BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penelitian Terdahulu
NAMA
MAHASISWA/ Randy
JUDUL
Angga
Islami
/
PEMAKNAAN
SENSUALITAS PADA IKLAN CETAK ES KRIM HAAGEN-
DAZS
VERSI
“WAITING
ONLY
MAKES IT SWEETER” (ANALISIS SEMIOTIK FERDINAND DE SAUSSURE) TIPE PENELITIAN
KUALITATIF
TEORI
Komunikasi
Pemasaran,
definisi
iklan,
fungsi
periklanan, jenis iklan, pesan pada iklan, pesan dan makna, semiotika METODE
Semiotika Ferdinand De Saussure
TUJUAN
Mengidentifikasi tanda-tanda yang muncul pada iklan Haagen-Dazs, memaknai sensualitas endorser pada iklan Haagen-Dazs
HASIL
Tanda dan makna denotatif yang terdapat dalam tampilan iklan tersebut adalah seorang wanita cantik yang sedang memegang sendok, menunggu untuk menyantap sebuah makanan. Visual itu menandakan adanya
sebuah
menonjolkan
sisi
passion
atau
sensualitasnya
gairah
dengan
untuk
menarik
perhatian khalayak. Terdapat bahasa tubuh yang menggoda dari segi sensualitas seorang wanita yang seksi yang cukup dikedepankan dalam tampilan visual iklan ini.
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
NAMA
MAHASISWA/ Mirna Agustiana / REPRESENTASI NILAI-NILAI KAPITALISME
JUDUL
DALAM
IKLAN
COCA
COLA
VERSI
“SI
KABAYAN” (analisis Semiotika Roland Barthes ) TIPE PENELITIAN
KUALITATIF
TEORI
Komunikasi
sebagai
proses
pencetakan
makna,
Semiotika, Iklan sebagai media pembangkit makna, Repsesentasi Budaya oleh iklan. METODE
Semiotika Roland Barthez
TUJUAN
Mengetahui
penggunaan
tanda-tanda
untuk
merepresentasikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan coca cola versi “si Kabayan” dan ideologi yang terkandung dalam iklan Coca-cola versi “Si Kabayan” Pada iklan coca cola versi “si Kabayan” ini, sang
HASIL
pengiklan menggunakan tanda-tanda yang sangat tegas
yang
memisahkan
desa/tradisional
dengan
antara
kehidupan
kehidupan kota/modern.
Penggunaan atribut-atribut yang melambangkan suatu jenis kehidupan masyarakat desa dan perkotaan, juga dalam
iklan
masyarakat
ini
ditampilkan
tradisional
yang
pola berbeda
kehidupan dengan
masyarakat
NAMA
MAHASISWA/ VINY
JUDUL
NURULITA
/
PEMAKNAAN
KONSUMERISME PADA WANITA DI IKLAN KARTU KREDIT BCA (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE)
TIPE PENELITIAN
KUALITATIF
TEORI
Komunikasi sebgai pertukaran tanda dan makna,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Semiotika, Iklan, Tipografi, Komposisi warna, tanda
TEORI
dan makna dalam pesan iklan, citra wanita dalam iklan, konsumerisme, wanita dan konsumerisme. METODE
Semiotika Charles Sanders Peirce)
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna konsumerisme pada wanita di iklan kartu kredit BCA. Iklan ini membuat titik fokus pada diskon atau
HASIL
potongan harga yang mana merujuk wanita pada konsumerisme. Dari iklan yang di analisis, ada visual metaphor yakni sosok model yang modis, cantik, dan tersenyum bahagia yang disamakan dengan adanya perasaan
bahagia
setelah
melakukan
konsumsi
menggunakan kartu kredit. Makna wanita menjadi konsumtif di dukung oleh adanya pemunculan potongan harga pada iklan yang tertera. Citra yang dibentuk adalah citra pergaulan. Citra perempuan merujuk pada gambaran wanita yang penuh kekuatiran tidak dapat diterima secara sosial di kelas tertentu karena tampil kurang memikat di hadapan umum
NAMA
MAHASISWA/ RAKHMATIA
MULYANING
JUDUL
PEMAKNAAN TERHADAP TREND SINETRON
KHALAYAK
TIAS
/
REMAJA
GAYA BAHASA DALAM
DIAM-DIAM
SUKA
(Reception
Analysis Siswa SMA) TIPE PENELITIAN
KUALITATIF
TEORI
Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Program televisi, Sinetron, Khalayak, Remaja, Gaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
TEORI
bahasa, Bahasa dalam tayangan televisi, Cultural Studies, Reception Analysis, Encoding-Decoding.
