5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bata Beton
2.1.1 Pengertian Bata Beton (Batako)
Bata beton (batako) salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan campuran yang berupa pasir, semen, air dan dalam pembuatan tambahan lainnya dapat ditambahkan dengan bahan lainnya (aditive). Pembuatan batako dilakukan pencetakan sehingga menjadi bentuk balok, silinder, atau yang lainnya dengan ukuran tertentu dimana proses pengerasannya tanpa melalui tanpa pembakaran yang digunakan sebagai bahan pasangan untuk dinding.
Mutu batako sangat dipengaruhi oleh komposisi dari penyususn-penyusunnya disamping itu dipengaruhi oleh cara pembuatannya yaitu melalui proses manual (cetak tangan) dan pres mesin. Perbedaan dari proses pembuatan ini dapat dilihat dari kapadatan permukaannya. Batako terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Istilah batako berhubungan dengan bentuk persegi panjang yang digunakan untuk dinding beton. Batako dapat digolongkan menjadi dua kelompok :
Batako padat
Batako berlubang
Gambar 2.1 Batako berlubang dan batako padat Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik dari batako padat dengan menggunakan bahan dan ketebalan yang sama. Batako berlubang memiliki beberapa keunggulan dari batu bata, beratnya hanya 1/3 dari batu bata
Universitas Sumatera Utara
6
dengan jumlah yang sama dan dapat disusun empat kali lebih cepat dan lebih kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata. Di samping itu keunggulan lain batako berlubang adalah tahan terhadap panas dan suara.
Batako merupakan batu cetak yang tidak dibakar, berdasarkan bahan bakunya batako dibedakan menjadi 3 yaitu: batako tras/putih, batako semen, batako ringan.
1. Batako trass/putih Batako putih terbuat dari campuran trass, batu kapur, dan air, sehingga sering juga disebut batu cetak kapur trass. Trass merupakan jenis tanah yang berasal dari lapukan batu-batu yang berasal dari gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecokelatan. Ukuran batako trass yang biasa beredar di pasaran memiliki panjang 20cm–30cm, tebal 8cm–10cm, dan tinggi 14cm–18cm.
Gambar 2.2 Batako trass / putih
2.Batako semen Batako semen dibuat dari campuran semen dan pasir. Ukuran dan model lebih beragam dibandingkan dengan batako putih. Batako ini biasanya menggunakan dua lubang atau tiga lubang disisinya untuk diisi oleh adukan pengikat. Nama lain dari batako semen adalah batako pres, yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pres mesin dan pres tangan.. Di pasaran ukuran batako semen yang biasa ditemui memiliki panjang 36cm– 40cm, tinggi 18cm–20cm dan tebal 8cm–10cm. (Susanta,G. 2007).
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi
Universitas Sumatera Utara
7
lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Sedangkan Frick Heinz dan Koesmartadi berpendapat bahwa: ” Batu-batuan yang tidak dibakar, dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur, air)”.
Gambar 2.3 Batako semen
Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan dinding menurut SNI-3-0349-1989 Mutu
Kuat Tekan minimum (MPa)
I
9,7
II
6,7
III
3,7
IV
2
Berdasarkan SNI 03-0349-1989 tentang bata beton (batako), persyaratan nilai penyerapan
air
maksimum
adalah
25%.(Sumaryanto,
D.
Satyarno,I.
&
Tjokrodimulyo,K. 2009).
