BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut Tambunan (2009:10), definisi dan konsep UMKM berbeda menurut setiap
negara. Oleh karena itu, memang sulit membandingkan pentingnya atau peran UMKM antar negara. Tidak ada kesepakatan umum dalam membedakan sebuah usaha mikro dan usaha kecil atau sebuah usaha kecil dari sebuah usaha menengah, dan yang terakhir ini dari sebuah usaha besar. Bahkan dibanyak negara, definisi UMKM berbeda antar sektor, misalnya di Thailand, India dan Cina, atau bahkan berbeda antar lembaga atau departemen pemerintah, misalnya; Indonesia dan Pakistan. Selanjutnya, di Indonesia definisi UMKM di atur dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Dalam bab I (ketentuan umum) pasal I dari UU tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagai mana di maksud dalam UU tersebut. Sedangkan usaha menengah adalah Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang di miliki, di kuasai, atau menjadi baguian, baik langsung maupun tidak langsung, dan Usaha Mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha menengah sebagai mana dimaksud dalam UU tersebut. Didalam UU tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria ini, menurut UU itu, usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki nilai aset paling banyak Rp. 50 juta atau dengan hasil penjuaalan tahunan paling besar Rp. 300 juta; usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta rupiah hingga maksimum Rp 2. 500.000.000,00; dan usaha menengah adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp 10 milyar atau memiliki hasil penjualan tahunan diatas Rp. 2 milyar 500 juta sampai paling tinggi Rp 50 milyar
( Tambunan, 2009:16).
B.
Komoditi Jagung
Menurut Rukmana( 1997:11), prospek usaha tani tanaman jagung cukup cerah bila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis. Permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan. Faktor pendukung untuk meningkatkan produksi jagung nasional antara lain adalah faktor keunggulan komparatif sumberdaya alam, terutama ketersedian lahan. Keadaan agroekologi Indonesia yang beriklim tropis amat cocok untuk pengembangan budidaya jagung. Disamping itu, ketersedian lahan diwilayah nusantara masih sangat luas. Produksi utama tanaman jagung adalah biji. Biji jagung merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun non pangan. Selanjutnya, produksi sampingan berupa batang, dan kelobot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak ataupun pupuk komopos. Tongkol jagung amat muda yang disebut jagung semi (baby corn) sudah umum diperdagangkan di pasar-pasar tradisional. Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack), brondong (pop corn), emplek, jenang, dan lepek jagung serta aneka pangan lainnya. Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran, dan bahan baku industri makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5 %, protein 10,0 %, lemak 4,0 %, karbohidrat 61,0 %, gula 1,4 %, pentosan 6,0 %, serat kasar 2,3 %, abu 1,4 %, dan zat-zat lain 0,4 %, komposisikimia dari bagian-bagian biji jagung disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi kimia Jagung (% Bobot Kering) No 1. 2. 3. 4. 5.
