BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Keputihan a. Pengertian Keputihan Keputihan yang istilah medisnya disebut leukorea (aliran putih) merupakan salah satu bentuk dari vaginal discharge (Dalimartha, 2002, p.1). Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan. Cairan ini bersifat selalu membasahi dan menimbulkan iritasi, rasa gatal dan gangguan rasa nyaman pada penderita (Manuaba, 1999, p.59). b. Tanda – tanda Keputihan 1. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang – kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada perempuan tertentu. 2. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh perempuan yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau dari alat kelamin luar. 3. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta. 4. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
6
7
c. Penyebab Keputihan Penyebab keputihan sangat bervariasi, Berikut ini beberapa penyebab yang bisa menimbulkan gejala keputihan (Dalimartha, 2002, p.3). 1) Infeksi Keputihan karena infeksi dapat disebabkan oleh beberapa jenis jasad renik yaitu : bakteri, jamur, parasit, dan virus. a) Bakteri (kuman) (1) Gonococcus Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah satunya Neisseria gonorrhoea, suatu bakteri yang bila dilihat dengan mikroskop diplopok (berbentuk biji kopi) intraseluler dan ekstraselular, bersifat tahan asam, dan bersifat “gram negatif”. Bakteri ini menyebabkan Penyakit Hubungan Seksual (PHS) atau Penyakit Menular Seksual (PMS) atau Sexsual Transmeted Desaese (STD) yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki – laki penyakit ini menyebabkan kencing darah. Sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan (Dalimartha, 2002, p.4). (2) Chlamydia trachomatis Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab penyakit mata yang disebut trakoma, namun ternyata bisa juga ditemukan dalam cairan vagina dan menyebabkan penyakit uretritis non – spesifik (non – gonore). Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang berat, kemandulan sampai kehamilan di luar kandungan (Dalimartha, 2002, p. 4).
8
(3) Gardnerella vaginalis Bakteri ini sering ditemukan dalam vagina, maka kerap dianggap sebagai bagian dari jasad renik normal. Peradangan yang ditimbulkan oleh bakteri ini disebut vaginosis bakterial. Keputihan yang timbul warnanya putih keruh keabu – abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina. Sering kali infeksi ini tanpa gejala (Dalimartha, 2002, p. 5). b) Jamur Candida Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina. Bila jamur Candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak, dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Kira – kira 40% keputihan disebabkan oleh jamur Candida, paling sering spesies albicans. Jamur ini bisa menyerang semua umur, mulai dari bayi, dewasa, sampai usia lanjut. Namun, perempuan di usia subur lebih sering terkena infeksi jamur ini. Suasana asam di vagina yang berubah menjadi bisa memudahkan terjadinya infeksi dengan jamur candida (Dalimartha, 2002. p. 5). c) Parasit Banyak parasit yang bisa hidup di tubuh manusia. Satu diantaranya protozoa dari kelas Mastigophora yang bernama Trichomonas vaginalis. Parasit ini hidup dalam vagina dan uretra baik pada laki – laki maupun perempuan. Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan Trikomoniasis. Kira – kira 15% keluhan keputihan disebabkan oleh parasit ini. Penularannya sebagian besar melalui senggama. Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan
9
baunya apek. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila kencing. Kadang – kadang terlihat bintik – bintik perdarahan seperti buah stroberi. Bila keputihan sangat banyak, bisa timbul iritasi dilipat paha dan sekitar bibir kemaluan. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abu – abu atau hijau muda sampai kuning (Dalimartha, 2002, p. 6). d) Virus Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus Herpes Simplex tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping. Human Papiloma Virus dapat menimbulkan penyakit kondiloma akuminata yang disebut juga genital warts atau kutil kelamin (Dalimartha, 2002, p. 7). 2) Benda asing dalam vagina Benda asing di vagina akan merangsang reproduksi cairan yang berlebihan. Pada anak – anak, benda asing dalam vagina bisa berupa biji – bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing bisa berupa tampon, kondom yang tertinggal didalam akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) pada perempuan yang ber-KB spiral (Dalimartha, 2002, p. 8). 3) Penyakit organ kandungan Keputihan juga bisa timbul bila ada penyakit di organ kandungan. Misalnya peradangan, tumor ataupun kanker. Pada tumor, misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker leher rahim
