BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Bahan Bangunan Material adalah barang yang dibeli atau dibuat, yang disimpan untuk keperluan kemudian, baik untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual. Pengertian material (Hasan Shadaly, 1983 dalam Marie Rumangun, 2009). Bahan dasar untuk membuat membentuk sesuatu. Atau secara umum material didefinisikan sebagai obyek pengalaman indra dengan cirri-ciri keleluasan, masa, gerak, dan ditentukan oleh uang dan waktu. Material konstruksi merupakan komponen yang paling banyak memakan biaya dan waktu, karena itu pemilihan material yang tepat merupakan unsur terpenting. Pemilihan material yang baik sesuai waktu dan biaya serta tenaga kerja yang tersedia dapat meningkatkan mutu proyek sekaligus dapat menghemat biaya konstruksi. Sedangkan pengertian bahan bangunan adalah setiap bahan yang digunakan untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan. Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi kurang sintetik (Wikipedia Indonesia). 2.2
Pengertian Dinding Dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara
ruangan luar dengan ruangan dalam dan sebagai pembatas ruangan satu dengan ruangan lainnya. Dalam menganalisis dan memilih material yang akan digunakan harus dilakukan dengan cermat dengan mempertimbangkan ketahanannya terhadap perubahan
II-1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
iklim, temperatur yang tinggi, kelembaban, serta polusi yang ditimbulkan oleh kota besar atau lingkungan industri. Dinding mempunyai fungsi diantaranya sebagai berikut : a.
Pelindung dari pengaruh di lingkungan luar tempat kita tinggal dan beraktifitas seperti cahaya, angina, hujan dan sebagainya Pembatas antar ruang
b.
Penahan kebisingan untuk ruang yang memerlukan ambang kekedapan suara
c.
Penambah keindahan pada bangunan
d.
Pembentuk daerah fungsi (zoning) dalam bangunan
e.
Pada struktur, dinding berfungsi sebagai pemikul beban (untuk fungsi tertentu seperti shear wall, dinding lift dan lain-lain)
2.3
Material Dinding Saat ini kita mengenal berbagai macam material yang bisa dipergunakan sebagai
bahan konstruksi dinding. Selain batu-bata yang sudah dipergunakan sejak jaman kolonial, saat ini tersedia batako, beton ringan, beton pra cetak, dan berbagai material alternatif lainnya. Tentu masing-masing material di atas mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Kita perlu mengetahui sifat masing-masing material untuk dapat memperoleh aspek manfaatnya secara optimal. Pada perencanaan penggunaan material dinding ini harus diperhatikan beberapa hal yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaan, yaitu : a.
Tepat guna : yaitu pemilihan jenis material dan pengerjaannya disesuaikan dengan pekerjaan konstruksi
b.
Tepat biaya : yaitu penggunaan anggaran yang seefisien mungkin sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan tanpa mengurangi standar mutu II-2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
c.
Tepat waktu : yaitu pelaksanaan pekerjaan dengan efektif dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia guna mencapai target waktu yang direncanakan
d.
Tepat mutu : yaitu pemilihan jenis material yang sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang ditentukan
Saat ini pengerjaan dinding banyak mengalami perkembangan sehingga semakin banyak cara atau teknik yang digunakan sebagai penunjang material dinding pada pembangunan proyek konstruksi yang digunakan sebagai dinding interior maupun eksterior. Material yang umum digunakan untuk pengerjaan dinding yaitu material konvensional atau bata ringan dan material beton yaitu berupa beton precast yang terbuat dari besi atau kawat wiremesh yang diselimuti dengan campuran beton. Dalam pembahasan, penulis hanya akan membandingkan material bata ringan dengan beton precast. 2.3.1 Dinding Bata ringan Bata ringan merupakan bahan konstruksi dinding yang paling banyak digunakan baik di kota besar maupun di pedesaan. Bata ringan sering kali disebut dengan hebel atau celcon. Material bata ringan ini pembuatannya sudah sangat modern dimana material ini dibuat dengan menggunakan mesin pabrik. Bata ini cukup ringan, halus dan memilki tingkat kerataan yang baik. Bata ringan diciptakan agar dapat memperingan beban struktur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung. Ukuran bata ringan yang umum digunakan adalah 10x20x60cm.
II-3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Bata Ringan Kelebihan dinding bata ringan : a.
