research Literacy, yakni kemampuan menggunakan peralatan berbasis teknologi informasi sebagai alat riset. 5) Publishing Literacy, yakni kemampuan menyusun dan menerbitkan publikasi dan ide ilmiah ke kalangan luas dengan memanfaatkan komputer dan internet. 6) Emerging Technology Literacy, yakni kemampuan yang memungkinkan seseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. 7) Critical Literacy, yakni kemampuan mengevaluasi informasi secara kritis.
5
2.2. Model Literasi Informasi Di tahun 1990-an, seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka model LI mulai bermunculan. Dalam perkembangannya literasi informasi melahirkan berbagai jenis model literasi informasi yang diterapkan mulai dari pendidikan dasar, perguruan tinggi dan tempat kerja. Ada berbagai model literasi informasi yang dikembangkan untuk mengajarkan literasi informasi kepada peserta didik diantaranya yaitu The Big6 Skills dan Empowering 8. 2.2.1. The Big6 Skills The Big6 Skills adalah model literasi informasi yang dikembangkan oleh dua pakar yang bernama Bob Berkowitz dan Mike Eisenberg pada tahun 1990. Mereka menamakan model ini dengan The Big6 Skills karena terdiri dari enam keterampilan, yaitu : 1)
Merumuskan masalah, yaitu merumuskan masalah dan mengidentifikasikan informasi yang dibutuhkan.
2)
Mengembangkan strategi pencarian informasi, yaitu menentukan dan memilih sumber terbaik.
3)
Lokasi dan akses, yaitu mengalokasikan sumber secara fisik dan virtual serta menemukan informasi di dalam sumber-sumber tersebut.
4)
Memanfaatkan informasi, yaitu membaca, mendengar, dan memilih informasi yang relevan.
5)
Mensintesis informasi, yaitu mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber serta mempresentasikan informasi tersebut.
6)
Mengevaluasi informasi, yaitu mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari seluruh proses yang telah dilakukan. 2.2.2.
Empowering 8
Pada tahun 2004 Indian Library Association mengadakan lokakarya tentang literasi informasi yang dilanjutkan dengan lokakarya yang kedua tahun 2005. Lokakarya ini dihadiri oleh sepuluh negara, yakni; Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Maldiva, Nepal, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand. Hasil dari kedua lokakarya tersebut menghasilkan sebuah konsep yang disebut
6
“Empowering8”. Konsep Empowering8 (Wijetunge 2005) mengembangkan keterampilan belajar (learning skill) dengan menggunakan sumber-sumber belajar (learning resources). Model literasi informasi Empowering8 terdiri dari delapan keterampilan literasi yang harus dikuasai, yakni: identifikasi, eksplorasi, seleksi, penataan, penciptaan, penyajian, pengkajian, dan penerapan (Gambar 1).
Gambar 1 Model Empowering 8 (Wijetunge 2005) Penjelasan rinci dari keterampilan yang dimaksud adalah seperti berikut ini: 1) Identifikasi a. Menentukan topik/subyek. b. Menentukan dan mengenal audience. c. Menentukan format yang cocok untuk hasil akhir. d. Mengidentifikasi kata kunci. e. Merencanakan strategi penelusuran. f. Mengidentifikasi jenis-jenis sumber lain dimana informasi dapat ditemukan. 2) Eksplorasi a. Menempatkan hasil temuan secara tepat guna pada topik yang dipilih. b. Menemukan informasi yang tepat guna dengan topik yang dipilih. c. Apabila perlu lakukan wawancara, studi lapangan atau riset di luar sekolah (outside research).
7
3) Seleksi a. Memilih informasi yang relevan. b. Menentukan sumber-sumber mana saja yang mudah, biasa, dan sulit. c. Mencatat informasi yang relevan dengan membuat catatan – visual organizer seperti tabel-grafik atau outline. d. Mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam proses penelitian. e. Mengumpulkan kutipan-kutipan yang sesuai. 4) Organisasi a. Menyeleksi informasi. b. Membedakan antara fakta, pendapat, fiksi. c. Memeriksa “bias” yang berasal dari sumber. d. Menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan atau mengkontraskan informasi. 5) Sintesis a. Menuliskan informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri. b. Merevisi atau mengedit sendiri atau dengan teman. c. Membuat daftar pustaka. 6) Penyajian a. Melakukan latihan untuk mempresentasikan hasil penemuan. b. Mempresentasikan informasi kepada audience dengan tepat. c. Menyajikan informasi disesuaikan dengan audience. d. Mempersiapkan perlengkapan presentasi dengan baik. 7) Pengkajian a. Menerima masukan dari orang lain. b. Merefleksikan sudah seberapa baik tugas atau penelitian yang telah dikerjakan. c. Mengungkapkan keterampilan baru yang telah dipelajari dalam proses penelitian. d. Memperhatikan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dengan lebih baik lagi di waktu mendatang.
