BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dibuat oleh Gita, tahun 2007, di Universitas Widyatama Bandung dengan judul : “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM) TERHADAP EFEKTIVITAS PENDAPATAN OPERASIONAL ” ( Studi Survey pada beberapa perusahaan BUMN di Bandung ) Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu: 1. Tempat penelitian Penelitian sebelumnya dilakukan pada beberapa perusahaan BUMN di kota Bandung. sedangkan penelitian ini dilakukan di PT. SANLIT INTI PLASTIK. PT. SANLIT INTI PLASTIK ini merupakan perusahaan industri plastik 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebelumnya menggunakan metode survey, sehingga peneliti sebelumnya tidak hanya meneliti satu perusahaan saja melainkan beberapa perusahaan yan sejenis, sedangkan penelitian ini menggunakan metode kasus sehingga peneliti hanya meneliti dari satu perusahaan saja. 3. Operasional Variabel Pada penelitian sebelumnya yang menjadi variabel dependen adalah efektifitas pendapatan operasional, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini yaitu, kinerja manajemen operasi di PT. SANLIT INTI PLASTIK. Sedangkan untuk variabel independen pada penelitian sebelumnya maupun penelitian ini sama-sama mengenei pengeruh penerapan manajemen mutu terpadu (TQM) 4. Tahun Pengerjaan Penelitian sebelumnya telah dilakukan pada tahun 2007, sedangkan penelitian ini baru dimulai pada bulan September 2008.
2.2
Tinjauan Atas Mutu
2.2.1
Pengertian Mutu Pada dasarnya pengertian mutu itu meliputi suatu pengertian yang sangat luas dan
memiliki arti yang bermacam-macam. Mutu produk atau jasa merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk dapat menguasai pasar, karena kepekaan konsumen akan mutu suatu barang semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah dan jenis produk yang tersedia di pasaran. Untuk memperjelas pengertian mutu, berikut ini terdapat beberapa definisi mutu, antara lain : Goetsch dan Davis dalam buku “Manajemen Mutu Terpadu”, yang diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003;4), menterjemahkan mutu adalah : “Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Sedagkan menurut ISO 1999:2000, pengertian mutu adalah : “Derajat atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan”. Maksud derajat atau tingkat disini berarti selalu ada peningkatan setiap saat, sedangkan karakteristik pada istilah tersebut berarti hal-hal yang dimiliki produk, yang dapat terjadi dari berbagai macam, antara lain : 1. Karakteristik fisik (elektrikal, mekanikal, biologikal) 2. Karakteristik perilaku (kejujuran, kesopanan) 3. Karakteristik sensori (bau, rasa) Dari definisi diatas, kata mutu memiliki banyak pengertian, tetapi pada dasarnya mengacu pada pengertian pokok sebagai berikut : 1. Mutu meliputi usaha untuk memenuhi keinginan pelanggan serta memberikan suatu kepuasan bagi pelanggan atas penggunaan produk yang bersangkutan. 2. Mutu mencalup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. 3. Mutu akan selalu tergantung pada waktu sehingga akan selalu berubah.
