BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahanbahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Dirjen POM RI,1994) Obat tradisional Indonesia semula dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Perkembangan teknologi yang membantu proses produksi membuat industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik, dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka (Handayani,2003) Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional, pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5-10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak sampai pada pembuktian ilmiah secara klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh5
6
puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu (Handayani,2003) Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga, mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan atau keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian praklinik seperti standar kandungan bahan yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronik (Handayani,2003) Fitofamaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi modern (Handayani,2003) B. Minyak Atsiri Minyak atsiri merupakan minyak mudah menguap yang dihasilkan akar, daun, buah, batang maupun bunga dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan. Salah satu negara penghasil minyak atsiri adalah Indonesia ada beberapa jenis minyak atsiri yang telah dieksport ke luar negeri diantaranya minyak nilam, minyak daun cengkeh, minyak sereh, minyak kayu putih, minyak kenanga, minyak terpentin, minyak cendana maupun minyak akar wangi. Umumnya minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara penyulingan, karena prosesnya tidak rumit dan tidak mahal. Cara proses penyulingan ini dimana uap air dialirkan kedalam tumpukan bahan tumbuh- tumbuhan sehingga minyak atsiri tersuling bersama-sama dengan uap air. Setelah pengembunan minyak atsiri akan membentuk lapisan yang terpisah dengan air selanjutnya minyak dihasilkan kemudian dikumpulkan. (Guenter,1987).
7
Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses penyulingan, bukanlah suatu senyawa murni, melainkan minyak tersebut merupakan suatu campuran dengan dengan beberapa senyawa organik lainya. Beberapa senyawa kimia yang mudah menguap terdapat pada minyak atsiri antara lain alkohol, aldehid, keton dan ester sering terdapat didalam tumbuh-tumbuhan walau dalam jumlah sangat kecil. Penyelidikan kimia menunjukkan bahwa sebagian besar komponen –komponen minyak atsiri merupakan senyawa yang hanya mengandung atom karbon dan atom hidrogen, atau senyawa yang mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatis. Senyawa-senyawa ini secara umum disebut terpenoid. (Achmad,1986).
Menurut Ketaren (1985), minyak atsiri yang disebut juga minyak eteris, minyak terbang atau essential oil dipergunakan bahan dalam industri misalnya pada industri parfum, kosmetik, industri farmasi. Peranan minyak atsiri di kehidupan manusia telah mulai sejak beberapa abad silam. Minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral oil ),minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible eat) danminyak atsiri (essential oil). Minyak Atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik, farfum, antiseptik, obat-obatan, dalam bahan pangan atau minuman dan sebagai pecampur rokok kretek. Penggunaan minyak atsiri sangat luas dalam berbagai bidang industri, antara lain dalam industri komestik seperti sabun, pasta gigi, bedak maupun sampo, dalam makanan digunakan sebagai bahan penyedap atau sebagai penambah citra rasa pada makanan, sedangkan dalam industri farmasi digunakan sebagai anti nyeri, anti infeksi atau digunakan sebagai antibakteri, dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi dan minyak atseri ini dapat juga digunakan sebagai bahan pengawet, maupun sebagai insektisida. (Tony,1994).