METODE
Analisis Resepsi
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pemaknaan khalayak terhadap trend gaya bahasa yang dikemas dalam sinetron “Diam – Diam Suka di SCTV”
HASIL
Menurut informan, gaya bahasa yang disajikan di dalam sinetron DDS ini dinilai tidak sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa yang terdapat dalam dialog ini tidak memiliki arti yang sesungguhnya,
dan
dinilai
terlalu
sulit
untuk
digunakan dalam melakukan percakapan. Walaupun dinilai terlalu rumit, tapi untuk kalangan remaja gaya bahasa ini merupakan gaya bahasa baru yang akan terlihat popular jika Bahasa tersebut diterapkan dikehidupan sehari-hari. Bahasa ini menjadi popular di kalangan remaja, tetapi hanya dalam lingkup kecil saja. Citra yang dibentuk adalah citra pergaulan. Citra perempuan merujuk pada gambaran wanita yang penuh kekuatiran tidak dapat diterima secara sosial di kelas tertentu karena tampil kurang memikat di hadapan umum
Kedudukan penelitian peneliti sendiri dalam perbandingan dengan keempat penelitian yang lain antara lain memuat berbagai persamaan dan perbedaan. Terhadap penelitian pertama, terdapat perbedaan dalam pakar semiotika yang dipakai. Peneliti #1 menggunakan semiotika Saussure karena ingin meneliti makna denotasi dari visual sebuah iklan dengan menitikberatkan pada sensualitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
dari endorser. Hal ini memberikan masukan yang baik untuk penelitian peneliti yang juga akan memahami suatu makna menggunakan semiotika. Terhadap penelitian kedua, peneliti #2 menggunakan semotika Roland Barthez karena ingin mengungkap tanda yang digunakan untuk merepresentasikan nilai budaya yang terdapat dalam iklan televisi coca cola versi ‘si kabayan’ dan mengungkap ideology yang terdapat dalam iklan tersebut. Hal ini memberikan masukan yang baik kepada penulis bahwa atribut-atribut dapat melambangkan suatu budaya. Karena penulis juga akan membahas mengenai atribut-atribut dalam penelitian. Terhadap penelitian ketiga, terdapat banyak kesamaan yang bisa ilihat dari metode yang dipakai - semiotika peirce – yang juga akan digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini. Peneliti #3 meneliti tentang pemaknaan konsumerisme pada wanita dalam iklan kartu kredit. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa ada citra pergaulan yang menyebabkan sifat konsumerisme pada wanita. Citra pergaulan yang dimaksud adalah adanya kekhawatiran tidak akan diterima di suatu kelompok, jika tidak bergaya seperti kelompok tersebut – yang kemudian menyebabkan sifat konsumerisme. Terhadap penelitian keempat, peneliti #4 menggunakan metode yang berbeda untuk mengungkapkan bagaimana pemaknaan terhadap suatu trend. Metode yang digunakan adalah analisis resepsi, dan berhasil mengungkap trend gaya Bahasa yang digunakan dalam sinetron DDS menjadi popular dikalangan remaja. 2.2. Komunikasi Pemasaran Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).1 1
(Lasswell 1960)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Komunikasi adalah kegiatan sehari-hari yang terhubung dengan semua kehidupan manusia, sehingga kadang-kadang kita mengabaikan penyebaran, kepentingan, dan kerumitannya.2 Proses komunikasi dapat berjalan sempurna jika dihadiri oleh elemenelemen komunikasi seperti komunikator, komunikan, pesan, media, dan umpan balik. Dalam proses pemasaran, cara kita mengkomunikasikan produk/ jasa sangatlah penting. Komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual. Proses komunikasi dalam pemasaran juga membutuhkan bauran pemasaran agar komunikasi pemasaran menjadi efektif. Produk, Tempat, Promosi, Harga atau 4P (Product, Place, Price, Promotion). Definisi produk menurut Philip Kotler adalah: Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Definisi harga menurut Philip Kotler adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau jasa. Menurut Kotler, yang dimaksud dengan promosi adalah semua aktifitas yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperomosikan produk kepada target market. Definisi menurut Philip Kotler mengenai distribusi adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produknya mudah diperoleh dan tersedia untuk konsumen sasaran. Bauran pemasaran bertujuan untuk membuat kegiatan komunikasi pemasaran menjadi sukses sesuai dengan tujuan pemasaran untuk mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk yang di jual akan cocok
2
Teori Komunikasi, Little John & Karen A Foss: 3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
dan sesuai dengan keinginan pelanggan, sehingga produk tersebut dapat terjual dengan sendirinya. Soft Selling adalah salah satu strategi pemasaran yang mengedepankan pola hubungan dan edukasi yang dapat melahirkan kesadaran pada setiap pelanggan akan kebutuhan sebuah produk. Ciri dari strategi ini adalah dilakukan secara halus dan sangat jauh dari sifat memaksa dan provokasi. Strategi pemasaran ini sangat efektif untuk membangun brand produk maupun perusahaan. Hasil akhir dari strategi ini biasanya adalah pelangganpelanggan yang memiliki loyalitas tinggi, karena pelanggan memiliki kesadaran sendiri dan merasa memiliki hubungan emosional yang tinggi terhadap produk maupun
perusahaan.
Namun
dibutuhkan
waktu
yang
cukup
lama
untuk mendapatkan pelanggan. Soft selling lebih kepada menggunakan bahasa dan perilaku masyarakat, membaur dari sudut pandang masyarakat yang upaya promosinya tidak begitu vulgar. Pola mulut ke mulut juga bentuk dari soft selling jika memang dilakukan di tengah masyarakat secara alami. Dalam konteks media digital, penyebaran pesan dilakukan dengan cara share content, yang jika strategi pemasaran soft selling tersebut berjalan sukses, suatu content akan menjadi viral (menyebar) dalam waktu singkat. Oleh sebab itu, soft selling juga merupakan salah satu strategi pesan yang baik. 2.2.
Iklan dan Konstruksi Pesan Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu
produk atau memicu penjualan yang cepat. Iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.3
3
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (2015, 27 Oktober) p3i-pusat [online]. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2015 dari: www.pppi.or.id
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Menurut Courtland L. Bovee iklan secara khusus dapat dibagi dalam beberapa kategori, antara lain: 1. Berdasarkan khalayak sasaran psikografis dan geografis: Iklan internasional, nasional, regional, dan lokal 2. Berdasarkan penggunaan media: Iklan media cetak dan media elektronik 3. Berdasarkan fungsi dan tujuan iklan: Iklan produk/bukan produk, iklan komersial/bukan komersial, iklan berdampak langsung/tidak langsung. Iklan bertujuan untuk memberi informasi, mengingatkan, membujuk, menimbulkan daya tarik rasional, emosional, dan moral. Secara umum, periklanan dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya. Fungsinya sebagai berikut: 1.
Informing: Periklanan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan merek yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya per kontrak yang relatif rendah, periklanan memfasilitasi pengenaan (introduction) merek-merek baru meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek-merek yang telah ada, dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA – top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.
2.
Persuading:
Iklan
yang
efektif
akan
mampu
mempersuasi
(membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
Terkadang,
permintaan
primer
–
persuasi yakni,
berbentuk
menciptakan
mempengaruhi permintaan
bagi
keseluruhan kategori produk. 3.
Reminding: Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli. Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya. 4.
Adding Value: Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka: inovasi, penyempurnaan kualitas, atau mengubah persepsi konsumen. Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing.
5.
Assisting (Bantuan) Untuk Upaya Lain Perusahaan: Periklanan hanya salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran komunikasi pemasaran. Pada saat-saat lainnya, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan undian serta upaya penarikan perhatian berbagai perangkat promosi penjualan tersebut.4
Selain fungsi atau tujuan seperti yang disebut diatas, iklan juga sesungguhnya memiliki tujuan lain. Yaitu tujuan membentuk opini. 2.3.
