BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia 1. Definisi Batasan lansia (lanjut usia) menurut WHO meliputi, usia pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Depkes, 2002). 2. Perubahan yang dialami lansia Perubahan pada lansia meliputi perubahan fisik-biologis/jasmani, mental-emosional/jiwa,
dan
kehidupan
seksual.
Perubahan
fisik-
biologis/jasmani meliputi: 1) kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat capek dan stamina menurun, 2) sikap badan yang semula tegap menjadi membongkok, otot-otot mengecil, hipotrofis, terutama di bagian dada dan lengan, 3) kulit mengerut dan menjadi keriput, garis-garis pada wajah di kening dan sudut mata, 4) rambut memutih dan pertumbuhan berkurang, 5) gigi mulai rontok, 6) perubahan pada mata : pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea dan lensa menjadi keruh, 7) pendengaran, daya cium, dan perasa mulut menurun, dan 8) pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas Sedangkan perubahan mental-emosional/jiwa meliputi: 1) daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi, 2) sering lupa/ pikun; sering sangat mengganggu dalam pergaulan dengan lupa nama orang, 3) emosi berubah, sering marah-marah, rasa harga diri tinggi, dan mudah tersinggung. (Bustan, 2000).
5
3. Masalah pada lansia Masalah-masalah pada lansia antara lain, mudah jatuh, mudah lelah, kekacauan mental akut, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik, berdeba-debar, pembengkakan kaki bagian bawah, nyeri punggung bawah atau pinggang, nyeri pada sendi pinggul, berat badan
menurun,
mengompol,
gangguan
penglihatan,
gangguan
pendengaran, gangguan tidur, keluhan pusing, keluhan dingin dan kesemutan, serta mudah gatal. (Bandiyah, 2009) 4. Penyakit yang menonjol pada lansia Penyakit yang menonjol pada lansia yaitu: 1) gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai stroke, 2) gangguan metabolik ; DM, 3) gangguan persendian: artrirtis, sakit punggung, dan terjatuh, 4) gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi. (Nugroho, 2000) 5. Pemeliharaan kesehatan Secara umum tindakan-tindakan pencegahan praktis yang kiranya dapat dijalankan adalah sebagai berikut: 1) hindari berat badan yang terlalu berat, 2) kurangi makan dan memilih makanan yang sesuai, 3) olahraga teratur, 4) menghindari penyakit jantung iskemik: merokok, 5) menghindari timbulnya kecelakaan, 6) tindakan mengisi kehidupan,7) mempersiapkan pensiun, 8) melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. ( Setiabudhi & Hardywinoto, 2005) B. Low back pain 1.
Definisi Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subyektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
dan
seterusnya
dapat
nyeri.(Muttaqin, 2008)
6
dianggap
sebagai
modalitas
Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain /LBP ) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. (Sunarto, 2005) LBP adalah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliakal. (Harsono, 2000) 2.
Struktur punggung bawah Garis besar struktur punggung bawah adalah sebagai berikut : a) kolumna vertebralis dengan jaringan ikatnya, termasuk diskus intervetrebalis dan nukleus pulposus, b) jaringan saraf yang meliputi konus medularis, filum terminalis, durameter dan arachnoid, radiks dengan saraf spinalnya, c) pembuluh darah, d) muskulus atau otot skelet. ( Harsono, 2000)
3.
Jenis LBP Menurut asal dan sifat nyerinya LBP dibagi dalam enam jenis, yaitu a) nyeri pinggang lokal, b) iritasi pada radiks, c) nyeri acuan somatic, d) nyeri acuan, e) nyeri karena iskemia, dan f) nyeri psikogen. a. Nyeri pinggang lokal Jenis ini paling sering ditemukan. Biasanya terdapat di garis tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Dapat berasal dari bagian-bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, artikulasio dan ligament. b. Iritasi pada radiks Rasa nyeri yang dapat berganti-ganti dengan parestesi dan terasa pada dermatom yang bersangkutan. Kadang-kadang dapat disertai hilangnya perasaan atau gangguan fungsi motoris. Iritasi dapat disebabkan proses desak ruang yang bisa terletak pada foramen intervertebra atau dalam kanalis vertebra.
7
c.
Nyeri acuan somatis Iritasi serabut-serabut sensoris di permukaan dapat dirasakan di bagian
lebih dalam pada
dermatom yang bersangkutan.
Sebaliknya iritasi di bagian-bagian lebih dalam dapat dirasakan di bagian superfisial. d.