8
8) Penerapan a. Memperhatikan masukan dan penilaian yang telah diberikan. b. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas selanjutnya. c. Menerapkan pengetahuan baru dalam berbagai situasi (lessons learned). 2.3 Standar Kompetensi Literasi Informasi (LI) 2.3.1. The Association for College and Research Libraries (ACRL 2000 ) ACRL merupakan asosiasi bagi komunitas pustakawan akademik dan penelitian. Melalui keanggotaan di ACRL maka setiap anggota memiliki akses ke beragam manfaat yang meningkatkan pengetahuan dan keahlian pustakawan. Standar kompetensi LI yang ditetapkan oleh The Association for College and Research Libraries (ACRL 2000 ) adalah : 1) Menentukan batasan informasi yang diperlukan. 2) Mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien. 3) Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis. 4) Menggabungkan sejumlah informasi yang terpilih untuk menjadi dasar pengetahuan seseorang. 5) Menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. 6) Mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. 2.3.2. American Association of School Librarians (AASL 1998 ) AASL merupakan asosiasi bagi para pustakawan sekolah di Amerika Serikat. AASL menetapkan empat standar kompetensi literasi informasi di tingkat sekolah dengan penjelasan di Lampiran 1. Keempat standar tersebut adalah peserta didik mampu menggunakan keterampilan, sumber dan alat informasi untuk: 1) Bertanya, berpikir kritis, dan memperoleh pengetahuan. 2) Membuat kesimpulan, menerapkan dan menciptakan pengetahuan baru. 3) Berbagi pengetahuan secara etis dan produktif sebagai anggota masyarakat yang demokratis. 4) Meraih perkembangan diri yang beretika.
9
2.3.3. Standar Kompetensi LI Jeffco Public School Colorado Jeffco Public School merupakan sekolah yang didirikan pada tahun 1860 di distrik Colorado. Saat ini merupakan sekolah terbesar di distrik tersebut dengan memiliki 86.000 siswa dan 12.000 karyawan. Sejak tahun 2000, Jeffco Public School Colorado telah membuat standar kompetensi literasi informasi bagi siswa di kelas 9-12 dengan merujuk pada standar kompetensi yang ditetapkan ACRL. Standar kompetensi literasi informasi yang ditetapkan sebagai berikut (Jeffco Public School 2000) : Standar Kompetensi 1 : Siswa sebagai Pencari Informasi Berdasarkan standar 1, maka siswa dapat menunjukkan kemampuan untuk: 1) Mengembangkan atau mengikuti rencana penelitian tertentu. 2) Mengembangkan pertanyaan penting terkait dengan suatu topik 3) Mengidentifikasi kata kunci dalam pencarian. 4) Menggunakan bahan referensi yang tercetak maupun yang non cetak. 5) Menggunakan internet dalam kegiatan penelusuran 6) Membuat catatan, dan mensintesis informasi menjadi hasil yang bermakna. 7) Mengevaluasi informasi dari sisi konten, akurasi, dan relevansi dengan topik. 8) Menunjukkan kemampuan untuk menyusun sebuah bibliografi formal Standar Kompetensi 2: Siswa sebagai Penyusun Informasi Berdasarkan standar 2, maka siswa dapat menunjukkan kemampuan untuk: 1) Memahami kriteria produk yang berkualitas. 2) Memahami dan menerapkan rubrik atau metode penilaian yang ditetapkan. 3) Menggunakan berbagai media dan bahan untuk memproduksi sebuah produk. 4) Menyajikan informasi dengan menggunakan teknologi dan bentuk presentasi yang tepat. Standar Kompetensi 3: Siswa sebagai Pembelajar Mandiri Berdasarkan standar 3, maka siswa dapat menunjukkan kemampuan untuk: 1) Mencari sumber bahan jenis fiksi dan semua jenis aliran sastra. 2) Mencari sumber non-fiksi dengan klasifikasi Dewey Decimal. 3) Mencari dan menggunakan bahan referensi sesuai dengan kebutuhan
10
Standar Kompetensi 4 : Siswa sebagai Kontributor dalam Kelompok Berdasarkan standar 4, maka siswa dapat menunjukkan kemampuan untuk: 1) Berpartisipasi secara aktif sebagai anggota kelompok 2) Menghormati pendapat orang lain. 3) Mempertahankan pendapat 4) Memberikan kritik yang membangun. 5) Memahami bahwa perbedaan dalam suatu kelompok mencerminkan sinergi kelompok. Standar
Kompetensi
5:
Siswa
sebagai
Pengguna
Informasi
yang
Bertanggung Jawab Berdasarkan standar 5, maka siswa dapat menunjukkan kemampuan untuk: 1) Respek, mengembalikan pinjaman koleksi dengan tepat waktu. 2) Membuat bibliografi dari sumber-sumber yang telah digunakan. 3) Memahami konsep dan konsekuensi dari plagiarisme. 4) Memiliki pemahaman terhadap hak cipta. 2.4 Pendidikan Pemakai Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2004) “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pemakai tentang cara pemanfaatan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efesien” dalam kaitannya terhadap kebutuhan informasi.