Dapat menghasilkan dinding yang rapi, karena ukuran dan bentuk nya bisa dikatakan sama dan seragam.
b.
Mampu menghemat penggunaan bahan perekat, karena tidak membutuhkan siar yang tebal.
c.
Lebih kuat dibandingkan batako, tetapi memiliki beban yang lebih ringan dibandingkan bata merah.
d.
Pemasangan yang lebih cepat dibandingkan bata merah karena ukurannya lebih besar.
e.
Tidak membutuhkan plesteran yang tebal. Pada umumnya, plesteran untuk penggunaan bata ringan ditentukan setebal 2,5 cm saja.
f.
Kedap air, sehingga jika musin hujan dinding dalam ruang tidak basah.
g.
Memiliki kemampuan kedap suara yang baik.
h.
Kuat terhadap tekanan yang tinggi.
II-4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA i.
Ketahanan terhadap gempa bumi paling baik dibandingkan bata merah dan batako.
Kekurangan dinding bata ringan : a.
Harus menggunakan perekat khusus, semen instan yang saat ini sudah banyak tersedia.
b.
Harga yang relati lebih mahal, sebanding dengan kualitas yang dihasilkan.
c.
Material ini cukup sulit didapatkan. Belum banyak toko bangunan di daerah yang menyediakan.
d.
Penjualannya dalam volume yang besar.
e.
Diperlukan keahlian khusus dalam melakukan pemasangan.
2.3.2 Dinding Precast Beton precast adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Material beton precast saat ini sudah sangat banyak dipakai di gedung-gedung modern. Dalam perkembangannya dinding precast ini sering menjadi pengganti dinding bata ringan terutama sebagai penutup kulit luar gedung. Sistem dinding precast biasanya dipasang tanpa adanya kolom praktis sebagai perkuatan. Dinding precast dapat dipasang dengan cepat dan kualitasnya sangat baik dari sisi struktur (kekuatan dan kekakuannya), maupun dari sisi arsitektur (kerapihan dan keindahan). Metode ini sering digunakan untuk proyek-proyek apartemen dan bangunan tinggi lainnya dengan alasan lebih praktis dan lebih rapih.
II-5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2 Dinding Precast Berikut ini adalah kelebihan penggunaan dinding precast : a.
Waktu pengerjaan cepat karena bisa dipabrikasi lebih awal dan tinggal merangkai lokasi di proyek.
b.
Hasil pekerjaan lebih rapih karena permukaan dinding precast cenderung sudah siap cat dan menggunakan sambungan las dan sealant
c.
Menghemat biaya untuk plester aci dan pekerjaan pembersihan di lokasi proyek
Kelemahan penggunaan dinding precast : 1.
Pengerjaan saat bergantung pada alat berat dan perlu perhitungan saat proses pengangkatan
2.
Memerlukan space di proyek untuk tempat penyimpanan sementara dinding precast sebelum dipasang II-6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4
Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanaan pekerjaan. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga, target 3T yaitu tepat mutu/kualitas, tepat biaya/kuantitas dan tepat waktu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai. 2.4.1 Metode Pelaksanaan Dinding Bata Pelaksanaan pekerjaan dinding bata ini umumnya dikerjakan setelah pekerjaan struktur selesai dan dicek kekuatannya agar dapat menahan beban dinding yang terjadi. Pemasangan dinding bata juga harus mengikuti peraturan yang berlaku agar diperoleh hasil pasangan yang baik. Dalam pelaksanaan dinding bata ringan terdapat beberapa tahapan yaitu : a.
Pekerjaan persiapan, yaitu meliputi :
Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan dinding.
Pehitungan volume pekerjaan dinding.
Approval material yang akan digunakan.
Persiapan lahan kerja.
Persiapan material kerja antara lain : bata ringan, perekat, dan lain lain.
Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolite, water pass, meteran, benang, unting-unting dan lain-lain.
b.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan dinding bata ringan yaitu :
II-7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dasar permukaan harus bersih dari kotoran, debu, minyak, dan lainlain
Pemasangan habel harus zig-zag dengan overlap yang diijinkan minimal 10 cm
Hasil akhir pemasangan bata ringan yang benar ditandai dengan tidak adanya lubang-lubang sinar yang muncul dari dinding permukaan pasangan bata ringan.