Strategi Pesan Pesan adalah salah satu komponen dalam komunikasi. Tanpa pesan, kegiatan
komunikasi tidak mungkin berjalan. Bagaikan dua orang yang berdiri berhadaphadapan, jika satu orang ingin memberitahu lawan bicaranya bahwa ia memiliki 4
Terence A Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Erlangga, Jakarta, 2003, Hal. 357-361
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
rambut yang indah, namun yang dilakukannya hanyalah tersenyum, pesan yang dimaksud tidak akan tersampaikan. Pesan merupakan suatu kontruksi tanda yang melalui interaksinya dengan penerima menghasilkan makna, dan membaca adalah proses menemukan makna yang terjadi ketika pembaca berinteraksi atau bernegoisasi dengan teks (Fiske, 2004, p. 10)5 Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang komunikasi berupa suara, mimik, gerak – gerik, bahas lisan, dan bahasa tulisan.6 Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis, yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang terjalin. Pesan tentunya membawa informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan sebagai tujuan akhir dari proses penyampaian pesan dalam serangkaian kegiatan komunikasi yang berlangsung. Namun pesan juga tidak sekedar pemindahan informasi dari komunikator ke komunikan. Pesan memiliki nilai seperti sebuah tindakan – sebuah permintaan – agar dapat diterima, dan dilaksanakan. Pesan memerlukan penyampaian yang baik. Menurut Hanafi ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu: a) Kode pesan. Adalah sederetan simbol yang disusun sedemikian rupa sehingga bermakna bagi orang lain. Contoh bahasa Indonesia adalah kode yang mencakup unsur bunyi, suara, huruf dan kata yang disusun sedemikian rupa sehingga mempunyai arti. 5 6
Fiske, 2004, hal 10 Cangara (2006:23)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
b) Isi pesan. Adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengomunikasikan maksudnya. c)
Wujud pesan. Adalah sesuatu yang membungkus inti pesan itu sendiri.
Komunikator memberi wujud nyata agar komunikan tertarik akan isi pesan didalamnya.7 Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan komunikator pada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret manusia dengan akal budinya menciptakan lambang komunikasi: mimik, gerak gerik, suara, bahasa lisan dan bahasa tulisan. Karena itu, lambang komunikasi adalah bentuk atau wujud konkret dari pesan.8 Lambang atau simbol dalam komunikasi merupakan dasar pengetahuan atau pemahaman manusia. Teori simbol dari Susanne Langer mengatakan bahwa simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah ‘sebuah instrument pemikiran’. Dalam konteks pemasaran iklan, pesan juga merupakan bentuk strategi yang harus diperhatikan. Iklan-iklan pada masa sekarang umumnya hadir dalam bentukbentuk pencitraan dalam rangka membangun sebuah citra mereka yang positif dimata konsumen. Bentuk-bentuk pencitraan terebut merupakan sebuah langkah dari strategi pesan, yang disebut dengan strategi citra merek atau brand image.9 Strategi memegang peranan penting dalam penentuan keberhasilan sebuah iklan. Strategi merupakan dasar dalam membangun merek. Strategi mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting untuk keberhasilan (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005). Sebuah iklan harus memiliki kreatifitas dan cukup inovatif agar mudah dan/atau lebih diingat konsumen. Dalam hal ini diperlukan strategi pemilihan daya tarik pesan yang paling sesuai.
7
Siahaan (1991:62) Vardiansyah (2004:60) 9 Majalah Ilmiah UNIKOM Vol. 10 No.1 Hal 5 8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Pesan iklkan merupakan kata-kata persuasif yang terencana dan berdasarkan strategi
yang
matang
yang
ditemukan
dalam
iklan
dengan
tujuan
menginformasikan, mempromosikan, dan membujuk calon konsumen agar membeli produk yang ditawarkan atau merubah perilaku masyarakat jika iklan tersebut sifatnya non komersil. Pesan harus memiliki 3 tingkat: Berdasarkan tingkat yang diinginkan, pesan harus mengatakan sesuatu yang diinginkan, atau menarik pada suatu produk. Berdasarkan tingkat keeksklusifannya, pesan harus mengatakan sesuatu yang eksklusif atau dapat membedakan dengan produk lain. Pada tingkat kepercayaan, pesan harus dapat dibuktikan. Daya tarik pesan menentukan keberhasilan dalam suatu iklan. Daya tarik tersebut dimiliki oleh beberapa hal berikut: 1. Tokoh/selebriti. Penggunaan figure selebritis dapat membantu sebuah prosuk dalam memperkenalkan dan mempertahankan penjualan. Selebritis tidak saja dari kalangan artis perfilman, tetapi juga olahragawan dan entertainer. 2.
Rasa takut. Daya tarik ini lebih cenderung untuk memperbaiki motivasi, tindakan pencegahan dan biasanya diaplikasikan dalam dunia kesehatan.
3. Kesalahan. Konsep kesalahan sebagai salah satu konsep komunikasi untuk menarik perhatian sesorang terhadap berbagai aktivitasnya yang dianggap lumrah, wajar sehingga menurutnya benar. 4. Komparatif. Membandingkan produk kita dengan produk pesaing atau dengan
produk
lama.
Komparasi
adalah
cara
terbaik
dalam
memperkenalkan produk serta meningkatkan kesadara merek. 5. Positif/rasional. Cara ini menekankan pada alasan dasar, manfaat, pengalaman terhadap penggunaan merek. Iklan dengan gaya rasional menekankan fakta, belajar, dan ajakan logis serta jaminan yang dapat memuaskan konsumen. 6. Emosional. daya tarik emosional berhubungan dengan kebutuhan psikologis konsumen untuk membeli suatu produk. Factor emosional
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
dominan terhadap kebutuhan psikologis, yaitu tentang kepuasan, kenyamanan, dan sebagainya. 7. Humor. Dapat menjadi metode yang efektif untuk menarik perhatian terhadap iklan. Pengiklan menggunakan humor sebagai sarana untuk menciptakan tujuan agar informasi yang disampaikan memicu perhatian, mengarahkan konsumen terhadap tuntutan produk.10 2.4.