Nyeri acuan Adanya gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau di dalam ruangan panggul yang dirasakan di daerah punggung.
e.
Nyeri karena iskemia Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha. Biasanya disebabkan oleh penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteria iliaka komunis.
f.
Nyeri psikogen Rasa nyeri tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi fasial yang berlebihan. ( Markam, 2000)
4.
Penyebab LBP Beberapa jenis penyebab LBP adalah karena: a) sikap yang salah, b) traumatik, c) proses degeneratif, d) penyakit inflamasi, e) neoplasma, f) kelainan kongenital, g) referred pain, h) psikoneurotik a. Sikap yang salah LBP diakibatkan oleh perubahan pada otot dan ligament daerah lumbal karena kondisi fisik dan mental. Kurang bergerak, selalu duduk dengan posisi tulang belakang lumbal yang melengkung (lordosis), obesitas, konstipasi dan hidup sebagai pemalas merupakan faktor yang lama-kelamaan mengganggu keseimbangan siatik dan kinetik yang dipertahankan oleh sendi posterior, diskus intervertebralis dan ligament tulang belakang lumbal.
8
b. Traumatik Lesi traumatik yang dimaksud adalah lesi akibat trauma besar atu akibat trauma kecil yang terjadi berkali-kali. Karena trauma besar yang sekali dapat timbul insersio otot erector trinsi terbedol, rupture ligament interspinosus, fraktur korpus vertebra lumbal. Sedangkan akibat trauma kecil dapat dijumpai sacro iliac strain dan lumbo sacral strain. c. Proses degeneratif, yaitu spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoporosis. Spondilosis, spondilo artrosis deformans merupakan salah satu sebab umum dari LBP, terutama pada lansia. Nyeri tersebut bertambah pada gerakan pinggang , terutama pada saat melakukan gerakan pinggang setelah berdiam dalam sikap duduk atau baring. HNP, penyebabnya adalah degenerasi diskus dan ligamentum longitudinal akibat stress setiap kali seseorang mengangkat benda berat,dan menegakkan badan secara bertenaga sehingga anunulus fibrosus dapat sobek. LBP pada osteoporosis biasanya diakibatkan kompresi fraktur. Tetapi adakalanya osteoporosis tanpa fraktur ditemukan pada kasus LBP umum. Fraktur kompresi sering timbul karena trauma yang tidak berarti dan tanpa disadari. Batuk, bersin, atau duduk terguncang-guncang sudah dapat menimbulkan fraktur kompresi pada tulang belakang yang osteoporotik. Karena fraktur tersebut biasanya medula spinalis tidak mengalami gangguan apapun, tetapi radiks dapat terjepit sehingga menimbulkan nyeri radikular. Osteoporosis juga sering dijumpai pada wanita tua yang dikenal dengan osteoporosis post menopause. d. Penyakit inflamasi, disebabkan oleh penyakit arthritis dan spondililitis ankilopoetika. Arthritis sakroiliaka non tuberkuloksa nyerinya menjalar radikular sepanjang nervus iskhiadikus. Pada setiap perubahan
9
tubuh damana pelvis ikut bergerak akan dirasakan nyeri, misalnya waktu berbalik ke salah satu sisi, mengangkat badan sewaktu bangun dari sikap duduk dan sebagainya. Biasanya sebelum menderita LBP itu, penderita pernah mendapatkan artrhritis di persendian lain. Spondilitis ankilopoetika jenis strumpell marie menyebabkan keluhan LBP dini. Jenis nyerinya menetap, tidak bertambah karena gerakan dan motilitas tulang belakang lumbah masih cukup baik. Sering menurun dan lebih sering terjadi pada laki-laki. e. Neoplasma Jenis tumor ganas yang yang cenderung bermestatase ke tulang ialah adenokarsinoma mama, prostat, ginjal, paru, dan tiroid. f. Kelainan kongenital Kelainan kongenital pada tulang belakang yang dimaksud adalah spondilolistesis, spondilolisis, spina bifida dan stenosis kanalis vertebralis lumbal. g. Referred pain/ nyeri acuan LBP adakalanya timbul akibat referred pain dari proses patologik di abdomen dan pelvis. Kadang-kadang nyeri tajam di pinggang juga merupakan manifestasi referred pain tersebut. Daerah pinggang merupakan proyeksi referred pain yang bersumber pada batu ginjal, pielonefritis dan sistitis, ulkus ventrikuli, aneurisma aorta abdominalis, karsinoma kolon, pancreatitis, tumor uteri, dan penyakit prostat. h. Psikoneurotik, beban psikis yang dirasakan berat oleh penderita dapat pula bermanifestasi sebagai LBP karena menegangnya otototot. 5.