C. Minyak Zaitun Buah zaitun (Olea europaea) mengandung asam lemak yang dapat memelihara kelembapan, kelenturan, serta kehalusan kulit. Setiap buah zaitun yang matang mengandung 80 persen air, 15 persen minyak, satu persen
8
protein, satu persen karbohidrat dan satu persen serat, dalam minyak zaitun mengandung berbagai macam vitamin seperti vitamin A, B1, B2, C, D, E, K dan berbagai macam mineral seperti kalsium, zat besi, sodium dan potasium. Kandungan vitamin E yang larut dalam lemak dapat melindungi sel dari radikal bebas yang berbahaya (Khadijah,2013). Minyak zaitun kaya akan kandungan nutrisi, kandungan nutrisi berfungsi untuk kesehatan tubuh dan wajah. Kandungan minyak pada buah zaitun adalah sekitar 15 persen. Selebihnya mengandung karbohidrat, protein, kalsium, zat besi, vitamin A, B kompleks, C dan D. Kandungan antioksidan dalam minyak zaitun tidak hanya berfungsi sebagai penangkap radikal bebas, namun juga berfungsi sebagai pelindung vitamin E dalam minyak zaitun (Khadijah,2013). Minyak zaitun biasanya digunakan untuk memasak, kosmetik, farmasi, sabun dan untuk minyak lampu. Selain membuat masakan lezat, minyak zaitun juga bisa menghilangkan noda jerawat. Minyak zaitun juga merupakan pengganti mentega atau margarin yang baik. Manfaat minyak zaitun untuk kecantikan yaitu : 1. Digunakan sebagai pembersih wajah. 2. Digunakan sebagai carrier oil 3. Menyehatkan rambut 4. Menyehatkan kulit 5. Minyak urut 6. Bibir pecah-pecah 7. Menyegarkan kulit (Khadijah,2013). Menurut Surtiningsih (2005) minyak zaitun selain digunakan untuk berbagai masakan juga berkhasiat untuk perawatan kecantikan. Minyak zaitun kaya vitamin E yang merupakan anti penuaan dini. Minyak zaitun juga bermanfaat untuk menghaluskan dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori. Sebagai bahan baku produk kecantikan, minyak zaitun kaya akan vitamin E yang sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E merupakan zat
9
antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari partikel-partikel yang dapat merugikan kesehatan. Pilihlah produk-produk kosmetika yang mencantumkan minyak zaitun sebagai bahan utamanya. Tujuannya agar terhindar dari efek kimiawi dalam produk-produk tersebut. Sebagai alternatif pilihan lain untuk kecantikan, Anda dapat menambahkan beberapa sendok minyak zaitun ke dalam produk kecantikan tersebut dalam perawatan kecantikan, vitamin E digunakan setelah perlakuan pengelupasan kulit mati untuk merangsang pembentukan kembali jaringan kulit. Menggunakan vitamin E secara eksternal membantu menyejukkan inflamasi dan menghilangkan bekas luka, vitamin E terutama bermanfaat dalam pengobatan jerawat yang terkandung di dalam minyak zaitun (Khadijah,2013). Pohon zaitun memiliki keistimewaan yaitu mempunyai umur yang panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa membuahkan 15-20 kg zaitun per tahun. Spanyol, Italia, Yunani, Turki, Tunisia, Portugis, Maroko, Suriah, Aljazair, Argentina, dan Prancis adalah negara-negara penghasil minyak zaitun. Zaitun biasanya berbunga antara bulan Juni hingga Oktober. Minyak zaitun dapat berkualitas baik setelah 6-8 bulan dari masa berbunga. Saat itu, buah zaitun berwarna hitam sebagai tanda telah matang sempurna, untuk masa panen, biasanya dimulai dari bulan September hingga bulan Maret tahun berikutnya. Pohon zaitun memang dapat dibudidayakan di Indonesia, tapi ada pakem yang harus dilakukan pembudidaya tanaman ini harus mendapatkan sinar matahari yang cukup dengan suhu di atas 25 derajat Celcius. Budidaya bisa dilakukan di polybag dan ditaruh di dalam green house (Surtiningsih, 2005) D. Minyak Peppermint Ekstraksi daun Mentha peperita L, menunjukkan kandungan utamanya adalah menthone, α-pinene, β-pinene, iso-menthone dan neo-menthone. Komponen-komponen tersebut sangat baik digunakan untuk tambahan perasa makanan, kosmetika, sabun, penyegar udara ruangan dan detergent. Ekstrak herbal alami juga mengandung komponen kimia yang baik untuk insektisida, pertisida dan anti bakteria (Golebiowski,2008).