Melalui
penyelenggaraan
pendidikan
pemakai,
diharapkan
perpustakaan dapat meningkatkan jasa informasinya. 2.5
Rancangan Rancangan menurut Webster New World Dictionaryof American English
(1994) adalah: “the arrangement of parts, details, form, color, etc. so as to produce an artistic or skillful invention.” Proses desain diawali dari pengumpulan ide, visualisasi bentuk, pembuatan desain dan pengujian. Seperti yang dituangkan oleh Horenstein (1999), design cycle adalah beberapa tahapan yang menuntun suatu ide hingga menjadi produk jadi. Tahapan tersebut meliputi penentuan tujuan
11
rancangan secara keseluruhan; pemilihan strategi rancangan, pengumpulan informasi; pembuatan potongan rancangan; pembuatan prototipe; dokumentasi; perbaikan; dan tahap pengujian dimana akan menentukan apakah produk akhir sudah memenuhi perencanaan yang terperinci atau tidak (Gambar 2).
SIKLUS RANCANGAN
Penentuan tujuan rancangan Pemilihan strategi Pengumpulan informasi Pembuatan potongan rancangan
Dokumentasi
Pembuatan prototipe Perbaikan
Inti Siklus
TIDAK
Pengujian Sesuai dengan spesifikasi? YA Selesai
Gambar 2 Siklus Rancangan ( Horenstein 1999) 2.6
Web World Wide Web (www) atau web adalah aplikasi berbasis internet yang
menggunakan protokol Hypertext Transfer Protocol (HTTP). Dokumen web ditulis dalam format Hypertext Markup Language (HTML). Dokumen ini diletakkan dalam server web dan diakses oleh pengguna informasi melalui web browser. Web browser adalah software atau perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan informasi dari web server. Adapun web browser populer antara lain adalah Internet Explorer, Mozilla, Opera ( Brown 2010).
yang
12
2.7
Langkah-Langkah Perancangan Website Untuk membangun sebuah website, diperlukan suatu langkah-langkah
persiapan yang secara umum dibagi dalam empat tahap, yakni (Isac 2001): 1) Merumuskan tujuan membuat website Berdasarkan isi maupun tujuan, suatu website dapat digolongkan sebagai berikut: website marketing yang berfungsi sebagai media presentasi dan pemasaran; website customer service yang berfungsi sebagai media untuk melayani konsumen; website e-Commerce yang berfungsi sebagai media transaksi online, dan website informasi yang berfungsi sebagai media informasi berita. 2) Menentukan isi website Faktor yang paling penting dalam suatu website adalah isi dari website itu sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan manfaat yang akan diperoleh pengunjung dari sebuah website. 3) Menentukan target pengunjung Meskipun suatu website mempunyai sifat terbuka atau bebas dikunjungi oleh semua orang, dalam pembuatan website perlu dilakukan gambaran target yang akan dituju oleh sebuah website. 4) Menentukan struktur website Struktur website diperlukan untuk memberikan kemudahan dalam mengelola suatu website yang harus disesuaikan dengan isi dari website itu sendiri. 2.8 Elemen-Elemen Desain Desain grafis khususnya dalam halaman-halaman web terdiri dari beberapa elemen sebagai berikut (Sutopo 2002): 1) Teks adalah bagian yang paling utama untuk menampilkan informasi. 2) Grafik atau gambar merupakan elemen yang dapat membantu menjelaskan informasi. 3) Animasi selain merupakan sarana untuk menampilkan informasi dengan baik, juga sebagai daya tarik yang mudah diingat pengunjung.