10
(serviks), cairan yang keluar bisa banyak disertai bau busuk dan kadang disertai darah (Dalimartha, 2002, p. 9). 4) Penyakit menahun atau kelelahan kronis Kelelahan, kurang darah (anemia), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks yang tidak terpuaskan dapat juga menimbulkan keputihan. Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen – progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid jangka panjang (Dalimartha, 2002, p. 9). 5) Gangguan keseimbangan hormon Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina. Kehidupan Lactobacilli doderlein, dan ketebalan (proliferasi) sel epitel skuamosa vagina sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri. Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal – hal di atas bisa terjadi, karena di dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina akan memanfaatkan glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam akibat asam laktat, akan menyuburkan pertumbuhan Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah pertumbuhan bakteria lainnya. Proses di atas akan mempertahankan ph vagina yang dalam keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5 – 4,5. Keluarnya lendir leher rahim (mucus serviks) sehingga vagina tidak terasa kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen (Dalimartha, 2002, p. 9-10).
11
6) Fistel di vagina Terbentuknya
fistel
(saluran
patologis)
yang
menghubungkan vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kencing. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya (Dalimartha, 2002, p.10). 7) Pola Hidup tidak Sehat Pola hidup tertentu seperti penggunaan busana kerja, seperti korset, stoking atau pakaian olahraga yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat juga bisa menimbulkan keputihan. Kebiasaan mengkonsumsi gula atau karbohidrat dalam jumlah tinggi juga dapat menimbulkan keputihan karena tidak semua gula yang masuk kedalam tubuh dapat diubah menjadi asam laktat oleh laktobasilus. Sisa gula yang beredar dalam tubuh menjadi makanan jamur candida penyebab keputihan pada perempuan (Wikipedia, 2008). 8) Stres Gaya hidup tertentu seperti stres, merasa cemas dan kurang istirahat dapat menimbulkan keputihan. Keadaan tersebut dapat menimbulkan bendungan pada pembuluh darah di daerah panggul, sehingga pengeluaran cairan oleh kelenjar di panggul meningkat dan menimbulkan keputihan (Wikipedia, 2008). Perilaku kesehatan pada hakekatnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan baik modern maupun tradisional. Sehingga perilaku juga berpengaruh terhadap kesehatan diri kita.
12
d. Diagnosis Penyebab keputihan dapat didiagnosis dengan memperhatikan umur, keluhan yang timbul, sifat – sifat dari tubuh vagina, hubungan dengan menstruasi, ovulasi, kehamilan, kelainan setempat, dan ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium sederhana (Dalimartha, 2002, p.10). Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat bibir kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipat paha. Perhatikan apakah tampak bercak kemerahan yang terasa gatal, perhatikan juga adanya luka lecet, tonjolan – tonjolan kulit berbentuk jengger ayam, gelembung – gelembung kecil berisi cairan yang dasarnya kemerahan, dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya (sedikit atau banyak), konsistensi (encer, agak kental, kental), warna (putih, putih kekuningan, kuning kehijauan), sifat (bergumpal, berbuih), dan baunya (tidak berbau, bau amis, asam, apak, busuk) (Dalimartha, 2002, p.11). Untuk pemeriksaan laboratorium, diperlukan pengambilan cairan keputihan. Cairan keputihan yang ada lalu dihapuskan pada gelas objek. Bisa langsung diperiksa di bawah mikroskop, atau