BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan suatu proses pengaturan yang dipakai dalam kehidupan pokok maupun kehidupan sekunder, untuk manusia menjalankan aktivitas keorganisasian maupun individu dimana proses tersebut menggunakan metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian pada kegiatan kelompok manusia yang dilengkapi dengan sumber ekonomi atau faktor produksi untuk mencapai tujuan yang telah dicapai sebelumnya. Dalam hal mengarahkan suatu individu atau mayoritas orang-orang ke arah tujuan organisasional atau kelompok manusia. Menurut Hasibuan (2004:3) pengertian manajemen adalah : “Suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Menurut James (2006:4) pengertian manajemen adalah: “Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.”
15
16
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian upaya organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan baik dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Jadi, manajemen sangat diperlukan dalam setiap bidang kegiatan usaha yang melibatkan 2 orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu dengan melalui kerja sama serta dengan memanfaatkan sumber-sumber lain.
2.2
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memainkan peranan penting dalam perkembangan
sebuah perusahaan. Dalam penerapannya, manajemen keuangan tidak dapat berdiri sendiri. Manajemen keuangan selalu berkaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu yang lain seperti akuntansi, ilmu ekonomi mikro dan makro, manajemen pemasaran, manajemen produksi, metode kuantitatif, dan manajemen sumber daya manusia.
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan setiap orang dan perusahaan. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. Untuk memperkuat pengertian manajemen keuangan, maka menurut beberapa ahli manajemen keuangan adalah:
17
Menurut Gitman (2006:4) pengertian manajemen keuangan adalah “Management finance is concerned with the duties of the financial manager in the business firm. Financial managers actively manage the financial affairs of any type of business financial, private and public, large and small, profit seeking and not-for-profit. They perform such varied financial task as planning, extending credit to customers, evaluating purposed large expenditure, and raising money to found the firm’s operation.” Artinya bahwa manajemen keuangan berkaitan dengan kewajiban dari seorang manajer keuangan di suatu perusahaan. Seorang manajer keuangan secara aktif mengelola urusan-urusan keuangan dari semua jenis bisnis, swasta maupun publik, besar maupun kecil, untuk mencari keuntungan maupun tidak. Manajer keuangan melakukan beberapa fungsi keuangan seperti perencanaan, memperluas kredit kepada pelanggan, menilai berbagai pengeluaran, dan menghimpun dana untuk keperluan operasi perusahaan. Sama halnya menurut Martono dan Harjitno (2005:4) mengartikan bahwa: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh.” Menurut Kasmir (2010:5) mendefinisikan: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.” Menurut Sutrisno (2005:2) menerangkan bahwa: “Manajemen Keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.”
18
Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006:4) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurahmurahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba.” Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan dana secara optimal, dan dana yang telah dikumpulkan akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dana tersebut dialokasikan kedalam berbagai bentuk investasi.
2.2.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2001:5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu: 1.
Keputusan Investasi Keputusan
investasi
adalah
bagaimana
manajer
keuangan
harus
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa depan. Investasi akan mengandung banyak risiko dan ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2.
Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan
19
investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat pinjaman jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan pendanaan baik struktur modal maupun struktur finansial. 3.
Keputusan Dividen Dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi yang akan di simpan perusahaan sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yang digunakan sebagai standar dalam memberikan penilaian koefisien keputusan keuangan. Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu mencapai tujuan yang harus dicapai. Menurut Ross et al, (2006:11) tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “The goal of financial management is to maximize the current value per share of the existing stock.”
20
Menurut Husnan (2004:6), tujuan manajemen keuangan adalah : “Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai.” Sedangkan menurut Irawati (2006:4), tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expents atau cost) guna mendapatkan suatu pengembalian keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion.” Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah untuk merencanakan, memperoleh, dan menggunakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan.
2.3
Kinerja
2.3.1 Pengertian Penilaian Kinerja Menurut Inge Barlian dan Ridwan Sundjaja (2004:61) : “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya baik oleh perusahaan maupun manajemen puncak”. Pada dasarnya kinerja merupakan alat pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat dengan perusahaan lain. Selain itu, melalui pengukuran kinerja perusahaan juga dapat memilih strategi yang lebih baik untuk dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan.
