5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Hotel
2.1.1
Pengertian Secara harfiah, kata Hotel awalnya berasal dari kata Hospitium (bahasa
latin), yang berarti ruangan tamu. Dalam jangka waktu yang lama kata Hospitium mengalami proses perubahan pengertian dan untuk membedakan antara Guest House dan Mansion House (rumah besar) yang berkembang saat itu, maka rumahrumah besar disebut dengan HOSTEL, yang memiliki arti rumah besar yang disewakan kepada umum/masyarakat untuk menginap dan beristirahat sementara waktu. Sesuai dengan perkembangan dan tuntutan orang-orang, kata Hostel lambat laun huruf “s” pada kata Hostel tersebutpun menghilang atau dihilangkan orang, sehingga kemudian kata Hostel berubah menjadi hotel seperti apa yang kita kenal sekarang. Seperti kata atau istilah, hotel pun didefinisikan dengan banyak pengertian dan batasan yang berbeda-beda seperti (Pratama, 2007) :
Menurut “Surat Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No.SK.241/G/70 tahun 1970” : Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan serta fasilitas lainnya dalam hotel untuk umum yang memenuhi syarat-syarat comfort dan bertujuan komersial.
Menurut “Surat Keputusan Menparpostel No.KM.94/HK.103/MPTT-87”. Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan, untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.
Menurut”Surat
Keputusan
Menteri
301/Phb.77, tgl 12 Desember 1977”:
5
Perhubungan
R.I
No.PM.10/PW-
6
Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan, berikut makan dan minum.
Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association). Hotel adalah suatu tempat, dimana disediakan penginapan, makan dan minum, serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang-orang yang tinggal untuk sementara waktu. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan di atas, maka yang dimaksud
dengan hotel adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa dan di dalamnya terdapat beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian sebagai akomodasi komersial, yaitu : 1) Hotel adalah suatu bangunan, sebagai suatu badan usaha yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunannya berfungsi sebagai akomodasi. 2) Menyediakan fasilitas pelayanan (jasa) penginapan, ditambah tersedianya makan dan minum, serta jasa-jasa lainnya. 3) Fasilitas dan pelayanan tersebut diperuntukan bagi semua orang dan masyarakat umum. 4) Berfungsi sebagai tempat sementara. 5) Dikelola secara komersial. Bertitik tolak dari unsur-unsur pokok di atas, maka dapat dirumuskan suatu definisi Hotel, sebagai berikut : Hotel adalah suatu jenis akomodasi, yang menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa-jasa lainnya untuk umum yang tinggal sementara waktu, dan dikelola secara komersial. 2.1.2
Fungsi Hotel Hotel berfungsi sebagai suatu sarana untuk memenuhi kebutuhan tamu
(wisatawan atau pelancong), sebagai tempat tinggal sementara selama berada jauh dari tempat asalnya. Oleh karena itu dalam Bahasa Inggris sering disebutkan bahwa Hotel Is A Home Away From Home (sebagai rumah kedua).
7
Kebutuhan tamu sama dengan kebutuhan manusia lainnya yaitu berupa kebutuhan fisik seperti sandang, pangan, papan, dan kebutuhan psikis seperti keamanan, ketenangan, ketentraman, kebutuhan sosial, harga diri, cinta kasih dan penghargaan atas prestasi, maka dari itu kebutuhan tamu yang pokok di dalam hotel adalah istirahat, tidur, mandi, makan, minum, hiburan, dan lainnya. Sekarang ini industri pariwisata sudah memasuki apa yang disebut dengan Mass Industry, dimana orang-orang tidak lagi melakukan perjalanan hanya untuk kepentingan pribadi atau keluarga, tetapi sudah ada kepentingan lain, dan terkadang tidak hanya sendirian tapi juga bisa rombongan. Apalagi dewasa ini sedang berkembang suatu jenis pariwisata yang pasaran potensialnya adalah orang-orang yang melakukan perjalanan bukan bertujuan untuk sekedar menginap atau beristirahat, namun untuk tujuan penelitian, pertemuan bisnis, konferensi, seminar, kongres, lokakarya, musyawarah nasional dan kegiatan-kegiatan lain semacam itu, yang tentunya membutuhkan penyediaan fasilitas dan sarana yang lengkap. Dengan demikian bahwa, hotel sebagai suatu akomodasi komersial berfungsi bukan hanya untuk menginap saja, beristirahat, makan, dan minum bagi masyarakat tamu, akan tetapi juga sebagai tempat suksesnya suatu acara atau upacara, konferensi dan lain-lain sehingga penyediaan fasilitasnyapun disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan para tamunya (Pratama, 2007).
2.1.3 Karakteristik Usaha Hotel Sebagai suatu usaha akomodasi, hotel memiliki karakteristik khas yang membedakannya dengan jenis-jenis lainnya. Karakteristik yang dimaksud adalah (Pratama, 2007) : 1) Industri hotel sangat dipengaruhi oleh keadaan politik, sosial, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. 2) Industri hotel menghasilkan dan menjual produknya di dalam hotel. 3) Industri hotel bekerja 24 jam, tanpa libur dalam melayani tamunya. 4) Industri hotel memperlakukan tamunya layaknya raja. 5) Industri hotel senantiasa mengutamakan kwalitas pelayanannya.
8
2.1.4
Kelompok Hotel Hotel dapat dikatagorikan menjadi beberapa kelompok (Pratama, 2007) : a. Menurut jumlah kamar 1) Hotel Kecil, ialah hotel yang memiliki jumlah kamar kurang dari 50 kamar. 2) Hotel Menengah, ialah hotel yang memiliki jumlah kamar antara 50 s/d 100 kamar. 3) Hotel Besar, ialah hotel yang memiliki jumlah kamar 100 ke atas. b. Menurut waktu operasi 1) Around the Year Hotel, ialah hotel yag beroperasi sepanjang tahun. 2) Seasonal Hotel, ialah hotel yang beroperasi pada musim tertentu. c. Menurut lokasi hotel 1) Hotel Kota, ialah hotel yang berlokasi di daerah pusat kota atau perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi tamu yang beristirahat dalam jangka waktu pendek, dan umumnya dihuni oleh tamu yang mempunyai kepentingan usaha atau dagang (usahawan). Dari itu biasanya ada commercial centre. 2) Recidensial Hotel, ialah hotel yang berlokasi di pinggiran atau dekat kota-kota besar, yang jauh dari keramaian kota tetapi tetap mudah mencapai tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di daerah yang tenang, karena diperuntukan bagi mereka yang akan tinggal dalam waktu lama. 3) Resort Hotel, ialah hotel yang berlokasi, di daerah pegunungan atau tepi pantai, tepi danau atau tepi sungai. Hotel semacam ini berlokasi di daerah tenang, diperuntukan terutama bagi tamu keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur, atau orangorang yang datang untuk berekreasi. 4) Motel, ialah hotel yang berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menguhubungkan satu kota besar lainnya, atau di pinggir jalan raya dekat kota. Hotel jenis ini diperuntukan bagi traveler yang menggunakan mobil sendiri, untuk beristirahat
9
sementara. Hotel biasanya menyediakan garasi yang menyatu dengan bangunan kamar tamu, atau parkir khusus mobil yang terpisah. d. Menurut standar hotel 1) Hotel Nasional 2) Hotel Semi Internasional 3) Hotel Internasional
1) Hotel Nasional Adalah hotel yang jangkauan pelayanannya hanya terbatas dalam suatu Negara dimana hotel tersebut berada. 2) Hotel Semi Internasional Adalah hotel transisi yang memiliki sistem pengelolaan nasional dengan ID lokasinya hanya pada satu Negara yang jangkauan pelayanan dunia. 3) Hotel Internasional Adalah hotel yang memenuhi ketentuan : management ( pengelolaan), room capacity (kapasitas kamar), facility (fasilitas), employment (tenaga kerja), administration secara internasional. Dimana dalam menjalankan operasional hotel selalu mengutamakan pelayanan terhadapap tamu dengan sebaik-baiknya degan filosofi “tamu adalah raja”, dan selalu berusaha menyesuaikan pelayan dengan pola hidup sehari-hari dari Negara mana mereka berasal, tentunya menurut ukuran dan standar internasional. Hotel ini biasanya merupakan grup perusahaan dengan sistem pengelolaan terpusat dan berda pada banyak negara. Menurut aturan Dirjen Pariwisata, hotel internasional adalah hotel yang memiliki jumlah kamar minimal 100 kamar, dengan kelengkapan fasilitas Deluxe.