2.2.2
Perspektif Terhadap Mutu Menurut David Garvin dalam bukunya “Manajemen Mutu Terpadu” yang
diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003;24), pendekatan mutu itu dikategorikan menjadi lima bagian yaitu : 1. Transcendent ( berdasarkan ), yang berarti bahwa mutu tidak dapat didefinisikan secara tepat karena hanya dapat dirasakan, diketahui, atau dilihat. Suatu perusahaan akan mempromosikan produknya dengan pernyataan seperti tempat yang menyenangkan untuk supermarket; kelembutan dan kebiasaan untuk sabun mandi dan berbagai hal lainnya. 2. Product Based (berdasarkan produk), mutu dianggap sebagai karajteristik atau tingkatan yang dimiliki oleh suatu produk dan dapat diukur. Mutu suatu produk akan berbeda dengan produk lainnya dilihat dari jumlah unsur atau atribut yang dimiliki suatu produk (bersifat objektif) 3. User Based (berdasarkan pengguna), yang mengatakan mutu bergantung pada orang yang memandangnya dimana produk yang dapat memenuhi keinginan dan harapan seseorang secara maksimum (bersifat subyektif). 4. Manufacturing Based (berdasarkan nilainya), mutu disini ditentukan berdasarkan standar yang ditetapkan perusahaan. Jadi kebijakan penerapan standar mutu sudah digariskan sebelumnya oleh perusahaan yang bersangkutan dan perubahan atas standar mutu hanya terjadi jika disertai perubahan kebijakan perusahaan tersebut. 5. Value Based (berdasarkan nilainya), mutu disini dilihat dari kemampuan dari suatu barang untuk menyediakan suatu produk atau jasa dengan biaya yang rendah atau harga yang dapat diterima konsumen. Dalam banyak hal, value based ini lebih banyak ditentukan oleh persepsi konsumen sendiri, ada konsumen yang menganggap bahwa harga yang rendah belum memastikan kualitas produk tersebut jlek. Dan ada juga konsumen yang berani membeli dengan harga yang tinggi berarti kualitasnya terjamin.
2.2.3
Fungsi mutu Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana pada dasarnya terdapat tiga
fungsi utama suatu mutu, yaitu : 1. Pemeriksaan Mutu, yaitu merupakan tindakan untuk mengetahui apakah sesuai dengan standar yang diinginkan. 2. Pengendalian Mutu, yaitu bila tidak sesuai dengan persyaratan pada waktu melalui tahap pemeriksaan mutu maka dilakukan tindakan pengendalian terhadap kondisi tadi. 3. Pemastian Mutu, yaitu mutu tidak dijamin melalui pemeriksaan saja, akan tetapi memerlukan rancangan yang rasional, pelaksanaan operasi, dan prosedur pengendalian mutu yang benar. Mutu dapat dipastikan sedemikian rupa sehingga konsumen yang membeli bebas dari rasa cemas, dalam jangka panjang tanpa kesulitan. 2.2.4
Sumber mutu Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003;34), terdapat empat
sumber mutu yang dapat dijabarka sebagai berikut : 1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. 2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan 3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas kepasar. 4. Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sarana utama. 2.3
Tinjauan atas Manajemen Mutu
2.3.1
Pengertian manajemen Mutu Terpadu (TQM) Manajemen Mutu Terpadu (TQM) pada awalnya diperkenalkan oleh Jepang
dengan istilah Total Quality Control (TQC), sebenarnya tidak ada perbedaan yang mencolok antara TQM dengan TQC, hanya saja penelaahannya berbeda, dimana TQC lebih terfokus pengendaliannya sedengkan TQM berfokus pada manajemennya, sedangkan maksud dan isi keduanya sama. Jepang sendiri telah membuktikan bahwa
mutu merupakan prasyarat utama agar bisa bersaing dalam dunia bisnis. Hal ini telah dibuktikan dengan masuknya perusahaan –perusahaan Jepang ke dunia dengan produk yang murah namun bermutu baik. Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah suatu filisofi yang menghendaki perubahan perilaku pada semua tingkat organisasi dan menaruh perhatian pada pentinggnya kepuasan konsumen, dan pemeriksaan kualitas pada akhir proses, tetapi lebih menitikberatkan pada proses pembentukan kualitas itu sendiri dengan cara menghilangkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada proses produksi. Ada beberapa definisi TQM dari para ahli : •
Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2002;3), TQM didefinisikan sebagai berikut : “Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan”.
•
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2002;9), TQM didefinisikan sebagai : “Manajemen Mutu Terpadu merupakan suatu pengelolaan organisasi secara menyeluruh agar organisasi memperoleh keunggulan pada semua dimensi produk dan jasa yang penting bagi pelanggan dan bahwa mutu mencakup keseluruhan organisasi pada setiap hal yang dilakukan organisasi dan pada akhirnya mutu akan didefinisikan oleh pelanggan”.