Komponen Protein Minyak Karbohidrat (bebas n) Serat kasar Mineral
Lapisan Luar 6,2 1,5 74,1 17,0 1,2
Lembaga 21,0 32,0 34,0 2,9 10,1
Endosperm 11,0 1,5 86,5 0,0 0,5
Sumber : Rukmana, 1997
Mencermati kandungan dan komposisi kimia tersebut jagung selain merupakan sumber kalori, juga pensuplai nutrisi untuk memperoleh keseimbangan gizi penduduk. Kandungan gizi jagung disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Kandungan Gizi Berbagai Macam Produk Jagung Dalam 100 Gram Bahan No
Kandungan Gizi
Banyaknya Kandungan Gizi Dalam
JSK 1. Kalori (kal) 140.00 2. Protein (g) 4.70 3. Lemak (g) 1.30 4. Karbohidrat (g) 33.10 5. Kalsium (mg) 6.00 6. Fosfor (mg) 118.00 7. Zat Besi (mg) 0.70 8. Vitamin A (SI) 435.00 9. Vitamin B1 (mg) 0.24 10. Vitamin C (mg) 8.00 11. Air (g) 60.00 12. Bagian yang dapat 90.00 dimakan (%)
JKPB 307.00 7.90 3.40 63.60 9.00 148.00 2.10 440.00 0.33 0.00 24.00 90.00
JGK 361.00 8.70 4.50 72.40 9.00 380.00 4.60 350.00 0.27 0.00 13.10 100.00
MZ 343.00 0.30 0.00 85.00 20.00 30.00 1.50 0.00 0.00 0.00 14.00 100.00
TJK 335.00 9.20 9.20 73.70 10.00 256.00 2.40 510.00 0.38 0.00 12.00 100.00
Sumber : Rukmana 1997
Keterangan : a. JSK (Jagung Segar Kuning), b. JKPB (Jagung Kuning Pipilan Baru), c. JGK (Jagung Giling kuning), d. MZ (maizena), dan e. TJK (tepung Jagung Kuning). Perbedaan kandungan gizi jagung kuning dan jagung putih hanyalah pada nutrisi vitamin A. Jagung putih pada umumnya tidak mengandung vitamin A. Hasil ikutan atau limbah jagung berupa katul (bekatul) jagung mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap yaitu, tiap 100 gram bahan terdiri dari atas kandungan kalori 356.0 kal, protein 9,0 g, lemak 8,5 g, karbohidrat 64,5 g, kalsium 200 mg, fosfor 500 mg, zat besi 10 mg, vitamin B1 1,2 mg, air 12 g, dan bagian yang dapat dimakan 100 %. Di Indonesia jagung umumnya dibudidayakan untuk keperluan pemenuhan bahan pangan dan non pangan. Produk olahan jagung yang mulai diperdagangkan antara lain adalah berondong jagung, keripik jagung dan emping jagung (Rukmana, 1997:16). Sumber genetik (plasma nutfah) tanaman jagung berasal dari benua Amerika. Bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh 4.500 tahun yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Literatur lain menyebutkan bahwa jagung tumbuh subur di kawasan Meksiko, kemudian menyebar ke Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Christoper Colombus, penemu benua Amerika tahun 1942, berjasa menyebarkan jagung ke benua Eropa. Pusat penyebaran pertama di Eropa, antara lain adalah Spanyol, Portugal, Prancis, Italia dan sampai ke Afrika Utara. Di Indonesia tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia pada mulanya terkonsetrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Madura. Selanjutnya tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar Pulau Jawa. Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum. Distribusi penanaman jagung terus meluas diberbagai Negara di dunia karena tanaman ini mempunyai
daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun tropik. Indonesia merupakan Negara penghasil jagung terbesar di kawasan Asia Tenggara, maka tidak berlebihan Indonesia mengancam swasembada jagung (Rukmana, 1997:19).
C.
Pengembangan Produk Produk didefinisikan sebagai berikut : produk yaitu setiap apa saja yang ditawarkan
dipasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan (Sumarni dan Soeprihanto, 1995) dalam (Imran, 2012). Pengembangan suatu produk harus didasari oleh pertimbangan adanya pembagian produk, yaitu ada 3 (tiga) bagian: 1.
Produk inti ( Core Product) Disini harus diketahui apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh konsumen. Setiap produk
tentu memiliki manfaat serta ciri-ciri tertentu. Dalam hal ini penjual dapat menjual manfaat tersebut bukan ciri-ciri produk. Produk inti terdiri unsur layanan atau manfaat inti. 2.
Produk berwujud (Tangible Product) Perusahaan harus berusaha untuk mengubah produk inti menjadi produk berwujud
(Tangible Product). Misalnya, komputer, buku. Dalam produk berwujud ini terdapat lima ciri, yaitu : tingkat mutu produk, model produk, merek produk, ciri-ciri produk dan kemasan (pembungkus). 3.
