BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usahatani Kacang Panjang Usahatani adalah mengorganisasikan (mengelola) asset dan acara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasiakan sarana produksi pertanian untuk memperoleh hasil atau keuntungan (Daniel, 2002:4) Selanjutnya usahatani juga merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja, modal, dan pengolahan yang ditujukan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Dari batasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, yaitu : 1) tanah, meliputi kuantitas (luas) dan kualitasnya; 2) tenaga kerja meliputi kuantitas (jumlah) dan kualitasnya; 3) modal, meliputi modal tetap (tanah, mesin-mesin, bangunan inventaris) dan modal kerja untuk pembelian input variabel, dan 4) keterampilan menejemen dari petani (Rivai 1980 : 10). Mendefinisikan usahatani adalah sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seseorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah itu dan sebagainya (Mosher, 1968 : 57). Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1989 : 66). Bahwa ilmu
usahatani
adalah ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu, dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-
baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Soekartawi, 1995 : 6). Kegiatan produksi dalam setiap usahatani merupakan suatu bagian usaha dimana biaya dan penerimaan sangat penting sekali. Hal yang terpenting dalam usahatani adalah bahwa usahatani senantiasa berubah baik dalam ukuranya maupun susunannya. Karena petani selalu mencari metode usahatani yang baru dan efisiensi serta meningkatkan produksi yang sangat tinggi (Mosher, 1987 : 60). Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat kekerabatan, politis maupun teritorial sebagai pengelolaanya. Istilah usahatani dituliskan dalam satu kata bukan dalam dua kata usahatani (Pasaribu, 2008 : 20). Definisi usahatani adalah seluruh organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu sendiri diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, baik yang terkait secara genealogis, politis maupun teritorial. Dalam hal ini usahatani mencakup pengertian mulai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan (Hernanto, 1989 : 4). Menurut Soekartawi (1986 : 2), usahatani adalah sistem organisasi produksi dilapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja yang mampu bertumpu pada anggota keluarga tani. Terdapat unsur modal yang beranekaragam jenisnya salah satunya unsur pengelolaan atau manajemen yang perananya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Tipe unsur mempunyai kedudukan yang sama penting dalam usahatani dan tak dapat dipisahkan satu sama lain. Usahatani adalah ilmu yang mempelajari norma-norma yang dapat di pergunakan untuk mengatur usahatani sedemikian rupa sehingga dapat di peroleh pendapatan setinggi-tingginya (Vink, 1949 : 158). Menurut Soekartawi (1995 : 5) Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan
keluarga petani yang lebih besar (Hadisaputro, 1996 : 159). Kegiatan produksi dalam setiap usahatani merupakan suatu bagian usaha dimana biaya dan penerimaan sangat penting sekali. Hal yang terpenting dalam usahatani adalah bahwa usahatani senantiasa berubah baik dalam ukuranya maupun susunannya. Hal ini karena petani selalu mencari metode usahatani yang baru dan efisiensi serta meningkatkan produksi yang sangat tinggi (Mosher, 1987 : 71). Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani untuk mengombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen) serta bagaaimana petani memilih jenis dan besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak yang dapat memberikan pendapatan yang sebesar-besarnya dan secara kontinu (Daniel, 1996 : 159). Menurut Efferson (1959 : 16) Usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara pengorganisasian dan pengoperasian di unit usahatani di pandang dari sudut efisiensi dan pendapatan yang kontiyu. Dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu di perhatikan. Pertama, hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak, contoh:menghitung produksi kacang panjang per ha sangat mudah karena proses panennya serentak. Kedua, hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin di jual beberapa kali, sehingga di perlukan data frekuensi penjualan produksi mungkin di jual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan produksi mungkin dijual beberapa kali pada harga jual berbeda-beda. Ketiga, bila penelitian usahatani ini menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Pemilihan waktu setahun terakhir biasanya sering dipakai oleh para peneliti untuk memudahkan perhitungan. Arti dan fungsi pendapatan berusahatani. Berusaha tani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhinya akan di nilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang di peroleh. Selisih dari keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Usahatani
juga
sebagai
kegiatan
ekonomi,
tentunya
ada
juga
faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap produksi usahatani antara lain adalah, cabang usaha, faktor produksi khususnya modal dan sumber modal yang diperoleh (Suratiyah, 2006 : 7)
Operasi usahatani meliputi hal-hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang apa, kapan, dimana, dan beberapa besar usahatani itu dijalankan, sehingga masalah yang timbul menjadi pertimbangan dalam penetapan keputusan usaha. Operasi usahatani juga mencangkup tentang pengalaman dan kegiatan merencanakan, yang ditujukan kepada keuntungan terus menerus, bersifat komersial, Potret usahatani adalah sebagai berikut : 1.