•
Menurut
Hansen.Mowen
dalam
Glosarium
(2004;568),
Total
Quality
Manageman adalah: “Pendekatan
yang
memungkinkan
produsen
untuk
bekerja
keras
menciptakan lingkungan yang akan memungkinkan pada pekerja untuk membuat produk sempurna tanpa cacat.” 2.3.2 Unsur “Manajemen Mutu Terpadu” Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah sebuah model perbaikan mutu kualitas yang sifatnya terus menerus (continous improvement). TQM itu mencakup dua komponen, yaitu apa dan bagaimana menjalankan usaha komponen tersebut. Menurut
Goetsch dan Anastasia Diana (2003;15-18), komponen ini memiliki sepuluh unsur utama yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Fokus pada palanggan, yaitu pada filosofi ini konsumen memegang peranan penting baik pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk dan jasa yang disampaikan kepada mereka (meripakan orang yang berada dalam perusahaan dan mempunyai pengaruh pada kinerja pekerjaan tersebut). 2. Obsesi terhadap kualitas, yaitu dalam organisasi yang menerapkan TQM, pelanggan internal dan eksternal menentukan kualitas. Dengan kalitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi dari apa yang telah ditentukan. Hal ini berarti semua karyawan pada setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif “bagaimana kita dapat melakukannya dengan lebih baik?”. 3. Pendekatan ilmiah, diman pendekatan ilmiah ini sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. 4. Komitmen jangka panjang, dimana Manajemen Mutu Terpadu (TQM) merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis, untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penarapan Manajeman Mutu Terpadu ( TQM) dapat berjalan dengan sukses. 5. Kerjasama Tim (Team Work), dalam organisasi yang menerapkan
TQM,
kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antara karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat sekitarnya. 6. Perbaikan system secara berkesinambugan, yaitu setiap produk dan jasa dihasilkan dengan memenfaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu system atau lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu diperbaharui secara erus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.
7. Pendidikan dan pelatihan, dimana dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupaka factor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. 8. Kebebasan yang terkendali, dalam TQM keterlibatab dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting, meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan terlaksana dengan baik. 9. Kesatuan tujuan, yaitu supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan, sehingga dengan gemikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. 10. Adanya
keterlibatab
dalam
pemberdayaan
karyawan,
keterlibatab
dan
pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa dua manfaat utama yaitu : •
Hal ini meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja.
•
Keterlibatan karyawan juga meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggungjawa atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya
Sedangkan unsur-unsur filosofi dari Total Quality Manajement menurut Amin Widjaja Tunggal dalam buku “Manajemen Mutu Terpadu” (2001:10), yaitu sebagai berikut :
Hubungan antara pemasok dengan pelanggan, sudah merupakan suatu kenyataan bahwa setiap karyawan yang ada dalam suatu organisasi merupakan seorang pelanggan. Pelanggan yang demikian ada yang bersifat internal seperti para karyawan yang bekerja didepartemen produksi atau juga yang bersifat eksternal seperti distributor dan konsumen.
Orientasi pencegahan, istilah dari “do it in right the first time” merupakan dasar pemikiran dari kegiatan pencegahan
Apabila manajemen menperhatikan dan memberikan perhatian terhadap motifasi dan kesadaran kerja para karyawan.
Mutu pada sumber, berarti bahwa setiap karyawa adalah orang yang penting bertanggungjawab terhadap hasil pekerjaan. Pandangan ini mengubah bentuk tradisional yang ada, dilana hasil pekerjaan dari seorang karyawan dinilai langsung oleh pengawas dari departemen mutu.
Perbaikan yang berkesinambungan, merupakan suatu usaha terusmenerus, untuk melakkan
perbaikan
didalam
setiap
bagian
organisasi.
