BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Di samping itu fungsi operasional lainnya adalah manajemen pemasaran, manajemen operasional, dan manajemen sumber daya manusia.
2.1.1
Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap
kehidupan setiap orang dan perusahaan. Manajemen keuangan sangat berperan dalam segala aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Kamaludin dan Indriani (2012:1) definisi manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Upaya untuk mendapatkan dana dengan cara yang paling menguntungkan serta mengalokasikan dana secara efisien dalam perusahaan sebagai sarana untuk mencapai sasaran bagi kekayaan pemegang saham.” 2.1.2
Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen Keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang
keuangan karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi manajemen keuangan dari suatu perusahaan itu sendiri adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting dalam perusahaan, di samping fungsi-fungsi lainnya. Menurut Sartono (2001:6) terdapat tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu: 1. Menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan. 15
2. Manajer keuangan berfungsi sebagai pengambil keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi. 3. Fungsi ketiga seorang manajer keuangan adalah kebijakan dividen.
2.2
Laporan Keuangan Para investor sangat memerlukan laporan keuangan sebagai suatu
informasi dalam memprediksi saham yang akan dibeli begitu juga saham yang dijual dan dipertahankan dari setiap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan laporan keuangan penting untuk penilaian dari perusahaan tersebut yang dapat dilihat dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan keuangan lainnya. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan antara lain masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan. Dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang diumumkan, para pemegang saham tersebut dapat melihat apakah selama satu periode perusahaan mendapatkan keuntungan yang menjanjikan bagi pemegang saham dari kegiatan operasional usahanya.
2.2.1
Pengertian Laporan Keuangan Semua
transaksi
keuangan
perusahaan
yang
terjadi
dicatat,
diklasifikasikan dan disusun menjadi laporan keuangan, sehingga dapat mencerminkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada suatu periode tertentu atau jangka waktu tertentu. Ditinjau dari fungsinya, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai kinerja, aktivitas dan kondisi keuangan suatu perusahaan, yang akan menjadi sumber informasi bagi analis untuk mengambil keputusan. 16
Pengertian laporan keuangan menurut Kasmir (2008:7) sebagai berikut: “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Sedangkan menurut Fahmi (2011:2) laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.” Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan informasi atau laporan yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan gambaran kinerja keuangan perusahaan.
2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisis lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Menurut Fahmi(2011:3) menyatakan bahwa: “Sebuah laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan."
Kemudian menurut Kasmir (2008:28) menjelaskan jenis-jenis laporan keuangan antara lain: 1. Neraca (Balance Sheets) 17
Merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. 2.
Laporan laba rugi (Income Statement) Merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
3. Laporan perubahan modal Merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang dimiliki saat ini. 4. Laporan arus kas Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kas. 5. Laporan catatan atas laporan keuangan Merupakan laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
2.2.3
Rasio Keuangan Analisis internal perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan pada
setiap periode yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan yang dilakukan adalah menyangkut rasio-rasio keuangan perusahaan yang dapat menggambarkan kinerja perusahaan.
2.2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan dalam penggunaannya dari suatu perusahaan membantu memprediksikan nilai perusahaan pada periode yang akan datang dengan menghitung dari laporan keuangan diperiode sebelumnya. Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2008:104) sebagai berikut: “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angkaangka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.” Selanjutnya menurut Fahmi (2011:44) sebagai berikut : 18
“Rasio keuangan atau financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.” Dengan demikian analisis rasio keuangan merupakan perbandingan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data lainnya. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan untuk memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.
2.2.3.2 Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan Untuk analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan dihitung dengan menyambungkan angka-angka di neraca dengan atau angkaangka pada laporan rugi laba. Kasmir (2008:110) membagi analisis rasio keuangan menjadi enam rasio utama, yaitu: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. 2. Rasio Leverage Dalam hal ini leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. 4. Rasio Profitabilitas
19
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. 5. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. 6. Rasio Penilaian Rasio penilaian (valuation ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.