10
Minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman Genus mentha ini biasa disebut dengan minyak permen. Ada 3 spesies Genus mentha yang biasa digunakan sebagai penghasil minyak permen yaitu tanaman Mentha arvensis, yang menghasilkan minyak cornmint (Cornmint oil). Tanaman Mentha Piperita yang menghasilkan minyak peppermint (Peppermint Oil), dan Mentha Spicata yang menghasilkan minyak spearmint (Spearmint Oil) (Ma’mun,2006). Berdasarkan ketiga spesies tersebut, tanaman Mentha arvensis merupakan jenis tanaman yang paling berpotensi dikembangkan di Indonesia, karena Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sesuai untuk tumbuhnya tanaman ini.(Pribadi,2010). Tanaman dari genus mentha ini merupakan salah satu tanaman herbal aromatik penghasil minyak atsiri yang saat ini merupakan komoditas masa depan yang cukup prospektif sebagai penambah aroma dan rasa pada makanan, minuman, obat, kosmetik, dan produk penyegar lainnya. Untuk mendapatkan minyak atsiri dari tanaman dari genus mentha ini dapat dilakukan dengan metode destilasi uap. Saat ini minyak permen telah banyak digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman minuman, sebagai bahan campuran di beberapa produk pakai seperti, pasta gigi, balsem, sabun, shampoo, dan berbagai obat-obatan( Sastrohamidjojo,2004) Peppermint banyak digunakan dalam makanan, kosmetik dan obatobatan. Telah terbukti membantu dalam mengurangi gejala-gejala flu biasa. Hal ini juga dapat menurunkan gejala irritable bowel sindrom dan penurunan gejala pencernaan seperti dispepsia dan mual, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan. Hal ini digunakan secara topikal sebagai analgesik dan untuk mengobati sakit kepala (Gardiner,2000) Menurut Wareing dan Philip (1981), Mentha piperita L. termasuk tanaman hari penjang yang bersifat kualitatif (absolute) yang memerlukan 16 jam penyinaran untuk dapat berbunga. Tanaman ini secara komersial ditanam di daerah beriklim sedang, antara lain Eropa, Australia, Amerika serikat, tumbuh pada ketinggian 4000-7000 kaki (1200-2100 m) di atas permukaan laut. Suhu optimum yang dikehendaki adalah 16-23 0C (Soetopo et al, 1986).
11
Small (1986) melaporkan bahwa mutu minyak mentha yang baik dihasilkan jika tanaman ini ditanam pada kisaran suhu dari suhu beku hingga 24 ⁰C. Berdasarkan suhu di Indonesia maka mentha diperkirakan dapat dikembangkan di daerah pegunungan lebih dari 900 dpl. Hasil penelitian Suratman dan Sudiarto (1971) pada beberapa jenis mentha menunjukkan bahwa Mentha piperita tumbuh baik pada kondisi tanah andosol dutaran tinggi dengan type curah hujan A. Hasil penelitian Datta (1971) menunjukkan bahwa hari panjang menyebabkan tanaman lebih cepat berbunga dan kadar minyak atsirinya tinggi, pada panjang hari 14 jam kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi dengan panjang hari 12 jam. Waktu panen berpengaruh terhadap kualitas minyak. Waktu panen yang tepat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pencahayaan, level fotosintat, saat tanaman berbunga, tingkat klorofil dan suhu. Menurut Guenther (1952) untuk mendapatkan kadar menthol maksimum sebaiknya tanaman dipanen pada saat berbunga, karena pada saat itu kandungan mentholnya maksimum. Panen terbaik saat tanaman telah berbunga 10-20% karena kandungan mentholnya tinggi (Iskandar, 1980). Terlambatnya pemanenan menyebabkan kadar menthol dalam minyak turun dan kandungan menthofuran tinggi. Menthon menurun sampai tanaman berbunga penuh dan pembentukan menthofuran sejalan dengan pembentukan jaringan baru (Smith dan Levi, 1961). Masa pencahayaan mempengaruhi kadar menthol. Pencahayaan diatas 12 jam tanaman berbunga dan menghasilkan kadar menthol yang tinggi. Di Indonesia tampaknya panen terna paling baik saat jumlah daun tua melabihi daun muda yaitu saat telah mencapai pertumbuhan vegetatif maksimum (Rosman, 2001). Namun demikian belum diketahui nisbah daun tua dan daun muda yang terbaik sebagai kriteria panen. Beberapa ahli menyarankan untuk melakukan analisis kandungan menthol sebelum pemanenan. Panen harus dilakukan ketika kadar menthol mencapai 45% (Guether, 1952; dan Soetopo, 1990). Kriteria panen yang praktis, mudah dan murah dilakukan adalah melihat fenologi tanaman, bila terdapat kaitan erat antara fenologi dengan kadar dan kualitas minyak.