Adanya lahan, tanah usahatani, yang diatasnya tumbuh tanaman. Ada tanah yang disebut kolam, tambak, sawah, ada tegalan, ada tanaman setahun.
2.
Ada bangunan yang bah petani, gedung, dan kandang, lantai jemur
3.
Ada alat-alat pertanian seperti cangkul, parang, garpu, linggis, splayer, traktor, pompa air, dan lain-lain.
4.
Ada pencurahan kerja untuk mengelola tanah, tanaman, memelihara, dll.
5.
Ada kegiatan petani yang menerapkan usahataninya, mengawasi jalannya usahatani, dan menikmati hasil usahataninya
6.
Usaha tani kacang panjang seperti bibit, ajir, tali rafia
7.
Peralatan pendukung usaha tani seperti pupuk, pestisida, perangsang buah (Rivai, 1980).
B. Teori Produksi Definisi produksi yaitu proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatankekuatan (input, faktor, sumber daya , atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). Kata input dan output hanya memiliki pengertian dalam hubungannya dengan proses produksi tertentu. Catatlah bahwa suatu output dari satu proses produksi bisa merupakan suatu input bagi proses produksi lainnya, atau dapat merupakan barang konsumsi air (Beattie dan Tailor 1994 : 3). Produksi adalah proses penggabungan masukan dan mengubahnya menjadi keluaran, teknologi produksi menghubungkan masukan dengan keluaran, kuantitas masukan tertentu diperlukan untuk memproduksi setiap jasa atau barang tertentu (Case dan Fair 2002 : 190). Istilah “produksi” secara umum diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen oleh komoditi itu (Miller dan Meiners, dalam Kurniasari, 2011 : 34). Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga disebut kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 44). Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dihasilkan oleh proses produksi yang baik dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1994 : 13).
Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, harus ada barang dan jasa. Barang dan jasa sebagai alat pemuas kebutuhan harus dibuat. Setelah dibuat, barang dan jasa ini akan beredar dan tersedia dalam masyarakat. Membuat barang dan jasa pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih berguna dan berharga. Dalam ilmu ekonomi setiap upaya yang meningkatkan nilai sesuatu benda menjadi lebih bernilai dan berharga lazim disebut sebagai kegiatan produksi. Semua kegiatan untuk melakukan sesuatu dengan membuat atau menghasilkan suatu produksi ini disebut kegiatan produktif. Jadi suatu kegiatan disebut kegiatan produktif jika suatu kegiatan itu secara nyata menunjukkan sifat melakukan kegiatan produksi (Chourmain, 1997 : 46). Teori produksi digunakan untuk melihat hubungan antar input (faktot produksi) dan output (hasil produksi) teori produksi diharapkan dapat menerangkan terjadinya suatu proses produksi dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Soekartawi (1990 : 54), hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi yang antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dapat dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik yang dilaksanakan dengan baik dan begitu pula sebaliknya, kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik. Dalam menunjang keberhasilan agribisnis, maka tersedianya bahan baku pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tepat sangat diperlukan. Tersedianya produksi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain macam komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor social ekonomi produsen. Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan input yang digunakan (Abas, 2012 : 5).
C. Biaya dan Pendapatan 1. Biaya Usahatani Menurut Rahim dan Hastuti (2007 : 162), bahwa biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). 1)
Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalnya pajak (tax). Biaya untuk pajak akan tetap dibayar walaupun hasil usahatani itu gagal panen. Selain itu, biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi komoditas pertanian, misalnya penyusutan alat dan gaji karyawan. Jadi, biaya tetap disebut bermacam-macam, tergantung memberlakukan variabel itu sebagai biaya tetap atau biaya tidak tetap. Contoh lain biaya tetap antara lain sewa tanah, alat pertanian, bangunan pertanian, penyusutan alat dan sebagainya. 2)
Biaya tidak tetap atau biaya variabel/variable cost merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas pertanian. Seperti biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang berupa kontrak maupun upah harian dan sewa tanah. Jika menginginkan produksi komoditas yang tinggi, faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga ditambah, dan sebagainya sehingga biaya itu sifatnya akan berubah-ubah karena tergantung dari besar-kecilnya produksi komoditas pertanian yang diinginkan, jadi dengan kata lain biaya tidak tetap dapat pula diartikan sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai dengan besarnya komoditas pertanian. Menurut Soekartawi et. Al (1986 : 12-13), penggolongan biaya produksi dilakukan
berdasarkan sifatnya. Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi, petani harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditas yang dihasilkan usahataninya. Misalnya jika petani menyewa lahan untuk jangka waktu yang lama, jumlah sewa lahan yang harus dibayar petani setiap tahunnya sama dan tidak tergantung kepada produksi yang diperoleh setiap tahunnya. Sementara biaya tidak tetap merupakan biaya yang besarkecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi komoditas pertanian. Ditambahkan oleh Daniel (2004 : 37) bahwa dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang dibayarkan dan biaya tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Menurut Case dan Fair (2002 : 210-220) dalam membahas biaya total dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1.