Produk Tambahan (Augmented Product) Perusahaan harus dapat menawarkan manfaat dan pelayanan tambahan. Dapat di
berikan contoh : garansi, pengiriman barang kerumah. Dalam produk tambahan ini terdapat empat unsur yaitu : instalasi, jaminan, penyerahan dan kredit dan pelayanan purna jual. Ternyata persaingan dewasa ini lebih menuju kearah yang dapat ditambahkan perusahaan pada produk yang dibuatnya dalam bentuk kemasan, iklan, pelayanan syarat penyerahan barang dan sebagainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus menemukan suatu cara untuk dapat melakukan tambahan pada produk yang ditawarkan. Selanjutnya, untuk menambah nilai suatu produk maka perusahaan dapat memberikan suatu merek pada produk yang akan dijualnya. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau kombinasi dari semuanya untuk mengidentifikasi produk/ jasa dari seorang penjual agar dapat dibedakan dengan produk/jasa lain. Tujuan merek adalah selain untuk membedakan produk satu dengan yang lain di pasar, pemberian merek bertujuan agar
konsumen mudah mengingat produk/jasa dari suatu perusahaan yang pernah dan akan dibelinya. Merek terbagi atas: (a) Nama merek merupakan bagian dari suatu merek yang di ucapkan,(b) Tanda merek merupakan bagian dari suatu merek yang dapat dikenali tetapi tidak dapat di ucapkan, jadi ini berupa simbol dengan desain tertentu, (c) Merek dagang yaitu bagian dari suatu merek yang mendapat perlindungan hukum karena mampu memperoleh hak secara ekslusif, (d) Hak cipta adalah hak sah eksklusif untuk memproduksi, menerbitkan dan menjual bahan, bentuk tulisan atau karya seni. Kemudian
hal yang perlu di perhatikan dalam penjualan produk yaitu masalah
pemberian pembungkus atau kemasan. Dalam kenyataan lebih banyak pembeli atau calon pembeli tertarik pada kemasan yang menarik. Suatu kemasan dapat memegang peranan penting apabila produk itu merupakan benda kecil bentuknya, seperti permen, obat-obatan , roti dan lain-lain. Pembungkus akan kecil peranannya apabila barang barang itu bentuknya besar, seperti meubel, mesin jahit, mobil dan sebagainya. Terdapat tiga (3) jenis kemasan/ pembungkus: (a) Kemasan primer, yaitu bungkus yang langsung menyentuh produk seperti, kaleng untuk susu bubuk, botol untuk sirup atau obat batuk, (b) Kemasan sekunder, adalah bahan yang melindungi kemasan primer. Biasanya bungkus ini akan di buang jika produk akan digunakan . Misalkan kardus sebagai pembungkus obat batuk. Sering kali juga di gunakan sebagai perlindungan tambahan sekaligus untuk promosi, (c) Kemasan pengiriman, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan dan mengirim produk. Misalnya satu kotak besar berisi 24 buah teh dalam karton. Sering kali ditemukan suatu label pada produk. Label merupakan bagian dari kemasan dan merupakan informasi tercetak tentang produk. Sesudah produk di distribusikan ke pasar, maka harapan penjual atau perusahaan adalah agar produk tersebut mendapat pasaran yang baik, yaitu mencapai penjualan yang tinggi dan dapat bertahan lama meskipun demikian perusahaan yang menyadari kalau setiap produk akan mengalami suatu daur hidup (Siklus kehidupan) yang waktunya sulit untuk dipastikan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1. Siklus Usaha Produk (PLC) Rp
Laba Waktu
Pengenalan
Pertumbuhan
Pematangan
Penurunan
Gamabr 1. Siklus Usaha produk (PLC) Sumber : Assauri 2009
Daur hidup dari produk berupa tahap-tahap sebagai berikut : 1.
Perkenalan (Introduction) Pada tahap ini volume penjualan masih lambat naiknya, karena produk masih
merupakan barang baru di pasar. Oleh karena itu, diperlukan biaya promosi yang tinggi, sehingga kemungkinan perusahaan belum mendapatkan laba. 2.