12
E. Minyak Gandapura Gandapura (Gaultheria fragran-tissima) merupakan tanaman minyak atsiri yang cukup potensial, karena mengandung metil salisilat sangat tinggi yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik (Hernani,2004) Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik, karminatif, diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik dan antelmintik, dalam industri digunakan sebagai campuran untuk pewangi dalam pembuatan minuman, parfum, obat, permen dan pasta gigi (Hener,1990). Bahkan daun yang telah difermentasi dapat dibuat sebagai teh herbal (Oyen,1999). Daun yang masih segar mempunyai bau yang sangat aromatis sehingga tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang aromaterapi, farmasi, kosmetik dan parfum (Shiva,1996). Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%, bila disuling dalam keadaan segar kadar minyaknya hanya 0,5 - 0,8%, tetapi bila telah dikeringkan dapat mencapai 1% (Heyne,1987). Selain itu, minyak atsiri gandapura bisa dimanfaatkan juga sebagai insektisida atau insek repellent. Metode ekstraksi terhadap minyak atsiri akan berpengaruh terhadap rasa, aroma, kenampakan dan komposisi kimia dari produk, seperti minyak hasil penyulingan mempunyai bau dan aroma yang berbeda dengan minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik (Ravid,1983). Komponen utama minyak gandapura adalah senyawa metil salisilat yang banyak digunakan dalam industri obat-obatan, bahan pewangi, serta industri makanan dan minuman (Haris,1989). Menurut Yuliani (2006) Metil salisilat merupakan senyawa ester yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat salep (lotion) yang dapat mengobati sakit otot. Metil salisilat sudah banyak dikembangkan menjadi senyawa lain, misalnya asam asetil salisilat (aspirin). Turunan metil salisilat selain asam asetil salisilat juga dapat diubah menjadi salisilanilida. Salisilanilida merupakan obat anti inflamasi
yang
(Siswandono,1995)
berfungsi
sebagai
analgesik
atau
antipiretik
13
Tanaman gandapura dapat tumbuh pada dataran tinggi, 1300-3300 meter dpl (Hernani, 2004). Selama ini tanaman gandapura belum dikembangkan secara ekonomis karena belum tersedia teknologi budidaya yang tepat. Gandapura dipanen dari tanaman yang tumbuh liar didaerah pegunungan diantaranya di Gunung Lawu, Tawangmangu dan di Wonosobo, Dieng. Salah satu industri penghasil minyak gandapura yang ada di Wonosobo adalah Kelompok Tani Rukun yang berlokasi di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Tanaman gandapura hidup di daerah berbatu, umumnya di tebing ataupun pegunungan. Sebagaimana kondisi lingkungan di desa Sikunang, gandapura dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran tinggi yang dingin dan memiliki kelembaban udara cukup tinggi. Sementara itu, gandapura merupakan spesies tanaman yang mengandung total salisilat dengan konsentrasi sangat tinggi. Sebagian besar salisilat yang