Biaya Tetap Total (TFC) Biaya tetap total kadang-kadang disebut overhead. Biaya-biaya tetap merupakan bagian
besar dari biaya total bagi sejumlah perusahaan dibandingkan bagi perusahaan lain. Perusahaan listrik, misalnya, memelihara pabrik pembangkit, ribuan mil kabel distribusi, tiang listrik, transformator, dan seterusnya. Lazimnya, pabrik-pabrik semacam itu dibiayai dengan menerbitkan
obligasi kepada masyarakat (artinya, dengan meminjam). Bunga yang harus dibayar atas obligasi tersebut merupakan bagian terbesar biaya operasi pabrik itu dan merupakan biaya tetap dalam jangka pendek, tanpa memperdulikan berapa banyak (kalau ada) listrik yang mereka produksi. Biaya tetap total (TFC) adalah biaya yang tidak berubah mengikuti perubahan keluaran (output), bahkan apabila keluarannya nol. Karena TFC tidak berubah mengikuti perubahan keluaran. 2.
Biaya Variabel Total (TVC) Biaya variabel total (TVC) adalah jumlah biaya yang berubah mengikuti perubahan
keluaran dalam jangka pendek. Untuk menghasilkan lebih banyak keluaran, perusahaan menggunakan lebih banyak masukan. Biaya keluaran tambahan tergantung langsung pada masukan tambahan yang diperlukan dan berapa biaya perolehanya. Perusahaan pada umunya menpunyai sejumlah teknik produksi yang tersedia bagi mereka, dan pilihan yang mereka buat diandaikan merupakan pilihan yang menghasilkan tingkat kaluaran yang diinginkan yang biayanya paling rendah. Untuk menemukan teknologi mana yang menghasilkan biaya yang paling rendah, perusahaan harus memperbandingkan biaya variabel total untuk memproduksi tingkat keluaran tersebut dengan menggunakan teknik produksi yang berbeda-berbeda. 3.
Biaya Total (TC) Biaya total (TC) sama dengan biaya tetap total (TFC) ditambah dengan biaya variabel total
(TFC), berarti menambahkan jumlah biaya tetap total yang sama ke masing-masing tingkat biaya variabel total. Sifat-sifat biaya ilmu usahatani disebut dengan biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan terdiri dari harga pembelian pupuk, pembelian obat, pembelian bibit, pembelian makanan ternak, dan upah tenaga kerja, dan biaya yang tidak dibayarkan terdiri dari pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal dan penyusutan. Sifat biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual cost), dan biaya tidak langsung adalah terdiri dari penyusutan modal (Suratiyah, 2006 : 61). 2.