2.3
Pasar Modal
2.3.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif investasi bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti : menabung di Bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti Obligasi, Saham dan lainnya. Para pemodal menggunakan instrumen pasar modal untuk keperluan investasi portofolionya sehingga nantinya akan memaksimumkan penghasilan dan emiten memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas usahanya. 20
Menurut Fahmi (2012:55), pengertian pasar modal sebagai berikut : “Pasar modal adalah tempat di mana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan.” Kemudian menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:1), pengertian pasar modal adalah : “Tempat diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya.” Dengan demikian jelaslah bahwa pasar modal merupakan pasar tempat terjadinya transaksi jual-beli efek, sedangkan bursa efek adalah lembaga yang menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang terjadi di pasar modal. 2.3.2
Fungsi Pasar Modal Pasar modal memberikan daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan
dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Hal ini disebabkan karena pasar modal memiliki fungsi yang strategis, menurut Sunariyah (2011:7-8) beberapa fungsi pasar modal diantaranya adalah : 1.
Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan hasil (return) yang diharapkan.
3.
Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4.
Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian, yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan public.
5.
Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
21
Jadi, dengan kata lain pasar modal merupakan hubungan financial yang diciptakan oleh institusi-institusi dan ketentuan-ketentuan yang mempertemukan pihak-pihak yang kelebihan dana atau surplus dana (supplier of funds) jangka panjang dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana (demanders of
funds)
untuk melakukan transaksi.
2.3.3
Jenis-Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk Pasar Modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis Pasar Modal menurut Sunariyah (2011:12-14) ada beberapa macam, yaitu : 1.
Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut di catatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2.
Pasar Sekunder (Secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi pasar sekunder di mana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.
3.
Pasar Ketiga (Third Market)
22
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). 4.
Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).
2.3.4
Instrumen-Instrumen Pasar Modal di Indonesia Instrumen pasar modal merupakan suatu bukti kepemilikan modal dari
lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Pemegang instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:12) sebagai berikut : 1.
Saham (stock) Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
2.
Obligasi Obligasi adalah efek yang bersifat hutang jangka panjang.
3.
Right Hak memesan saham terlebih dahulu dengan harga tertentu, diperdagangkan dalam waktu yang sangat singkat (2 minggu).
4.
Waran 23
Hak untuk membeli saham baru pada harga tertentu di masa yang akan datang. Waran dapat diperdagangkan 6 bulan setelah diterbitkan dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun. 5.
Reksadana Portofolio aset yang dibentuk oleh manajer investasi. Dengan demikian terlihat jelas bahwa Pasar Modal Indonesia adalah
tempat untuk jual beli dana dalam berbagai bentuk kepemilikan yang dapat dipilih oleh investor dalam alternatif investasinya terhadap suatu perusahaan.
2.3.5
Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pasar Modal Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial, pasar modal melibatkan
banyak orang dan banyak lembaga. Masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal Indonesia menurut Martalena dan Malinda (2011:10), sebagai berikut: 1.
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM-LK) Visi dan Misi Bapepam-LK yaitu Menjadi otoritas pasar modal dan lemaga keuangan yang amanah dan profesional, yang mampu mewujudkan industri pasar
modal
dan
lembaga
keuangan
nonbank
sebagai
penggerak
perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global. 2.
Bursa efek Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka.
3.
Perusahaan efek Pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan atau manajer investasi.
4.
Penasihat investasi Pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek. 24
5.
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan transaksi bursa agar terlaksana secara teratur, wajar dan efisien.
6.
Lembaga penyimpanan dan penyelesaian (LPP) Pihak yang menyelenggarakan kegiatan Kostudian sentral bagi Bank Kostudian.
7.
Perusahaan publik Perusahaan yang mengeluarkan emiten.
8.
Reksadana Saham, obligasi, atau efek lain yang dibeli oleh sejumlah investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi profesional.
9.