Semiotika Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain, yang dapat berupa
pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem bahasa yang paling lengkap dan sempurna (Nurgiyantoro, 2000: 40). Menurut Peirce ada tiga faktor yang menentukan adanya sebuah tanda, yaitu tanda itu sendiri, hal yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin si penerima (Luxemburg dkk, 1989). Jadi, ada tiga unsur yang menentukan tanda, yaitu tanda yang dapat ditangkap itu sendiri, yang ditunjuknya, dan tanda baru dalam benak si penerima. Antara tanda dan yang ditunjuknya terdapat relasi. Tanda mempunyai sifat interpretatif. Dengan perkataan lain, representasi dan interpretasi merupakan ciri khas tanda (van Zoest,1993: 14-15). Semua tanda pasti memiliki makna. Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk response dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Konsep dasar yang melandasi ilmu semiotika adalah tanda. Tanda didefinisikan sebagai stimulus yang menunjukkan beberapa kondisi lain. Contohnya ketika asap menandakan adanya api.
10
M. Suyanto, Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
Konsep dasar kedua adalah simbol – yang berarti menandakan tanda yang kompleks dengan banyak arti. Contohnya adalah uang sebagai simbol kekuasaan, kekayaan, materi, dll.11 Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tandatanda merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu sendiri.12 Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatology dan disgnostic inferensial. “Tanda” pada waktu itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukkan pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api.13 Luasnya kajian ilmu semiotika ini melahirkan banyak pakar-pakar yang teorinya banyak dipakai dalam sebuah penelitian. Kita mengenal Ferdinand De Saussure yang lahir di Genewa pada tanggal 26 November 1857. Sebagai ahli linguistik, Saussure amat tertarik pada Bahasa. Dia lebih memperhatikan cara tanda-tanda (dalam hal ini kata-kata) terkait dengan tanda-tanda lainnya, dan bukannya cara tanda-tanda terkait dengan objeknya. Prinsip dari teori Saussure ini mengatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni signifier (penanda) dan signified (pertanda). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda dengan sebuah ide atau pertanda.14 Model Saussure ini disebut model dyadic yang dapat dijelaskan sebagai berikut: “tanda itu adalah keseluruhan yang dihasilkan dari hubungan antara penanda dengan pertanda. Hasil dari hubungan tersebut membentuk “makna”. Contohnya adalah tulisan ‘open’ berupa signifier pada sebuah toko berarti ‘toko buka untuk bisnis’ yang merupakan signified. 11
Teori Komunikasi, Stephen W Little John dan Karen A Foss, 54 Diadaptasi dari whorf, language, thoughts, and reality, 213 13 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012, hal. 95 14 Kaelan, 2009: 183 12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Roland Barthez yang lahir pada tahun 1915 mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Barthez menganggap kehidupan sosial, apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda tersendiri.15 Teori semiotik Barthez hampir secara harfiah diturunkan dari teori Bahasa Saussure yang mengungkapkan bahwa Bahasa merupakan sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari masyarakat tertentu dalalm waktu tertentu.16 Hanya saja, Barthez mengembangkan menjadi teori tentang metabahasa dan konotasi, dan membentuk konsep relasi yang memungkinkan teori berkembang dan membentuk tanda baru. Barthez melihat aspek lain dari penandaan, yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. Contoh ‘mitos’ dalam pandangan Roland Barthez: Anggur (wine) menurut Barthez dalam ekspresi lapis pertama bermakna ‘minuman beralkohol’ yang terbuat dari Anggur. Namun pada lapis kedua, Anggur dimaknai sebagai suatu ciri ‘kePerancis-an’ yang diberikan masyarakat dunia pada jenis minuman ini. Orang selalu menganggap wine adalah Perancis, padahal banyak negara lain yang memproduksi minuman sejenis. Kemudian kita mengenal Charles Sanders Peirce yang lahir pada 10 September 1839 di Cambridge, Massachusetts. Jika Saussure menawarkan model dyadic, maka Charles Sanders Peirce dikenal dengan metode triadic dan konsep trikotominya yang terdiri dari Representamen, Interpretant, dan Object. Menurut Peirce, tanda tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu. Tanda hanya berfungsi menunjukkan. Sang penafsirlah yang memaknai berdasarkan pengalamannya masing-masing. Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: Ikon, Indeks, Simbol yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon, hubungan antara 15 16
Kurniawan, 2001: 53 Sobur, 2006: 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas. Contohnya sebagian besar rambu lalu lintas merupakan tanda yang ikonik karena ‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki kesamaan dengan objek yang sebenarnya. Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat konkret, aktual, dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal. Contohnya jejak telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya, merupakan indeks dari sesorang atau binatang yang telah lewat di sana; ketukan pintu merupakan indeks dari kehadiaran seorang ‘tamu’ di rumah kita. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda kebahasaan pada umunya adalah simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas yang bersifat simbolik.17 Peirce mengemukakan teori segitiga tanda: Ground, Denotatum, dan Interpretant. Ground adalah dasar atau latar dari tanda, umumnya berbentuk sebuah kata. Dalam Ground terdapat konsep tentang: 1. Qualisigns Penanda yang bertalian dengan kualitas. Tanda yang dapat ditandai berdasarkan sifat yang ada dalam tanda tersebut. Contohnya adalah warna hijau yang berarti lingkungan hidup, hitam yang berarti kotor, kelam. 2. Sinsigns Penanda yang bertalian dengan kenyataan. Tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan. Contohnya adalah suara tawa yang berarti lucu, bahagia. Jeritan yang berarti ketakutan, keterkejutan. 3. Legisigns Penanda yang bertalian dengan kaidah. Tanda yang merupakan tanda atas dasar peraturan yang berlaku umum, sebuah kode. Contohnya adalah rambu lalu lintas.
17
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
Denotatum adalah unsur kenyataan tanda. Dalam Denotatum terdapat konsep tentang: 1. Icon Adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Contohnya adalah gambar atau lukisan. 2. Indeks Adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya. Contohnya adalah penunjuk arah jalan. 3. Simbol Adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. Contohnya adalah logo. Interpretant adalah interpretasi terhadap kenyataan yang ada dalam tanda. Dimana dari ketiga konsep tersebut dilogikakan lagi kedalam beberapa bagian yang masingmasing pemaknaannya syarat akan logika. Seperti: 1. Rheme Adalah tanda yang dapat diinterpretasi sebagai representasi dari sebuah objek. 2. Dicisign atau Dicent Adalah tanda bila ia menawarkan kepada interpretant suatu hubungan yang benar. 3. Argument Adalah sesuatu yang tidak dianggap ke dalam suatu kelas melalui hubungan interpretatif tanda pada umumnya. Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 dan menjadi professor semiotika di Universitas Bologna sejak tahun 1971. Menurut Eco dalam bukunya yang berjudul Teori Semiotika mengatakan bahwa semiotika merupakan studi yang mengkaji seluruh
proses
kehidupan
masyarakat
sebagai
proses
komunikasi.