21
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu, tujuan pokok organisasi dan dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, terdapat berbagai metode dan cara yang dapat dipilih dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan tersebut. Dalam dunia perbankan, pengukuran tingkat kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja (performance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
22
keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) atau General Acepted Accounting Principle (GAAP). (Fahmi, 2011:2)
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pengukuran kinerja merupakan suatu hal yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian melalui pengukuran kinerja, perusahaan dapat melakukan perencanaan dan dapat memilih strategi yang dapat dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum tujuan suatu perusahaan mengadakan pengukuran kinerja adalah untuk : 1.
Menetapkan kontribusi masing-masing divisi atau perusahaan secara keseluruhan atau kontribusi dari masing-masing sub divisi dari suatu divisi (evaluasi ekonomi atau evaluasi segmen)
2.
Memberikan dasar untuk mengevaluasi kualitas kerja masing-masing manager divisi (evaluasi manajerial)
3.
Memotivasi para manajer divisi supaya konsisten mengoperasikan divisinya sehingga sesuai dengan tujuan pokok perusahaan (evaluasi operasi)
2.4
Laporan Keuangan Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara
keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan
23
membaca laporan keuangan ini adalah pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. (Kasmir, 2003:239) Menurut Fahmi (2011:22) Laporan keuangan adalah : “Suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan.” Sedangkan Sutrisno (2007:9) menyatakan bahwa : “Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (manajemen, pemilik, kreditor, investor, pemerintah dan pihak-pihak lainnya).” Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (asset) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki. Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat seperti di atas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam satu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.
24
2.4.1 Tujuan Laporan Keuangan Hasil akhir dari suatu proses pencatatan keuangan diantaranya adalah laporan
keuangan. Laporan keuangan dapat mencerminkan prestasi dari
manajemen perusahaan pada periode tertentu. Dalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004:4), tujuan laporan keuangan ada tiga, yaitu : 1.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.
Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kebijakan dimasa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan.
3.
Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilaksanakan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya Manfaat laporan keuangan itu sendiri terletak pada interprestasi masing-
masing pemakainya. Pemakaian dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang berkepentingan. Secara luas manfaat laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan, dari hasil analisis tersebut diketahui potensi-potensi dan
25
kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pengguna laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut : 1.
Pengguna eksternal yang terdiri dari : a.
Kreditur dan investor
b.
Pemerintah (eksekutif dan legislatif), Ditjen pajak, Instansi pemerintah terkait lainnya
c. 2.
Masyarakat umum, serikat pekerjaan, pelanggan.
Pengguna internal yang terdiri dari : a.
Manajemen perusahaan
d.
Karyawan perusahaan Dengan demikian laporan keuangan disamping menggambarkan kondisi
keuangan suatu bank juga untuk menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan. Penilaian kinerja manajemen akan menjadi patokan apakah manajemen berhasil atau tidak dalam menjalankan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan.
2.4.2 Analisis Rasio Keuangan Suatu ukuran sangat dibutuhkan oleh seorang analisis dalam melakukan sebuah analisis dan interprestasi sebuah laporan keuangan. Suatu ukuran digunakan untuk menjadi sebuah patokan dalam analisis sehingga akan
26
meminimumkan adanya penyimpangan dalam kegiatan analisis. Dan ukuran yang banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah rasio. Dengan menggunakan sebuah rasio kita mengetahui gambaran kuantitatif dari keadaan suatu perusahaan. Menurut Gitman (2003:49) analisis rasio adalah : “Ratio analysis involves methods of calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s performance.”
Sedangkan menurut Harahap (2004:297) adalah : “Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Pada dasarnya analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua macam perbandingan, yaitu : 1.
Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama. Analisis rasio adalah suatu proses perbandingan beberapa data pada
laporan keuangan untuk dapat memberikan atau menunjukan hubungan yang ada diantara data-data itu. Dengan mengadakan analisa data keuangan dari tahuntahun yang lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaannya serta
27
hasil-hasil yang telah dianggap cukup baik. Menganalisa rasio keuangan bank dapat menggunakan rasio keuangan biasa seperti rasio likuiditas, leverage dan lain-lain ataupun bisa menggunakan rasio yang terdapat dalam mengukur tingkat kesehatan suatu bank, yaitu rasio CAMEL.