Pendapatan Usahatani Menurut Soekartawi et al. (2011 : 78), bahwa pendapatan usahatani dapat digolongkan
atas dua bagian, yaitu : 1)
Pendapatan kotor (Gross Farm Income) merupakan nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun dan mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi
rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit/makanan ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan/digudangkan pada akhir tahun. 2)
Pendapatan bersih (Net Farm Income) merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan. Menurut Rahim dan Hastuti (2007 : 166), bahwa pendapatan usahatani merupakan selisih
antara penerimaan dan semua biaya, atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih. Pendapatam kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas. pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Soekartawi (2006:57) menambahkan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan. Untuk menganalisis pendapatan yang diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian dilanjutkan oleh
Shinta (2011 : 76) pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan usahatani. Menurut Soekartawi et al (2011 : 80), Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan kotor usahatani (gross farm incame) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual sedangkan pendapatan bersih usahatani
mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor
produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman, yang diinvestasikan kedalam usahatani. Hasil pendapatan yang dikeluarkan/dikonsumsi untuk rumah tangga petani biasanya untuk usaha pertanian atau usahatani. Besar pengeluaran rumah tangga petani untuk dikomsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Pendapatan rumah tangga petani rendah yang ditujukan untuk pengeluaran, baik pangan maupun non pangan harus senantiasa dipenuhi untuk mendorong penduduk untuk bertahan hidup dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada di lingkungan
sekitar. Sumber pendapatan masyarakat petani berasal dari berbagai kegiatan yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi industri, pengrajin, dan jasa angkutan (Rahim dan Hastuti, 2007 : 173). Menurut Soekartawi (1995 : 57), bahwa pendapatan usahatani diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :
1. Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang diperoleh dengan mempertimbangkan biaya tenaga kerja keluarga. 2. Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh petani dan keluarga tanpa
dikurangi
dengan biaya tenaga kerja. Pendapatan adalah hasil dari usahatani, yaitu hasil kotor (bruto) dengan produksi yang dinilai dengan uang, kemudian dikurangi dengan biaya produksi dan pemasaran sehingga diperoleh pendapatan bersih usahatani (Mubyarto, 1994 : 61). Menurut Kindangen, ( 2000 : 30) pendapatan usahatani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari usahataninya. Dalam analisis usahatani, pendapatan petani digunakan sebagai indikator penting karena merupakan sumber utama dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, baik produksi yang tidak tetap maupun biaya produksi. 3. Penerimaan dan Keuntungan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dengan uang. Tetapi tidak semua ini diterima oleh petani, hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya usahatani seperti bibit, pupuk, obatobatan, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput, dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil (in natura) (Rahim dan Hastuti, 2007 : 165). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Menurut Soekartawi (1995 : 55), dalam menghitung penerimaan usahatani, beberapa hal perlu diperhatikan : 1) Hati-hati dalam menghitung produksi pertanian, karena tidak semua produksi pertanian itu dapat dipanen secara serentak.
2) Hati-hati dalam menghitung penerimaan karena produksi mungkin dijual beberapa kali, sehingga diperlukan data frekuensi penjualan, selain itu produksi juga mungkin dijual beberapa kali pada harga jual yang berbeda-beda. 3) Bila penelitian usahatani menggunakan responden petani, maka diperlukan teknik wawancara yang baik untuk membantu petani mengingat kembali produksi dan hasil penjualan yang diperolehnya selama setahun terakhir. Menurut Daniel (2004 : 167), bahwa dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar, melihat petani melakukan konsep bagaimana cara memaksimumkan keuntungan. Peningkatan keuntungan dapat dicapai oleh petani dengan melakukan usahataninya secara efisien. Selanjutnya Rahim dan Hastuti (2007 : 164), menyatakan bahwa petani melakukan kegiatan usahataninya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sehingga dapat menggimbangi pengeluaran biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Selain itu keuntungan juga merupakan hal yang paling penting dalam usaha dan merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Penerimaan petani dipengaruhi oleh hasil produksi. Petani akan menambah hasil produksi bila setiap tambahan produksi tersebut akan menaikkan jumlah penerimaan yang akan diperoleh. Penerimaan (revenue) adalah penerimaan dari hasil penjualan outputnya (Budiono, 2002 : 28). Sedangkan menurut Soekartawi (2003 : 32) penerimaan adalah banyaknya produksi total dikalikan harga atau biaya produksi (banyaknya input dikalikan harga). Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan (Suratiyah, 2006 : 65). Penerimaan total (TR) adalah jumlah total yang diterima perusahaan dari penjualan produknya. Perusahaan yang bersaing secara sempurna menjual masing-masing unit produknya dengan harga yang sama, tanpa menghiraukan tingkat keluaran yang telah dipilihnya. Oleh karena itu, total penerimaan sama dengan harga per unit dikali kuantitas keluaran yang diputuskan untuk diproduksi oleh perusahaan itu (Case dan Fair : 220). Berhasil atau tidaknya usahatani dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan
nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang (Soekartawi, 1986 : 9). Menurut Soedarsono (1995 : 12) menyatakan pendapatan yang diterima petani dari suatu hasil produksi adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan yaitu Analisis parsial usahatani, dan Analisis keseluruhan usahatani. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung penerimaan usahatani : 1)
Dalam menghitung produksi pertanian tidak semua produk dapat dipanen secara serentak.