Eco
mengilustrasikan orang-orang berkomunikasi melalui beragam wahana (medium),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
mulai dari pakaian yang mereka kenakan, sampai rumah-rumah yang mereka tempati. Eco menggunakan istilah ‘kode-s’ untuk menunjukkan kode yang dipakai sesuai struktur Bahasa. Tanpa kode, tanda-tanda, suara, atau grafis tidak memiliki arti apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal, tidak berfungsi secara linguistik. Kode-s bisa bersifat “denotatif” (bila suatu pernyataan bisa dipahami secara harfiah), atau “konotatif” (bila tampak kode lain dalam pernyataan yang sama). Yang terakhr adalah John Fiske yang lahir pada tahun 1939. Kajian semiotika Fiske lebih banyak terdapat dalam konteks televisi sebagai media massa dan budaya popular. John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi. Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara televisi saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini pula, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui penginderaan sesuai referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh orang yang berbeda pula. Pada perkembangannya, model dari John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara televisi, tetapi dapat juga untuk menganalisis teks media yang lain deperti film, iklan, dan lain-lain. Dalam kode-kode televisi yang diungkapkan dalam teori John Fiske, bahwa peristiwa yang ditayangkan dalam dunia televisi telah dienkode oleh kode-kode sosial yang terbagi dalam tiga level berikut: 1.
Realitas Yakni peristiwa ditandakan (encoded) sebagai realitas – tampilan, pakaian, lingkungan, perilaku, percakapan, gestur, ekspresi, suara dan sebagainya. Dalam bahasa tulis berupa, misalnya, dokumen, transkrip, wawancara, dan sebagainya. Misalnya peristiwa Bom Bali dianggap realitas, maka harus ada tanda-tanda peristiwa pemboman tersebut: kubangan bekas bom, saksi mata, dan sebagainya
2.
Representasi Realitas yang terenkode dalam encoded electronically harus ditampakkan pada technical codes, seperti kamera, lighting, editing, musik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
suara. Dalam bahasa tulis, ada kata, kalimat, proposisi, foto, grafik, dan sebagainya. Sedangkan dalam bahasa gambar atau televisi, ada kamera, tata cahaya, editing, musik, dan sebagainya. Elemen-elemen ini kemudian ditransmisikan ke dalam kode narasi, action, dialog, setting, dan sebagainya. Ini sudah tampak sebagai realitas televisi. 3.
Ideologi Semua elemen diorganisasikan dan dikategorikan dalam kodekode ideologis, seperti patriakhi, individualism, ras, kelas, meterialisme, kapitalisme, dan sebagainya. Ketika kita melakukan representasi atas suatu realita, menurut Fiske, tidak dapat dihindari adanya kemungkinan memasukkan iddeologi dalam konstruksi realitas. (Mursito, 2007).18 Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce terhadap tanda memiliki
kekhasan meski tidak bisa dibilang sederhana. Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi: Ikon, Indeks, Simbol yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. Teori dari Peirce memberikan interpretasi wewenang seutuhnya kepada penafsir berdasarkan pengalamannya. Tanda hanya berfungsi untuk menunjukkan. 2.5.
Sinematografi Sinematografi adalah suatu disiplin dalam menata cahaya dan sudut
pandang kamera untuk menciptakan kualitas gambar yang indah dalam sebuah produksi film atau sinema. Secara etimoilogi, Sinematografi berarti menulis dengan gambar bergerak. Pada penelitian ini peneliti hanya akan membahas jenis-jenis pengambilan gambar sebagai bagian dari sinematografi. Adapun jenis-jenis pengambilan gambar dalam sinematografi terdiri dari: No
Jenis Pengambilan Gambar
Makna
1
ECU (Extreme Close-up)
Shot yang menampilkan detail obyek, misalnya mata, hidung, atau telinga. Shot ini
18
8 Nawiroh Vera, M. Si, Semioika Dalam Riset Komunikasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
No
Jenis Pengambilan Gambar
Makna biasanya digunakan untuk maksud tertentu atau menunjukan detail objek tertentu yang sangat perlu diketahui oleh penonton dan objek yang di shot memiliki peran penting dalam sebuah cerita.
2
BCU (Big Close-up)
Shot yang menampilkan dari bawah dagu sampai atas dahi. Untuk menunjukkan detail ekspresi seorang tokoh.
3
CU (Close-up)
Shot yang menampilkan dari batas bahu sampai atas
kepala.
Untuk
menunjukkan
detail
objek/kedekatan suatu objek tertentu. 4
MCU (Medium Close-up)
Shot yang menampilkan objek dari batas dada sampai atas kepal. Shot ini biasa digunakan dalam adegan wawancara untuk menunjukan kedekatan dengan objek tanpa menghilangkan kewibawaan orang yang diwawancara.
5
MS (Medium Shot)
Shot yang menampilkan objek sebatas perut sampai kepala.
6
MLS (Medium Long Shot) Shot
yang
menampilkan
objek
sebatas
pinggang sampai kepala. Terkadang juga bisa sampai
sebatas
lutut
sampai
kepala.
Pengambilan gambar ini juga sering disebut dengan Knee Shot. 7
LS (long Shot)
Shot
yang
menapilkan
objek
secara
keseluruhan mulai dari telapak kaki sampai atas kepala serta sedikit terlihat latar belakang objek sehingga tampak penuh di frame. Jenis shot ini juga kadang disebut sebagai FS (full shot). 8
VLS (Very Long Shot)
Shot yang sedikit lebih luas dari long shot.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
No
Jenis Pengambilan Gambar
Makna Pada shot ini latar belakang atau setting tampak lebih dominan dari objek utamanya. Shot ini bertujuan untuk menunjukan setting yang digunakan
dalam
sebuah
adegan
dengan
interaksi tokoh utama berada dalam setting tersebut. 9
ELS (Extreme Long Shot)
Pengambilan gambar dengan menampilkan objek utama pada posisi yang sangat jauh. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan lokasi secara keseluruhan. Terkadang objek utama atau tokoh sengaja dihilangkan karena tujuan utama dari shot ini adalah untuk memberikan orientasi tempat dimana peristiwa atau adegan itu terjadi. Shot ini terkadang disebut juga sebagai ES (establish shot).19
Table 1
2.6.