13
4) Video dapat merupakan hasil suatu rekaman dengan kamera video maupun hasil pengolahan dengan komputer. 5) Suara melengkapi desain web, memberikan efek khusus pada suatu tampilan animasi
yang
kenyamanan
memberikan
bagi
pengunjung
yang
mendengarkannya. 6) Interactive link dapat menggunakan tombol yang berupa teks, simbol, grafik, maupun image, yang berfungsi untuk memudahkan pengunjung dalam menelusuri suatu website. 2.9
Metode Pengujian Black Box Menurut Simarmata (2010) pengujian adalah sebuah proses terhadap
aplikasi program untuk menemukan segala kesalahan dan segala kemungkinan yang akan menimbulkan kesalahan sesuai dengan spesifikasi perangkat lunak yang telah ditentukan sebelum aplikasi tersebut diserahkan kepada pelanggan. Metode pengujian black box merupakan pengujian pada perangkat lunak yang berfokus pada persyaratan fungsional. Pengujian dilakukan dalam bentuk tertulis untuk memeriksa apakah aplikasi sudah berjalan seperti yang diharapkan. Pengujian fungsional meliputi seberapa baik sistem melaksanakan fungsinya yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu : 1) Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. 2) Kesalahan antarmuka. 3) Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data internal. 4) Kesalahan tampilan. 2.10 Content Management System (CMS) : Joomla! Content Management System (CMS) atau sistem manajemen dokumen adalah sebuah aplikasi komputer yang digunakan untuk mengatur proses alur dokumen
diantaranya
membuat
dokumen
baru,
mengkoreksi
dokumen,
mempublikasi dokumen, menghapus dokumen, mencari dan mengurutkan dokumen serta berbagai fungsi lainnya (Campbell 2001). CMS
merupakan
perangkat
menambah,
lunak yang
memungkinkan
seseorang
untuk
14
memanipulasi
atau
mengubah
isi
dari
suatu
situs
web.
Saat
ini
terdapat banyak sekali CMS yang bersifat open source seperti Drupal, Joomla dan Wordpress. Masing-masing CMS secara umum memiliki fitur dan keunggulan tersendiri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan CMS Joomla yang
memiliki fitur keunggulan pada ukuran paket dan file yang terpasang memiliki kapasitas yang lebih besar. Dengan asumsi rancangan pembelajaran literasi informasi berbasis web ini akan membutuhkan kapasitas memori yang besar terutama untuk tampilan visualnya yang membutuhkan perangkat multimedia lainnya. Joomla adalah salah satu produk web yang mulai dikembangkan sejak tahun 2005 (Solusindo 2008). Joomla merupakan software gratis yang dapat digunakan untuk membuat web yang paling sederhana hingga paling kompleks sekalipun seperti web portal. Joomla disebut sebagai open source CMS karena pengguna dapat memodifikasi, menghapus, maupun menambah script yang disertakan dalam software tersebut asal tetap mencantumkan hak cipta dan mentaati peraturan yang telah disepakati bersama-sama. Fitur-fitur Joomla! diantaranya adalah sistem caching untuk peningkatan kinerja, Really Simple Sindicatio (RSS) yakni suatu sistem yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan artikel terbaru dari situs-situs favorit secara otomatis, blog, pooling. Joomla! menggunakan lisensi General Public License (GPL). Lisensi GPL yakni, lisensi yang memberikan penerima salinan perangkat lunak hak dari perangkat lunak bebas dan menggunakan copyleft untuk memastikan kebebasan yang sama diterapkan pada versi berikutnya dari karya tersebut. Copyleft merupakan praktik penggunaan undang-undang hak cipta untuk meniadakan larangan dalam pendistribusian salinan dan versi yang telah dimodifikasi dari suatu karya kepada orang lain dan mengharuskan kebebasan yang sama diterapkan dalam versi-versi selanjutnya. Secara garis besar, Joomla! terdiri dari tiga elemen dasar, yaitu server web (web server), skrip Hypertext Preprocessor (PHP), dan basisdata MySQL. Server web diasumsikan terhubung dengan internet atau intranet yang berfungsi sebagai penyedia layanan situs. Skrip PHP terdiri dari kode program dalam bahasa PHP.
15
Untuk basisdatanya Joomla menggunakan Apache sebagai server web dan MySQL untuk basis datanya.
Gambar 3 Tampilan Halaman Depan dari Instalasi Joomla!