Penggunaan kolom praktis mengikuti aturan dari SNI yaitu per 12 m2 pasangan bata
Daerah pertemuan antara bata dan struktur harus diberi thinbed
Thinbed yang menempel pada bata ringan yang akan direkatkan satu dengan yang lain harus dalam kondisi beralur-alur agar pada saat direkatkan dan kemudian dipukul-pukul dengan palu karet akan menghasilkan rekatan yang benar-benar rapat (tidak ada celah)
c.
Pekerjaan pengukuran, yaitu meliputi :
Pengukuran dengan menggunakan alat ukur
(theodolite dan
waterpass).
Melakukan marking pada lokasi area yang akan dipasang dinding termasuk titik-titik kolom praktis, as dinding, ketinggian pasangan dinding, siku ruangan dan lain-lain.
d.
Pelaksanaan, yaitu meliputi :
Cek / sortir bata ringan agar didapat ukuran yang sama sehingga bilamana dipasang akan mendapat permukaan yang rata.
II-8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Buatlah adukan memakai semen instan yang dicampur air dengan perbandingan sesuai pada kemasan semen. Kemudian aduk hingga kedua bahan tersebut tercampur rata.
Rendam bata ringan di dalam bak berisi air selama beberapa saat untuk mencegah pengerasan semen terlalu dini. Hal ini dilakukan mengingat daya serap bata ringan terhadap air tergolong cukup tinggi.
Aplikasikan adukan mortar dengan ketebalan yang disesuaikan pada bidang yang akan dipasangi bata ringan sebagai lapisan terbawah. Untuk bagian bawah joint lantai dan atas join slab menggunakan mortar thinbed. Tebarkan adukan tersebut secara merata dengan ukuran satu blok per waktu dan mengikuti pola-pola yang sudah terbentuk dari bentangan benang.
Pasang sebuah bata ringan di atas adukan tadi. Setelah itu, tekan dan ketuk-ketuk sedikit memakai palu sampai blok rata dengan batas benang. Jangan lupa untuk memastikan kerataannya memakai waterpass.
Pasang sebuah blok bata ringan lagi di sudut yang berhimpitan dengan posisi blok sebelumnya. Jangan lupa untuk memeriksa permukaannya benar-benar rata menggunakan waterpass.
Untuk pekerjaan dinding konvensional didasarkan pada SNI 28472012 bahwa harus terdapat kolom praktis dan ring balok dengan bidang maksimum 12m2 maka dilakukan pengecoran kolom praktis menggunakan beton sitemix dengan campuran 1:2:3. II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bor pelat lantai untuk pemasangan stek kolom praktis. Kolom praktis dicor maksimal pada ketinggian bata 1,2 m.
Ulangi langkah sebelumnya sampai bata ringan membentuk pasangan sebaris yang mengitari ruangan.
Selanjutnya dilakukan pekerjaan plesteran sesuai ketebalan yang diinginkan dengan alat bantu yang tersedia dengan komposisi adukan mortar sesuai spesifikasi yang ada di lapangan. Setelah pekerjaan plester telah mengering dan rata sesuai yang diinginkan kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan acian dengan komposisi sesuai spesifikasi yang ada di lapangan lalu permukaan dinding dihaluskan dan dirapikan agar siap dilakukan pekerjaan finishing. 2.4.2 Metode Pelaksanaan Dinding Precast Sebelum dilakukan pemasangan, beton precast umumnya melalui beberapa tahapan seperti berikut, yaitu : a.
Tahap Desain Tahap Desain adalah tahap merencanakan spesifikasi dan komponen dinding precast yang akan dibuat. Dalam tahap ini proses dinding precast didesain dimensi, kuat tekan, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Syarat yang harus dipenuhi dalam tahap desain ini adalah syarat kekuatan, kekakuan, dan kestabilan pada masa layan.
b.
Tahap Produksi Tahap produksi adalah tahap pembuatan dinding precast dimana komponen dinding precast sudah didesain dengan spesifikasi tertentu. Tahap produksi terdiri dari :
Persiapan II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
c.
Pabrikasi tulangan dan cetakan
Penakaran dan pencampuran beton
Penuangan dan pengecoran beton
Transportasi beton segar
Pemadatan beton
Finishing / repairing beton
Curing beton
Tahap Pascaproduksi Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan (stacking), mobilisasi/transportasi dan tahap pemasangan di lapangan (site erection). Proses penyatuan komponen beton precast menjadi satu kesatuan bangunan
yang utuh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a.