2.4.3 Jenis Rasio Keuangan Untuk menganalisis suatu laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara analisis rasio keuangan. Hal ini dilakukan karena menganalisis rasio keuangan untuk mengetahui keadaan suatu perusahaan penggunaannya relatif mudah. Rasio keuangan yang dianalisis pun beragam sesuai dengan tujuannya. Berikut jenis rasio keuangan menurut Husnan dan Pudjiastuti (2007:70) berdasarkan tujuan pengukurannya, yaitu : 1.
Rasio likuiditas, yaitu rasio yang tujuannya untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2.
Rasio leverage, yaitu rasio yang tujuannya untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
3.
Rasio aktivitas, yaitu rasio yang tujuannya untuk mengukur tingkat efektivitas pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam perusahaan.
4.
Rasio profitabilitas, yaitu rasio yang tujuannya untuk menunjukkan ukuran tingkat efektivitas dari manajemen seperti ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi.
28
5.
Rasio pertumbuhan, yaitu rasio yang tujuannya untuk menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonomi ditengah pertumbuhan ekonomi dan sektor usaha.
6.
Rasio penilaian, yaitu rasio yang tujuannya untuk memberikan ukuran kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usaha di atas biaya investasi.
2.5
Tingkat Kesehatan Bank Tingkat kesehatan bank bisa digunakan sebagai salah satu pemantauan
kebijaksanaan bank sentral terhadap bank umum. Konsekuensi dari tidak terpenuhinya persyaratan untuk dapat disebut sebagai bank sehat tidak hanya menyempitnya keleluasaan yang dimiliki bank. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan atau kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional. Dari sisi kualitatif dilihat dari pengelolaannya, sejarahnya dan pemiliknya, sedangkan kuantitatif dapat dilihat dari score tertentu. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan
29
bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan
tersebut.
Hasil
analisis
laporan
keuangan
akan
membantu
mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu capital, asset, management, earning dan liquidity yang biasa disebut CAMEL. Aspek-aspek tersebut menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank.
2.5.1 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Komponen masing-masing faktor dalam penilaian CAMEL diantaranya : 1.
Aspek Permodalan (Capital) Capital merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan
kemajuan bank sebagai upaya untuk tetap menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian sebagai akibat dari pergerakan aktiva bank yang sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga atau masyarakat. Modal berfungsi untuk membiayai operasi, sebagai instrument untuk mengatisipasi rasio, dan sebagai alat untuk ekspansi usaha. Penelitian aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk
30
mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Penilaian kuantitatif terhadap permodalan dapat dilihat dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. (Kasmir, 2007:275) Besarnya nilai CAR dapat dihitung melalui rumus: CAR =
Modal Bank x 100% Total ATMR
Perhitungan Capital Adequacy ini didasarkan atas prinsip bahwa setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamannya.
2.
Aspek Kualitas Asset (Asset Quality) Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005:76) pengertian kualitas
aktiva, yaitu : “Penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset dengan membandingkan antara kredit tidak lancar dengan kredit yang diberikan.” Asset quality menunjukan kualitas aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat pemberian kredit dan investasi dana bank pada
31
portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai kualitasnya dengan menentukan tingkat kolektibilitasnya, yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet. Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari assets management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris). Ada empat macam aktiva produktif atau aktiva yang menghasilkan (earning assets), yaitu: a.
Kredit yang diberikan
b.
Surat-surat berharga
c.
Penempatan dana pada bank
d.
Penyertaan Keempat jenis aktiva di atas kesemuanya menggunakan excess reserve
sehingga dengan memperhatikan bahwa sumber dana terbesar untuk penempatan aktiva itu adalah berasal dari dana pihak ketiga dan pinjaman, maka risiko yang mungkin timbul atas penempatan/alokasi dana tersebut harus diikuti dan diamati terus melalui analisis-analisis risiko. Semua dalam usaha menanamkan dana tersebut mengundang risiko dimana tidak terbayar kembali atas kredit yang telah diberikan. Sementara itu penanaman dalam bentuk kredit merupakan bagian terbesar dari aktiva operasional dan aktiva secara keseluruhan. Karena itu pengamatan dan analisis tentang bagaimana kualitas dari aktiva produktif harus dilakukan terus menerus. Penilaian kuantitatifnya dapat diukur dengan rasio NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi
32
rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL =
3.