Kustodian Pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
10. Biro administrasi efek Pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan dengan efek. 11. Wali amanat Pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek bersifat utang. 12. Pemeringkat efek Pihak yang bertugas memberi penilaian kemampuan emiten dalam memenuhi semua kewajibannya. 13. Penjamin emisi efek Pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten. 14. Perantara pedagang efek Pihak yang melakukan kegiatan jual-beli efek untuk kepentingan sendiri atau pihak lain. 25
15. Manajer investasi Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk nasabah atau sekelompok nasabah.
2.4
Bursa Efek
2.4.1 Pengertian Bursa Efek Bursa Efek merupakan salah satu bursa tempat di mana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Menurut Husnan (2009:30) Bursa Efek dapat didefinisikan sebagai berikut
:
“Bursa efek adalah merupakan perusahaan yang jasa utamanya adalah menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas di pasar sekunder.” Kemudian menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, mendefinisikan bursa efek sebagai berikut : “Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka.” Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa bursa efek adalah lembaga yang menyelenggarakan atau menyediakan sistem guna terlaksananya transaksi yang ada di pasar modal. Intinya, bursa efek adalah forum dimana penjual dan pembeli sekuritas melakukan transaksi keuangan.
2.4.2 Tugas Bursa Efek Bursa Efek adalah salah satu bursa tempat di mana orang memperjualbelikan efek di Indonesia yang mempunyai tugas. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:35) adalah: 1.
Tugas bursa efek sebagai fasilitator : a. Menyediakan sarana perdagangan efek. b. Mengupayakan likuiditas instrumen, yaitu mengalirnya dana secara cepat pada efek-efek yang dijual. 26
c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat. d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan perusahaan yang go public. e. 2.
Menciptakan instrumen dan jasa baru.
Tugas bursa efek sebagai SRO (Self Regulatory Organization) a.
Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.
b.
Mencegah praktek transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan.
c.
Ketentuan Bursa Efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal.
2.5
Earning Per Share (EPS)
2.5.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan suatu analisis yang menggambarkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh untuk setiap lembar sahamnya. Istilah laba per lembar saham mengacu pada laba bersih yang diperoleh dari setiap saham biasa yang beredar pada periode tertentu. Menurut Gitman (2009:68) pengertian Earning Per Share (EPS), yaitu : “The firm’s earnings per share (EPS) is generally of interest to present or prospective stockholders and management. As we noted earlier, EPS represents the number of dollars earned during the period on behalf of each outstanding share of common stock.” Artinya laba perusahaan per saham (EPS) pada umumnya menarik bagi pemegang saham dan manajemen seperti kita catat sebelumnya, EPS merupakan jumlah dolar yang diperoleh selama periode berjalan atas nama masing-masing saham terhutang dari saham biasa yang beredar. Pengertian earning yang terkait dengan EPS menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan dalam manjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan earning yang tinggi tentu saja akan disukai oleh investor karena hal itu menunjukkan besarnya bagian keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham. 27
Earning Per share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian Earning Per Share (EPS) akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Fahmi dan Hadi (2011:77) mendefinisikan EPS sebagai berikut : “Earning per share atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.” Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa EPS adalah hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa untuk setiap lembar saham yang dimilikinya. Dengan demikian dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa EPS mempengaruhi harga saham.