10
2.1.5
Klasifikasi Hotel Klasifikasi hotel berbintang yang di dalamnya menyangkut jumlah kamar,
luas kamar, dan fasilitas lainnya telah ditentukan oleh Dirjen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Tabel 2.1 Klasifikasi hotel berbintang
Bintang
1
Jumlah kamar Suite Room
10-11 -
Luas Kamar
Single Double
14 m2 -
Lobby Fasilitas Olahraga Saluran Komunikasi Rental
ada 1 1 1
Air
150 lt
2 1529 1 16 m2 22 m2
3
4
5
30-49 2
50-90 3
>100 4
18 m2
21 m2
26 m2
24 m2
48 m2
ada 2 2 3 300 lt
Min.30 m2 3 3 3
Min.30 m2 3 4 4
52 m2 Min.100 m2 3 6 5
500 lt
750 lt
750 lt
Sumber : Keputusan Dirjen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi no.14/U/II/1988
2.1.5.1 Kriteria Fasilitas Hotel Bintang Lima Hotel kelas ini mempunyai kondisi sebagai berikut (Marlina, 2008) : 1. Umum a) Lokasi mudah dicapai, dalam arti akses ke lokasi tersebut mudah b) Bebas polusi c) Unsur dekorasi Indonesia tercermin pada lobby d) Bangunan terawat rapi dan bersih e) Sirkulasi di dalam bangunan mudah 2. Bedroom a) Mempunyai minimum 100 kamar standar dengan luasan 26 m2/ kamar b) Mempunyai minimum 4 kamar suite dengan luasan 52 m2/ kamar c) Tinggi minimum 2,6 m tiap lantai d) Dilengkapi dengan pengatur suhu di dalam kamar
11
3. Dining Room a) Mempunyai minimum 3 buah dinning room, salah satunya dengan spesialisasi masakan(Japanese/Chinese/European food). 4. Bar a) Apabila ruang tertutup maka harus dilengkapi dengan pengatur udara mekanik (AC) dengan suhu 24̊ C b) Lebar ruang kerja bartender setidaknya 1 m 5. Ruang fungsional a) Minimum terdapat 1 buah pintu masuk yang terpisah dengan lobby dengan kapasitas minimum 2,5 kali jumlah kamar b) Dilengkapi dengan toilet apabila tidak satu lantai dengan lobby c) Terdapat prefunction room 6. Lobby a) Mempunyai luas minimum 100 m2 b) Terdapat 2 toilet umum untuk pria dan 3 toilet umum untuk wanita dengan perlengkapannya 7. Drug Store a) Minimum terdapat drugstore, bank, money changer, biro perjalanan, travel agent, souvenir shop, perkantoran, butik dan salon b) Tersedia poliklinik c) Tersedia paramedic 8. Sarana Rekreasi dan Olahraga a) Minimum 1 buah pilihan : tenis, bowling, golf, fitness, sauna, billiard, jogging, diskotik dan taman bermain anak. b) Terdapat kolam renang dewasa yang terpisah dengan kolam renang anak. c) Terdapat fasilitas nightclub/diskotik kedap suara dengan AC dan toilet. 9. Utilitas Penunjang a) Transportasi vertical mekanis. b) Ketersediaan air bersih minimum 750 liter/orang/hari. c) Dilengkapi dengan instalasi air panas/dingin.
12
d) Dilengkapi dengan sentral video, music, teleks, radio, carcall. 10. Business Center Di business center ini tersedia beberapa staf yang dapat membantu dengan
bertindak
sebagai
co-secretary
para
tamu
yang
ingin
berkomunikasi dengan kantor pusatnya maupun relasi bisnisnya. Selain itu, ada pula fasilitas lain seperti faksimili, teleks, mecanograf. Para tamu dapat memanfaatkan pelayanan dengan akses internet melalui kamarnya untuk reservasi dan promosi usahanya, di samping juga dapat melakukan telekonferensi. 11. Restoran Subbagian restoran di hotel besar dapat dibagi menjadi : a) Main dining room atau ruang makan utama yang menyediakan makanan Peraneis atau internasional. b) Coffe shop, restoran yang menyediakan dan menyajikan makan pagi dengan menu dan jenis pelayanannya lebih sederhana atau biasa disebut ready on plate. c) Restoran yang spesifik seperti grill-room, pizzarea, japanesse, oriental. d) Room service : restoran yang melayani dan menyediakan hidangan makanan dan minuman kepada tamu hotel yang enggan keluar kamar. Atas dasar pesanan tamu, makanan dan minuman diantar langsung ke kamar tamu. e) Take out service dan out side catering : untuk lebih meningkatkan pendapatan penjualan produk yang dihasilkan oleh dapur hotel ada beberapa hotel yang melayani pesanan makanan dan minuman dan penyelenggaraan perjamuan di luar hotel seperti misalnya untuk perjamuan instansi-instansi pemerintah, perjamuan kenegaraan dan instansi-instansi swasta. Di samping itu, toko makanan berupa kue-kue yang dijual oleh pastry shop yang ada di hotel juga melayani penjualan kue-kue dan ice cream untuk keperluan umum.
13
12. Kolam Renang (Swimming pool) Ada dua macam kolam dalam hotel, yaitu indoor swimming pool dan outdorr swimming pool. Fasilitas ini biasanya dilengkapi tempat mandi sauna dan didekorasi dengan indah. Kedalaman kolam renang yang baik antara 1 m – 1,6 m, kedalaman kolam tidak ada ketentuan khusus, tetapi harus sesuaikan dengan kebutuhan.
2.1.6
Departemen-departemen dalam Hotel Sesuai dengan fungsinya, penyelenggaraan kerja dalam hotel dibagi atas
beberapa departemen atau bagian, yang terdiri dari departemen-departemen pokok, yaitu (Pratama, 2007) : 1) Bagian Kantor Depan (Front Office) Front Office Department dibagi atas beberapa seksi yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Seksi atau Supervisior, antara lain :
Pelayanan Penerimaan Tamu (Reception)
Pelayanan Pemesanan Kamar (Reservation)
Pelayanan Barang Bawaan Tamu (Uniformed service)
Pelayanan Informasi (Information)
Pelayanan Telepon (Telephone Operator)
Pelayanan Penanganan Pembayaran (Front Office Cashier)
2) Bagian Tatat Graha dan Dobi (Housekeeping & Laundry)
Pelayanan Sub Bagian Kamar (Floor section)
Pelayanan Sub Bagian Ruangan Umum (Public area section)
Pelayanan Linen
Pelayanan Dobi (Laundry service)
3) Bagian Makanan dan Minuman (Food & Beverage)
Kitchen
Restoran (dinning room, coffee shop, grill room, speciality restaurant)
Bar
Room service
14
Function hall
Stewarding
Pastry
4) Bagian Akunting (Accounting) 5) Bagian Pemasaran (Marketing) 6) Bagian Engineering (Power-Mechanical) 7) Bagian Personalia (Personel)
2.2
Penggunaan Energi Pada Bangunan Hotel Konsumen energi pada bangunan hotel terutama adalah peralatan-
peralatan sistem tata udara dan refrigrasi, kemudian diikuti sistem penerangan dan transportasi di dalam bangunan. Akan dibahas penggunaan energi untuk penyegaran udara, penerangan dan transportasi di dalam bangunan karena pada sektor-sektor ini konsumsi energinya cukup besar.