setelah diberi warna baru diperiksa di bawah mikroskop. Dari pemeriksaan tersebut, bila penyebabnya infeksi akan terlihat apakah penyebabnya bakteri, jamur, atau protozoa. Bila diperlukan, cairan keputihan bisa dibiakkan (Dalimartha, 2002, p.11). Dari pemeriksaan darah juga bisa diketahui apakah penderita terinfeksi oleh penyakit kelamin seperti melalui pemeriksaan Venereal Desease Research of Laboratory (VDRL) dan Trephonema Pallidum Hemaglutination Test (TPHA) (Dalimartha, 2002, p.11). Pemeriksaan dalam dilakukan pada perempuan yang telah menikah dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran vagina yang disebut spekulum. Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher rahim (serviks), apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak putih. Juga bisa terlihat bila ada benda asing yang tertinggal
13
disaluran vagina, tumor, papiloma ataupun kecurigaan adanya kanker serviks (Dalimartha, 2002, p.11). Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan biopsi atau pengambilan sel – sel yang lepas dengan cara mengeroknya pada selaput lendir leher rahim. Pengerokan menggunakan spatel khusus untuk pemeriksaan Pap – Smear (Dalimartha, 2002, p.11). e. Pengobatan Pengobatan keputihan tergantung penyebabnya. Bila keputihan hanya timbul pada waktu sebelum haid, saat ovulasi, sewaktu hamil, atau ketika sedang minum pil KB, pengobatan cukup dengan konseling. Namun, bila penyebabnya infeksi, tentukan apakah akibat bakteri, jamur, parasit atau virus. Menurut (Dalimartha, 2002, p.12) pengobatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut : 1) Larutan Antiseptik Digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari liang senggama. Larutan ini hanya untuk membersihkan, karena tidak dapat membunuh penyebab infeksi maupun menyembuhkan keputihan akibat penyakit lainnya. 2) Obat – obatan Sebagai contoh Asiklovir yang berupa tablet atau krim. Obat ini digunakan bila penyebab keputihannya adalah virus herpes. Kondiloma bisa diobati dengan larutan Podofilin 25% atau larutan asam trikloro – asetat 40% - 50%, atau salep asam salisilat 20% - 40% yang dioleskan topikal ditempat kutil tersebut berada. Obat cacing bila penyebabnya cacing keremi. Metronidazole bila penyebabnya
Trichomonas
vaginalis
atau
Gardnerella.
Pada
kandidiasis, pengobatan per vaginal dengan Nistatin, Mikonazol dan Klotrimazol, atau per oral dengan Fluconazol. Pengobatan dengan antibiotika dan anti jamur bisa per oral (diminum) ditambah dengan pengobatan lokal berupa tablet atau krim per vaginal bagi yang sudah menikah.
14
3)
Hormon Estrogen Tablet atau krim yang mengandung hormon estrogen diberikan pada perempuan menopause atau usia lanjut yang mempunyai banyak keluhan.
4) Operasi kecil Hal ini dilakukan bila penyebabnya tumor jinak seperti papiloma, atau bila ada kelainan condiloma. 5) Pembedahan, penyinaran (radioterapi) atau sitostatik (khemoterapi) Tindakan ini dilakukan bila penyebabnya kanker serviks atau kanker kandungan lainnya, tergantung stadiumnya. f. Pencegahan Pencegahan keputihan tergantung penyebabnya. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya terhindar dari keputihan (Dalimartha, 2002, p. 13). 1) Jaga kebersihan pribadi seperti kuku dan sekitar kelamin. Cuci alat kelamin setiap hari sewaktu mandi, dan sebelum melakukan hubungan seksual. Namun, membilas vagina terlalu sering justru lebih merangsang pengeluaran lendir serviks. Apalagi bila menggunakan cairan antiseptik yang menimbulkan iritasi. Gantilah pakaian dalam dua kali sehari. 2) Cara membilas harus dilakukan dengan benar, terutama pada anak – anak. Gerakan membilas setelah buang air besar dimulai dari kelamin ke arah dubur (ke arah belakang). Bila terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri, telur cacing keremi, jamur dan jasad renik lainnya dari dubur ke alat kelamin dan saluran kencing. 3) Jangan membilas di toilet umum, karena kemungkinan airnya sudah tercemar oleh jamur Candida, bakteri, dan jasad renik lainnya. 4) Kurangi kebiasaan makan dan minum yang manis – manis. Makanan manis bisa menyebabkan tingginya kadar gula di dalam air kencing (glukosuria) pada penderita kencing manis (Diabetes Mellitus), keadaan ini akan menyuburkan pertumbuhan bakteri.