Pertumbuhan (Growth) Dalam tahap ini produk sudah mulai dikenal oleh konsumen, sehingga pasar sedikit
demi sedikit sudah terbuka. Tetapi perusahaan akan menghadapi persaingan dari produknya, maka perusahaan harus lebih memperbaiki produknya. Promosi masih diperlukan, penjualan akan meningkat secara cepat, laba mulai dinikmati oleh perusahan. 3.
Kedewasaan (maturity) Pada tahap ini produk mulai dikenal dan disukai pembeli, sehingga perusahaan bisa
mencapai keuntungan yang maksimal. Tetapi dipihak lain, pesaing mulai banyak meniru produk perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat mempertahankan produk dalam memenuhi selera konsumen, jika tidak maka konsumen akan lari ke produk lain yang lebih disukainya. Akibatnya perusahaan akan mengalami penurunan volume penjualan dan akan diikuti oleh penurunan laba. 4.
Kemunduran (decline) Tahap ini merupakan tahap terakhir dari siklus kehidupan produk . Apabila perusahaan
sudah melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan produk di pasar tetapi volume penjualan tetap menurun maka berarti produk tersebut telah mengalami tahap kemunduran. Sehingga perusahaan akan memilih alternatif : menghentikan pembuatan produk secara berangsur-angsur atau membuat produk baru (Imran 2012 :59).
D.
Strategi Pengembangan Menurut David, (2011:5) strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan
dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Proses manajemen strategis terdiri atas 3 (tiga)
tahapan yakni : perumusan strategi, penilaian strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi , identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi terntentu untuk mencapai tujuan. Keputusan perumusan strategi mendorong suatu organisasi untuk komit terhadap produk, pasar, sumber daya dan tekhnologi yang spesifik selama kurun waktu yang lama. Manajer yang baik memiliki perspektif yang tepat untuk memahami sepenuhnya konsekuensi dari keputusan perumusan strategi, mereka mempunyai otoritas untuk mengerahkan sumberdaya yang perlu bagi implementasi atau penerapannya. Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penerapan strategi mencakup pengembangan budaya yang suportif pada strategi, penciptaan struktur organisasional yang efektif, pengerahan ulang upaya-upaya pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi dan pengaitan konpensasi karyawan dengan kinerja organisasi. Penilaian strategi adalah tahap terakhir dari manajemen strategis. Manajemen mesti tahu kapan kapan etika strategi tertentu tidak berjalan dengan baik, penilaian atau evaluasi strategi merupakan cara utama untuk memperoleh informasi semacam ini. Tiga aktivitas penilain strategi yang mendasar adalah (1) peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, (2) pengukuran kinerja, dan (3) pengambilan langkah korektif. Penilaian strategi diperlukan karena apa yang berhasil saat ini tidak selalu berhasil nanti. Aktivitas perumusan, penerapan, penilaian strategi terjadi di tiga level hierarki disebuah organisasi besar yakni : korporat,divisional, atau unit bisnis strategis, dan fungsional. Dengan menjaga komunikasi dan interaksi antar manajer dan karyawan lintas hierarki, manajemen strategis membantu sebuah perusahaan untuk menjadi suatu tim yang kompetitif. Sebagian besar bisnis berskala kecil dan besar tidak memiliki divisi atau unit bisnis strategis, mereka hanya mempunyai level korporat dan fungsional. 1.
Unsur-Unsur manajemen Strategi Menurut Jatmiko (2003:24), unsur-unsur dari manajemen strategi, yaitu: i. Analisis lingkungan Proses manajemen stratejik dimulai dari analisis lingkungan atau biasa disebut Analisis
SWOT, yaitu proses monitoring lingkungan organisasi, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Analisis lingkungn menghasilkan identifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman masa kini dan masa mendatang dari lingkungan ekstrenal. Disamping itu
analisis juga menghasilkan identifikasi kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan lingkungan internal perusahaan/organisasi. ii. Perumusan misi dan sasaran strategi Tahap kedua dalam tahap formulasi strategi adalah menetapkan arah organisasi di masa depan. Setelah mengetahui peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, organisasi. Indikator arah organisasi dapat dilihat pada misi dan visi organisasi serta sasaran yang akan dicapai oleh organisasi. Misi organisasi adalah tujuan keberadaan perusahaan, atau alasan mengapa perusahaan itu ada.