2.2.1
Sistem Pengkondisian Udara Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki tingkat suhu dan
kelembaban yang bisa dikategorikan tinggi. Untuk mendapatkan suhu yang sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan suatu sistem pengkondisian udara. Pengkondisian udara adalah memberi suatu perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni di dalamnya. Dengan kemajuan dan semakin berkembangnya teknologi, suhu dan kelembaban yang tinggi ini bisa dimanipulasi melalui perbaikan perlengkapan ventilasi untuk mengontrol sirkulasi udara yang alami, ataupun dengan penggunaan kipas angin atau dengan pemasangan AC (Air Conditioner). Bagi setiap industri perhotelan yang menjual jasa kenyamanan, sistem pengaturan suhu memiliki peranan yang penting. Dimana dalam memenuhi titik kenyamanan ini yang disebut dengan istilah thermal comfort (kenyamanan terhadap kondisi udara sekitar), harus memenuhi standar yang sudah ditentukan. Standar thermal comfort untuk negara-negara dengan iklim tropis berkisar pada
15
suhu diantara 24-26oC, dengan kelembaban antara 50-60%. Pada titik kenyamanan (thermal comfort) ini, suhu udara, sirkulasi dan kebersihan udara tidak boleh mengganggu kinerja manusia dalam melakukan pekerjaannya (Elyza, 2005).
2.2.1.1
Jenis Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan cara untuk mendapatkan kondisi udara ruangan yang
nyaman, sistem pengkondisian udara dapat
dibedakan menjadi
sistem
pengkondisian udara alami dan buatan.
2.2.1.1.1
Sistem Pengkondisian Udara Alami / Ventilasi Merupakan sistem pengkondisian udara yang memanfaatkan udara luar
ruangan secara langsung untuk pengkondisian udara dalam ruangan. Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Ventilasi bertujuan (SNI 03-65722001,2001) : a.
Menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan dan proses-proses pembakaran.
b.
Menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c.
Menghilangkan kalor yang berlebihan.
d.
Membantu mendapatkan kenyamanan thermal. Ventilasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan
gedung yang disebabkan oleh angin dank arena adanya perbedaan temperature, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi. Ventilasi yang disediakn harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana yang lain yang dapat dibuka, dengan (SNI 03-6572-2001,2001) : a.
Jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi.
b.
Arah yang menghadap ke :
16
Halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka ke atas. Teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenisnya. Ruangan yang bersebelahan.
2..2.1.1.2 Sistem Pengkondisian Udara Buatan Merupakan sistem pengkondisian udara yang menggunakan teknologi untuk pengkondisian udara dalam ruangan. Beberapa teknologi yang digunakan, a) Kipas Angin Plafon Selama udara dingin, kipas angin itu harus digerakkan ke arah jarum jam, kebalikan dari arah pada musim panas. Alasannya adalah karena hawa dingin adalah lebih pekat, menjalankan kipas plafon searah jarum jam dapat mendorong hawa dingin ke atas, dan menarik hawa hangat di sekitar plafon ke atas samping, yang kemudian melalui dinding turun ke bawah ruangan. Jadi ketika membeli kipas angin jangan lupa memastikan fitur dua arah sehingga bisa menggunakannya sepanjang tahun. Dengan menggunakan kipas angin ultra efisien sekecil 100 watt, Anda dapat menghemat hingga 10% biaya pemanas. Kipas angin plafon benar-benar membantu saat cuaca panas dan sangat efektif dipakai di daerah yang kering. Dengan menggerakkan hawa panas di suatu ruangan, kipas itu dapat membantu evaporasi keringat di kulit Anda sehingga mempunyai suatu efek pendinginan hingga 8 derajat lebih dingin. Kipas angin plafon juga bisa digunakan bersama dengan alat pendingin evaporatif untuk membuatnya menjadi lebih efektif, sehingga memungkinkan Anda menyetel rendah alat pengatur suhu (Bachsoni, 2009). b) Turbin Atap Turbin atap adalah cerobong yang berputar ringan untuk menghisap udara ke luar rongga atap. Tahan air dan tidak menggunakan listrik. Turbin atap dapat berputar dengan sedikit tiupan udara dan kebanyakan bisa menahan angin topan. Selain itu pemasangannya juga relatif mudah. Selama musim panas, ruang antara langit-langit dan atap akan sangat panas. Bisa mencapai 50-60 derajat Celsius. Meskipun pada atap rumah
17
terdapat insulasi, sebagian dari panas ini tetap akan masuk ke dalam ruangan rumah. Setelah turbin atap terpasang, seketika dapat dirasakan berkurangnya hawa panas, rasanya seperti membuka pintu perapian. Kebanyakan hawa panas di dalam ruangan dibuang dengan cepat dan perbedaannya sangat nyata. Selama cuaca dingin, tergantung apakah Anda menggunakan insulasi atap atau tidak, tetapi membuka lubang turbin atap dapat membantu mengurangi embun di atap. Hal ini bukan saja dapat membantu melindungi kayu di plafon, tetapi juga membantu insulasi Anda. Insulasi yang lembab tidak akan sama efektif ketika kering (Bachsoni, 2009).
c) Air Conditioner AC bekerja dengan menghasilkan udara yang suhunya lebih rendah dari udara sekitarnya. Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Elyza,, 2005) : -
Kompresor menekan gas freon, membuatnya menjadi gas yang panas dan bertekanan tinggi.
-
Gas panas ini kemudian bergerak melalui kumparan sehingga perlahan panasnya hilang dan berubah wujud menjadi bentuk cair.
-
Freon cair tersebut bergerak melalui sebuah katup pengembang (expansion valve), dan dalam prosesnya berubah menjadi gas dingin dengan tekanan rendah.
-
Gas dingin ini kemudian bergerak melalui satu set kumparan dan ditiup keluar oleh kipas sehingga gas tersebut menyerap panas dan mendinginkan suhu di dalam gedung.
ket : A : Expansion valve B : Kompresor
18
Gambar 2.1 Cara kerja AC (Sumber : Elyza,2005)
Berdasarkan kapasitasnya, AC dapat dibagi menjadi 5 tipe, yakni : 1.
AC Window Pada AC jenis ini, evarator, kondensor dan kipas dipasang dalam satu unit.
Kapasitas AC jenis ini biasanya rendah, berkisar antara 0,5-1 PK. Berikut ini gambar dari AC Window (Elyza,2005) .
Gambar 2.2 AC Window (Sumber : Elyza,2005)
2.
AC Split Pada AC jenis ini, evarator dan kipasnya dipasang di dalam area yang akan
dikondisikan. Sedangkan untuk kompresor, kondensor, dan kipas dipasang diluar gedung. Biasanya, kapasitas AC jenis ini berkisar diantara 0,5-3 PK. Berikut ini gambar dari AC Split (Elyza,2005).
19
Gambar 2.3 AC Split (Sumber : Elyza,2005)
3.