Perbaikan
yang
berkesinambungan merupakan suatu filosofi manajemen yang mendekatkan pada tantangan dari produk, agar dapat memperbaiki proses tanpa akhir dalam mencapai suatu kemenengan. 2.3.3
Prinsip-prinsip Manajemen Mutu Terpadu Didalam ruang lingkup Total Quality Management itu mengadung beberapa
prinsip umum yang dapat dijabarkan, dan menurut Irving J. De. Tono prinsip “Total Quality Management” itu diuraikan sebagai berikut : •
Partisipasi aktif seluruh karyawan
•
Komunikasi yang baik berdasarkan data factual dengan menggunakan perhitungan statistik
•
Pendidikan dan pelatihan yang bersifat buttom up
•
Manusia atau karyawan merupakan dasar kebijakan perusahaan
•
Kepuasan pelanggan merupakan orientasi utama
•
Pengendalian mutu Berdasarkan fakta
•
Menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik antara unit usaha sehingga mempertinggi semangat kerja karyawan
2.3.4
Elemen-elemen Majajemen Mutu Terpadu Menurut Vincent Gasperz (2001:26), ada beberapa elemem-elemem Manajemen
Mutu Terpadu yang dapat dijadikan indicator untuk mengukur pengaruh TQM : 1. Prinsip Dasar penerapan TQM Berikut ini prinsip dasar penerapan TQM yaitu : a) Hasil kerja perusahaan yang mampu untuk menghasilkan produk bermutu yang menjadi prioritas utama perusahaan b) Mampu menghasilkan produk tepat pada waktunya. c) Seluruh karyawan dituntut untuk berpartisipasi aktif untuk menjalin kerjasama, komunikasi dan koordinasi yang baik antara unit usaha sehingga mempertinggi semangat kerja karyawan 2. Penyusunan program Seluruh karyawan sebelum melaksanakan kegiatan oprasional perusahaannya menyusun program kerja yang terinci agar kegiatan kerja perusahaan lebih terarah. 3. Prosedur Pelaksanaan Perusahaan harus selalu menjalankan kegiatan oprasionalnya menurut kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Semua kegiatan yang dilaksanakan perusahaan harus mengikiti prosedur-prosedur yang disetujui melalui rapat pimpinan perusahaan. 4. Analisis Pengukuran Perusahaan
harus
merencanakan
dan
menerapkan
proses
pementauan,
pengukuran, analisis dan pengembangan yang dibutuhkan untuk : a) Memperlihatkan kesesuaian produk b) Memastikan kesesuaian manajemen mutu c) Melakukan peningkatan berkelanjutan yang efektif terhadap system manajeman mutu. Ini harus bergantung paa metode yang berlaku, termasuk teknik statistic dan jangkauan pemakainya. Hasil dari analisis pengukuran ini akan menjadi alat komunikasi informasi dan karenanya perlu diterapkan.
5. Laporan hasil kerja Tiap-tiap departemen melaporkan hasil kerjanya kepada pimpinan departemen secara konsisten sesuai dengan waktu yang ditetapkan. 6. Pengukuran efektifitas pendapatan operasi Efektif dapat dikaitkan denan kemapuan perusahaan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan didalam tujuan atau sasaran perusahaan. Oleh karena itu efektifitas dapat diukur dengan membandingkan anggaran pendapatan (sebagai tujuan/sasaran perusahaan) denagn pendapatan yang terealisasi ( sebagai ukuran kemampuan perusahaan untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Sedangkan sub-sub indikator yang merupakan penjelasan dari beberapa indikator yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut: Menurut Vincent Garperz (2001:29) Prinsip Dasar •
Hasil kerja Prioritas ytama perusahaan dalam pencapaian hasl kerja karyawan adalah mutu terbaik yang dapat meningkatkan provitabilitas dan menjamin kesinambungan perusahaan.
•
Waktu Perusahaan merencanakan kegiatan operasionalnya berdasarkan waktu yang telah ditetapkan untuk memperoleh tingkat pendapatan operasi yang tinggi pewrusahaan berupaya untuk melaksanakan pekerjaan tepat oada waktu yang ditetapkan yang sesuai dengan prinsip TQM.
