BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Defenisi Sastra Anak Menurut Nurgiyantoro (2005:6) sastra anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak, dan itu pada umunya berangkat dari fakta yang konkrit dan mudah diimajinasikan. Sebab bagaimanapun, isi kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan anak, pengalaman dan pemahaman yang dapat dijangkau dan dipahami anak, pengalaman dan pemahaman yang sesuai dengan dunia anak sesuai dengan perkembangan emosi dan kejiwaannya. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. (Wahidin, 2009) (http://blog.unnes.ac.id/cahsotoy/2009/12/11/halo-dunia/) Sastra anak adalah sastra yang berbicara tentang apa saja yang menyangkut masalah kehidupan ini sehingga mampu memberikan informasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kehidupan kepada anak. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki seperangkat karateristik umum, atau kategori pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk, atau isi. Hal itu membawa konsekuensi pemahaman bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang memiliki kesamaan sifat, dan elemen-elemen itu menunjukkan perbedaan dengan dengan elemen padagenre yang lain. Walau mengaku sering terjadi ketumpangtindihan, Lukens mengelompokkan genre sastra anak ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi formula, fantasi,
Universitas Sumatera Utara
sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing memiliki subgenre. Dasar pembagiannya adalah bentuk pengungkapan dan isi yang diungkapkan. Sebagaimana Lukens dan dengan argumentasi yang sama, genre drama sementara tidak dimasukkan dalam pembagian genre ini. Dilihat dari waktu kemunculannya, genre fiksi dan puisi dapat dibedakan ke dalam fiksi dan puisi tradisional serta fiksi dan puisi modern. Penulis megutip dari (http://jurnal-humaniora.ugm.ac.id/karyadetail.php?id=117). Pembagian masa yang sampai sekarang masih secara teoritis dipergunakan di dalam pembahasan, yaitu sebagai berikut: I. Masa kanak-kanak, yaitu sejak lahir sampai 5 tahun II. Masa anak, yaitu umur 6 sampai 12 tahun III. Masa pubertas, yaitu umur 13 tahun sampai kurang lebih 18 tahun bagi anak putri dan sampai umur 22 tahun bagi anak putera IV. Masa Adolesen, sebagai masa transisi ke masa dewasa. Untuk mudah mengingatnya, masa kanak-kanak, masa anak atau masa anak sekolah, berakhir dengan tamat dari Sekolah Dasar, dan masa pubertas, berakhir dengan anak tamat dari sekolah lanjutan. ( Sujanto, 1996: 1) Ada tiga batasan apresiasi sastra anak, yaitu (a) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan (terhadap karya sastra anak) yang didasarkan pada pemahaman; (b) Apresiasi sastra anak adalah penghargaan atas karya sastra anak sebagai hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan yang didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra anak; dan (c) Apresiasi sastra anak adalah kegiatan menggauli cipta sastra anak dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra anak. Dalam melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melakukan beberapa kegiatan, antara lain : (a) kegiatan apresiasi langsung, yaitu membaca sastra anak, mendengar sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan menonton pertunjukan sastra anak dipentaskan; (b) kegiatan apresiasi tidak langsung, yaitu mempelajari teiri sastra, mempelajari kritik dan esai sastra, dan mempelajari sejarah sastra; (c) pendokumentasian sastra anak, dan (d) melatih kegiatan kreatif mencipta sastra atau rekreatif dengan mengungkapkan kembali karya sastra yang dibaca, didengar atau ditontonnya. 2. Ada tiga tingkatan atau langkah dalam apresiasi sastra anak, yaitu : (a) seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam cipta sastra anak, ia terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif;
Universitas Sumatera Utara