Chiler water plant Secara prinsip, cara kerja AC jenis ini sama dengan jenis AC yang lain,
namun untuk jenis ini kondensornya didinginkan dengan menggunakan air, bukan gas freon. AC tipe ini memerlukan sebuah menara pendingin. Dimana secara umum, AC tipe ini biasanya digunakan sebagai sistem penyejuk udara yang tersentralisasi di gedung-gedung besar, sehingga evaporatornya tidak secara langsung mengatru udara namun mendinginkan air. Udara didinginkan oleh evaporator kemudian mengalir ke FCU dan AHU untuk mengatur suhu di gedung. AC jenis ini umumnya dilengkapi dengan sebuah kompresor yang terletak terpisah. Berikut ini gambar dari AC Chiler water plant (Elyza,2005).
Gambar 2.4 Chiler water plant (Sumber : Elyza,2005)
4.
AC floor mounted AC jenis ini memiliki cara kerja yang serupa dengan cara kerja AC split,
namun kapasitasnya yang dimiliki AC jenis lebih besar, berkisar antara 0,5-20 PK dan diletakkan pada lantai. Berikut ini gambar dari AC floor mounted (Elyza,2005).
20
Gambar 2.5 AC Floor Mounted (Sumber : Elyza,2005)
5.
Rooftop liquid chiler AC jenis memiliki prinsip kerja yang serupa dengan AC floor mounted,
akan tetapi pemasangan evaporatornya di plafon. Berikut ini gambar dari AC Rooftop liquid chiler (Elyza,2005).
Gambar 2.6 Rooftop Liquid Chiler (Sumber : Elyza,2005)
2.2.1.2 Karakteristik Sistem Pengkondisian Udara yang Direkomendasikan Tujuan utama sistem pengkondisian udara adalah mempertahankan keadaan udara di dalam ruangan dan meliputi pengaturan temperatur, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara. 1.
Temperatur udara
21
a.
Temperatur udara kering sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor yang dilepas melalui penguapan (ebaporasi) dan melalui konveksi (SNI 03-6572-2001,2001).
b.
Daerah kenyamanan termal untuk daerah tropis dapat dibagi menjadi: (SNI 03-6572-2001,2001) - sejuk nyaman, antara temperatur efektif 20,5oC – 22,8 oC - nyaman optimal, antara temperatur efektif 22,8 oC – 25,8 oC - hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8 oC – 27,1 oC
c.
Pemilihan ukuran AC dengan menggunakan metode Tonnage (Elyza,2005) Tentukan total area ruangan yang ingin dikondisikan, kemudian total area dibagi 55 untuk mencapai kebutuhan minimal tonnage. Tentukan jumlah orang yang biasanya ada di ruangan. Untuk 10 orang yang hadir di waktu bersamaan di dalam ruangan, tambahkan 0,5 tonnes dari kebutuhan minimal. Bila kurang dari 10, maka tak perlu ada penambahan tonnage. Berapa banyak peralatan yang menggunakan peralatan listrik atau penerangan di luar. Untuk setiap 1500 watt listrik yang digunakan, tambahkan 0,5 tonnes. Jumlahkan total tonnage dan konversikan ke dalam Btu/h dimana 1 tonnage = 12000 Btu/h
2.2.2
Energi Untuk Penerangan Besarnya energi yang digunakan untuk penerangan di dalam suatu
bangunan dapat merupakan bagian yang cukup besar dari seluruh energi yang digunakan di dalam bangunan tersebut. Untuk memberikan penerangan pada suatu tempat diperlukan cahaya, dan untuk mendapatkan cahaya diperlukan energi. Makin tinggi tingkat penerangan yang dikehendaki, makin banyak cahaya yang diperlukan, demikian pula energi yang digunakan.
22
2.2.2.1 Jenis Sistem Penerangan Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, sistem penerangan dapat dibedakan menjadi sistem penerangan alami dan buatan. 2.2.2.1.1
Sistem Penerangan Alami Sistem pencahayaan alami menggunakan sinar matahari sebagai
sumber cahayanya untuk pencahayaan dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila (RSNI 03-2396-2001, 2001) : a.
Pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b.
Distribusi cahaya di dalam ruangan yang cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. Kualitas pencahayaan yang harus dan layak disediakan, ditentukan oleh:
a.
Penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya penglihatan oleh mata terhadap aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan itu.
b.
Lamanya aktivitas yang memerlukan daya penglihatan yang tinggi dan sifat aktivitasnya, sifat aktivitas dapat secara terus menerus memerlukan perhatian dan penglihatan tepat, atau dapat pula secara periodic dimana mata dapat beristirahat. Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut :
a.
Kualitas A : kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya.
b.
Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan sebagainya.
c.
Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pekerja, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar. dan sebagainya.
d.
Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan sebagainya
23
Tingkat pencahayaan optimal. Untuk memperoleh tingkat pencahayaan yang optimal harus diperhatikan : a.
Bagian dari jendela yang tidak tembus cahaya perlu diadakan koreksi.
b.
Perhitungan secara global dilakukan menurut ratio luas bagian yang tidak dapat ditembus cahaya terhadap luas bagian seluruh lubang secara efektif. Dalam pendistribusi cahaya dalam ruangan, kualitas pencahayaan alami
siang hari dalam suatu ruangan dapat dikatakan baik apabila : a.
Tingkat pencahayaan yang minimal dibutuhkan selalu dapat dicapai atau dilampaui tidak hanya pada daerah-daerah di dekat jendela atau lubang cahaya tetapi untuk ruangan secara keseluran.
b.
Tidak terjadi kontras antara bagian yang terang dan gelap yang terlalu tinggi (40:1) sehingga dapat mengganggu penglihatan. Untuk meningkatkan kualitas pencahayaan alami siang hari di dalam
ruangan perlu diperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah ini : a.
Apabila kondisi bangunan memungkinkan, hendaknya ruangan dapat menerima cahaya lebih dari satu arah. Hal ini akan membantu meratakan distribusi cahaya dan mengurangi kontras yang mungkin terjadi.
b.
Untuk memanfaatkan sebaik-baiknya pemasukan cahaya alami ke dalam ruangan, hendaknya permukaan ruangan bagian dalam menggunakan warna cerah.
c.
Vutrase (gorden transparan) dapat membantu membaurkan cahaya, tetapi juga mengurangi cahaya yang masuk. Pengurangan cahaya dapat mencapai 50% atau lebih, tergantung pada bahan yang digunakan.
d.
Kasa nyamuk dapat mengurangi banyaknya arus cahaya yang masuk sekurang-kurangnya 15%.
e.
Penggunaan kasa khusus untuk mengurangi radiasi termal sebaiknya tidak mengurangi cahaya yang masuk.
f.
Bentuk lubang cahaya Lubang cahaya yang melebar akan berguna untuk mendistribusikan cahaya lebih merata dalam arah lebar ruangan.
24
Lubang cahaya efektif yang ukuran tingginya lebih besar dari ukuran lebarnya memberikan penetrasi ke dalam yang lebih baik. Pada pencahayaan alami siang hari sebagai sumber masuknya cahaya ke dalam ruangan adalah lubang cahaya. Pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah menghindarkan adanya penghalang yang dapat mengurangi terang langit yang masuk ke dalam ruangan dan membersihkan kaca-kaca.