Bahasa Tubuh Seseorang dapat berhenti berbicara, namun orang tidak dapat berhenti
berkomunikasi. Setiap kedipan mata, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh lainnya adalah bentuk komunikasi. Perilaku-perilaku tersebut memberikan informasi dan sumber petunjuk terhadap perasaan yang sedang dialami. Ray Birdwhistell, penemu istilah kinesika atau studi ilmiah yang mempelajari bahasa tubuh mengatakan bahwa manusia hanya berkomunikasi sekitar 30 - 35% secara verbal. 65% sisanya berasal dari non verbal. Hal ini semakin menguatkan bahwa bahasa tubuh atau komunikasi non verbal adalah komunikasi yang lebih banyak membawa pesan.
19
Camera and framing dasar estetika (2015, 20 November). Academia.edu [online]. Diakses pada tanggal 20 November 2015 dari: https://www.academia.edu/8030635/Camera_and_Framing_Dasar_Estetika_
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Bahasa tubuh adalah istilah umumyang digunakan untuk mengindikasikan komunikasi melalui isyarat, postur, dan sinyal serta tanda tubuh lainnya baik secara sadar maupun tidak sadar. Bahasa tubuh juga mengomunikasikan informasi yang tidak terucap mengenai identitas, pikiran, suasana hati, motivasi, dan sikap sesorang. Hal ini adalah merupakan tujuan sentral semiotika – mempelajari tanda-tanda yang dihasilkan dengan, melalui, atau pada tubuh. Bahasa tubuh adalah istilah umum yang digunakan untuk mengindikasikan komunikasi melalui isyarat, postur, sinyal, serta tanda tubuh lainnya baik sadar maupun tidak sadar.20 2.6.1.
Kontak Mata Dalam kebudayaan manusia di seluruh dunia, banyak pola yang melampaui
proses biologis, mencerminkan makna kultural dan sesuai dengan pola interaksi sosial. Dalma hal ini, komunikasi non verbal melalui kontak mata bisa bersifat natural, namun bisa juga dilakukan secara sadar. Berikut fakta-faktanya:
Di berbagai budaya, lamanya waktu kontak mata mengungkapkan hubungan apa yang dimiliki orang satu sama lain.
Menatap sering ditafsirkan sebagai tantangan; main mata dengan orang lain biasanya ditafsirkan sebagai rayuan.
Dalam banyak kebudayaan, ada konsep mata jahat, yang dipersepsikan sebagai tatapan jenis tertentu yang dikatakan memiliki kekuatan untuk melukai atau menenung seseorang.
Mengadakan kontak mata di awal percakapan verbal atau irama setelah percakapan berlangsung akan mengindikasikan hubungan yang ingin kita miliki dengan si pembicara.
Saat pupil berkontraksi dalam keadaan bersemangat, cenderung timbul respons seksual dari orang yang melihatnya.
20
Danesi Marcel, Pesan Tanda Dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika Dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2012. Hal:61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Kelopak mata yang sempit mengomunikasikan sikap merenung di berbagai budaya.
Mendekatkan alis satu sama lain secara universal mengomunikasikan sikap tengah berpikir; saat alis naik, yang terungkap adalah rasa terkejut.
Orang Eropa Selatan lebih cenderung menatap ke mata masing-masing selama percakapan dibanding orang Amerika Utara; di beberapa kebudayaan, laki-laki tidak menatap mata perempuan kecuali mereka suami-istri atau satu keluarga.
2.6.2.
Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah juga mengirimkan sinyal pesan yang bisa dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Ekpresi wajah yang sering kita lihat menunjukkan emosiemosi seperti berikut:
Figure 1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
2.6.3. Sentuhan Studi tentang sentuhan diberi nama Haptik. Ahli zoology Desmond Morris (1969) mengklaim bahwa jabat tangan di Barat mungkin bermula sebagai cara untuk menunjukkan behwa kedua belah pihak tidak memegang senjata. Karenanya jabat tangan menjadi “tanda pengikat”, disebabkan ikatan yang sengaja diciptakan olehnya. Selama berabad-abad tanda ini menjadi simbol kesetaraan antar individu, dan digunakan untuk mengesahkan berbagai jenis persetujuan. Menolak untuk berjabat tangan seseorang yang terulur, hingga hari ini masih ditafsirkan sebagai “tanda tandingan” yang berarti agresif atau tantangan. Tanda salam tidak hanya dilakukan dengan berjabat tangan. Bentuk lain seperti menepuk-nepuk seseorang di lengan, punggung atau bahu mengindikasikan persetujuan atau untuk memuji; berandengan lengan untuk mengindikasikan keakraban; merangkul bahu dengan satu lengan untuk mengindikasikan persahabatan atau kedekatan; bergandengan tangan dengan anggota keluarga atau kekasih untuk mengekspresikan kemesraan; merangkul untuk mengutarakan kebahagiaan.21 2.7.
Warna Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh
benda-benda yang dikenainya. Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat dalam suatu cahaya sempurna. identitas suatu warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut. Warna memegang peranan penting dalam kehidupan. Apa yang dirasakan jiwa sering terungkap lewat warna. Perasaan senang, bahagia, sedih, semangat bisa terlihat dari pilihan warna yang terdapat dalam busana yang dipakai.
Danesi Marcel, Pesan Tanda Dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika Dan Teori Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra, 2012. Hal:65 21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Warna dapat menciptakan keselarasan dalam hidup. Dengan warna kita dapat menciptakan suasana teduh dan damai. Dengan warna pula kita dapat menciptakan keberingasan dan kekacauan.22 Warna dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: 1.
Warna pokok (primer) adalah warna yang menjadi pedoman setiap orang untuk menggunakannya. Warna primer terdapat dalam warna: a. Merah b. Kuning c. Biru
2.