•
Semangat Kerja Sasaran pembentukan TQM adalah untuk mempertinggi semangat kerja karyawan.
Karyawan
dituntut
untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
mewujudkan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan. Penyusunan Program •
Perencanaan strategi Sebelum melakukan kegiatan operasinal perusahaan membuat suatu perencanaan yang terperinci untuk suatu periode tertentu guna
mendapatkan hasil yang optimal. Program kerja yang dijalankan perusahaan merupakan implementasi strategi yang dijabarkan dalam perencanaan strategi. •
Prinsip efisiensi dan efektifitas Dalam melaksanakan kegiatan perusahaan selalu berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas. Prinsip efisiensi dan efektifitas tersebut diwujudkan perusahaan dengan cara bekerjasama dengan pemasok bahan sumber
daya
untuk
melaksanakan
TQM,
sehingga
didalam
pengalokasiannya perusahaan harus menerapkan prinsip efisiensi dan efektifitas untuk menghindari penggunaan sumber daya yang berlebih perusahaan. Prosedur Pelaksanaan •
Perbaikan Prosedur Perusahaan selalu melakukan kegiatn perbaikan yang dipmpin oleh kepala divisi pada tiap divisinya mulai dari prosedur prosedur produksi sampai ke prosedur
pergudangan
dan
akhirnya
sampai
kepelanggan
untuk
pencapaian mutu produk yang terbaik. •
Konfirmasi Berbagai informasi mengenai cara untuk melakukan kegiatan produksi barang, mulai dari perolehan bahan baku sampai barang dipasarkan harus dikonfirmasi tewrlebih dahulu atau mendapat persetujuan dari kepala yang memegang suatu divisi atau departemen.
Analisis Pengukuran •
Evaluasi kerja dan aktivitas Melakukan evaluasi terhadap proses atau aktivitas perusahaan agar lebih efisien dan ekonomis guna pencapain mutu dalam kegiaan produksi perusahaan. Dalam kegiaan evaluasi mutu harus difokuskan pada konsumen dan evaluasinya harus berbasis kepentingan konsumen.
•
Pemeriksaan fisik Pada objek penelitian ini tiap perusahaan mempunyai departemen pemasaran.
Departemen
ini
mempunyai
tugas
untuk
melakukan
pemeriksaan fisik sevara langsug atas pesanan barang yang diterima. Pemeriksaan dilakukan secara rutin guna mengantisipasi kecurangan yang mungkin saja terjadi. Pelaporan Hasil Kerja •
Konsistensi Prinsip perusahaan mengacu kepada konsistensi dan wajar untuk mendapatkan harga, mutu dan proses terbaik.
•
Review hasil kerja dan sasaran Melaporkan semua kegiatan hasil kerja seperti mutu produk yang dikaitkan dengan jam kerja yang digunakan dan memberi saran atau usul kepada pimpinan divisi untuk diadakan tindak lanjut.
2.3.5
Tujuan Manajemen Mutu Terpadu Menurut Grant,R.M.,Shani dan R Krishnan, dalam bukunya “Manajemen
Mutu Terpadu” karangan Fandy Tjiptona dan Anastasia Diana, secara singkat pelaksanaan menejemen mutu terpadu pada sutu organisasi bertujuan untuk : “ Perbaikan mutu produk, jasa dan proses, dimana mutu tersebut diperoleh dengan tingkat biaya yang paling ekonomis”. Ada dua manfaat dari dilaksanakannya Total Quality Management, yaitu : 1.
Internal, yaitu bila mutu diperbaiki, akan didapat produktivitas yang lebih tinggi yang memungkinkan harga yang kompetitif, peningkatan pangsa pasar, dan laba yang tinggi.
2.
Eksternal, yaitu mutu yang lebih tinggi akan meningkatkan kepuasan konsumen, loyalitas konsumen, mendapatkan lebih banyak pembeli sehingga akan meningkatkan pangsa pasar dan laba.