Sasaran adalah target tertentu yang akan dicapai atau dipilih oleh
perusahaan/organisasi. iii. Analisis dan pemilihan strategi Tahap ketiga dari proses manajemen stratejik adalah analisis dan pemilihan strategi. Fokus utama strategi organisasi adalah bagaimana menentukan cara terbaik dalam menghadapi persaingan. Apabila lingkungan telah dianalisis dan arah organisasi telah ditetapkan, manajemen dapat memilih alternatif cara terbaik untuk melaksanakan tindakan dalam usaha dalam mencapai keberhasilan sasaran organisasi. iv. Implementasi Strategi Tahap implementasi strategi mencakup pelaksanaan tindakan atau aktifitas dari strategi yang dikembangkan dalam proses formulasi strategi . Tahapan implementasi strategi yang efektif, Organisasi perusahaan tidak akan mampu memperoleh manfaat dari formulasi strategi (analisis lingkungan dan penentuan arah organisasi). v. Pengendalian dan evaluasi strategi Pengendalian strategi merupakan jenis penegndalian orgnisasi yang memfokuskan pada monitoring dan evaluasi proses manajemen stratejik supaya terjadi kesesuaian antara saat formulasi strategi dan implementasi strategi, serta untuk menjamin agar implementasi strategi dapat berjalan secara tepat. 2.
Tipe-Tipe Strategi Menurut Rangkuti (1998:7) Pada prinsipnya strategi dapat dikelompokan berdasarkan
tiga tipe strategi yaitu, strategi manjemen, strategi investasi, dan strategi bisnis. i. Strategi manajemen, meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.
ii. Strategi investasi, strategi ini merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingn melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi bru atau strategi diversifikasi, dan sebagainya. iii. Strategi bisnis, strategi bisnis ini sering juga disebut strategi bisnis secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan. 3.
Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal Lingkungan eksternal adalah suatu kekuatan, suatu kondisi, suatu peristiwa, yang
saling berhubungan dimana organisasi/perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dan memengaruhi. Menurut Jatmiko (2003:39) Lingkungan eksternal terbagi lingkungan makro dan mikro sebagai berikut : a. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dan lingkungan hidupnya atau ekologinya. Ekologi adalah hubungan antara kehidupan lainnya, udara, tanah, dan air. b. Lingkungan Ekonomi Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh trend sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan strateginya setiap organisasi mempertimbangkan arah trend ekonomi dari setiap sektor pasar yang mempengaruhi industri atau pasarnnya. c. Lingkungan Politik dan Hukum Arah dan stabilitas politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi para manajer dalam menformulasikan strategi perusahaan.