Kredit bermasalah × 100% Total kredit
Aspek Kualitas Manajemen (Management) Menurut Sawir (2003:34) Aspek manajemen menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Management quality (kualitas manajemen) menunjukan kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Penilaian kuantitatifnya dapat diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas manusianya dalam mengelola bank. Kualitas manusia juga dilihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani berbagai kasus yang terjadi. Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan. Penilaian manajemen permodalan dapat diukur dengan menggunakan rumus: NPM =
Laba Bersih × 100% Pendapatan Operasional
33
4.
Aspek Rentabilitas Bank (Earnings) Menurut Kasmir (2010:44) Earnings merupakan aspek yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Kegunaan aspek ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat di atas standar yang telah ditetapkan. Earnings (Rentabilitas) menunjukan tidak hanya jumlah kualitas dan trend earning tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan kualitas earning. Penilaian kuantitatif terhadap earnings dapat diukur melalui rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ROA =
Laba sebelum pajak x 100% Rata − rata total asset
34
5.
Aspek Likuiditas (Liquidity) Aspek likuiditas merupakan Kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai
sumber
likuiditasnya.
(Kasmir,
2010:44).
Likuiditas
menunjukan ketersediaan dana dan sumber dana bank pada saat ini dari masa yang akan datang. Pengaturan likuiditas bank terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Aspek Likuiditas ini dapat diukur melalui rasio Loan to Deposit Ratio (Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin rendah rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: LDR =
Total kredit × 100% Total dana pihak ketiga
Yang dimaksud dengan dana yang diterima bank dalam faktor likuiditas untuk penilaian tingkat kesehatan bank disini adalah meliputi KLBI, giro, deposito, tabungan masyarakat, pinjaman bukan dari bank dan tidak termasuk pinjaman subordinasi, deposito dan pinjaman dari bank lain, surat berharga yang diterbitkan bank, modal inti dan modal pinjaman.
35
2.6
Pengertian Akuisisi Akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris),
secara harfiah akuisisi mempunyai makna
membeli atau mendapatkan
sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang telah dimiliki sebelumnya.
Dalam teminologi bisnis
akuisisi dapat
diartikan sebagai
pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. (Moin, 2010:9). Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:22) pengertian akuisisi adalah: “Akusisi adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas asset neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquirce) dengan memberikan asset tertentu mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.” Dalam PSAK No.22 mendefinisikan akuisisi sebagai suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya perusahaan pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan terakuisisi. Kendali perusahaan yang dimaksud dalam pengendalian adalah kekuatan untuk:
36
1.
Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
2.
Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
3.
Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi. Pengendalian
ini
yang
memberikan
manfaat
kepada
perusahaan
pengakuisisi. Akuisisi berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakusisi. Beralihnya kendali berarti pengakuisisi memiliki mayoritas saham-saham berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukan atas kepemilikan lebih dari dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa walaupun memiliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi juga bisa dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun bisa juga pemilik dari 51 persen tidak tau belum dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika dalam anggaran dasar perusahaan menyebutkan lain. Akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk (pengakuisisi) dan perusahaan anak (terakuisisi) dan selanjutnya kedua memiliki hubungan afiliasi. Dari penjelasan di atas dapat digambarkan menjadi suatu skema atas akuisisi sebagai salah satu strategi.
37
Gambar 2.1 Skema Akusisi
2.6.1 Klasifikasi Berdasarkan Obyek Akuisisi Menurut Moin (2010:42) Klasifikasi berdasarkan obyek dibedakan atas akuisisi saham dan akuisisi asset, yaitu : 1.
Akusisi Saham Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual sahamsaham mereka kepada pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan
38
atau tanpa melakukan penyetoran atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen dan jalannya perseroan. 2.
Akusisi Aset Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akusisi parsial. Akusisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan: a.
Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.
b.
Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham-saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.
39
2.6.2 Motif Akuisisi Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif nonekonomi Moin (2004 : 53). Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen perusahaan. 1.
Motif Ekonomi Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif manajemen keuangan, adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akusisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implentasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi akuisisi yang lain meliputi: a.
Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru.
b.
Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang.
c.
Memperoleh individu-individu sumberdaya manusia yang profesional.
d.
Membangung kekuatan pasar.
40
2.
e.
Memperluas pangsa pasar.
f.
Mengurangi persaingan.
g.
Mendiversifikasi lini produk.
h.
Mempercepat pertumbuhan.
i.
Menstabilkan cash flow dan keuntungan.
Motif Sinergi Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan Akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung
sedemikian
rupa
sehingga
gabungan
aktivitas
tersebut
menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Bentuk-bentuk sinergi disajikan berikut ini: a.
Sinergi Operasi Sinergi operasi (operating synergy) terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan
secara
optimal
sumberdaya-sumberdaya
perusahaan.
Sehingga dengan adanya akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapakan perusahaan dapat memasarkan produknya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya masih idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar. Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula masih menganggur.
41
b.
Sinergi Finansial Sinergi finansial (Financial synergy) dihasilkan ketika perusahaan hasil akuisisi memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin besar. Perusahaan memliki struktur permodalan yang kuat dan size yang besar akan diberi kepercayaan dan kepercayaan yang positif oleh publik. Kondisi seperti ini akan memberikan dampak positif bagi perusahaan karena semakin meningkatnya kepercayaan pihak lain seperti lembagalembaga keuangan sehingga mereka bersedia meminjamkan dana. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dari publik seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan publik.
c.
Sinergi Manajerial Sinergi manajerial (managerial synergy) dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau ketika secara bersama-sama mampu memanfaatkan kapasitas know-how yang mereka miliki. Manajemen yang seperti ini mampu bersinergi dalam mengambil keputusan-keputusan strategik. Transfer
42
kapabilitas terutama sekali terjadi ketika sebuah perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang lebih baik akuisisi dengan perusahaan lain yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus. Perusahaan yang superior dalam suatu industri seringkali memiliki sumber daya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain di industri yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang bagus perlu pembelajaran internal (internal learning) melalui akuisisi dengan perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial. d.
Sinergi Teknologi Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjadi misalnya pada departemen riset dan pengembangan, departemen disain dan engineering, proses manufacturing, dan teknologi informasi.
e.
Sinergi Pemasaran Perusahaan yang melakukan akuisisi akan memperoleh manfaat dari semakin luas dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyak konsumen yang bisa dijangkau.
3.
Motif Diversifikasi Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti
43
(core competence). Di samping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang. 4.
Motif Non-Ekonomi Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat nonekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. a.
Motif Hubris Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa akuisisi semata-mata didorong oleh motif “ketamakan” dan kepentingan pribadi para eksekutif perusahaan. Alasannya adalah menginginkan ukuran perusahaan yang lebih besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin besar kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan aktualisasi diri. Dalam hipotesis ini menerangkan alasan mengapa manajer bersedia membayar premium yang sangat tinggi terhadap perusahaan target. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan diri yang berlebihan terhadap prospek perusahaan yang diakusisi.
b.
Ambisi pemilik Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai sektor bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada
44
untuk membangun “kerajaan bisnis”. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik perusahaan memiliki kendali dalam pengambilan keputusan perusahaan.
2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Aktivitas Akuisisi Alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi adalah ada “manfaat lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik, keunggulan dan manfaat akuisisi menurut Moin (2004:312) antara lain adalah: 1.
Mendapatkan cash flow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
2.
Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
3.
Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4.
Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
5.
Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
6.
Mengurangi risiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
7.
Menghemat waktu untuk memasuki untuk memasuki bisnis baru.
8.
Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat. Di samping memiliki keunggulan, akuisisi juga memiliki kelemahan
sebagai berikut: 1.
Proses integrasi yang tidak mudah.
2.
Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
45
3.
Biaya konsultan yang mahal.
4.
Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5.
Biaya koordinasi yang mahal.
6.
Seringkali menurunkan moral organisasi.
7.
Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.
8.
Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
2.6.4 Langkah-langkah Akuisisi Dalam proses melakukan akuisisi terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan sebelum, dalam, maupun setelah akuisisi terjadi. Langkah-langkah yang harus diambil dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
Pre-acquisition Pre-acquisition dalam hal ini merupakan keadaan sebelum akuisisi dimana dalam tahap ini, tugas dari seluruh jajaran direksi maupun manajemen kedua atau lebih perusahaan untuk mengumpulkan informasi yang kompeten dan signifikan untuk kepentingan proses akuisisi perusahaan-perusahaan tersebut.