2.3.6
Gugus Kendali Mutu Menurut Amin Widjaja Tunggal, dalam bukunya “Manajemen Mutu Terpadu
Suatu Pengantar” (2001:152), definisi dari gugus kendali mutu adalah : ‘Kelompok-kelompok kecil yang melakukan kegiatan pengendalian dalam peningkatan mutu secara teratur, sukarela dan berkesinambungan dalam bidang pekerjaannya dengan menerapkan teknik-teknik pengendalian mutu”. Manajemen Mutu Terpadu seluruh organisasi yang terlibat dalam perusahaan. Oleh karena itu Gugus Kendali Mutu menjadi penting artinya, karena melalui ektivitas ini perusahaan akan mendapatkan karyawan yang benar-benar menghadapi perkembangan dunia usaha yang dihadapi oleh organisasi. Menurut Amin Widjaja Tunggal, Gugus Kendali Mutu mempunyai tiga tujuan utama yang sangat mendasar, yaitu : 1. Memberikan sumbangan bagi perbaikan dan perkembangan perusahaan. 2. Menghormati harkat manusia dalam usaha untuk mengembangkan diri pribadinya, serta menciptakan tempat kerja yang berarti dan menyenangkan, sehingga setiap karyawan merasa berarti bekerja pada perusahaan tersebut. 3. Membuktikan bahwa kemampuan manusia itu tidak terbatas dan menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang lebih baik yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dapat dilaksanakan. Menurut Amin Widjaja Tunggal, ada beberapa factor penyebab kegagalan Gugus Kendali Mutu, yaitu : •
Kurangnya dukungan dari pemimpin
•
Kurangnya dukungan sumber daya
•
Kurangnya pemahaman konsep Gugus Kendali Mutu
•
Tidak ada program diktat
•
Tujuan program tidak digariskan secara jelas
•
Kurang informasi dan publikasi
2.4
Kinerja Perusahaan
2.4.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen . Mowen (2004;510), adalah : ” Suatu ukuran tentang seberapa konsisten dan baiknya fungsi sebuah produk”. Sedangkan pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;570), adalah : “ Suatu yang ingin dicapai prestasi yang ingin diperlihatkan dan kemampuan kerja “. Menurut Mulyadi (2001;419), penilaian kinerja adalah : “ Penentuan secara periodik efektivitas opresional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Jadi dari ketiga pengertian diatas yang dimaksud dengan kinerja adalah suatu kinerja yang ingin dicapai dalam hal prestasi dan kemampuan kerja suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dengan tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk sehingga pencapai tujuan perusahaan. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Tujuan pokok penikaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan
balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Menurut Mulyadi (2002;420), manfaat dari penilaian kinerja adalah : 1.
Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum
2.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
3.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan efaluasi program pelatihan karyawan
4.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka
5.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan
Penilaian suatu kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilak keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai kinerjanya. Hasil penilaian kinerja dapat digunakan untuk mengedentifikasi kelemahan karyawan dan untuk mengantisipasi keahlian dan keterampilan yang dituntut perusahaan. Hasil penilaian kinerja dapat menyediakan kriteria dalam memilih program pelatihan karyawan dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kesesuaian program pelatihan dengan kebutuhannya. Dengan adanya pengukuran kinerja, maka manajemen puncak akan memperoleh umpan balik mengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya yang dilakukan oleh manajemen bawah. Dengan hal tersebut maka manajemen puncak dapat menilai kinerja tingkat bawah. 2.4.3
Karakteristik Penilaian Kinerja Karakteristik dari pelaporan kinerja dari suatu anggaran menurut Welsch dkk
(2000;410), adalah : 1.
Kinerja diklasifikasikan menurut tanggungjawab yang dibebankan
2.
Hal-hal yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan harus ditentukan
3.