Lingkungan politik dan hukum
mencakup faktor-faktor yang dikendalikan oleh pemerintah. d. Lingkungan Sosial Budaya Faktor sosoial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, serta gaya hidup manusia sebagai akibat perkembangan dari perubahan kondisi budaya kebudayaan, bahasa, ekologi, demografi, keberagaman, pendidikan, suku bangsa, dan ras, serta mobilitas penduduk, lembaga-lembaga sosial, simbol status, keyakinan agama. e. Lingkungan Teknologi
Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai produk dan pasar baru, tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya berbagai produk dan pasar. Teknologi dapat mempunyai pengaruh penting pada kinerja industri. f. Lingkungan Demografi Evolusi atau perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci lingkungan bagi perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak secara langsung pada konsumen dan mempengaruhi kekuatan-kekuatan ekonomi lainnya (Jatmiko, 2003:39). Sedangkan lingkungan mikro terbagi sebagai berikut: a. Pemasok Pemasok (Suppliers) adalah satu penghubung penting dalam keseluruhan sistem pemberian nilai kepada pelanggan. Mereka memberikan sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang dan jasanya. b. Perantara Pemasaran Perantara pemasaran (marketing intermediaries) membantu perusahaan dalam mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan produknya ke pembeli akhir. Perantara pemasaran meliputi reseller, perusahaan distributor fisik, agen pelayanan pemasaran, dan perantara keuangan. c. Pelanggan Perusahaan harus mempelajari pasar pelanggannya dengan lebih dekat. Ada lima tipe pasar pelanggan meliputi pasar konsumen, pasar bisnis, pasar reseller, pasar pemerintah dan pasar internasional. d. Pesaing Konsep pemasaran menyatakan bahwa menjadi sukses, sebuah pemasaran harus memberikan nilai dan kepuasan yang lebih besar kepada pelanggan daripada pesaingnya. e. Masyarakat (Publics) Lingkungan pemasaran perusahaan juga melingkupi berbagai macam masyarakat. Masyarakat adalah kelompok manapun yang memiliki kepentingan aktual ataupun potensial atau yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya (Kotller dan Armstrong, 2001:97-99). ii. Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal biasanya juga disebut analisis kekuatan dan kelemahan perusahaan, analisis kapabilitas dan budaya organisasi, atau kadang juga disebut sebagai analisis jati diri organisasi/perusahaan merupakan analisis sumberdaya internal orgnisasi yang dihubungkan dengan persaingan, kinerja perusahaan, dan peluang-peluang industri.
a. Aspek Pemasaran Pemasaran dapat di definisikan sebagai proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan dan pemenuhan keinginan dan kebutuhan pelanggan atas produk dan jasa. Fungsi-fungsi dasar pemasaran terdiri dari : analisis pelanggan, pembelian persediaan, penjualan produk, perencanaan produk, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran dan tanggung
jawab
sosial. b. Aspek Keuangan dan Akuntansi Kondisi keuangan seringkali dipertimbangkan sebagai ukuran yang terbaik kekuatan atau posisi pesaing perusahaan dan menjadi daya tarik utama bagi investor. Penetapan kekuatan dan kelemahan keuangan organisasi/perusahaan merupakan hal yang efektif dalam formulasi strategi. Keputusan investasi biasanya disebut juga sebagai pengangaran modal (capital budgeting) adalah alokasi dan relokasi modal dan sumberdaya pada proyek-proyek, produk, aset dan divisi-divisi organisasi. Pada saat strategi diformulasikan, keputusan investasi atau penganggaran modal diperlukan agar implementasi atau melaksanakan strategi dapat berhasil. c. Aspek Produksi/operasi dan Penelitian pengembangan Fungsi produksi suatu perusahaan terdiri dari semua aktivitas yang merubah masukan (input) menjadi barang atau jasa manajemen produksi/operasi memperlakukan masukan (input), mentransformasi dan keluaran (output) sangat beragam diantara industri-industri dan pasar. Aktivitas-aktivitas produksi produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian terbesar dari sumberdaya manusia dan model suatu organisasi. Penelitian dan pengembangan (R&D) secara spesifik juga memepengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak memiliki bagian R&D, tetapi juga banyak perusahaan yang menggantungkan kelangsungan hidup dan keberhasilannya pada bagian penelitian dan pengembangan (R&D). Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang sangat kuat. d. Aspek Informasi Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dan informasi dimana setiap orgaanisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Dalam kebanyakan organisasi, sistem informasi tidak terletak dalam setiap departemen atau bidang fungsional tertentu, tetapi di bangun dalam satu mekanisme pelaporan yang digunakan oleh manajemen. Jika setiap manajer membuat laporan sesuai dengan bidang-bidang fungsional yang menjadi tanggung jawabnya, maka manajemen puncak akan terbiasa
mempunyai gagasan yang jelas terhadap kondisi sumberdaya organisasional dan peluangpeluang serta ancaman-ancaman yang sedang dihadapi oleh organisasi. (Jatmiko, 2003:6874).
E.