terdapat pada tanaman gandapura berada dalam bentuk aktif yang disebut gaultherin, dan merupakan konjugasi metil salisilat dengan disakarida. Ketika jaringan tumbuhan tersebut rusak atau terkoyak, gaultherin akan secara enzimatis terhidrolisa menjadi metil salisilat dan terlepas atau lebih dikenal dengan sebutan minyak gondopuro. Proses hidrolisa tersebut diyakini dikatalisasi oleh enzim yang terdapat dalam tanaman itu sendiri yaitu gaultherase (Yuniastuti, 2008). Akar mengandung minyak asiri, lemak, asam palmitat, sterol/ terpen. Biji mengandung a-cephalin, fosfati-dilserine, plasmalogen, fosfafidilkoline plasmalogen, ambrettolid, ambretol, afamesol, furfural, tanin dan minyak asiri. Daun kering mengandung a-sitosterol, a-D-glikosida, dan tanin. Bunga mengandung a-sitosterol, mirisetin, dan glikosida. Bagian akar dapat digunakan untuk pengobatan demam tinggi, batuk, sukar buang air besar, dan batu saluran kencing, sedangkan bagian biji dapat
digunakan untuk
mengatasi sakit kepala. Pada pengolahan bahan baku (daun) digunakan metode pelayuan 2, 3 dan 5 hari untuk melihat pengaruhnya terhadap kadar minyak atsiri dan metil salisilat, kualitas bahan baku seperti kadar abu, kadar abu tak larut asam,
14
kadar sari yang larut dalam air dan alkohol. Pembuatan ekstrak menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu metanol, etil asetat dan heksan. Hasil pengolahan terhadap daun sebelum proses penyulingan menunjukkan bahwa lama pelayuan mempengaruhi kadar minyak atsiri, dimana semakin lama proses pelayuan menurunkan kadar minyak atsirinya. Untuk kadar metil salisilat dalam 2 hari pelayuan kadarnya masih konstan, tetapi akan menurun sampai 80% setelah 5 hari pelayuan. Kadar sari yang larut dalam air dan alkohol ternyata cukup tinggi. Dari skrining fitokimia terhadap 3 jenis ekstrak ternyata ekstrak etil asetat dan metanol mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan tannin, sedangkan untuk ekstrak heksan hanya mengandung glikosida dan alkaloid. Serta jenis daun gandapura juga mempengaruhi banyaknya minyak yang terkandung dan kandungan metil salisilat, seperti
yang dijelaskan
(March,2005) Tanaman gandapura jenis daun lebar (G. fragrantissima) asal Gunung Gede Jawa Barat mengandung minyak lebih tinggi dibanding jenis yang sama asal Dieng Wonosobo. Tetapi sebaliknya minyak dari jenis daun lebar asal Dieng Wonosobo ini mengandung metilsalisilat lebih tinggi. Disamping itu karakteristik minyak gandapura dari jenis daun lebar asal Dieng Wonosobo hampir sama dengan minyak asal impor serta dapat memenuhi persyaratan mutu minyak gandapura menurut Standar Nasional Indonesia. Minyak gandapura dari jenis daun kecil (G. procumben) kandungan minyak maupun metil salisilat nya sangat rendah. Sementara minyak gandapura hasil penyulingan lokal rendemennya juga sangat rendah, serta sumber dan proses yang berbeda menyebabkan karakteristik mutu minyak yang berbeda pula