(b) setelah mengalami hal seperti itu, kemudian daya intelektual seseorang itu bekerja lebih giat menjelajahi medan makna karya sastra yang diapresiasinya; dan (c) seseorang itu menyadari hubungan sastra dengan dunia di luarnya sehingga pemahaman dan penikmatannya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam. http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/hakikatsastr aanak/ Sastra anak terdiri dari berbagai genre dan dapat berwujud lisan dan tulisan. Ia membentang dari lagu-lagu ninabobo, puisi lagu, tembangtembang dolanan, huruf-huruf, buku-buku bergambar, sampai berbagai cerita petualangan yang khas anak dan berbagai cerita tradisional. Selain itu, sastra hadir ditengah masyarakat antara lain difungsikan sebagai sarana untuk memberikan dan atau memperoleh hiburan. Maka, melihat lingkup dan fungsi sastra anak tersebut tidaklah berlebihan jika sastra sudah dapat diperkenalkan kepada anak sejak mereka dilahirkan, sejak mereka belum tahu apa-apa dan sedang belajar mengenal dunia di sekelilingnya. Untuk keperluan ini, tentu saja sastra lisan yang tepat diberikan, dan kita belum perlu berpikir tentang sastra tulis. Sastra lisan dapat diberikan kepada bayi, misalnya, oleh ibu hamil menggendong, menyusui, atau menimangnimangnya. (Nurgiyantoro, 2005:99) Seperti pada jenis karya sasrta umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan emosinya. Penulis mengutip dari http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/03/18/hakikat-sastraanak/. Kejiwaan anak ternyata masih labil. Sebenarnya sastra yang memuat moral dan budi pekerti dapat disemaikan. Langsung ataupun tidak anak akan
Universitas Sumatera Utara
menyerap secara psikis kandungan moral dan budi pekerti dalam sastra. Ketika anak melihat televisi yang memuat drama, film, teater, baca puisi dan sebagainya psikis akan terbuka. Begitu pula saat mendengar ataupun membaca dongeng, kejiwaan akan mekar. (Endrawarsa, TT: 243) Syair lagu atau tembang tidak lain adalah puisi. Jadi, lagu dan tembang dapat pula disebut sebagai puisi yang dilakukan, puisi lagu. Sebagai sebuah karya seni, puisi, termasuk puisi anak, mengandung berbagai unsur keindahan, khususnya keindahan yang dicapai lewat bentukbentuk kebahasaan. Keindahan bahasa puisi lagu, juga lagu-lagu dan tembang-tembang dolanan, terutama dicapai lewat permainan bahasa yang antara lain berupa berbagai bentuk paralisme struktur dan perulangan bunyi pada kata-kata terpilih akan dapat dibangkitkan aspek persajakan dan irama puisi yang menyebabkan puisi menjadi ibadah dan melodius. (Nurgiyantoro, 2005: 103), Nurgiyantoro (2005:41) menyatakan nilai sastra untuk anakanak terbagi ke dalam dua bagian besar nilai personal dan nilai pendidikan. 2.2
Pengertian Nilai Personal Nilai sastra anak terbagi ke dalam dua bagian besar yaitu nilai personal dan nilai pendidikan. Pada penelitian ini penulis hanya membahas mengenai nilai personalnya saja. Nilai personal adalah nilai yang ditumbuhkan dari diri seseorang. Nilai personal dalam (Nurgiyantoro,2005:37-41) terbagi atas 5 hal yaitu perkembangan
emosional,
perkembangan
intelektual,
perkembangan
imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, dan pertumbuhan rasa etis dan religius. Nilai personal seseorang dapat ditentukan dari cara seseorang bersikap dan bertingkah laku. Nilai personal seseorang sangat penting dalam pergaulan sehari-hari karena nilai personal dapat menentukan baik atau tidaknya seseorang bergaul dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai dapat dilakukan sejak anak masih belum dapat berbicara dan belum dapat membaca. Nyanyian-nyanyian yang biasa didendangkan seorang ibu untuk membujuk agar si buah hati segera tertidur atau sekedar untuk menyenangkan, pada hakikatnya juga bernilai kesastraan dan sekaligus mengandung nilai yang besar andilnya bagi perkembangan kejiwaan anak, misalnya nilai kasih sayang dan keindahan. Anak tidak dapat tumbuh secara wajar tanpa dukungan kasih sayang, dan kasih sayang itu, antara lain, dapat diekspresikan lewat nyanyian yang bernilai keindahan. Anak memiliki potensi keindahan, potensi yang bernilai seni dalam dirinya, baik dalam pengertian menikmati maupun berekspresi. Dalam hal ini si ibulah yang mula-mula berjasa menggali potensi itu, berjasa menanamkan
Universitas Sumatera Utara
dalam jiwa, menikmati adlam rasa dan indera, dan mengekspresikan dalam bentuk tingkah laku verbal dan nonverbal. (Nurgiyantoro, 2005 : 35-36).