2)
Produksi dijual beberapa kali sehingga perlu data penjualan yang meliputi frekuensi, jumlah dan harga.
3)
Apabila sedang melakukan analisis diperlukan teknik wawancara yang baik, agar membantu petani mengingat hasil penjualan yang diperolehnya. Oleh karena itu dalam menghitung total penerimaan usahatani perlu dipisahkan: Analisis
parsial usahatani, dan analisis keseluruhan usahatani. Jadi kalau sebidang lahan ditanami 3 tanaman secara monokultur (misalnya tanaman padi, kacang panjang, dan ketela pohon), dan bila tanaman yang akan diteliti adalah satu macam tanaman saja, maka analisis seperti ini disebut analisis parsial. Sebaliknya kalau ketiga-tiganya seperti ini disebut analisis keseluruhan usahatani (wholefarm analysis).
D. Analisis Pendapatan Usahatani Analisis pendapatan usahatani mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada, secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan pada waktu tertentu. Disebut efektif jika petani (produsen) dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki dengan sebaik-baiknya, serta dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input (Soekartawi, 2003 : 13). Soeharjo dan Patong (1973 : 15) analisis pendapatan mempunyai tujuan dan kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak juga dianalisa nilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisien adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan R/C rasio (Revenue cost ratio). Dalam analisis R/C rasio akan diuji seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalam kegiatan usahatani bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Dengan kata lain analisis rasio penerimaan atas biaya produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak. Selanjutnya Soeharjo dan Patong menjelaskan bahwa usahatani dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C rasio kurang dari 1.
C. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah penelitian yang di lakukan oleh Alulu (2010), dengan judul Analisis Usahatani Kacang Panjang di Desa Selan Bawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan. Dengan tujuan untuk mengetahui produksi kacang panjang yang dihasilkan usahatani, menganalisis biaya yang dikeluarkan oleh petani, untuk menganalisis keuntungan usahatani kacang pajang.Metode yang di gunakan adalah metode survey yang terdiri dari data primer dan data sekunder pengambilan sampel di lakukan secara purposive (sengaja) dengan jumlah petani yang menjadi sampel adalah 15 orang petani. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata struktur biaya produksi pada usahatani kacang
panjang adalah sebesar Rp. 20.367.583,- Strukturnya terdiri biaya variavel sebesar Rp.17.815.900,- terdiri d ari biaya pengadaan benih, pengadaan pupuk, pengadaan pestisida, dan biaya tenaga kerja. Sendangkan biaya tetap berupa biaya pajak, iuran, dan penyusutan alat sebesar Rp. 2.551.683,- rata-rata produksi kacang panjang mencapai 30.580 kg/ha selama 3 kali panen. Dengan pendapatan rata-rata usahatani kacang panjang responden sebesar Rp. 25.502.417. Penelitian lainnya Pohan (2008), dengan judul Analisis Ekonomi usahatani wortel dan faktor mempengaruhi pendapatan. Studi kasus Desa Gajah, Kecamatan Simpang empat, Kabupaten Karo yang dilakukan pada tahun 2007. Dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah usahatani wortel menguntungkan didaerah penelitian, untuk mengetahui antara produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja, pendidikan, pengalaman bertani terhadap pendapatan usahatani wortel didaerah penelitian, dan untuk mengetahui pendapatan bersih usahatani wortel didaerah penelitian. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat di peroleh hasil Usahatani wortel didaerah penelitian menguntungkan yaitu rata-rata R/C ratio per petani dan per hektar adalah sebesar 2,58. Produksi luas lahan, pupuk, tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman bertani secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani wortel sedangkan secara parsial yang berpengaruh nyata adalah produksi, luas lahan, pupuk, tenaga kerja dan pengalaman bertani di daerah penelitian. Pendapatan bersih usahatani wortel di daerah penelitian lebih tinggi dari Upah Minimum Propinsi (UMP). Penelitian lain yang berhubungan dengan studi ini dilakukan oleh Panto, (2010), dengan judul Analisis Usahatani Padi Sawah di Desa Selan-Bawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Dengan tujuan, untuk mengetahui penerimaan sturktur biaya dan pendapatan usahatani padi sawah. Metode yang di gunakan menggunakan metode survey yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengambilan data secara purposive (sengaja) dengan jumlah petani sebanyak 5 orang. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata struktur biaya, produksi usahatani padi sawah pada petani dengan total biaya produksi sebesar Rp. 10.497.500,dimana biaya variabel sebesar Rp. 9.657.500,- terdiri dari biaya pengadaan benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, dan biaya tetap Rp. 840.000 terdiri dari biaya pajak, upacara adat. Ratarata produksi padi sawah pada petani dengan mencapai 8.600 kg/ha gabah kering, kadar air antara 14 % sampai 17 % dengan pendapatan rata usahatani padi sawah sebesar Rp.18.030.500,-