2.5.2
Kegunaan Earning Per Share (EPS) Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya
dalam bentuk laba per lembar saham (EPS), sebab EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut kondisi dan kinerjanya dalam keadaan baik sehingga mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi kepada pemegang sahamnya, maka biasanya permintaan terhadap saham tersebut akan naik sehingga harga saham perusahaan meningkat. Investor mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perubahan dimasa yang akan datang. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham bagi pemiliknya, maka hal ini akan mempengaruhi harga saham perusahaan, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian Earning Per Share (EPS) akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan memungkinkan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2012:154). 28
2.5.3 Ukuran Earning Per Share (EPS) EPS yang besar menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan EPS menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan kemakmuran para investor dan dari hal tersebut akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Dan itu akan mengakibatkan kenaikan laba yang pada akhirnya ada kecenderungan kenaikan harga saham, begitu juga sebaliknya. Untuk mencari EPS menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:154) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Sedangkan menurut Gitman (2009:68), EPS dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐸𝑃𝑆 = 2.6
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑣𝑎𝑖𝑙𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐹𝑜𝑟 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑂𝑓 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑠 𝑂𝑓 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔
Price Earning Ratio (PER)
2.6.1 Pengertian Price Earning Ratio (PER) Salah satu indikator dari rasio penilaian pasar adalah Price Earning Ratio (PER) yang dapat mempengaruhi harga saham. PER merupakan salah satu indikator yang digunakan investor setiap hari untuk menilai nilai pasar. PER menunjukkan seberapa besar investor bersedia untuk membayar per satuan mata uang dari keuntungan yang dilaporkan dan inilah yang menjadikan instrumen ini cukup penting. Kebanyakan manajer keuangan menganggap baik apabila saham suatu perusahaan dijual pada tingkat PER tinggi, karena tingginya PER mencerminkan bahwa investor beranggapan perusahaan itu mempunyai pendapatan yang relatif aman. Price Earning Ratio merupakan komponen kedua setelah Earning Per Share (EPS) yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Definisi Price Earning Ratio (PER) menurut Fahmi (2012:97), adalah: 29
“Price Earning Ratio (ratio harga terhadap laba) adalah perbandingan antara market price pershare (harga pasar perlembar saham) dengan earning pershare (laba perlembar saham).” Perusahaan diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan rata-rata, sementara di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan menumbuhkan minat para investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham dan akhirnya akan menaikkan harga saham. Price Earning Ratio (PER) yang tinggi akan menyebabkan harga saham yang tinggi, begitu pula sebaliknya Price Earning ratio (PER) yang rendah akan menyebabkan harga saham yang rendah sehingga Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif terhadap harga saham. 2.6.2
Kegunaan Price Earning Ratio (PER) Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan (Tandelilin, 2010:375). Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:156), PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi investor, makin tinggi PER suatu saham makin bagus karena saham tersebut termasuk murah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa PER memiliki pengaruh secara langsung terhadap harga saham, dimana PER melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya.
2.6.3 Ukuran Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai suatu saham, rasio ini merupakan suatu indikasi tentang harapan masa depan perusahaan. PER merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang 30
diharapkan maka semakin tinggi pula PERnya. PER secara teoritis merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi (overvalued) atau terlalu rendah (undervalued), sehingga para calon investor dapat menentukan kapan sebaiknya saham dibeli atau dijual. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:156) Price earning Ratio (PER) dapat dicari menggunakan rumus: 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐸𝑃𝑆
Selanjutnya menurut Gitman (2009:70) dapat dicari dengan rumus: 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑃 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 𝑂𝑓 𝐶𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 ( ) 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐸 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 2.7
Saham
2.7.1 Pengertian Saham Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa yang disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Pengertian saham menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5) mendefinisikan saham sebagai berikut: “Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.”. Kemudian menurut Fahmi (2012:81), saham adalah : “Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya, dan persediaan yang siap untuk dijual.” 31
Jadi saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
2.7.2 Jenis-Jenis Saham Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana untuk membentuk struktur modal yang efisien ataupun untuk membiayai proyek yang akan dilakukan biasanya menggunakan alternatif penjualan obligasi atau surat hutang perusahaan, penggunaan laba ditahan, penjualan saham baru, ataupun kombinasi diantaranya. Adapun jenis-jenis saham menurut Fahmi dan Hadi (2011:68) antara lain : 1.
Blue chip-stock (saham unggulan). Adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan management yang berkualitas.
2.
Growth Stock. Adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.
3.
Defensive Stock (saham-saham defensif). Adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar.
4.
Cyclical Stock. Adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.
5.
Seasonal Stock. Adalah saham di mana perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
6.
Speculative Stock. Adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi, yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negatif.