Dibuat pelaporan tepat waktu . Dasar ini akan membawa implikasi bahwa tindakan pengendalian untuk efektif harus dilakukan segera setelah apa yang menyebabkan masalah tersebut. Kegiatan tindak lanjut diijinkan untuk menentukan efektivitas dan tindakan pengendalian serta dasar untuk meningkatkan efisiensi
4.
Penekanan diberikan pada perbandingan antara hasil yang direncanakan dengan aktualnya. Laporan kinerja harus disampaikan kepada manajer untuk bertanggungjawab dan menunjukan hasil aktualnya yang direncanakan dan penyimpangan.
2.4.4
Ukuran dan Penilaian Kinerja Berikut ini ada beberapa ukuran yang digunaka dalam menilai suatu kinerja
menurut Mulyadi (2001;435), yaitu : 1.
Ukuran kriteria tunggal ( Single Criterium ) Adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan suatu ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan cenderung memusatkan usahanya pada kriteria tersebut dan mengabaikan kriteria lain, yang kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya perusahaan.
2.
Ukuran kriteria Beragam ( Multipe Critera ) Adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kriteria beragam merupakan cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja. Berbagai aspek kinerja manajemen dicari ukuran kriteria beragam sehingga seorang manajer diukur kerjanya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria beragam ini adalah agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja .
3.
Ukuran Kinerja Gabungan ( Composite Criteria ) Adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rataratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.
2.4.5
Tahap Penilaian Kinerja Menurut Mulyadi (2001;424), penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap
utama yaitu “ Tahap persiapan dan tahap penilaian ”. Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci : 1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab 2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur kinerja 3. Pengukuran perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk nencegah perilaku yang tidak diinginkan. Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci yaitu ; 1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang ditetapkan dalam standar. 3. Penegakan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan. 2.4.6
Pengertian Kinerja Perusahaan sedangkan pengertian kinerja perusahaan menurut Moh.Pabundu Tika
(2005:122), adalah : “Hasil dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan yang ada dalam perusahaan yang dpengaruhi faktor interen dan eksteren organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan selama periode waktu tertentu” Kinerja perusahaan dapat diukur dengan melihat : 1. Hasil dari fungsi pekerjaan Fungsi pekerjaan yang dimaksud adalah pelaksanaan hasil pekerjaan atau kegiatanseseorang atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya dalam suatu organisasi. 2. Fakfor yang berpengaruh terhadap kinerja. Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja terdiri dari dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja terdiri dari kecerdasaan, keterampilan, motivasi, persepsi peran, kondisi fisik dan
karakteristrik kelompok kerja. Sedangkan pengaruh faktor eksternal antara lain berupa peraturan ketenaga kerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, kondisi ekonomi, kondisi pasar dan lain-lain. 3. Pencapaian tujuan dan periode waktu tertentu Pelaksanaan hasil pekerjaan atau prestasi kerja tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. 2.5 Pengaruh Manajemen Mutu Terpadu terhadap Kinerja Perusahaan Manajemen Mutu Terpadu merupakan sutu usaha perusahaan secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas produk dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi sehingga barang atau hasil produksi dapat dihasilkan dengan sempurna tanpa adanya cacat. Dengan kualitas yang baik diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan konsumen sebagai pengguna akhir dari produk tersebut sehingga tujuan akhir dari perusahaan dapat tercapai. Manajemen Mutu Terpadu ini tidak hanya berfokus pada kualitas produk tetapi semua aspek seperti sumber daya manusianya, manajemen, bahan baku, proses, dan lingkungan dalam perusahaan harus ikut serta dalam pencapaian tujuan tersebut yaitu kinerja perusahaan dalam pencapaian laba. Kinerja perusahaan dianggap penting karena dapat menilai keadaan perusahaan secara menyeluruh dan menilai keberhasilan penerapan manajemen mutu terpadu di perusahaan. Dengan demikian, adanya penerapan Manajemen Mutu Terpadu yang memfokuskan pada kualitas produk, diharapkan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.