Sistem struktur bangunan
b.
Jenis alat sambung yang akan digunakan
c.
Kapasitas alat pengangkat yang tersedia
d.
Kondisi lapangan Metode yang digunakan dalam menginstal dinding precast adalah metode
vertikal. Pemasangan dinding dengan menggunakan metode vertikal adalah kegiatan menyatukan komponen beton precast yang dilaksanakan pada arah vertikal struktur bangunan. Berikut tahapan pemasangannya : a.
Penempatan, penempatan material dinding precast sebelum diangkat. Penempatan biasanya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh crane.
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.3 Penempatan Dinding Precast b.
Pengangkatan, dinding diangkat dengan menggunakan crane. Kapasitas crane harus sesuai dengan dinding yang akan diangkat. Setelah pengangkatan, dinding precast digantung dengan menggunakan chainblock sebelum diatur dan dipasang.
Gambar 2.4 Dinding Precast Digantung Menggunakan Chainblock c.
Pengaturan, tahap dimana mengatur dinding precast agar benar-benar terpasang di tempat yang telah direncanakan. Sebelum penempatan biasanya dilakukan pengukuran dan diberi tanda agar mudah dalam pemasangannya. II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.5 Proses Pengaturan Dinding Precast d.
Penyambungan, tahap dimana dilakukan penyambungan pada dinding precast agar menjadi suatu kesatuan dalam bangunan. Sambungan yang digunakan pada dinding precast adalah sambungan dengan menggunakan baut dan las. Pada penyambungan dengan cara ini diperlukan plat baja lalu disambung menggunakan baut dengan kuat tarik tinggi. Selanjutnya plat tersebut dicor dengan adukan beton guna melindungi dari korosi.
Gambar 2.6 Proses Penyambungan Dinding Precast e.
Perbaikan, tahap dimana dilakukan perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi sehingga hasil pekerjaan dapat sesuai seperti yang direncanakan.
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kerusakan yang diperbaiki biasanya seperti terjadi gompal atau retak-retak kecil. f.
Finishing, adalah tahap akhir dari proses pemasangan. Pekerjaan finishing meliputi pekerjaan sealant. Dalam instalasi pemasangan dinding precast ada beberapa alat umum dan
alat khusus yang digunakan untuk mempermudah dalam hal pengangkatan maupun mobilisasi dinding precast. Berikut ini alat yang digunakan adalah tower crane, truk pengangkut, gondola dan lain-lain. 2.5
Rencana Anggaran Biaya Menurut Ibrahim (1983), yang dimaksud rencana anggaran biaya (begrooting)
suatu bangunan atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bengunan atau proyek tersebut. Menurut Djojowirono (1984), rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Adapun, rencana anggaran biaya mempunyai pengertian sebagai berikut:
Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.
Anggaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar rencana) pada suatu bangunan.
Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbedabeda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja. Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum disimpulkan sebagai berikut : RAB = Volume x Harga Satuan Menurut Mukomoko (1987), dalam menyusun biaya diperlukan gambar-gambar bastek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan. Sedangkan untuk prakiraan biaya secara scepat bisa menggunakan rencana anggaran biaya kasar. Rencana anggaran biaya kasar merupakan rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung tiap ukuran luas. Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran biaya secara kasar, hasil dari penafsiran ini apabila dibandingkan dengan rencana anggaran yang dihitung secara teliti disapat sedikit selisih. Secara sistematisnya, dapat dilihat pada gambar. Daftar Upah
Daftar Analisa
Daftar Tenaga Daftar Bahan Daftar Harga Satuan Pekerjaan Gambar
Anggaran Tiap Pekerjaan
Anggaran Tabel Pekerjaan
Daftar Volume Pekerjaan
Spesifikasi
Gambar 2.7 Bagan Perhitungan Anggaran Biaya Kasar (Sumber : Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, Analisa Anggaran Pelaksanaan, 1994) II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.6
Analisa Harga Satuan Metode SNI Prinsip pada metode SNI yaitu perhitungan harga satuan pekerjaan berlaku untuk
seluruh Indonesia, berdasarkan harga satuan bahan, harga satuan upah kerja dan harga satuan alat sesuai dengan kondisi setempat. Spesifikasi dan cara pengerjaan setiap jenis pekerjaan disesuaikan dengan standart spesifikasi teknis pekerjaan yang telah dibakukan. Kemudian dalam pelaksanaan perhitungan satuan pekerjaan harus didasarkan pada gambar teknis dan rencana kerja serta syarat- syarat yang berlaku (RKS). 2.7
Analisa Harga Satuan Metode Lapangan Menurut Sastraatmadja (1994), penaksiran anggaran biaya adalah proses
perhitungan volume pekerjaan, harga dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelumnya dimulainya pembangunan makan jumlah ongkos yang diperoleh ialah taksiran bukan biaya sebenarnya (actual cost). Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya dengan biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil penaksir berdasarkan pengalamnnya. Sehingga analisis yang diperoleh langsung diambil dari kenyataan yang ada di lapangan berikut dengan perhitungan / indeks lapangannya. Secara umum proses analisa harga satuan pekerjaan dengan metode lapangan/kontraktor adalah sebagai berikut : a.