32
2.7.3 Harga Saham Harga saham merupakan nilai pasar dari selembar saham sebuah perusahaan atau emiten pada waktu tertentu. Menurut Sunariyah (2011:180) definisi harga saham atau harga pasar saham sebagai berikut : “Harga saham yang ditentukan dan dibentuk oleh mekanisme pasar modal.” Harga saham terbentuk dari interaksi kinerja perusahaan dengan situasi pasar yang terjadi di pasar sekunder. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga saham yaitu nilai pasar dari selembar saham sebuah perusahaan atau emiten yang ditentukan secara lelang yang terjadi di pasar sekunder (Bursa Efek).
2.7.4
Analisis Harga Saham Para analis investasi pada umumnya menggunakan dua metode analisis
yaitu metode fundamental analysis dan metode technical analysis, kedua metode ini dapat digunakan secara terpisah atau digunakan sekaligus dalam menganalisis saham. Menurut Darmadji dan Fakhruddin(2012:149) : “Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan.” Dan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:160) : “Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transaksi.” Analisis
teknikal
menganggap
bahwa
saham
adalah
komoditas
perdagangan yang pada gilirannya, permintaan dan penawarannya merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal.
33
Harga saham cenderung bergerak mengikuti pasar karena reaksinya terhadap berbagai kekuatan permintaan dan penawaran. Analisis teknikal ini mencoba memprediksikan perubahan harga saham dalam jangka pendek dan kemudian memberikan rekomendasi waktu jual dan beli sesuai dengan grafik yang terkait pada analisis saham tersebut.
2.8
Hubungan antara Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) dengan Harga Saham
2.8.1
Hubungan antara Earning Per Share (EPS) dengan Harga saham Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan Earning Per Share
atau pendapatan per lembar saham. Earning Per Share merupakan indikator yang paling umum digunakan oleh investor, karena rasio ini mengungkapkan kemungkinan earning yang dapat diperoleh para pemegang saham. Semakin tinggi EPS, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan juga semakin besar dan berarti manajemen dalam perusahaan berlangsung secara efisien dalam konteks pencapaian laba yang diharapkan oleh perusahaan, hal tersebut dapat menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut. Dengan demikian akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Darmadji dan
Fakhruddin (2012:154): “Makin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena makin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham.” Seperti kita ketahui sebelumnya, bahwa harga di pasar modal akan dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Jika dalam hal ini tingkat pendapatan per lembar saham atau Earning Per Share tinggi maka para investor akan tertarik dalam menginvestasikan dananya di perusahaan tersebut karena perusahaan tersebut dianggap mampu memberikan kontribusi laba yang menguntungkan per lembar sahamnya. Semakin banyak investor yang 34
menanamkan modalnya diperusahaan tersebut maka tingkat permintaan akan saham perusahaan tersebut akan meningkat, dan semakin tinggi permintaan tersebut maka harga saham pun akan meningkat.
2.8.2
Hubungan antara Price Earning Ratio (PER) dengan Harga saham Price Earning Ratio (PER) juga memiliki pengaruh langsung terhadap
harga saham seperti yang dikemukakan oleh Tandelilin (2010:375) adalah: “Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan.” Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa PER dapat dipergunakan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan. Secara teoritis saham dengan PER rendah semakin baik karena dianggap relatif murah. Walaupun harga suatu saham murah (PER rendah) bisa saja investasi dan saham tersebut tidak menguntungkan. Saham suatu perusahaan yang tidak tumbuh biasanya memiliki PER yang rendah tetapi harganya tidak mengalami kenaikan, sehingga tidak memberi kesempatan investor mendapatkan capital gain. Sebaliknya suatu saham dengan PER yang besar di mana harganya cenderung meningkat, maka saham tersebut memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh capital gain. Analis keuangan sering menggunakan PER untuk memperkirakan nilai saham biasa suatu perusahaan dengan cara: 1. Membandingkan PER dari perusahaan-perusahaan dalam industri sejenis untuk menentukan PER yang sesuai untuk industri tersebut. 2. Menghitung harga saham yang sesuai untuk perusahaan dalam industri tersebut dengan mengalikan EPS tiap perusahaan dengan PER rata-rata. 35