3. Batako ringan Teknik bata beton ringan pertama kali dikembangkan oleh “Joseph Hebel” di Jerman pada tahun 1943. Melalui produk Hebel, bata beton ringan pun mendapat julukan “Aerated Lightweight Concrete (ALC)”. Material ini terbuat dari adonan
Universitas Sumatera Utara
8
kapur, pasir, silika, semen, air berikut bahan pengembangan yang dicampur dalam proses “Steam Curing”, yaitu sintesa kimiawi gas hidrogen yang menciptakan poripori kecil pada cetakan adonan bata beton ringan. Meski berbasis beton, namun justru memiliki berat jenis lebih ringan ketimbang material baja, beton bertulang, batu bata, batako, bahkan kayu. Bila beton ringan digunakan sebagai elemen non-struktur seperti dinding partisi, maka beban yang diterima elemen struktural seperti plat, justru dapat mengurangi massa total struktur yang menyebabkan beban menjadi lebih kecil sehingga desain akan menjadi lebih ringan. Selain itu material ini juga memiliki karakter sebagai isolator kebisingan maupun panas yang baik sehingga tidak mudah terbakar sampai lebih dari 3jam.
Ketahanan bata beton ringan terhadap gaya vertikal dan horizontal gempa setidaknya baru-baru ini berhasil diujikan oleh staff pengajar Rekayasa Struktur Fakultas Teknik Sipil (ITB). Melalui pengujian perilaku panel dinding dan lantai Hebel berikut diagframa sambungan terhadap efek lentur, terbukti bahwa panel panel beton ringan sangup menyalurkan beban lentur dan geser gempa. Keunggulan Hebel (Bata beton Ringan) adalah : a. Kuat b. Ringan c. Ekonomis d. Ukuran akurat e. Kedap Suara f. Tahan Lama g. Tahan Panas dan Api h. Hemat Energi i. Mudah Pengerjaan j. Ramah Lingkungan Spesifikasi produk Hebel, terdiri atas : 1. Blok Hebel (Beton ringan dan kuat pengganti batu bata. Memberikan keakuratan, kekuatan, ekonomis, kemudahan dan kecepatan pemasangan, serta kerapian dalam membangun rumah tinggal, gedung komersial, dan bangunan industri).
Universitas Sumatera Utara
9
2. Blok Jumbo (Beton ringan pengganti batu bata dengan ukuran jumbo Memastikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai). 3. Panel Lantai (yang masif dan bertulang merupakan produk pengganti plat lantai beton yang praktis, cepat, dan efisien dan berfungsi
sebagai
lantai.
Tanpa
proses
pengecoran
yang
memungkinkan adanya aktifitas di ruang bawah sewaktu pekerjaan berlangsung, keramik pun juga dapat langsung dipasang diatasnya). 4. Panel Dinding (memberikan banyak keuntungan untuk pemakaian dinding internal maupun eksternal. Dengan pemasangan yang efisien dan hemat). 5. Anak Tangga (berfungsi sebagai pijakan penghubung antar lantai bawah dan lantai atas. Bentuk yang solid dan akurat memudahkan penyusunan dengan tingkat kerapian tinggi serta keragaman penyusunan anak tangga sesuai keinginan dan keterbatasan ruang. Tidak memerlukan balok tangga dan pondasi, cukup menumpu di atas blok Hebel). 6. Lintel Hebel (balok horizontal berupa beton ringan yang solid, mudah dipasang serta mempunyai kemampuan memikul beban, terletak di atas area bukaan dinding seperti pintu, jendela, atau diantara dua kolom). 7. Modular Panel (berukuran seluas modul struktur bidang dinding sangat sesuai untuk fasad dinding bangunan tingkat tinggi, perumahan, komersial maupun untuk sound barrier wall dan dinding pagar. Beratnya yang ringan, hanya 1/3 dari beton pracetak konvensional sehingga mengurangi beban terhadap struktur utama). Ciri – ciri Blok Hebel adalah : a. Ukuran akurat b. Bentuk lurus, tidak lengkung c. Sudut-sudut blok siku d. Permukaan lebih halus, pori-pori lebih rapat. e. Tiga sisi tepi blok tidak bersisik/ rata (sisi atas, bawah, depan) f. Warna putih merata
Universitas Sumatera Utara
10
g. Berat per blok lebih ringan h. Produk lebih varian (blok, jumbo blok, panel, lintel, anak tangga, modular panel) i. Terdapat logo embos Hebel j. Mengapung bila diletakkan di air Contoh bata beton ringan dapat dilihat pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Gambar bata beton (batako) ringan (http://winnerfirmansyah.wordpress.com/2010/01/03/beton-ringan-supportmaterial/)
2.1.2 Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan. Di Indonesia (1982) pasal 6, “Batako adalah bata yang dibuat dengan mencetak dan memelihara dalam kondisi lembab”. Menurut SNI 03-0349-1989, “Conblock (concrete block) atau batu cetak beton adalah komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen Portland atau pozolan, pasir, air dan atau tanpa bahan tambahan lainnya (additive), dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding”. Sedangkan Frick Heinz dan Koesmartadi (1999: 96) berpendapat bahwa: ” Batu-batuan yang tidak dibakar, dikenal dengan nama batako (bata yang dibuat secara pemadatan dari trass, kapur, air)”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang
Universitas Sumatera Utara
11
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan limbah padat industri pulp dreg dan grit dengan campuran bottom ash sebagai bahan pengisi antara campuran tersebut atau bahan tambah lainnya (aditive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding.