Manifestasi klinis Manifestasi klinis LBP tergantung dari jenis dan penyebabnya. Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun kronik
10
(berlangsung lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan),LBP memburuk saat berdiri atau duduk, kaku pada pagi hari, nyeri sering merata dan menyebar. Kadang-kadang, dasar organik LBP tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. 6.
Penatalaksanaan LBP a.
Bedrest/ tirah baring Pada saat LBP menyerang, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi tekanan apapun pada tulang belakang. Apabila memungkinkan membaringkan pasien di tempat tidur. Atur posisi yang nyaman (Campbell, 2007). Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan lurus, dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk LBP mekanik akut, fraktur dan HNP. Pada HNP sikap berbaring paling baik ialah dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Trauma mekanik akut tidak perlu lama berbaring, HNP lebih lama, dan kasus fraktur paling lama.
b.
Kompres hangat atau dingin Penggunaan kompres hangat meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri. Kompres es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cidera dengan menghambat proses inflamasi.
c.
Medikamentosa Obat-obatan mungkin perlu diberikan ntuk menangani nyeri akut. Analgetik narkotik digunakan untuk memutus lingkaran
11
nyeri; relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat relaksasi pasien dan otot yang mengalami spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat anti inflamasi seperti aspirin dan NSAID berguna untuk mengurangi nyeri. Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah timbulnya neurofibrosis, yang terjadi akibat gangguan iskemia.Dokter dapat memberikan injeksi kortikosteroid epidural, suntikan infiltrasi otot paraspinalis dengan anestesi local, atau menyuntik sendi faset dengan steroid untuk menghilangkan nyeri. d.
Relaksasi otot Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman.
e.
Traksi Untuk kasus seperti HNP dapat dilakukan pelvic traction. Alat- alat untuk itu di rumah sakis sudah bekerja secara otomatis. Berat anak timbangan yang diperlukan adalah 10-15 kg. Dengan traksi tersebut kedua tungkai bebas bergerak, jadi tidak menjemukan penderita sehingga bisa dilakukan pada masa yang cukup lama bahkan terus-menerus.
f.
Korset lumbosakral Korset digunakan sebagai tindakan jangka pendek. Korset membantu otot relaks, dan mencegah pasien melakukan gerakan yang bisa memperburuk LBP.
g.
Latihan kekuatan dan kelentukan otot punggung/ senam Latihan fisik mencegah kontraktur dan atrofi tak terpakai (disused atrophy) serta untuk melancarkan sirkulasi darah. Untuk golongan orang tua anjuran untuk senam diberikan sebagai terapi pelengkap.
12
Latihan peregangan punggung bawah secara ringan bisa membantu meredakan nyeri dan meningkatkan mobilitas. Anjurkan penderita melakukannya dengan perlahan dan lembut , serta bernafas teratur selama latihan. 7.
Pengukuran nyeri a. Kategorikal/ one dimensional Umumnya pengukuran ini menempatkan
pasien pada
beberapa kategori yang umum dipakai yaitu : tidak ada nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, dan nyeri hebat. Contohnya adalah verbal rating scale. Tidak terdapat nyeri diartikan pasien tidak merasakan nyeri. Nyeri ringan diartikan sebagai nyeri yang umumnya bersifat siklik dan tidak mengganggu aktivitas keseharian. Nyeri sedang bila nyeri bersifat episodik, terdapat masa eksaserbasi. Umumnya nyeri masih dapat ditolerir walaupun pasien membutuhkan analgetikum. Rasa nyeri akan meningkat apabila melakukan aktivitas yang tidak biasa dilakukan. Nyeri hebat adalah apabila pasien dalam melakukan aktivitas kesehariannya merasa nyeri dan mennganggu aktivitasnya. Gambar 2.1 Skala nyeri kategorikal likert No pain
Mild
Moderate
Severe
Worst Possible pai n
Sumber: Setyohadi. (2002) b. Numerikal/ Numerical rating scale Merupakan pengukuran nyeri dimana kepada pasien dimintakan untuk memberikan angka 1 sampai 10. Nol diartikan tidak ada nyeri sedngkan 10 diartikan sebagai nyeri hebat dan tak tertahankan oleh pasien.