Analisis SWOT Rangkuti (1998:18) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategis perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman ( threats). Proses pengambilan strategis (Strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan ( kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. Alat yang digunakan menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan 4 (empat) sel kemungkinan alternatif strategis. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Matriks SWOT STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan eksternal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 kekuatan internal.
OPPORTUNIES ( O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal
Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T) Tentukan 5- 10 faktor ancaman eksternal
Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
IFAS EFAS
Sumber : Rangkuti (1998)
Tabel 3 menunjukan : a) Strategi SO, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya b) Strategi ST, Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman c) Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan
peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada d) Strategi WT, strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat definisif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman yang ada.
F.
Penelitian Terdahulu Wulandari (2012) “Strategi Pemasaran Susu Kaleyo di UMKM Brayat Manunggal
Kabupaten Sragen ”Penelitian ini menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan alternatif strategi yang diperoleh dari penelitian adalah memanfaatkan event atau acara yang ada di daerah sekitar dengan mendukung atau menjadi donator untuk lebih mengenalkan atau mensosialisasikan produk ke masyarakat, memaksimalkan pada kemasan sachet untuk menjangkau semua kalangan masyarakat dan mempertahankan kualitas produk untuk menjaga kepercayaan konsumen. Prioritas strategi yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan event atau acara yang ada di daerah sekitar dengan mendukung ataumenjadi donator untuk lebih mengenalkan atau mensosialisasikan produk ke masyarakat. Hamid et al (2011) dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Mikro kecil dan Menengah Di Propinsi istimewa Daerah Yogyakarta”. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan analisis SWOT .Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dari hasil survei di peroleh beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM di propinsi DIY, antara lain : (1) Pemasaran, (2) Modal dan penanganan, (3) Inovasi dan pemanfaatan tekhnologi informasi, (4) Pemakayan bahan baku, (5) Peralatan produksi, (6) Penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja,(7) Rencana pengembangan usaha dan (8) Kesiapan menghadapi tantangan lingkungan eksternal. Dalam rangka pengembangan UMKM tersebut, maka direkomendasikan berbagai kebijakan dan strategi meliputi : (1) berbagai pelatihan dan pengembangan produk yang lebih variatif dan berorientasi kualitas dengan berbasis sumber daya lokal, (2) Dukugan pemerintah terhadap pengembangan proses produksi dengan revitalisasi mesin dengan peralatan yang lebih modern. Fitriani et al (2011) dengan judul “ Tingkat Adopsi Terhadap Divesifikasi Pagan Berbasis Jagung Pada Organisasi Kelompok Masyarakat di Propinsi Lampung” Penelitian ini dilakukan pada beberapa daerah sentra produksi jagung di Propinsi Lampung, meliputi Kecamatan Sri Bhawono dan Purbolinggo Kabupaten Lampung
Timur
dan
Bandar
Lampung. Pertimbangan pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan criteria daerah sentra produksi jagung (Sri Bhawono dan Purbolinggo) dan sentra pemasaran produk olahan jagung (Kota Bandar Lampung). Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Tingkat adopsi hasil-hasil penelitian diversifiksi pangan berbasis Jagung di propinsi lampung melalui