2.2
Limbah Padat Pulp Limbah padat pulp adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur
atau bubur yang berasal dari suatu proses pengolahan. Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain, karet/kulit tiruan, plastik, gelas/kaca dan lain-lain. Sumber-sumber dari limbah padat meliputi seperti pabrik gula, pulp, kertas, limbah nuklir, pengawetan buah, ikan, atau daging.
Secara garis besar limbah padat terdiri dari: a. Limbah padat yang mudah terbakar. b. Limbah padat yang sukar terbakar. c. Limbah padat yang mudah membusuk. d. Limbah padat yang dapat di daur ulang. e. Limbah radioaktif. f. Lumpur. (www.scribd.com/doc//pengertian limbah padat)
Pulp (bubur kertas) adalah hasil pemisahan serat selulosa dari bahan pencampur (lignin dan pentosan) pelepasan bentuk bulk menjadi serat atau kumulan serat dengan melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikia, kimia).
Universitas Sumatera Utara
12
Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang berasal dari industri. (Ricki M, Mulia, 2005) Pulp adalah produk utama kayu. Pulp merupakan kumpulan serat-serat yang diambil dari bagian tanaman yang digunakan untuk pembuatan kertas. Kayu sebagai bahan dasar industri kertas mengandung beberapa komponen antara lain: a. Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang yang merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan kertas karena panjang dan kuat. b. Hemiselulosa,
tersusun
atas
glukosa
rantai pendek
dan
bercabang.
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses pulping. c. Lignin, jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selulosa secara signifikan. d. Ekstraktif, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen industri kertas.(Rini,D.S 2002 Minimasi Limbah Dalam Industri Pulp and paper (http://www.terranet.or.id/tulisan detil php id=1036). Proses pembuatan pulp diantaranya dilakukan dengan proses mekanis, kimia, dan semikimia. Prinsip pembuatan pulp secara mekanis yakni dengan pengikisan dengan menggunakan alat seperti gerinda. Proses mekanis yang biasa dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi Groundwood). Pada pembuatan pulp dengan cara mekanis kekuatan dan derajat putih kertas tidak diutamakan sehingga cocok pada pembuatan koran dan tisu.
Proses pembuatan pulp dengan proses kimia dikenal dengan sebutan proses kraft. Disebut kraft karena pulp yang dihasilkan dari proses ini memiliki kekuatan lebih tinggi daripada proses mekanis dan semi kimia, akan tetapi rendemen yang
Universitas Sumatera Utara
13
dihasilkan lebih kecil diantara keduanya karena komponen yang terdegradasi lebih banyak (lignin, ekstraktif, dan mineral). Pembuatan pulp dengan cara kimia kekuatan dan derajat putih kertas lebih diutamakan, cocok untuk kertas tulis (HVS).