2.2.2.1.2
Sistem Penerangan Buatan Suatu sistem penerangan buatan terdiri dari sumber cahaya (lampu),
dan alat-alat pendukung lampu seperti armatur dan balast. Masing-masing komponen akan mempengaruhi kinerja, penggunaan energi, dan tentunya biaya energi pada sistem penerangan itu. 1. Lampu a. Lampu LED Lampu LED merupakan lampu terbaru yang merupakan sumber cahaya yang efisien energinya. Ketika lampu LED memancarkan cahaya nampak pada gelombang spektrum yang sangat sempit, mereka dapat memproduksi “cahaya putih”. Hal ini sesuai dengan kesatuan susunan merah-biru hijau atau lampu LED biru berlapis fospor. Lampu LED bertahan dari 40.000 hingga 100.000 jam tergantung pada warna. Lampu LED digunakan untuk banyak penerapan pencahayaan seperti tanda keluar, sinyal lalu lintas, cahaya dibawah lemari, dan berbagai penerapan dekoratif. Walaupun masih dalam masa perkembangan, teknologi lampu LED sangat cepat mengalami kemajuan dan menjanjikan untuk masa depan. Pada cahaya sinyal lalu lintas, pasar yang kuat untuk LED, sinyal lalu lintas warna merah menggunakan lampu 10W yang setara dengan 196 LEDs, menggantikan lampu pijar yang menggunakan 150W. Berbagai perkiraan potensi penghematan energi berkisar dari 82% hingga 93%. Produk pengganti LED, diproduksi dalam berbagai bentuk termasuk batang ringan, panel dan sekrup dalam lampu LED, biasanya memiliki kekuatan 2-5W masing-masing, memberikan penghematan yang cukup berarti dibanding lampu pijar dengan
25
bonus keuntungan masa pakai yang lebih lama, yang pada gilirannya mengurangi perawatan (UNEP, ----).
b. Lampu Hemat Energi (LHE) Jenis LHE adalah lampu jenis Fluorescen atau lebih dikenla dengan lampu neon. Sekarang ini yang sedang populer dan giat-giatnya dipublikasikan oleh para produsen perlampuan adalah lampu fluorescen model SL & PL. Lampu model SL & PL pada prinsipnya secara teknis sama dengan model lampu jenis fluorescen biasa yaitu efficacy lampu berkisar 60 Lumen/W, hanya keistimewaan mempunyai bentuk yang ringkas, tidak memanjang seperti lampu fluorescen biasa, komponen elektrisnya yang terdiri dari ballas, capasitor dan stater terpadu dalam suatu kesatuan dalam lampu dan disebut model SL, sedangkan model PL untuk komponen elektrisnya terpisah dari lampu . Bentuk kaki lampu dibuat sama seperti pada kaki lampu pijar yaitu dengan sistem ulir dengan ukuran standar E.27. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penggantian pada lampu pijar diubah menjadi lampu fluorescen . Ada juga lampu fluorescen model ring yang kaki lampunya diubah mengikuti seperti lampu pijar, yaitu sistem ulir ukuran standar E.27. Renderasi warna (Colour rendering) dapat dipilih berbagai masam sesuai yang diinginkan oleh konsumen, Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar / acuan yang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day ligh, dll, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lempu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. Umur lampu fluorescen adalah 8000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam. Untuk lebih jelasnya, kriteria kinerja pencahayaan dari beberapa tipe lampu dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.
26
Tabel 2.2 Karakteristik Kinerja Pencahayaan (UNEP,----) Lum/watt kisaran
Jenis lampu
Indeks
rata-
perubah
rata
an
Penerapan
Umur (jam)
warna Lampu pijar
Lampu neon
CFL
8-18
14
46-60
59
40-70
60
Rumah,restoran,penerangan
sekali
umu,penerangan darurat
Baik
Kantor,pertokoan,rumah
Sangat
5000
Hotel,pertokoan,rumah,kantor
baik Cukup
44-57
1000
sakit,rumah
Merkuri tekanan tinggi (HPMV)
Baik
Penerangan
umum
pabrik,garasi,tempat
50
8000-10000
di parkir
mobil,penerangan
5000
berlebihan/sangat terang Lampu halogen 18-24
20
Baik
Peraga,penerangan
sekali
berlebihan,arena pameran,area
2000-4000
konstruksi Sodium tekanan tinggi (HPSV)
Cukup 67-121
90
Penerangan
umum
di
pabrik,gudang,penerangan
6000-12000
jalan Sodium tekanan rendah (LPSV)
Buruk 101-175
150
Jalan raya,terowongan,kanal,penera
6000-12000
ngan jalan
2.
Armatur Armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk mengendalikan dan
mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk melindungi lampu dan peralatan pengendali
listrik.
Untuk
memilih
armatur
yang
digunakan,
perlu
dipertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan pencahayaan, sebagai berikut (SNI 03-6575-2001,2001) : a.
Distribusi intensitas cahaya.
b.
Efisiensi cahaya.
c.
Koefisien penggunaan.
27
d.
Perlindungan terhadap kejutan listrik.
e.
Ketahanan terhadap masuknya air dan debu.
f.
Ketahanan terhadap timbulnya ledakan dan kebakaran.
g.
kebisingan yang ditimbulkan.
2.2.2.2 Karakteristik Sistem Pencahayaan yang Direkomendasikan Berikut ini adalah beberapa karakteristik tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (SNI 03-6197-2000,2000) : Tabel 2.3 Tingkat pencahayaan yang direkomendasikan (SNI 03-6197-2000, 2000).
Fungsi Ruangan Rumah Tinggal : Teras Ruang tamu Ruang makan Ruang kerja Kamar tidur Kamar mandi Dapur Garasi Perkantoran : Ruang direktur Ruang kerja Ruang komputer Ruang rapat Ruang gambar Gudang arsip Ruang arsip aktif Lembaga Pendidikan : Ruang kelas Perpustakaan Laboratorium Ruang gambar Kantin Hotel dan Restauran : Lobi, koridor Ruang serbaguna Ruang makan Kafetaria Kamar tidur Dapur
Temperatur Warna Warm Cool White Daylight white 3300K > 5300K <3300 K 5300K
Tingkat Pencahayaan (Lux)
Kelompok renderasi warna
60 120 – 150 120 – 250 121 – 250 122 – 250 250 250 60
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 3 atau 4
350 350 350 300 750 150 300
1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2 1 1 atau 2 1 atau 2 1 atau 2
250 300 500 750 200
1 atau 2 1 atau 2 1 1 1
●
100 200 250 200 150 300
1 1 1 1 1 atau 2 1
● ● ● ● ● ●
●
● ●
● ● ●
●
● ● ● ● ●
●
● ● ● ● ● ● ●
● ● ●
● ● ● ● ●
● ● ● ●
● ● ● ● ●
● ●
● ● ●
28
Standar penerangan pada sektor perhotelan dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.4 Standar penerangan pada sektor perhotelan (Elyza,2005)
Area
Standar (Lux)
Area umum, taman
30
Lorong, gudang yang jarang digunakan, restoran
75
Kantor, lobby,lift, tangga, tempat parkir
150
Ruang pertemuan, kantor, took, kasir
300
Kamar tamu, ruang laundry, dapur
2.2.3
300 – 400
Energi pada Lift Lift merupakan alat transportasi vertical yang banyak digunakan pada
gedung bertingkat. Di dalam pengertiannya, lift diartikan sebagai suatu alat pengangkut orang maupun barang ke arah vertical. Perencanaan lift umumnya telah dipersiapkan sejak akan dimulainya bangunan suatu gedung. Dengan demikian kebutuhan ruang untuk lift dan peralatan-peralatannya dapat diperhitungkan sebelumnya. Suatu lift diusahakan agar dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya atau setidaknya cukup bisa diandalkan pemakaiannya untuk suatu gedung tertentu dengan pertimbangan kenyamanan dan ekonomis. Pemasangan lift yang ideal menghendaki waktu tunggu untuk sebuah kereta pada beberapa tingkat lantai yang minimum, percepatan yang nyaman, transportasi yang cepat, lembut, dan penundaan yang singkat, serta otomatis leveling pada pendaratan. Penunjuk tampilan lantai yang bagus dalam kereta maupun saat pendaratan, pengoperasian kereta yang mudah dan tombol pemanggil yang lembut (soft), tenang dan pengoperasian yang aman untuk semua peralatan mekanik pada semua kondisi beban, penerangan yang memadai dan suasana kereta yang nyaman. Lift mempunyai aspek arsitektur yang baik. Karena lift dan pintu masuk harus disajikan sesuai dengan arsitektur bangunan. Secara garis besar, dalam suatu instalasi sistem lift terdapat komponenkomponen, modul (ruang lift), motor listrik, tali baja, dan sistem control otomatik. Gerakan modul terjadi karena putaran motor listrik yang dihubungkan dengan tali
29
baja ke modul tersebut. Dengan demikian maka energi yang dibutuhkan dalam operasionalnya adalah energi listrik yang dikonsumsi tegantung dari bebebrapa faktor antara lain : 1. Berat muatan dalam lift. 2. Frekuensi operasi dalam suatu selang waktu. 3. Jumlah jam pemakaian dalam satu hari. 4. Jumlah lantai/tinggi bangunan. 5. Pengaturan jadwal operasi lift (bila terdapat lebih dari satu buah lift) yang tidak hemat. 6. Perawatan terhadap komponen/alat-alat lift secara teratur. Faktor-faktor berpengaruh diatas perlu mendapat perhatian dalam rangka audit energi pada bangunan berlantai banyak, agar supaya efisiensi penggunaan energi pada sektor ini lebih optimal. Secara umum besarnya daya/energi listrik yang dikonsumsi oleh suatu sistem instalasi, sudah dapat diperkirakan dari besarnya kapasitas terpasang dari sistem tersebut (Satriya Utama, 1995).