15
5) Hindari terlalu sering menggunakan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti nilon. Juga jangan memakai celana berlapis – lapis atau celana yang terlalu tebal dan ketat sperti jeans, karena akan menyebabkan kondisi lembab di seputar kelamin. Keadaan lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Pakailah celana dalam dari bahan katun atau kaos. 6) Jangan memakai celana dalam atau celana orang lain karena kemungkinan tertular infeksi jamur Candida, Trichomonas, atau virus cukup besar. 7) Pengobatan suami juga diperlukan, bila infeksi sebagai penyebab keputihan. 8) Gunakan antiseptik cair yang mengandung Providone Iodine untuk membersihkan liang senggama setelah berenang. Namun, untuk mencegah penularan penyakit kelamin pada hubungan seksual di luar nikah relatif tidak bermanfaat. 9) Bila mencurigai kemungkinan tertular penyakit kelamin pada hubungan seks bebas, pakailah alat pelindung (kondom). Kondom cukup efektif untuk pencegahan terhadap kemungkinan tertularnya penyakit kelamin AIDS. 10) Untuk pemeriksaan penyaringan dan pelacak adanya perubahan ke arah kanker leher rahim secara dini perlu dilakukan pemeriksaan Pap – Smear. Tes ini dilakukan pada perempuan berumur di atas 25 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan hubungan seksual. Tes ini dianjurkan setahun sekali secara teratur seumur hidup. Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut – turut hasilnya normal, pemeriksaan sekanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. 2. Perilaku a. Pengertian Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003, p.121), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
16
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1) Awaneress (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek) 2) Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus 3) Evaluation (menimbang - nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru 5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus b. Faktor – faktor perilaku Faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku menurut teori Lawrence Green (Notoatmodjo, 2003, pp.164-165) : 1) Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor – faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. 2) Faktor – faktor penentu (enabling factors) Faktor – faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan
sampah,
tempat
pembuangan
tinja,
ketersediaan
makanan yang bergizi dan sebagainya, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung.
17
3) Faktor – faktor penguat (reinforcingg factors) Faktor – faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang – undang, peraturan – peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan di perlukan perilaku. 3. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, p.121). Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat (Notoatmodjo, 2003, pp.121-124). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
18
itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.