organisasi kelompok masyarakat masih belum mampu menunjukan performa yang optimal. ferforma secara umum menunjukan tingkat adopsi hasil penelitian diversifikasi pangan berbasis jagung pada daerah penelitian baru pada tahap tertarik (60%), tahap uji coba (40%), dan tahap adopsi baru masih sangat rendah sebesar 1,3 %. Hapsari et al (2008) dengan judul “Peningkatan Nilai Usaha dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Salak Manonjaya”. Penelitian ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah (UKM) Binagkit Tasikmalaya. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis nilai tambah, analisis pendapatan dan R/C , analisis strategi. Kesimpulan dari hasil penelitannya adalah Pengolahan salak dapat memberikan nilai tambah berupa keuntungan bagi pengrajin, balas jasa bagi faktor-faktor produksi, dan pendapatan bagi tenaga kerja. Nilai tambah terbesar diperoleh dari manisan salak sebesar Rp. 10443. 23/kg. Pendapatan tertinggi diperoleh dari pengolahan dodol salak yaitu Rp.326579.16 perproses produksi. Usaha pengolahan salak memiliki R/C > 1 yang artinya layak untuk dilakukan. Faktor internal yang menjadi kekuatan utama usaha pengolahann salak adalah produk khas berkualitas dengn proses pengolahan yang mudah. Sedangkan kelemahan utama adalah belum ada standar produk yang baku . Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah dukungan pemda dari berbagai instansi terkait. Sedangkan ancaman utamnya adalah naiknya biaya produksi akibat krisis ekonomi. Strategi pengembangan usaha yang direkomendasikan adalah mempertahankan dan memelihara dengan cara penetrasi pasar dan pengembangan produk. Untuk mengembangkan produk disarankan untuk menambah variasi produk seperti asinan, wajik, sirup salak. Sedangkan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman usaha dapat dilakukan dengn konsultasi intensif dengan pemda dan instansi terkait atau sesama pengusaha. Witasari (2010) dengn judul “Analisis SWOT Sebagai Dasar Perumusan Strategi Pemasaran Berdayasaing (Studi Pada Deler Honda Tunggul Sakti di Semarang)” Penelitian ini dilakukan dengan metode survey (wawancara dan kuesioner) pada General Manager dengan staf pemasaran perusahaan dan konsumen perusahaan. Hasilnya kemudian dianalisis dengan metode Analisis SWOT yang terdiri dari Analisis Internal SAP dan Analisis Eksternal ETOP. Faktor-faktor internal, eksternal, posisi dan jenis usaha serta strategi perusahaan ini merupakan variabel mandiri, yang berarti setiap variabel tidak dilakukan perbandingan, melainkan saling menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan adalah Strategi Investasi, dimana posisi perusahaan berada di posisi AMAN dan jenis usahanya adalah usaha IDEAL. Strategi Investasi ini berarti lingkungan perusahaan mendukung untuk melakukan investasi
dan kemudian menuai hasil (harvesting). Perusahaan dapat menggunakan strategi perusahaan sebelumnya dengan memperbaiki beberapa kelamahan perusahaan dan menghindari atau bertahan melawan ancaman perusahaan dengan menciptakan strategi yang lebih berdaya saing.
G.
Kerangka Pikir Teoritis UKM Suka maju adalah salah satu usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil
pertanian berbahan baku Jagung. Beberapa hasil produksi olahan jagung yakni, Stick jagung, Curuti Jagung dan Kelapa Jagung. Dalam menjalankan usaha UKM Suka Maju tidak terlepas dari hambatan yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang sangat mempengaruhi kelangsungan UKM Suka Maju dalam mengembangkan produk olahan Jagung. Sebelum merumuskan strategi dalam mengembangan produk olahan Jagung. Adapun bahan baku yang digunakan yaitu jagung lokal yang berwarna kuning . Dimana jagung kuning ini memiliki kandungan protein yang lebih baik dan isinya cukup padat. Disisi lain jagung lokal ini tidak sulit mencari jenisnya di Pasar Sentral Kota Gorontalo dan di pasar harian lainnya di Gorontalo. UKM Suka Maju harus dapat mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan eksternal usaha dengan menggunakan analisis SWOT sebagai salah satu alat analisis yang dapat membantu untuk merumskan strategi dalam mengembangakan produk olahan jagung agar mampu bersaing dengan produk lain di pasaran. kerangka pemikiran strategi pengembangan produk olahan jagung disajikan pada Gambar 2 di bawah ini
UKM SUKA MAJU
Produk Olahan Jagung : 1. Stick Jagung 2. Curuti Jagung 3. Kue Kelapa Jagung
Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Lingkungan Eksternal ( Peluang dan Ancaman)
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan Produk Olahan Jagung
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Strategi Pengembangan Suka Maju Kabupaten Bone Bolango, 2013
Produk OLahan Jagung di UKM