Penelitian lain yang berhubungan dengan studi ini di lakukan olehYasin (2011), dengan judul Analisis Pendapatan Petani Kacang panjang Terhadap Penggunaan Benih Bersetifikat Didesa Bongoime Kabupaten Bone Bolango. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani pada usahatani kacang panjang di Kabupaten Bone Bolango. Dengan metode yang di gunakan dalam kegiatan ini adalah metode survey yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Hasil survei menunjukkan bahwa besarnya total biaya yang dikeluarkan oleh petani kacang panjang di Kabupaten Bone Bolango rata-rata Rp.5.104.025.44,- sedangkan penerimaan yang diperoleh rata-rata Rp.2.090.000. besarnya pendapatan dan nilai R/C ratio petani kacang panjang di Kabupaten Bone Bolango rata-rata Rp.6.991.974.56 dengan nilai R/C ratio 2,37. Penelitian lain yang berhubungan dengan studi ini di lakukan oleh Latif (2012), dengan judul Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di
Kecamatan Telaga, Kabupaten
Gorontalo. Dengan tujuan untuk mengetahui kontribusi rumah tangga padi sawah terhadap pendapatan rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Untuk mengetahui distribusi pendapatan petani di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Metode yang di gunakan adalah metode survey yaitu data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan 1), kontribusi pendapatan rumah tangga padi sawah terhadap pendapatan rumah tangga petani di Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo yang berasal dari padi sawah lebih besar di bandingkan dari sumber pendapatan di luar padi sawah yang ada di Kecamatan Telaga sebagian besar petani padi sawah lebih fokus mengusahakan usahatani padi sawah di bandingkan dengan non usahatani. 2). distribusi pendapatan usahatani padi sawah mengalami ketidakmerataan. Sedang gini ratio petani padi sawah Desa Luhu yaitu 0,25 sedangkan di Desa Dulohupa yaitu 0,31. sedangkan gini ratio pendapatan padi sawah termasuk pendapatan non padi di Desa Luhu adalah 0,29 sedangkan gini ratio di Desa Dulohupa adalah 0,32.
D. Kerangka Pikir Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dapat dilihat pemikiran teoritis pada Gambar 1 : USAHATANI KACANG PANJANG
BIAYA USAHATANI
BIAYA TETAP - Pajak Lahan - Penyusutan Alat - TK dalam keluarga
BIAYA VARIABEL -
Pupuk Bibit Obat-obatan Ajir Azir
PENERIMAAN USAHATANI
PENDAPATAN/ KEUNTUNGAN Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Panjang di Desa Popodu Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango, 2013. Berdasarkan Gambar 1 di atas dapat di jelaskan bahwa usahatani tanaman kacang panjang merupakan kegiatan yang dilakukan petani dalam mengelola input atau faktor produksi secara efektif dan efisien untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) 1. Biaya tetap atau fixed cost umumnya diartikan sebagai yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya tetap meliputi biaya pajak lahan, penyusutan alat, dan tenaga kerja dalam keluarga.
2. Biaya tidak tetap atau variable cost merupakan biaya yang besar- kecilnya dipengaruhi besarnya komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya variabel meliputi adanya pupuk, bibit, dan obat-obatan. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto yang diperolehnya. Semuanya kemudian dinilai dengan uang. Tetapi tidak semua hasil ini diterima petani, hasil itu harus dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan untuk biaya usahatani seperti bibit, upah menanam, upah membersihkan rumput, dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil ( in natura ). E. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, dan kerangka pikir diatas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu : 1.
Struktur biaya usahatani kacang panjang di Desa Popodu, Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango, meliputi biaya tetap yaitu pajak lahan, penyusutan alat, dan biaya tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya variabel yaitu bibit, pupuk, obat.
2.
Usahatani kacang panjang di Desa Popodu Kecamatan Bulango Timur Kabupaten Bone Bolango menguntungkan dan layak dikembangkan.