Warna sekunder merupakan percampuran antara warna primer a. Merah + Biru = ungu b. Merah + Kuning = Oranye c. Kuning + Biru = Hijau
3.
Warna tersier adalah percampuran antara warna sekunder dengan 1 jenis warna primer. a. Merah + Ungu = Merah Ungu b. Ungu + Biru = Ungu Biru c. Biru + Hijau = Hijau Biru d. Hijau + Kuning = Kuning Hijau e. Kuning + Oranye = Oranye Kuning
Ditinjau dari sisi rasa terhadap warna, warna dikelompokkan menjadi empat, yaitu: 1. Warna netral adalah warna-warn yang tidak lagi memiliki kemurnian warna. Dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. 2. Warna kontras adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bila didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna skunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan mengolah nilai 22
Triadi Darwis, Color Vision
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu, dan biru dengan jingga. 3. Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol riang, semangat, marah dan sebagainya. Warna merah mengesankan jarak yang dekat. Tetapi justru barang yang mempunyai warna panas ini radiasinya kecil. 4. Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dan sebagainya. Warna sejuk mengesankan jarak yang jauh. Tetapi justru barang yang mempunyai warna dingin ini radiasi panasnya besar.23 Warna juga memiliki fungsi asosiasi. Dia memiliki arti dan fungsi yang berpengaruh secara psikologis terhadap sesorang yang melihatnya. Secara psikologis warna memiliki efek terhadap manusia.
Warna hitam sebagai warna tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi).
Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesucian.
Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik.
Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital (hidup).
Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu.
Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu memiliki sifat tantangan.
23
Nugroho Eko, Pengenalan Teori Warna: 2008.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan
ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru. Menurut seorang pakar tentang warna, Molly E. Holzschlag, warna dapat memberikan respon psikologis. Dia membuat daftar mengenai kemampuan masingmasing warna ketika memberikan respon secara psikologis kepada audiennya, sebagai berikut: 1.
Merah Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, bahaya
2.
Biru Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi, kebersihan, perintah.
3.
Hijau
Alami,
kesehatan,
pandangan
yang
enak,
kecemburuan,
pembaharuan. 4.
Kuning Optimis, harapan, filosofis, ketidakjujuran/kecurangan, pengecut, pengkhianatan.
5.
Ungu Spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, arogan.
6.
Oranye Energi, kesinambungan, kehangatan.
7.
Coklat Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan.
8.
Abu-abu Intelek, futuristik, modis, kesenduan, merusak.
9.
Putih Kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa dosa), steril, kematian.
10.
Hitam Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, ketakutan, ketidakbahagiaan, keanggunan.24
2.8.
Kebahagiaan Kebanyakan orang melihat kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup.
Berbagai cara ditempuh untuk merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan bukan hanya ketika seorang pegawai kantor mendapatkan gaji yang besar dan jabatan yang tinggi. 24
Elemen warna dalam pengembangan multimedia (2015, 20 November). Kompasiana [online].
Diakses pada 20 November 2015 pada: (http://www.kompasiana.com/insyira/elemen-warna-dalampengembangan-multimedia-pembelajaran_5500f3afa33311e57251269c)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Bukan hanya ketika seorang pelajar lulus ujian. Kebahagiaan adalah kepuasan hidup yang dirasa dalam hati. Bahkan dengan melihat seekor kupu-kupu yang menghisap bunga, bisa disebut kebahagiaan jika itu memberikan kepuasan hidup bagi yang merasakan. Arti kata “bahagia” berbeda dengan kata “senang.” Secara filsafat kata “bahagia” dapat diartikan dengan kenyamanan dan kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya cacat dalam pikiran sehingga merasa tenang serta damai. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang
bersangkutan (Dalam
Kosasih, 2002). Kebahagiaan memiliki empat komponen utama, seperti kepuasan dalam hidup secara umum, kepuasan terhadap ranah spesifik kehidupan, adanya afek yang positif, seperti mood dan emosi yang menyenangkan, dan ketiadaan afek negatif, seperti mood dan emosi yang tidak menyenangkan (Eddington & Shuman, 2005). Keempat komponen utama ini, yaitu kepuasan hidup, kepuasan ranah kehidupan, afek positif, dan afek negatif, memiliki korelasi sedang satu sama lain, dan secara konseptual berkaitan satu sama lain. Namun, tiap-tiap komponen menyediakan informasi unik mengenai kualitas subyektif kehidupan seseorang (Diener, Scollon, & Lucas, 2003). Afek positif dan afek negatif termasuk kedalam komponen afektif, sementara kepuasan hidup dan domain kepuasan termasuk kedalam komponen kognitif. Komponen-komponen utama tersebut kemudian dijelaskan kedalam beberapa elemen khusus. Afek positif meliputi kegembiraan, keriangaan hati, kesenangan, kebahagiaan hati, kebanggaan, dan afeksi. Sedangkan afek negatif meliputi munculnya perasaan bersalah, malu, kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran, kemarahan, stress, depresi, dan rasa iri. Kepuasan ini pun dikategorikan melalui kepuasan hidup saat ini, kepuasan hidup pada masa lalu, dan kepuasan akan masa depan. Kepuasan ranah kehidupan muncul terhadap pekerjaan, keluarga, waktu, kesehatan, keuangan, dirinya sendiri, dan kelompoknya (Eddington & Shuman, 2005). Kebahagiaan bisa dikategorikan sebagai kepuasan hidup yang dirasakan saat ini. Seligman (2002) dalam konsep authehtic happiness mengatakan bahwa emosi positif seseorang terkait dengan hal-hal yang membahagiakan dapat dibagi kedalam tiga kelompok besar, yaitu: emosi positif terhadap masa lalu, masa kini, atau masa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