2.1.1
Pembagian Nilai Personal Nurgiyantoro (2005:41) menyatakan nilai sastra untuk anak-anak terbagi ke dalam dua bagian besar, nilai personal dan nilai pendidikan. Nilai perosnal terbagi atas perkembangan emosional, perkembangan intelektual, perkembangan imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, dan pertumbuhan rasa etis dan religius. Berikut adalah penjelasan dari pembagian nilai personal: A.
Perkembangan Emosional
1. Pengertian perkembangan Apa sebenarnya pengertian perkembangan itu? Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena adanya proses kematangan dan belajar. Perkembangan bukan sekedar penambahan tinggi badan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari organisasi atau struktur dan fungsi tingkah laku yang komplek dari individu yang bersangkutan, mengarah pada tingkat yang lebih tinggi dan bersifat menetap serta tidak dapat diputar kembali. (jtptunimus-gdl-jumiatig2a-5475-3-babII.pdf) 2. Pengertian perkembangan emosional Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi karena adanya proses kematangan dan belajar dan emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, missal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi adalah bentuk perubahan progresif yang terjadi karena adanya proses kematangan dan belajar yang didorong oleh suatu hal misalnya seperti perasaan emosi gembira, yang menimbulkan efek tawa, atau hal lainnya. Nurgiyantoro, (2005:37) Menjelaskan, anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau baru berada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kalimat dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa-tawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-
Universitas Sumatera Utara
lagu bersajak yang ritmis dan larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang kegembiraan anak, merangsang emosi anak untuk bergembira, bahkan ketika anak masih berstatus bayi. Emosi gembira yang diperoleh anak tersebut penting karena hal itu juga akan merangsang kesadaran bahwa ia dicintai dan diperhatikan. Pertumbuhan kepribadian anak tidak akan berlangsung secara wajar tanpa cinta dan kasih sayangoleh orang disekelilingnya. Contoh: Dalam contoh syair lagu anak berikut yang berjudul “Bunda piara” yang penulis ambil dari kutipan lagu anak Indonesia. (http://id.wikibooks.org/wiki/Lirik_Lagu-lagu_Anak_Indonesia) Bila
kuingat
Ayah Bunda piara Sehingga aku besarlah
piara
Waktuku Amatlah Senang dipangku Serta dicium Namanya kesayangan
lelah bunda daku
akan
kecil dipangku dicium
hidupku senang dipeluknya dimanjakan
Pada syair lagu tersebut, dapat dilihat bahwa lagu tersebut mengajarkan tentang kasih sayang orangtua kepada anaknya. Lewat lagu tersebut terjalinlah emosi si anak dengan kedua orangtuanya tentunya dengan diperdendangkan secara terus menerus melalui proses yang singkat maupun panjang. B.
Perkembangan Intelektual
Intelektual :/intelEktual/ (1) cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan; (2) (yg) mempunyai kecerdasan tinggi; cendekiawan; (3) totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yg menyangkut pemikiran dan pemahaman. (file://localhost/I:/Definisi%20intelektual%20%20Kamus%20Bahasa% 20Indonesia.htm)
Dapat
disimpulkan
bahwa
perkembangan
intelektual
adalah
perubahan progresif yang terjadi pada setiap diri individu yang dalam
Universitas Sumatera Utara
perkembangan tersebut mulai tercipta kecerdasan, dan totalitas kesadaran terutaman menyangkut pemikiran dan pemahaaman. Perkembangan intelektual dalam (Nurgiyantoro, 2005:) menyatakan bahwa Hubungan yang dibangun dalam pengembangan alur pada umumnya berupa hubungan sebab akibat. Artinya, suatu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa (-peristiwa) yang lain.