Membuat daftar harga satuan material dan daftar harga satuan upah.
b.
Menghitung harga satuan bahan dengan cara : perkalian antara harga satuan bahan dengan nilai koefisien bahan.
c.
Menghitung harga satuan upah kerja dengan cara : perkalian antara harga satuan upah dengan nilai koefisien upah tenaga kerja. II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
d.
Harga satuan pekerjaan = volume x (jumlah bahan + jumlah upah tenaga kerja)
2.8
Komposisi Biaya Proyek Dikenal beberapa komponen biaya bagi kegiatan proyek (Soeharto, 1997) yang terdiri dari: a.
Biaya pembelian material dan peralatan Material dan peralatan ini dapat terdiri dari peralatan utama, peralatan konstruksi,material curah dan lain-lain yang perlu dibeli untuk mendirikan proyek. Tersedia berbagai cara untuk mendapat angka perkiraan biaya pembelian material dan peralatan di atas, yang terpenting di antaranya adalah :
Perkiraan jumlah material yang diperlukan dikalikan dengan harga satuan per unitnya. Ini termasuk dikerjakan untuk pembelian material curah seperti pipa, semen, kabel listrik, dan lain-lain.
Kombinasi dari buku petunjuk, katalog, gambar engineering dan catatan-catatan pembelian pada waktu yang lalu. Ini misalnya untuk pembelian peralatan proyek.
Didasarkan penawaran dari supplier.
Harga material dan peralatan sangat bergantung dari mutu atau spesifikasi yang dikehendaki. Oleh karena itu, sebelum memutuskan pelaksanaan pembelian, perlu dikaji secara seksama apakah spesifikasi yang ditentukan telah dipilih secara tepat tidak melebihi maupun di bawah keperluan. Bila penentuan spesifikasi dan kriteria telah diselesaikan maka langkah
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
berikutnya adalah menghitung jumlah / kuantitas material dan peralatan yang hendak dibeli didasarkan atas gambar design engineering yang memenuhi spesifikasi dan kriteria tersebut di atas. b.
Biaya untuk upah dan tenaga kerja Satuan upah tenaga kerja dinyatakan dalam rupiah per jam-orang, rupiah per hariorang, rupiah per minggu orang dan lain-lain. Dikelompokkan menjadi bermacam-macam golongan seperti pengalaman, keterampilan, latihan dan lain-lainnya. Besarnya upah bervariasi tergantung kecuali pada hal-hal yang telah disebutkan di atas, juga pada letak geografis, waktu, dan faktor-faktor lain misalnya kerja lembur dan hari-hari besar. Dikenal bermacam cara untuk memperkirakan besar biaya upah buruh, diantaranya adalah:
Memakai petunjuk dan data-data dari buku (manual) handbook. Untuk itu diperlukan perincian macam-macam pekerjaan yang spesifik akan dilakukan.
Metode man-loading yaitu suatu cara memperkirakan besar biaya tenaga kerja untuk merampungkan suatu kegiatan tertentu yang didasarkan atas pengkajian yang sistematis dari lingkup pekerjaan, peralatan yang akan dipakai dan lokasi kegiatan yang akan dikerjakan. Kemudian diperkiarakan jumlah dan susunan / campuran (man power mix) yang diperlukan dan dikalikan dengan satuan biaya yang bersangkutan.