depan. Emosi positif masa lalu bisa juga disebut kepuasan hidup, emosi positif terhadap masa depan dapat disebut optimis. Sedangkan emosi positif terhadap masa kini disebut “kebahagiaan.” Sumner (dalam Veenhoven, 2006) menggambarkan kebahagiaan sebagai “memiliki sejenis sikap positif terhadap kehidupan, dimana sepenuhnya merupakan bentuk dari kepemilikan komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif dari kebahagiaan terdiri dari suatu evaluasi positif terhadap kehidupan, yang diukur baik melalui standard atau harapan, dari segi afektif kebahagiaan terdiri dari apa yang kita sebut secara umum sebagai suatu rasa kesejahteraan (sense of well being), menemukan kekayaan hidup, keuntungan, perasaan puas atau dipenuhi oleh hal-hal tersebut.”25 Dua aspek ini disebut Pengukuran kebahagiaan (Measuring of Happiness): Afektif, dan Kepuasan hidup.26 Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memaknai kebahagiaan. Menurut Averill dan More (dalam Gelati, dkk, 2006) konsep mengenai kebahagiaan hampir berbeda disetiap budaya. Penyebabnya adalah adanya perbedaan nilai-nilai yang dianut setiap masyarakatnya sehingga setiap orang mampu memaknai kebahagiaan sesuai dengan nilai yang dianutnya.27 Suatu nilai kebahagiaan individu dipengaruhi oleh banyak faktor seperti budaya, kehidupan sosial, agama atau religiusitas, pernikahan, usia, pendidikan, pekerjaan, kejadian penting dalam hidup (life event), uang, kesehatan, traits (karakteristik kepribadian), jenis kelamin, dan tingkat kepadatan penduduk. Faktor– faktor tersebut membuat kebahagiaan kemudian bersifat subjektif dan kultural. 1. Budaya. Triandis (2000) mengatakan faktor budaya dan sosial politik yang spesifik berperan dalam tingkat kebahagiaan seseorang (dalam Carr, 2004). Hasil penelitian lintas budaya menjelaskan bahwa hidup dalam suasana demokrasi yang sehat dan stabil lebih daripada suasana pemerintahan yang penuh dengan konflik militer (Carr, 2004). Carr (2004), mengatakan bahwa budaya dengan kesamaan sosial memiliki tingakat kebahagiaan yang lebih tinggi. Kebahagiaan juga lebih tinggi pada kebudayaan individualitas 25 26 27
Radeya, Syaiful H. ”Konsep Happiness dan Pengukurannya” Academia.edu, Oct. 2010
Rusydi ( 2007) http://www.academia.edu/7423402/Jurnal_kebahagiaan_Eddingman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
dibandingkan dengan kebudayaan kolektivistis (Carr, 2004). Carr (2004) juga menambahkan kebahagiaan lebih tinggi dirasakan di negara yang sejahtera di mana institusi umum berjalan dengan efisien dan terdapat hubungan yang memuaskan antara warga dengan anggota
birokrasi
pemerintahan. 2. Kehidupan Sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Seligman dan Diener (Seligman 2005) menjelaskan hampir semua orang dari 10% orang yang paling bahagia sedang terlibat dalam hubungan romantis. Menurut Seligman (2005), orang yang sangat bahagia menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan, paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan mayoritas dari mereka bersosialisasi. 3. Agama atau Religiusitas. Orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius (Seligman, 2005). Selain itu keterlibatan seseorang dalam kegiatan keagamaan atau komunitas agama dapat memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Carr (2004) juga menambahkan keterlibatan dalam suatu agama juga diasosiasikan dengan kesehatan fisik dan psikologis yang lebih baik yang dapat dilihat dari kesetiaan dalam perkawinan, perilaku sosial, tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, dan bekerja keras. 4. Pernikahan. Seligman (2005) mengataka bahwa pernikahan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai hubungan kebahagiaan dengan pernikahan, yaitu orang yang lebih bahagia lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak
bahagia. Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan
banyak keuntungan yang dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman
psikologis dan fisik, memiliki anak, membangun keluarga,
menjalankan
peran sebagai orang tua, menguatkan identitas dan
menciptakan keturunan (Carr, 2004). Kebahagiaan orang yang menikah memengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005). Carr (2004), menambahkan orang yang bercerai atau menjanda lebih bahagia pada budaya kolektifis dibandingkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
dengan
budaya individualis karena budaya kolektifis menyediakan
dukungan social yang lebih besar daripada budaya individualis. 5. Usia. Penelitian dahulu yang dilakukan oleh Wilson mengungkapkan kemudaan dianggap mencerminkan keadaan yang lebih bahagia (Seligman, 2005). Namun setelah diteliti lebih dalam ternyata usia tidak berhubungan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Sebuah penelitian otoratif atas 60.000 orang dewasa dari 40 bangsa membagi kebahgiaan dalam tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek positif dan afek negatif (Seligman, 2005). Kepuasan hidup sedikitmeningkat sejalan dengan betambahnya usia, afek positif sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah intensitas emosi dimana perasaan “mencapai puncak dunia” dan
“terpuruk
dalam
keputusasaan”
berkurang
seiring
dengan
bertambhanya umur dan pengalaman. 6. Uang. Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan dan uang (Seligman, 2005). Umumnya penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan kebahagiaan antara orang yang tinggal di negara kaya dengan orang yang tinggal di negara miskin. Perbandingan lintas-negara sulit untuk dijelaskan karena negara yang lebih kaya juga memiliki angka buta huruf yang lebih rendah, tingkat kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, kebebasan yang lebih luas dan barang materil yang lebih banyak (Seligman, 2005). Seligman (2005) menjelaskan bahwa di negara yang sangat miskin, kaya berarti bias lebih bahagia. Namun di negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahgiaan (Seligman, 2005). Seligman (2005), menyimpulkan penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri. 7. Kesehatan. Kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan (Seligman, 2005). Menurut Seligman (2005), yang penting adalah persepsi subjektif kita terhadap seberapa sehat diri kita. Berkat kemampuan beradapatasi terhadap penedritaan, seseorang bisa menilai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
kesehatannya secara positif bahkan ketika sedang sakit. Ketika penyakit yang menyebabkan kelumpuhan sangat parah dan kronis, kebahagiaan dan kepuasan hidup memang menurun (Seligman, 2005). Seligman (2005) juga menjelaskan orang yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. 8. Jenis Kelamin. Jenis kelamin memiliki hubungan yang tidak konsisten dengan kebahagiaan. Wanita memiliki kehidupan emosional yang lebih ekstrim daripada pria. Wanita lebih banyak mengalami emosi positif dengan intensitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Tingkat emosi rata-rat pria dan wanita tidak berbeda namun wanita lebih bahagia dan lebih sedih daripada pria (Seligman, 2005).
http://digilib.mercubuana.ac.id/