Limbah padat pulp adalah limbah yang diperoleh dari sisa-sisa pengolahan industri pulp. Limbah tersebut dalam bentuk padat yang disebut dengan dreg, grit dan biosludge.
1.
Dreg Dreg adalah material padat yang berwarna kehitaman merupakan bahan
endapan dari green liquor yaitu smelt yang dilarutkan dengan weak wash dari lime mud washer. Kandungannya silica dan residu organik yang tidak sempat terbakar dalam boiler. Bahan ini kaya akan karbon karena tidak bereaksi. Dreg mempunyai berat jenis 1,92 g/cm2 . Dreg yang digunakan dalam penelitian adalah dalam bentuk serbuk lolos 100 mesh.dapat dilihat bentuk serbuk lolos 100 mesh.
Gambar 2.5. Serbuk limbah padat pulp dreg
2.
Grit Grit berasal dari proses recoustisizing, yang tidak bereaksi antara green liquor
dan kapur tohor, berwarna abu abu, kandungan utamanya adalah bata dan pasir yang mengandung hidroksida. Grit mempunyai berat jenis 1,88 g/cm2. Grit yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah dalam bentuk serbuk lolos 100 mesh, dapat kita lihat pada gambar 2.2.
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar.2.6. Serbuk limbah padat pulp Grit 3. Biosludge Biosludge merupakan limbah dari proses pembuatan pulp yang berupa campuran dari endapan limbah cair, berwarna coklat kehitaman, kandungan utamanya adalah selulosa dan bakteri yang mati. Biosludge mempunyai berat jenis 1,65 g/cm2.
Gambar 2.7 Serbuk limbah padat pulp biosludge
Universitas Sumatera Utara
15
Komposisi kimia dari biosludge dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini Tabel. 2.2. Komposisi limbah padat pulp biosludge No
Komponen Kimia
Komposisi (%)
1
C
41
2
Na2O
0,21
3
MgO
2,8
4
Al2O3
1,8
5
SiO2
3,8
6
P2O5
0,28
7
SO3
0,84
8
Cl
0,16
9
K2O
0,17
10
CaO
48
11
TiO2
0,073
12
MnO
0,23
13
Fe2O3
0,98
14
NiO
0,008
15
ZnO
0,015
16
As2O3
0,004
17
Rb2O
0,002
18
SrO
0,043
19
ZrO2
0,012
(Sumber : Perdinan Sinuhaji) Limbah Padat pulp yang digunakan peneliti adalah Biosludge. 2.3
Semen Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: semen non hidrolik dan semen hidrolik.
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur. Sedangkan semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di
Universitas Sumatera Utara
16
dalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur hidrolik, semen pozzolan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen Portland pozzolan, semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina dan semen expansif. (Tri Mulyono, 2004) Semen merupakan bahan ikat yang penting dan bnyak digunakan dalam pembangunan fisik desektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregas halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digababungkan dengan agregat kasar akan menjadi beton keras (concrete). 2.3.1 Jenis-Jenis Semen 1. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebirubiruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan berkuat tekan tinggi. Bahan utama pembentuk semen portland adalah : kapur (CaO), silika (SiO3), alumina (Al2O3), magnesium oksida (MgO) dan besi oksida (Fe2O3). Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan persentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I-V. a. Tipe I (Ordinary Portland Cmennt) Semen jenis ini merupakan semen hidrolis yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum, seperti bangunan perumahan, jembatan jalan raya dan lain-lain. b. Tipe II (Moderate heat Portland Cement) Semen ini mempunyai ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. MIsalnya untuk bangunann dipinggir laut, tanah rawa, bendungan dan saluran imigrasi. c. Tipe III (High Early Strenght Portlang cement) Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan bangunann yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan rayam bangunan tingkat tinggi dan Bandar udara. d. Tipe IV (Low heat Portland Cement) Semen ini merupakan semen dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini merupakan khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidrasi
Universitas Sumatera Utara
17
seendah-rendahnya. Jenis ini digunakan untuk bangunan beton massa seperti bendungan-bendungan. e. Tipe V (Shulphato Resistant Portland Cement) Semen jenis ini dipakai untuk kontruksi bangunan-bangunan tanah/air yang mengandung sulfat tinggi dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, kobntruksi dalam air, terowongan, pelabuhan. 2
Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu yang digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing)m atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
3.
Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
4. Mixed dan fly ash adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphoussilika,aluminium oksida, besi oksisda dan oksida lainnnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
2.4
Agregat Agregat merupakan komponen beton yang paling berperan dalam menentukan
besar ukurannya. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60% sampai 80% volume agregat. Jenis agregat dibedakan atas: agregat kasar (kerikil dan batu pecah) dan agregat halus (pasir alami dan buatan). ( Nawy, Edward.G, 1998)
Sifat yang paling penting dari suatu agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain) ialah kekuatan hancur dan ketahan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia, serta ketahanan terhadap penyusutan.
Agregat yang banyak digunakan karena sifatnya yang ekonomis adalah pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil alamiah timbul pada tempat yang dangkal atau terletak di
Universitas Sumatera Utara
18
dasar sungai-sungai maupun sebagai peninggalan ketika es mencair. Agregat merupakan komponen beton atau bata beton yang mempunyai pengaruh terhadap ketahanan bata konstruksi. . (Murdock, L.J & Brook, K.M, 1991).
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam dan agregat buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya , yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregrat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua : yang berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton dan yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40mm. Agregat yang ukurannnya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tangul-tanggul penahan tanah, bronjong, atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah dan lainnya. (Mulyono, 2004).
2.5
Pasir Pasir merupakan agregat halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 mm -5
mm, diperoleh dari batuan alam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan tempat terjadinya. Pasir alam dapat dibedakan atas pasir galian, pasir sungai dan pasir laut.
Umumnya pasir yang digali dari dasar sungai cocok digunakan untuk pembuatan bata konstruksi. Pasir ini terbentuk ketika batu-batu dibawa arus sungai dari sumber air ke muara sungai. Pasir dan kerikil dapat juga digali dari laut asalkan pengotoran serta garam-garamnya (khlorida) dibersihkan dan kulit kerang disisihkan. Jenis pasir dapat dibedakan berdasarkan asal dan sifat pasir:
Universitas Sumatera Utara
19
a. Pasir gunungan, pasir ini ditemukan di daerah-daerah yang terletak agak tinggi. Banyak mengandung kerikil. b. Pasir sungai, jenis pasir ini yang mempunyai butiran yang tak merata. Pasir ini sangat baik untuk membuat mortel (adukan) karena unsureunsur pengikatnya dapat mencekal dengan baik pada permukaan kasar butiran tersebut. c. Pasir laut, jenis pasir ini banyak mengandung kapur karena sisa-sisa kulit kerang. d. Pasir gunungan tepi pantai, pasir ini juga sama dengan pasir laut banyak mengandung kapur. Pasir gunungan tepi pantai adalah apsir yang terbawa angin. Pembulatan butir-butir disebabkan oleh arus laut dan terpaan ombak. e. Pasir perak, pasir ini banyak menamakkan kilapan. Ini banyak digunakan sebagai penghias pada dinding dan langit-langit. f. Pasir lembek, jenis pasir ini merupakan pasir halus dengan butiran bulat, yang sedikit mengandung tanah liat namun banyak mengandung lumpur, dan mengandung air. g. Pasir timah, Pasir ini merupakan pasir yang dihanyutkan oleh air hujan dan sisa-sisa humus berwarna abu-abu timah..