2.2.4
Laundry Bagian laundry atau bisa dikatakan sebagai departemen laundry
merupakan suatu bagian yang berkaitan dengan kegiatan pencucian dengan air terhadap tekstil dalam arti segala jenis tekstil serta bentuk olahannya dengan menggunakan media utama air, chemicals dan mesin cuci. Jika dilihat dari bagian housekeeping bagian laundry ini berkaitan dengan sebuah usaha atau bagian dalam hotel yang tugasnya adalah bertanggung jawab pada kebersihan pakaian tamu, line-linen hotel, seragam karyawan yang diserahkan kepada bagian laundry. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, bagian laundry memerlukan mesin-mesin yang berhubungan dengan pencucian, mesin-mesin itu adalah sebagai berikut :
30
a. Marker Machine (Mesin Pemberi Tanda) Marker machine adalah mesin yang bekerja secara otomatis, memberi tanda pada cucian tamu. Mesin ini dapat mencetak nomor kamar, nomor urut pada pita kecil dan menempelkannya pada cucian tamu. Tanda ini untuk menghindari hilangnya cucian milik tamu atau cucian tertukar. b. Washing Machine (Mesin Cuci) Washing machine adalah mesin untuk mencuci pakaian dan linan kotor. Pada proses pencucian digunakan obat pembersih yaitu sabun dan deterjen. Mesin ini secara otomatis menghilangkan kotoran dan membilas dengan air bersih. c. Extractor Machine (Mesin Pemeras Cucian) Mesin ini bekerja secara otomatis memeras cucian yang selesai dicuci. Cucian itu menjadi lembab, sehingga mudah dalam proses pengeringan di mesin tumbler (pemeras). Petugas yang menjalankan mesin pemeras cucian ini harus menutup pintunya. Sebelumnya harus ditutup kain penutup (terpal) agar cucian yang diperas tidak keluar. d. Tumbler Machine (Mesin Pengering) Mesin ini bekerja secara otomatis mengeringkan cucian-cucian yang diperas. e. Pressing (Setrika Press) Mesin ini berguna untuk memperhalus dan merapikan cucian. f. Flat Roll Ironer (Setrika khusus line-linen berbentuk lembaran) Mesin ini bekerja secara otomatis meyetrika line-linen hotel, yang merupakan
lembaran-lembaran.
Misalnya,
sheet
(sprei),
pillow
case(sarung bantal), taplak meja, dan napkin (kain serbet). g. Ironer (Setrika Tangan) Ironer adalah mesin setrika tangan yang dipergunakan seperti setrika biasa. Mesin ini dihubungkan dengan uap panas sehingga sangat praktis dipakai.
31
2.2.5
Pemanas Air (Water Heater) Pemanas air ada yang menggunakan gas sebagai sumber energinya ada
pula yang menggunakan listrik sebagai sumber dayanya. Secara prinsip kedua pemanas ini adalah sama, bedanya pada pemanas air listrik menggunakan elemen pemanas yang berdaya listrik, sedangkan pemanas air gas menggunakan gas sebagai sumber energinya sehingga pemanas ini memiliki sebuah pembakar (burner) di bagian bawah tangki dan cerobong asap (chimney) ke atas. 2.2.5.1 Jenis – Jenis Pemanas Air Ada banyak jenis alat pemanas air ini, baik merk, kapasitasnya, maupun sistemnya ditentukan oleh keperluannya. Sebagai contoh, alat pemanas air yang digunakan untuk keperluan sangat terbatas (untuk satu outlet air panas), berbeda dengan yang digunakan untuk menyuplai air sejumlah ruangan atau bahkan gedung yang lebih luas. Yang untuk keperluan tunggal biasanya dengan kapasitas pemanasan dan daya yang kecil, sebaliknya yang diperlukan untuk menyuplai air panas dengan kapasitas besar diperlukan daya yang besar pula. Untuk keperluan yang kecil, biasanya digunakan alat pemanas air dengan tangki terbuka, sedangkan yang untuk keperluan banyak ruangan digunakan sistem tangki tertutup. Sistem tangki terbuka, tidak melibatkan tekanan air yang tinggi kecuali tekanan alamiahnya saja, sedangkan pada sistem tangki tertutup melibatkan tekanan. Tekanan dalam tangki tertutup ini dilakukan melalui pompa sirkulasi. Dengan demikian, air panas bisa didistribusikan secara lebih luas. Karena melibatkan tekanan tinggi (sampai 5 bar) sistem tertutup memiliki katup pengaman tekanan (safety valve). Alat pemanas air dengan tangki terbuka dan tertutup serta bagian-bagian utamanya diilustrasikan pada Gambar 2.1
32
Tabung Terbuka
Tabung tertutup
1. Saluran air panas
1. Saluran keluar air panas
2. Kran air dingin/buang
2. Katup pengaman 3. Elemen pemanas
4. Pipa saluran air panas 5. isolasi panas 6. Tangki bagian dalam 7. Selubung luar (rumah pemanas)
Gambar 2.7 Alat pemanas air dengan tangki terbuka dan tangki tertutup
2.2.6
Pompa Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan fluida melalui pipa dari
satu tempat ke tempat lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu dan tinggi energi angkat. Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikkan fluida dari tempat yang
33
lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk mengatasi tahanan aliran dalam pipa (Arismunandar, 1991).