13
Gambar 2.2 Skala nyeri numerikal No pain
0
Worst Possible Pain
Moderate
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber: Brunner & Suddarth ( 2002) c. Visual Analogue scale / VAS VAS terdiri dari satu garis lurus sepanjang 10 cm. Garis paling kiri menunjukkan tidak ada rasa nyeri sama sekali, sedangkan garis paling kanan menandakan rasa nyeri yang paling buruk. Kepada pasien dimintakan untuk memberikan garis tegak lurus yang menandakan derajat beratnya nyeri . Pengukuran VAS pada nilai dibawah 4 dikatakan sebagai nyeri ringan; nilai 4-7 adalah nyeri sedang dan diatas 7 dianggap nyeri hebat. Gambar 2.3 VAS No pain
Mi l d
M o d e r a t e
S e v e r e
Extreme Pain
Sumber : Setyohadi, dkk (2002) d. Multi-dimensional Pengukuran dengan skala pada berbagai dimensi yang berbeda. Misalnya skala 3 dimensi yaitu : sensorik, afektif, dan evaluatif. Contohnya adalah MCGill Pain Questioner e. Elektromekanikal Dolorimeter adalah alat yang dipakai untuk kwantifikasi ambang nyeri baik pada sendi maupun jaringan lunak. Kepada pasien dimintakan untuk memberitahukan manakala ambang rasa nyeri tercapai dengan dilakukannya tekanan sebesar 5 pounds per detik atau 2 kg per detik.
14
C. Senam Lansia 1. Definisi Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. (Santosa, 2010) 2.
Manfaat olahraga a.
Perbaikan serta terpeliharanya kesegaran jantung dan sistem pernafasannya
b.
Perbaikan serta terpeliharanya otot, daya tahan dan kelenturannya.
c.
Pengaturan metabolism serta kenaikan berat badannya dapat terkendali
d.
Tekanan darahnya dapat bertahan stabil.
e.
Mencegah terjadinya kehilangan massa tulang.
f.
Turunnya kadar lemak dalam dara, sehingga dapat mengurangi kemungkinan timbulnya serangan penyakit jantung
g.
Dapat memperbaiki kesehatan jiwanya, serta dapat memperbaiki kepercayaan diri
h.
Pembuluh darahnya lebih elastis, tidak cepat menebal atau menyempit.
i.
Dapat terpeliharanya bahkan dapat terjadi perbaikan dari pengambilan oksigen secara maksimal.
j.
Lebih terpeliharanya gula darah dan lain-lain (Margatan, 2000)
3.
Gerakan senam lansia Latihan senam dilakukan secara bertahap. Pada awal latihan setiap gerakan dilakukan 2-3 kali. Bila sudah lancar dapat ditingkatkan menjadi 8-10 kali untuk setiap gerakan. a.
Latihan kepala dan leher 1) Putar kepala ke samping kiri, kemudian ke kanan, sambil melihat ke bahu
15
2) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan, lalu ke kiri b.
Latihan bahu dan lengan 1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan kembali perlahan-lahan 2) Tepukkan kedua telapak tangan dan regangkan lengan ke depan setinggi bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan ke atas kepala 3) Dengan satu tangan menyentuh bagian belakang dan leher, raihlah punggung sejauh mungkin yang dapat dicapai. 4)
Letakkan tangan di pinggang, kemudian coba meraih ke atas sedapatnya
c.
Latihan tangan 1) Letakkan telapak tangan tertelungkup di atas meja. Lebarkan jari-jari dan tekan ke meja. 2) Balikkan telapak tangan. Tarik ibu jari sampai menyentuh jari kelingking, kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari. 3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian regangkan jari-jari selurus mungkin.
d. Latihan punggung 1) Dengan tangan disamping, bengkokkan badan ke satu sisi kemudian ke sisi yang lain. 2) Letakkan tangan di pinggang dan tahan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu ke kiri lalu ke kanan. 3) Posisi tidur terlentang dengan lutut dilipat dan telapak kaki datar pada tempat tidur. Regangkan kedua lengan ke samping. Tahan bahu pada tempatnya dan jatuhkan kedua lutut ke samping kiri dan kanan. 4) Tepukkan kedua tangan ke belakang kemudian regangkan kedua bahu ke belakang.