2.
Acquisition stage Pada saat perusahaan-perusahaan tersebut memutuskan untuk melakukan akuisisi, hal yang harus dilakukan oleh mereka untuk pertama kalinya dalam tahapan ini adalah menyesuaikan diri dan saling mengintergrasikan diri dengan partner mereka agar dapat berjalan sesuai dengan partner mereka.
46
3.
Post- acquisition Pada tahapan ini, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan. Langkah pertama (1) yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan restrukturisasi, dimana dalam akuisisi, sering terjadinya dualism kepemimpinan yang akan membawa pengaruh buruk dalam organisasi. Langkah kedua (2) yang akan diambil adalah dengan membangun suatu kultur baru dimana kultur atau budaya baru perusahaan atau dapat juga merupakan budaya yang sama sekali baru bagi perusahaan.langkah ketiga (3) yang diambil adalah dengan cara melancarkan transisi, dimana yang harus dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu kerjasama, dalam berupa tim gabungan ataupun kerjasama mutual.
2.6.5 Proses Akuisisi Pemahaman penting proses akuisisi merupakan suatu faktor penting terutama karena pengambilalihan untuk pembelian suatu unit bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas mengenai prospek dan sasaran yang akan dicapai. Menurut Moin (2003:15) pada prinsipnya akuisisi dilakukan berdasarkan kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak tanpa adanya unsur pemaksaan dari salah satunya. Proses ini diawali dengan negoisasi terlebih dahulu antara
47
kedua belah pihak yang diwakili oleh manajemen atau direksi masing-masing perusahaan. Langkah negoisasi ini merupakan tahap awal dari keseluruhan proses akuisisi. Jika masing-masing direksi setuju, selanjutnya mereka membuat rencana akuisisi yang memuat tentang rancangan anggaran dasar perusahaan hasil perusahaan yang akuisisi, tata cara penyelesaian hak dan kewajiban pihak ketiga, tata cara konversi saham atau metode pembayaran, penyelesaian pemegang saham yang menolak akuisisi, dan estimasi lama proses akuisisi. Selanjutnya masingmasing direksi membuat rancangan akuisisi dan diminta persetujuan kepada komisaris melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) masing-masing perusahaan.
2.6.6 Karakteristik Akuisisi Pengambilalihan perusahaan menurut Moin (2003:42) dapat dilakukan dengan dua cara yakni : 1.
Pengambilalihan secara ramah atau bersahabat (friendly takeover) Masing-masing pihak secara “suka sama suka” setuju atas pengambilalihan ini yakni perusahaan pengakuisisi dengan perusahaan target yang akan dibeli, kemudian melakukan negoisasi dengan manager perusahaan target. Setelah terjadi kesepakatan kemudian dilaksanakan pembelian perusahaan tersebut.
48
2.
Pengambilalihan secara paksa (hostile takeover) Pengambilalihan terjadi secara paksa oleh perusahaan yang berskala lebih besar dan kuat terhadap perusahaan yang lebih kecil dan lemah yang berada pada situasi seperti itu.
2.6.7 Dampak Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Bank Dampak akuisisi terhadap kinerja bank dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Menambah value added Dengan akuisisi meningkatkan nilai tambah perusahaan, artinya jumlah nilai yang menggambarkan pendapatan dari sebuah bisnis (atau bagian dari bisnis) lebih besar dari biaya masuknya/input (biaya operasional ditambah keuntungan)
2.
Meningkatkan sinergi Akuisisi juga dapat meningkatkan sinergi, artinya bahwa nilai, gabungan kedua perusahaan tersebut lebih besar dari penjumlahan nilai masing-masing.
3.
Meningkatkan rasio keuangan Rasio keuangan merupakan indikator yang penting untuk mengetahui kesehatan dan posisi relatif perusahaan. Rasio merupakan bentuk matematis sederhana yang menyatakan hubungan suatu item dengan item yang lain yang merupakan perbandingan antara suatu item dengan item lain.