Salah satu upaya yang paling sulit dalam menyusun perkiraan biaya adalah menentukan standart upah tenaga kerja. Lazimnya hal ini ditentukan atas
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
dasar derajat efisien tenaga kerja yang dihasilkan dari studi dan survey berkala oleh institusi yang bersangkutan dengan masalah-masalah tersebut. c.
Biaya transportasi tenaga kerja, material dan peralatan, biaya latihan (training), biaya computer dan reproduksi
d.
Biaya administrasi dan overhead. Ini diantaranya meliputi pengeluaran untuk administrasi, pajak perusahaan, uang jaminan (warranty), membayar lisensi, membayar asuransi, menyewa kantor dan biaya penggunaan tenaga listrik dan air.
e.
Fee dan laba. Fee pada umumnya terdapat pada proyek dengan macam kontrak dengan harga tidak tetap (cost plus). Besarnya sering ditentukan sebagai presentase dari total biaya pengeluaran proyek yang menjadi lingkup kerja kontraktor utama yang bersangkutan.
2.9
Pengukuran Produktifitas Kerja Pengukuran produktifitas kerja adalah sebagai sarana untuk menganalisa dan
mendorong efisiensi produksi. Saat berlangsungnya pekerjaan harus dicatat besarnya pencapaian agar dapat dibandingkan dengan rencana awal sebagai upaya untuk mengevaluasi besaran produktivitas yang telah dicapai. Pemantauan (monitoring) berarti melakukan observasi dan pengujian pada tiap interval tertentu untuk memeriksa kinerja maupun dampak sampingan yang tidak diharapkan (Istimawan, 1996). Ada dua macam alat pengukuran produktivitas, yaitu : a.
Physical productivity, yaitu produktivitas secara kuantitatif seperti ukuran (size), panjang, berat, banyaknya unit, waktu, dan biaya tenaga kerja.
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b.
Value productivity, yaitu ukuran produktivitas dengan menggunakan nilai uang yang dinyatakan dalam rupiah, yen, dollar dan seterusnya. (Ravianto, 1986 : 21).
Secara umum, produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan diantara output dan input. Produktivitas dinyatakan dengan Rumus (Thomas, 1999): Productivity = Sedang dalam hal produktifitas pekerja dapat dipakai rumus : Produktifitas Pekerja (m²/jam) =
/
(
)
2.10 Efisiensi Efisiensi adalah tingkat pengendalian biaya atau pengorbanan sumberdaya ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mulyadi, 1998). Efisiensi terbagi menjadi dua, yaitu efisiensi waktu dan efisiensi biaya. Efisiensi waktu adalah tingkat kehematan dalam hal waktu saat pelaksanaan hingga kapan proyek itu selesai. Berdasarkan pengertian diatas bahwa schedule proyek merupakan waktu yang direncanakan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Dalam hal ini adalah schedule pelaksanaan khusus pekerjaan dinding lantai 2 sampai dengan lantai 21. Bahwa terdapat perbedaan waktu antara pelaksanaan pekerjaan dinding dengan sistem precast dan konvensional.
Menurut Yamit
(2000:303), waktu dalam percepatan proyek terbagi menjadi : a.
Waktu Normal yang merupakan taksiran waktu yang paling mungkin untuk menyelesaikan proyek.
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
b.
Waktu dipercepat yaitu taksiran waktu yang memungkinkan untuk mempercepat penyelesaian proyek.
Efisiensi biaya adalah tingkat kehematan dan pengorbanan ekonomi yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Yamit (2000:304) Biaya dalam percepatan proyek dapat dibagi : a.
Biaya
Normal
yang
merupakan
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
menyelesaikan proyek dengan menggunakan waktu normal b.
Biaya dipercepat yaitu biaya yang dikeluarkan bila proyek diselesaikan dengan menggunakan waktu yang dipercepat.
2.11 Hipotesa Penelitian Didasarkan pada analisa pendahuluan yang ada di bab sebelumnya, maka dalam kajian ini dapat dibuat sebuah hipotesa yang sapat disebutkan sebagai berikut, “Apabila digunakan alternatif pemasangan dinding precast diganti dengan bata ringan maka akan didapatkan nilai pengurangan biaya yang lebih tinggi.”
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/