2.2.6.1 Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal merupakan pompa yang paling banyak dipakai untuk sistem plambing. Komponen utama dari pompa centrifugal adalah impeller (bagian yang berputar) dan rumah pompa (stationer), seperti pada gambar dibawah. Air terhisap masuk ke dalam impeller yang berputar dan selepas dari impeller air akan masuk ke dalam rumah pompa “keong” dan disalurkan ke pipa keluar. Keuntungan menggunakan pompa sentrifugal :
Ukurannya relative kecil
Variabilitas alirannya baik
Bisa bekerja pada putaran tinggi
Head yang dihasilkan bias sangat tinggi
Self priming
Mampu bekerja dalam berbagai posisi
2.2.6.2 Kapasitas Pompa Kapasitas pompa adalah banyaknya cairan yang mampu dipompa oleh pompa tanpa adanya kebocoran pada pipa hisap, pipa tekan ataupun pada pompa itu sendiri. Dalam suatu sistem tangki atas kapasitas pompa ditentukan berdasarkan kebutuhan air pada saat beban puncak atau pada saat kebutuhan air maksimum.
2.2.6.3 Daya Pompa Daya hidraulik pompa adalah daya yang dimasukkan ke dalam air oleh rotor atau torak pompa sehingga air tersebut dapat mengalir. Daya poros pompa adalah daya yang harus dimasukkan dalam poros pompa yang biasanya disuplai dengan menggunakan motor listrik atau motor bakar. Daya hidraulik (dalam killo watt) dapat dinyatakan :
34
Nh = (0,163) (Q) (H) (γ) Dimana : H = Tinggi angkat total (m) Q = Kapasitas pompa (m2/menit) γ = Berat spesifik air (kg/liter) Daya poros pompa adalah daya hidraulik dibagi dengan efisiensi pompa. Np = (Nh) /ηp Dimana : ηp = Efisiensi pompa
2.2.7
Genset Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang
memakai sistem dual power yaitu dari PLN dan Genset, sehingga untuk penyediaan tenaga listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, Genset akan hidup.
2.3
Konsep Bangunan Hemat Energi Isu tentang bangunan hemat energi sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
Isu tersebut sudah lama didengungkan oleh para ilmuwan di bidang Arsitektur terutama di alur Fisika Bangunan, mengingat keterbatasan akan ketersediaan sumber daya alam yang tak terbarukan tersebut sudah lama diprediksi. Banyak teori-teori dan konsep tentang bangunan hemat energi telah disampaikan baik melalui buku-buku teks maupun jurnal-jurnal ilmiah. Seperti diketahui karakteristik iklim tropis lembab, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, merupakan kondisi iklim yang unik. Pada lingkungan semacam itu biasanya ditandai dengan kondisi temperatur udara antara 22 ° – 32° C dan kelembaban udara yang tinggi yaitu di atas 90 % dengan curah hujan yang sangat tinggi. Cahaya matahari dapat dinikmati sepanjang hari dengan disertai intensitas radiasi panas yang sangat tinggi. Sementara kondisi kecepatan udara berada di kisaran lemah sampai sedang. Dengan kondisi semacam ini udara terasa
35
sangat panas, keringat yang dikeluarkan oleh tubuh sebagai bagian dari proses metabolisme sulit kering. Kenyamanan termal sulit diperoleh, sementara dari sisi pencahayaan alami, potensi sinar matahari yang melimpah sepanjang hari belum termanfaatkan secara optimal. Langkah yang sering dilakukan masyarakat untuk memperoleh kenyamanan termal dan visual adalah dengan menggunakan sistim penghawaan dan pencahayaan buatan sepanjang hari. Padahal penggunaan sistim penghawaan dan pencahayaan terkadang sangat kontradiktif, artinya apabila kita akan memanfaatkan sistim pencahayaan alami secara maksimal ke dalam bangunan berarti panas yang masuk ke dalam bangunan juga akan semakin besar dan berarti pula akan meningkatkan pemanasan dalam bangunan. Apabila pemanasan bangunan ini akan diselesaikan dengan sistim penghawaan buatan maka memerlukan kapasitas AC yang lebih besar dan menambah pemborosan, dan kondisi ini berimplikasi terhadap konsumsi energi listrik yang besar pula. Secara arsitektural, konsep bangunan hemat energi meliputi keseimbangan proses pemasukan panas dan pelepasan panas dalam bangunan serta proses pemasukkan cahaya alami dan sekaligus proses pengurangan panasnya. Proses pemasukan panas bangunan terutama dari sisi pemanasan eksternal dapat direduksi melalui strategi arah hadap bangunan yaitu dengan menempatkan dinding-dinding yang lebar, jendela dan alat ventilasi pada sisi-sisi yang tidak berhadapan secara langsung ke sinar matahari, penempatan tanaman-tanaman yang rindang untuk memberikan efek peneduhan pada lingkungan bangunan (terutama pada sisi timur dan barat). Dari sisi pelepasan panas bangunan, aliran udara yang baik di dalam bangunan, sementara ini masih dianggap sebagai strategi yang ampuh untuk mereduksi pemanasan bangunan. Aliran udara yang baik melalui ventilasi silang sebaiknya diaplikasikan dalam bangunan untuk mengurangi ketergantungan pada sistim penghawaan buatan. Namun pada kondisi tertentu, seperti akibat adanya kepadatan bangunan yang tinggi, lahan yang terbatas dan lain-lain, strategi ini sulit diaplikasikan, terutama untuk penempatan alat ventilasi.
36
Dari aspek pencahayaan, perlu diingat bahwa matahari sebagai sumber pencahayaan alami mempunyai dua aspek yang perlu dipertimbangkan, yaitu aspek cahaya dan panas. Oleh sebab itu kita harus mempertimbangkan kedua aspek tersebut dalam desain. Di satu sisi kita bisa memanfaatkan pencahayaan yang murah pada siang hari sehingga dapat menghindari penggunaan cahaya buatan pada siang hari dan di sisi lain kita bisa menekan panas yang masuk ke dalam bangunan. Strategi awal yang dapat dilakukan adalah melalui pengolahan tata ruang, yaitu menghindari ruang di dalam ruang. Seandainya hal itu harus terjadi, maka solusinya adalah dengan meninggikan bagian atap yang dapat memungkinkan penempatan bukaan atas, sehingga cahaya dan aliran udara dapat diakses ke dalam ruang tersebut. Strategi yang kedua adalah mengorientasikan bangunan melalui alat-alat bukaan seperti jendela dan ventilasi pada sisi bangunan yang tidak terkena pancaran matahari secara langsung dan sekaligus juga merespon arah angin datang (biasanya sisi utara dan selatan). Strategi lain yang secara arsitektural dapat diaplikasikan untuk menurunkan pengaruh panas eksternal tersebut, seperti pemilihan material bangunan yang dapat meredam dan menyimpan panas yang masuk ke dalam bangunan , warna bangunan yang tidak menyerap panas (warna putih atau yang terang), tekstur permukaan yang dapat merefleksikan panas, dan lain-lain. Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Berikut ini adalah beberapa tips dalam perancangan bangunan yang hemat energi dan ramah lingkungan, antara lain : 1. Memilih bahan dinding yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan. 2. Menanam pohon di sekitar rumah di arah datangnya angin. Angin yang melewati pepohonan dan rumput akan membawa uap lembab yang bisa
37
mendinginkan udara dan menaikkan kelembaban ruangan. Tanaman juga berfungsi menyaring debu yang terbawa angin. Peletakkan tanaman di depan jendela bisa membantu sebagai peneduh. 3. Melindungi dinding dan jendela dari sinar matahari langsung dengan teritisan, kanopi, overhang agar panas tidak cepat masuk ke dalam ruang. 4. Jika memakai AC perhatikan sistem jendelanya. Usahakan jika listrik mati, udara di dalam ruangan tetap bisa mengalir lewat jendela yang bisa dibukatutup. 5. Mengkombinasikan pemakaian jenis lampu dan peletakannya. Untuk penerangan umum sebaiknya menggunakan lampu hemat energi. Tidak semua lampu harus disorotkan dari atas plafon, tapi manfaatkan jenis lampu baca atau standing lamp untuk sudut-sudut ruang yang memerlukan dan tidak setiap saat harus dinyalakan. 6. Penerangan alami tidak hanya didapat dari penempatan jendela kaca yang lebar, tapi bisa juga memanfaatkan prinsip pencahayaan tidak langsung. Cahaya bisa dipantulkan ke dalam tapi tidak harus memakai kaca. Misalnya, atap kita buat kisi-kisi untuk memasukkan cahaya dan memantulkannya ke dalam.