2.6
Air Air yang diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar gatram, minyak gula, aytau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh
Universitas Sumatera Utara
20
kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling. (Mulyono, 2004)
Air yang digunakan dapat berupa air tawar, air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan, yaitu: 1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat, klorida dan bahan lainnya yang dapat merusak beton. Sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. 2. Air yang keruh sebelum digunakan harus diendapkan selama minimal 24 jam atau jika bisa, disaring terlebih dahulu. Tabel. 2.3 Batas dan Izin Air Untuk Campuran Beton Kandungan air pH
Batas yang diizinkan 4,5-8,5
Bahan Padat
2000 ppm
Bahan Terlarut
2000 ppm
Bahan Organic
2000 ppm
Minyak
2 % berat semen
Sulfur
10000 ppm
Chlor (Cl)
10000 ppm (Sumber : Khairul Lakum 2009)
Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Oleh karena itu, air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengerjaan bahan. Tanpa air, konstruksi bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan sempurna.
2.7
Karakterisasi Bahan Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu material maka perlu
dilakukan pengujian. Beberapa jenis pengujian
yang dibahas untuk keperluan
Universitas Sumatera Utara
21
penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (densitas dan daya serap air), pengujian sifat mekanis (kuat tekan, kekerasan dan kuat patah).
2.7.1 Sifat Fisis 2.7.1.1 Densitas Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (v). Secara matematis densitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: ρ = Densitas (gram/cm3) m = Massa sampel (gram) v = Volume sampel (cm3)
2.7.1.2 Daya Serap Air Besar kecilnya penyerapan air pada sampel sangat dipengaruhi oleh pori-pori atau rongga. Semakin banyak pori-pori yang terkandung dalam sampel maka akan semakin besar pula penyerapan airnya sehingga ketahanannya akan berkurang. Pengukuran daya serap air merupakan persentase perbandingan antara selisih massa basah dengan massa kering. Daya serap air dirumuskan sebagai berikut :
Di mana : mb = massa basah benda uji (gr) mk = massa kering benda uji (gr)
2.7.2 Sifat Mekanik 2.7.2.1 Kuat Tekan Kuat tekan suatu material didefinisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failure). Pengujian
Universitas Sumatera Utara
22
kuat tekan dapat dilihat pada gambar 2.2. Bentuk sampel uji biasanya berbentuk silinder. Persamaan untuk pengujian kuat tekan dengan menggunakan Universal Testing Machine adalah sebagai berikut:
Dimana : F = Beban maksimum (N). A = Luas bidang permukaan (m2) =
π 4
(d)2
d = diameter silinder (m).
2.7.2.2. Kuat Patah (Bending Strength) Pengukuran kuat patah (bending strength) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : (Sijabat K, 2007):
σ
f
=
3PL 2bh 2
2.4
Di mana:
σ
f
= Kuat Patah (N/cm2)
P = Beban maksimum yang diberikan (kgf) L = Jarak kedua titik tumpu (cm) b, h = Lebar dan tinggi benda uji (cm).
Universitas Sumatera Utara
23
Skematis pengujian kuat patah dapat dilihat pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Skematis pengujian kuat patah 2.7.2.3. Kekerasan Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force). Kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi (penekanan). Di dunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian kekerasan, yakni: Brinnel, Rockwell, Vickers dan Micro Hardness (jarang sekali dipakai). Pengujian kekerasan yang dipakai pada penelitian ini adalah metode Brinnel yang bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukkan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dari nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers. Untuk semua jenis baja lama pengujian adalah 15 detik sedang untuk material bukan besi lama pengujian adalah 30 detik. Kekerasan menyatakan ketahanan suatu bahan untuk menahan beban atau penetrasi penekanan. Pada metoda Brinnel, sebuah peluru baja ditekankan pada permukaan benda uji yang licin dengan suatu gaya tertentu. Metode Brinnel tidak dapat dipakai untuk bahan-bahan yang sangat keras, oleh karena peluru baja yang dikeraskan itu terlalu banyak berubah bentuknya, yang memberikan hasil yang tidak dapat diandalkan. (G.L.J Van Vliet, 1984)
Universitas Sumatera Utara