19
c. Cara memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoatmodjo, 2003 adalah sebagai berikut : 1. Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan a. Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empirisnmaupun penalaran sendiri. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman
pribadipun
dapat
digunakan
sebagai
upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang
pernah
diperoleh
dalam
memecahkan
permasalahan yang dihadapi masa lalu. d. Melaui jalan pikiran Sejalan dengan berkembangnya kebudayaan manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
20
2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula – mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561 – 1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. d. Cara pengukuran pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur. e. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Faktor Internal a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita – cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal – hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalan memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan
21
bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, sehingga pengetahuan mereka tidak bertambah padahal ilmu semakin berkembang. Bekerja bagi ibu – ibu juga akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. c. Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Daris segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. 2. Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam : 3 lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial Budaya Sistem
sosial
budaya
yang
ada
pada
masyarakat
dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. 3. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1. Baik
: Hasil prosentase 76% - 100%
2. Cukup : Hasil prosentase 56% - 75% 3. Kurang : Hasil prosentase < 56%
22
4. Sikap (Attitude) a. Pengertian Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005, p.25). b. Batasan Sikap Batasan sikap disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat ditafsirkan lebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003, p.124). c. Komponen Pokok Sikap Menurut
Allport
dalam
Notoatmodjo
(2003),
Sikap
mempunyai 3 komponen pokok, antara lain : 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) d. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang keluarga berencana, atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan terhadap obyek tertentu, dengan menggunakan skala Lickert (Notoatmodjo, 2005, p.57). Ada beberapa skala pengukuran dalam sikap, diantaranya : 1) Skala Likert Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada dimasyarakat atau
23
dialaminya. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala Likert adalah sebagai berikut: (1) Pernyataan positif meliputi: sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju atau SS- S- TS –STS dengan nilai 4, 3, 2, 1. (2) Pernyataan negatif meliputi: sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju dengan nilai 1, 2, 3, 4 (Hidayat, 2007, p.102). 2) Skala Guttman Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya, dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala Likert (Hidayat, 2007, p.103). 3) Skala Diferensial Semantic Merupakan skala perbedaan semantic yang berisi pernyataan sikap seseorang, yang memberikan jawaban rentang dari positif ke negatif. 4) Rating Scale Merupakan skala sikap yang memberikan pernyataan dengan jawaban yang yang berupa angka yang telah disediakan, yang hampir sama dengan skala Likert akan tetapi tersedia jawaban berupa interval angka (Hidayat, 2007, p.104). 5) Skala Thrustone Merupakan skala yang memberikan sejumlah pernyataan pada responden. Responden diminta untuk memilih sebagian dari pernyataan, kemudian dihitung oleh peneliti sesuai dengan nilai yang telah ditetapkan (Hidayat, 2007, p.105). e.
Tingkatan – tingkatan Sikap Menurut (Notoatmodjo, 2005, p.54) sikap mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :
24
1)
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
2)
Menanggapi (responding) Menanggapi disini diaartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3) Menghargai (valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. 4)
Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia haru berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain.
f. Teori Sikap 1) Belajar melakukan proses asosiasi perlu sikap pengukuran kembali. 2) Teori
keseimbangan
model
keseimbangan
dari
ras
suku.
Kemungkinan dari dua susunan struktur yang tidak seimbang cenderung menjadi struktur yang seimbang malalui perubahan satu unsur atau lebih. 3) Teori ketidak sesuaian akan berubah demi mempertahankan konsistensi dengan perilaku nyata. 4) Teori atribusi orang bersikap dengan mempertimbangkan kondisi dan afeksi dari psikomotor didalam kesadaran mereka.
25
B. Kerangka Teori a.
Faktor predisposisi :
b. c.
a. Pengetahuan * b. Sikap * c. d. e. f. g. h.
Tradisi Kepercayaan Sistem Nilai Tingkat Pendidikan Tingkat Sosial Sosial Ekonomi
d. e. f. g. h.
Infeksi (Bakteri, Jamur, Parasit, Virus) Benda Asing dalam vagina Penyakit organ dalam kandungan Penyakit menahun Gangguan keseimbangan hormon Fistel di vagina Pola hidup tidak sehat Stres
Faktor pemungkin :
Perilaku
Sarana dan Prasarana
Keputihan
Faktor penguat : a. b. c. d.
Sikap petugas Perilaku petugas Undang – undang Peraturan – peraturan
Bagan 1 : Kerangka Teori
C.
Sumber
: Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2003) dan Dalimartha 2001
Keterangan*
: Variabel yang diteliti
Kerangka Konsep Variabel Bebas Pengetahuan tentang keputihan
Variabel Terikat Sikap terhadap keputihan
Bagan 2 : Kerangka Konsep D.
Hipotesis Ada hubungan pengetahuan terhadap keputihan dengan sikap terhadap keputihan di SMA Futuhiyyah Mranggen Demak.