F. Mentol Kristal Mentol atau racementhol memiliki nama kimia (1RS,2RS,5RS)-(±)–5– Methyl-2-(1-methylethyl)cyclohexanol.
Mentol berbentuk serbuk kristal yang
mudah mengalir, kristal mengkilap, tidak berwarna, masa kering heksagonal, dan memiliki bau serta rasa yang kuat. Bentuk kristal ini dapat berubah seiring dengan waktu karena proses penyubliman yang terjadi. Mentol harus disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kurang dari 25o C untuk menghindari
15
penyubliman. Bahan ini mempunyai inkompatibilitas dengan beberapa bahan antara lain kamfer, kalium permanganat, pirogalol, resorsinol, dan timol (Langdon dan Mullarney,2009). Mentol bersifat mengalir bebas atau bubuk kristal aglomerasi, tidak berwarna, prismatik, kristal mengkilap acicular, massa heksagonal dengan bau yang khas dan rasa yang kuat. Bentuk kristal dapat berubah karena sublimasi dalam wadah tertutup. Mentol banyak digunakan dalam obat-obatan dan produk perlengkapan mandi sebagai agen penambah rasa atau penambah aroma. Mentol juga memiliki karakteristik peppermint, l-mentol, yang terjadi secara alami memberikan rasa dingin atau sensasi menyegarkan yang dimanfaatkan dalam berbagai sediaan topikal (Rowe,2009).
Menthol kristal merupakan komponen utama dari minyak peppermint yang membuat sensasi bau, rasa dan sensasi dingin ke kulit. Mentol atau Menthan-3-ol merupakan alkohol yang diperoleh dari bermacam-macam minyak.
Levorotari mentol [(-)-mentol] atau bentuk rasemiknya [(±)-
menthol], dapat diproduksi alami maupun sintetiknya. Biasanya menthol diperoleh dengan membekukan minyak hasil sulingan peppermint hingga suhu -22oC., akan terbentuk kristal. Bagian yang cair dituangkan, kristal mentol
ditekan
atara
kertas
saring,
kemudian
dimurnikan
dengan
rekristalisasi. Minyak pepermint Jepang diperoleh dengan destilasi uap dari pucuk berbunga Mentha arensis Linne var piperascens. G. Bunga Lily Bunga lily merupakan salah satu komoditas tanaman hias penghasil bunga potong yang penting di dunia. Lili termasuk bunga potong yang mempunyai pasar tertinggi di Eropa bersama-sama dengan mawar, tulip, krisan, dan gerbera. Tumbuhan lily yang memiliki nama latin Lilium formosanum Wall. Serta tergolong family Liliaceae. adalah Tumbuhan yang berasal dari daerah Tiongkok atau Jepang, Istilah nama di Indonesia disebut bunga lili. Dan istilah nama asing disebut pai hek (T), kerkhoflelie, kerklelie (B). menyukai tumbuh di daerah pegunungan, kerap kali ditanam sebagai tanaman hias atau sebagai tanaman potong untuk dijual bunganya.
16
Habitus herba dengan batang yang boleh dikatakan tidak bercabang, mempunyai umbi lapis, tinggi 0,5-1,3 m. Daun tersebar, terkumpul rapat, berbentuk lanset, duduk, dengan pangkal menyempit dan ujung runcing. Bunga berbentuk corong, umumnya berwarna putih cerah. Buah kotak memanjang. Biji pipih. (Nainggolan,1995). Menurut Wijayakusuma (2000) sifat kimiawi dari bunga lily adalah dingin, manis, dan agak pahit. Efek farmakologis yang dikandung tumbuhan ini adalah sebagai obat batuk (antitusif) dan penenang (sedatif). Beberapa penyakit yang bisa diatasi bunga lily adalah kepala pusing, sesak napas, radang saluran napas, radang paru paru, sakit dada, jerawat, bengkak dan bisul, dan beberapa zat kimia penting terkandung di dalamnya, misalnya seperti flavonoid (yang dikenal sebagai anti oksidan, anti kanker, dan membantu regenerasi kulit), karotenoid yang berfungsi sebagai anti oksidan, Saponin (yang juga dikenal sebagai zat penghambat tumbuhnya sel kanker). Serta mengandung Pati, colchine, Protein dan lemak. Lili sangat mudah tumbuh, beberapa varietas dapat ditemukan tumbuh liar dalam jumlah besar. Lili membutuhkan masa aktif dingin untuk berkembang, ini berarti bahwa mereka tumbuh terbaik di daerah-daerah yang mendapatkan setidaknya udara dingin yang sejuk. Lili membutuhkan udara lembab dan sedikit asam tanah. Tanaman ini bisa menyesuaikan diri dengan habitat hutan, seringkali pegunungan, dan terkadang habitat rerumputan. Beberapa mampu hidup di rawa. Pada umumnya tanaman ini lebih cocok tinggal di habitat dengan tanah yang mengandung kadar asam seimbang. Bunga Lily lebih toleran terhadap keadaan kering dibanding tanaman bunga potong lainnya.akan tetapi bila terlalu kering akan berdamapak buruk terhadap tanaman bunga lily, daun akan menjadi kuning dan bunga akan berguguran. Air yang mengandung flor terlalu banyak akan merusak daun. Oleh karena itu, penyiraman hendaknya diatur agar media tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu basah. Iklim tumbuh optimal di daratan tinggi dengan suhu sekitar 20-26⁰C, kebutuhan matahari sebaiknya dibawah naungan,