2.4
Standar Manajemen Energi Sebagaimana diketahui bahwa Organisasi Standarisasi Internasional;
(ISO) pada tahun 2008 telah membentuk suatu Project Committee (ISO/PC 242Energy Management). ISO/PC 242 tersebut sampai Maret 2010 telah mempunyai anggota sebanyak 49 negara yang terdiri dari 40 negara (P-member) dan 9 negara (O-member). Saat ini sekeretariat ISO/PC 242 dilaksanakan oleh American National Standars Institute (ANSI). ISO/PC 242 diketuai oleh Mr.Ed Pinero (US) dan sekretaris dijabat oleh Mr. Josan Knappes (USA) serta Twinning secretariat ABNT (Brazil). Tugas utama dari ISO/PC 242 adalah untuk mengembangkan standar internasional di bidang managemen energi (ISO 50001). ISO 50001 tersebut saat ini sedang dalam proses perumusan yang diharapkan pada tahun 2011, ISO 50001 sudah dapat dipublikasikan, sehingga semua Negara dapat
38
menerapkannya. Sementara standar internasional tentang manajemen energi sedang dalam proses penyelesaian, beberapa Negara seperti Denmark, Ireland, Belanda, Swedia, USA dan China sudah mempunyai standar manajemen energi dan sudah siap diterapkan. Tujuan standar manajemen energi dalam memberikan panduan bagi fasilitas-fasilitas industri untuk memasukkan efisiensi energi ke dalam praktekpraktek manajmen industri dan meningkatkan efisiensi energi sistem industri. Standar manajmen energi yang menjadi acuan disini dapat juga diterapkan bagi fasilitas-fasilitas lain sepeerti komersial, medis dan pemerintah. Standar
manajemen
energi
meminta
penerap
standar
untuk
mengembangkan rencana manajemen energi. Di perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki rencana strategis seperti itu, peluang untuk melakukan peningkatan mungkin diketahui tetapi banyak diantaranya yang tidak dipromosikan atau diterapkan karena hambatan organisasi. Hambatan tersebut terjadi karena kurangnya komunikasi antar pabrik, pemahaman yang rendah tentang bagaimana memperoleh dukungan untuk sebuah proyek efisiensi energi, pendanaan yang terbatas, akuntabilitas yang buruk untuk langkah atau perubahan yang dirasakan dari tatus quo. UNIDO (2008) menyampaikan bahwa elemen-elemen penting dalam standar manajemen energi meliputi (Suminto, 2010): a) Rencana strategis yang memerlukan pengukuran, manajemen dan dokumentasi bagi peningkatan efisiensi energi secara terus menerus. b) Tim manajemen lintas divisi yang dipimpin oleh seorang koordinator energi yang melaporkan secara langsung kepada manajemen dan bertanggung jawab mengawasi penerapan rencana strategis. c) Kebijakan prosedur untuk menjawab semua aspek pembelian, penggunaan dan pembuangan energi. d) Proyek-proyek yang memperlihatkan peningkatan terus-menerus dalam efisiensi energi.
39
e) Penyusunan manual energi-dokumen yang berubah dari waktu sebagai proyek penghematan energi tambahan dan kebijakan yang dilakukan dan didokumentasikan. f) Identifikasi indikator kinerja utama yang khas perusahaan, yang kemajuannya dapat diukur g) Laporan kemajuan berkala kepada manajemen berdasarkan pengukuran-pengukuran ini.
2.5
Menghitung Kebutuhan Energi Berdasarkan Parameter
2.5.1
Intensitas Konsumsi Energi Listrik Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang
digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi dalam bangunan hotel per m2 pertahun yang merupakan hasil studi Direktorat Rating dan Teknologi dari Konsil Bangunan Hijau Indonesia (Green Building Council of Indonesia – GBCI), yaitu : Tabel 2.5
IKE listrik berbagai bangunan di Indonesia (Panduan Penerapan Perangkat Penilaian Bangunan Hijau GREEENSHIP Versi 1.0)
Bangunan Gedung
Standar IKE (kWH/ m2/tahun)
Perkantoran
250
Pusat belanja
450
Hotel/apartemen
350
Rumah sakit
380
Energi listrik selama satu tahun didapat dari rekening listrik. Sedangkan, luas seluruh lantai didapat dari denah hotel. Berdasarkan tingkat efisiennya, bangunan gedung dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan efisiensi seperti tabel berikut :
40
Tabel 2.6 Tingkat efisiensi bangunan gedung dengan AC (Salpanio, ---) Standar IKE (kWH/ m2/bulan)
Tingkat Efisiensi Sangat efisiensi
4,17 – 7,92
Efisien
7,92 – 12,08
Cukup efisiensi
12,08 – 14,58
Cenderung tidak efisien
14,58 – 19,17
Tidak efisien
19,17 – 23,75
Sangat tidak efisien
23,75 – 37,50
Tabel 2.7 Tingkat efisiensi bangunan gedung tanpa AC (Salpanio, ---) Standar IKE (kWH/ m2/bulan)
Tingkat Efisiensi Efisien
0,87 – 1,67
Cukup efisiensi
1,67 – 2,5
Tidak efisien
2,5 – 3,34
Sangat tidak efisien
3,34 – 4,17
2.5.2
Profil Penggunaan Energi Listrik Profil penggunaan energi listrik bertujuan untuk mengetahui persentase
konsumsi energi listrik pada sektor AC serta penerangan dan non AC. Cara untuk menentukan parameter ini adalah dengan melakukan pengukuran pada panel listrik. Profil penggunaan energi listrik dinyatakan dalam persen (%).
2.5.3
Energi Listrik Energi listrik adalah kemampuan suatu sistem listrik untuk melakukan
kerja. Satuan energi listrik adalah joule. Kerja (work) atau usaha adalah terjadi bila suatu muatan Q coloumb bergerak melalui perbedaan tegangan V volt (Aslimeri, 2008): W (work) = VQ joule
41
Q = I t coloumb sehingga W = V I t (kWh) Sedangkan satuan untuk tingkat konsumsi energi per satuan waktunya dapat dinyatakan dalam kilowatt jam (kWh) dengan persamaan berikut ini (Bachsoni, 2009): kWh = ( P x t ) / 1000
Tabel 2.8
Daya listrik maksimum untuk pencahayaan (SNI 03-6197-2000, 2000)
Lokasi Ruang kantor Auditorium Pasar swalayan Hotel : Kamar tamu Daerah umum Rumah sakit : Ruang pasien Gudang Kafetaria Garasi Restauran Lobi Tangga Ruang parkir Ruang perkumpulan Industri Pintu masuk dengan kanopi : Lalu lintas sibuk seperti hotel, bandara, teater Lalu lintas sedang seperti rumah sakit, kantor, dan sekolah Jalan dan lapangan : Tempat penimbunan atau tempat kerja Tempat untuk santai seperti taman, tempat rekreasi, dan tempat piknik Jalan untuk kendaraan dan pejalan kaki Tempat parkir
Daya pencahayaan maksimum (W/m2) (termasuk rugirugi balast) 15 25 20 17 20 15 5 10 2 25 10 10 5 20 20 30 15 2 1 1,5 2