16
e. Latihan paha dan kaki 1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak atau dengan posisi tidur. Lipat satu lutut sampai dada, lalu kembali lagi. Bergantian dengan yang lain. 2) Regangkan kaki ke samping sejauh mungkin kembali lagi. Kerjakan satu per satu. 3) Duduklah dengan satu kaki lurus ke depan. Usahakan lutut tidak bengkok. 4) Pertahankan kaki tetap lurus tanpa membengkokkan lutut, kemudian tarik/tegangkan telapak kaki kea rah badan dan kemudian lepaskan kembali. 5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakkan/ membengkokkan lutut. 6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki ke dalam sehingga permukaannya saling bertemu, kemudian kembali ke posisi semula f.
Latihan muka 1) Kerutkan muka sedapatnya, kemudian tarik alis mata ke atas 2) Tutup kedua mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar. 3) Kembungkan pipi semampunya, kemudian hisap ke dalam 4) Tarik bibir ke belakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul. (Depkes, 2004)
g.
Latihan pernafasan Duduk dengan punggung bersandar pada bahu rileks. Letakkan kedua telapak tangan pada tulang rusuk bawah. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan, jangan mengangkat bahu, maka dada akan merasa mengembang. Kemudian keluarkan nafas perlahan-lahan.
17
Jika sudah merasa bisa melakukan dengan benar, tidak perlu lagi menahan tulang rusuk bawah dengan tangan. Lakukan berulangulang sampai minimal 10 kali. Latihan ini dapat pula untuk membantu relaksasi pada saat istirahat dalam melakukan latihan lainnya. h.
Latihan relaksasi Latihan relaksasi ini berguna untuk mengendorkan otot-otot yang tegang dan mengendurkan ketegangan pikiran serta mengurangi kecemasan. Posisi tubuh duduk di kursi atau berbaring di lantai. Caranya adalah sebagai berikut : 1) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan otot-otot lengan selama 10 hitungan dan kemudian bukalah genggaman tangan serta kendurkan otot-otot selama 30 hitungan. 2) Kerutkan dahi ke atas dan pada saat yang sama kepala didongakkan ke belakang, kemudian kepala diputar searah jarum jam secara perlahan-lahan sebanyak 2 putaran, kemudian kepala diputar. 3) Kerutkan otot muka, mata ditutup dengan kuat, mulut dimonyongkan ke depan, lidah ditekan ke langit-langit dan bahu ditekukkan ke depan. Pertahankan selama 10 hitungan kemudian kendorkan semua otot-otot. 4) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan selam 10 detik, kemudian kendorkan. 5) Selanjutnya ibu jari sambil mengencangkan betis dan paha selama 10 hitungan kemudian kendurkan selama 10 hitungan. 6) Tariklah nafas secara perlahan-lahan dan sedalam mungkin, pertahankan selama 10 hitungan kemudian keluarkan udara seperlahan mungkin. (Arifin, 2003)
18
C.
Pengaruh senam lansia terhadap penurunan LBP pada lansia Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan. (Darmojo 2000). Salah satu manfaat olahraga adalah perbaikan serta terpeliharanya otot, daya tahan dan kelenturannya. ( Margatan, 2000). Gerakan latihan punggung ada pada senam lansia. (Arifin, 2003). Manfaat dari latihan peregangan adalah mengoptimalkan gerak otot dan sendi, meningkatkan kebugaran jasmani, mengurangi risiko cidera otot dan sendi, dan mengurangi ketegangan dan nyeri otot. (Depkes, 2003)
D.
Kerangka teori Skema 2.1 Kerangka teori Penatalaksanaan LBP: a.
bedrest
b.
kompres hangat atau dingin
c.
medikamentosa
d.
relaksasi otot
e.
traksi
f.
korset lumbosakral
g.
latihan kekuatan dan
LBP
kelentukan otot punggung/ senam
Sumber : Modifikasi Palandri, dkk E.
Kerangka konsep Skema 2.2 Kerangka konsep LBP
Senam lansia
19
LBP
F.
Variabel penelitian 1.
Variabel independen Menurut Notoatmojo (2005), variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan variable tergantung. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah senam lansia.
2.
Variabel dependen Notoatmojo (2005), juga menyatakan variabel dependent adalah variable yang dipengaruhi/ diakibatkan oleh variable bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam variable dependent adalah LBP pada lansia.
G.
Hipotesa Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam rencana penelitian (Notoatmodjo, 2002 ). Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan LBP pada lansia. Ha : Ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan LBP pada lansia.
20
21