17
ukuran pot minimal 20-40cm, pemupukan sebulan sekali dengan pupuk NPK daun, waktu berbunga selama 90 hari (Wijayakusuma 2000) Khasiat: Membantu menyembuhkan dan menghilangkan bekas luka di kulit, misalnya luka bakar, luka akibat jatuh, dan kelebihannya, lily dapat menyembuhkan luka tanpa bekas. Kulit Anda akan kembali mulus seperti semula. Saponin pada umumnya terdapat pada umbi-umbian dan biji-bijian. Saponin berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kanker dan membantu mengatur kadar kolesterol. Saponin ini juga terkandung di dalam lily, itulah sebabnya beberapa produk kosmetik ada yang memanfaatkan bunga lily untuk mencegah berkembangnya sel kanker di kulit (apalagi jika kulit terlalu sering terkena sorotan sinar matahari secara langsung). Ekstrak bunga lily dapat membantu menjaga kelembaban kulit, memberikan perawatan spesial bagi kulit kering, kulit iritasi dan kulit sensitif. Polisakarida yang juga terkandung di dalam bunga ini termasuk dalam kelompok hidrokoloid, fungsinya membantu meningkatkan viskositas dan kestabilan kelembaban air yang ada di kulit. Di dalam kulit, polisakarida ini menahan kadar air yang ada agar tetap berada dalam jumlah yang seimbang (Wijayakusuma 2000) H. Pemasaran Menurut Kotler (2001), definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan. Sedangkan menurut Saladin (2003), definisi pemasaran adalah sesuatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, penetapan harga, mempromosikan dan mendristibusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasara serta tujuan perusahaan. I.
Analisis Usaha Menurut Soekarwati (1995), analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah :
18
1. Biaya tetap Biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu. b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. 2. Biaya Variabel Biaya variabel memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Biaya
yang jumlah
totalnya
akan berubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. 3. Penerimaan Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TR = Q x Pq Keterangan : TR Q Pq
= Total Penerimaan (Rp) = Jumlah Produk = Harga Produk (Rp)
4. Keuntungan Menurut Soemarso (2005), keuntungan adalah
selisih lebih
pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau
19
kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi. Tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimalkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan (π) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) dengan harga produk (P). Jika dirumuskan yaitu : =R–C = (Q x P) – C Keterangan : = Keuntungan R Q P C
= Penerimaan = Jumlah produk = Harga = Biaya
5. R/C Ratio R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan, bila R/C Ratio = 1 maka pelaku usaha tidak mendapat kan keuntungan dan apabila R/C Ratio < 1 maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumusnya yaitu : R/C Ratio
= Total Penerimaan / Total Biaya
6. Benefit Cost Ratio (B/C). B/C rasio merupakan perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Suatu usaha dinilai layak atau memberikan manfaat bila nilai B/C rasio > 0. Jika hasil perhitungan lebih besar dari 0, berarti usaha tersebut dapat memberikan meanfaat. B/C Ratio
=
20
7. Break Even Point (BEP) Menurut Riyanto (2001), perhitungan break even point dengan menggunakan rumus matematika dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. BEP Produksi
=
b. BEP Harga
=