Hal itu berarti secara langsung atau tidak langsung anak “mempelajari” hubungan yang terbangun itu, dan bahkan juga ikut mengkritisinya. Mungkin saja anak mempertanyakan alasan tindakantindakan tokoh, reaksi tokoh, menyesalkan tindakan tokoh, dan lain-lain yang lebih bernuansa “mengapa”-nya. Pembelajaran seni yang antara lain bertujuan untuk menanam, memupuk, dan mengembangkan daya apresiasi sejak anak usia dini, juga diyakini berperan besar dalam menunjang perkembangan kemampuan diri. Penelitian tentang pembelajaran seni di Amerika anak-anak sekolah dasar yang diajari seni dalam tiga bidang tersebut lebih tinggi dari pada kemampuan anak yang tidak diajar seni. Hal itu disebabkan pembelajaran apresiasi terhadap seni menunjang peningkatan kreativitas, dan aspek kreativitas merupakan sesuatu yang esensial dalam pembelajaran bidang apapun. Contoh: Pada syair lagu anak berikut yang berjudul “Bangu pagi” yang penulis ambil dari kutipan lagu anak Indonesia. (http://id.wikibooks.org/wiki/Lirik_Lagulagu_Anak_Indonesia) Satu dua, Tiga empat, Lima Enam, Tujuh delapan Siapa rajin kesekolah Cari ilmu sampai dapat Sungguh Amat Bangun Sungguh senang
senang senang pagi
pagi
Dalam syair lagu ini jelas terlihat, bahwa syair lagu ini secara tidak langsung mengajarkan sang anak berhitung, dengan membiasakan mendengarkan lagu tersebut kepada anak, maka sedikit demi sedikit intelektual sang anak akan terbangun dan tidak pula mengajarkan kepada anak menjadi anak yang disiplin yaitu pada bait lagu yang mengajarkan untuk selalu bangun pagi untuk berangkat ke sekolah.
Universitas Sumatera Utara
C.
Perkembangan Imajinasi
Pengertian perkembangan dapat dilihat kembali pada pengertian sebelumnya. Mengenai fase-fase perkembangan anak, tiap-tiap penulis mengajukan pendapat dengan argumentasinya sendiri-sendiri, menurut kepentingannya sendiri-sendiri, dan meletakkan titik berat sesuai dengan teorinya sendiri-sendiri. Hal kedua dalam usaha menghubungkan antara batas umur dan kecakapan anak, sebab perkembangan anak ini kecuali dipengaruhi oleh faktor-faktor intern, juga mereka (anak-anak) iu memperoleh pengaruh dari luar, sehingga sukar mencapai kesepakatan untuk menghubungkan antara kedua hal yang telah disebutkan tadi. Penulis hanya memberikan sedikit perkembangan mengenai fase anak-anak dari masa kandungan sampai anak tersebut dapat dikatakan masih dalam masa anak-anak. Imajinasi secara umum, adalah kekuatan atau proses menghasilkan citra mental dan ide. Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi
yang
bertentangan
dengan
imajinasi
"produktif"
atau
"konstruktif". Imajinasi adalah sebuah kerja akal dalam mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat, dengar, dan rasakan. Dengan imajinasi, manusia mengembangkan sesuatu dari kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Ia dapat mengembangkan sesuatu dari Ciptaan Tuhan dalam pikirannya. Dengan tujuan untuk mengembangkan suatu hal yang lebih bernilai dalam bentuk benda, atau sekedar pikiran yang terlintas dalam benak. Risky Nasution (2001). (http://id.wikipedia.org/wiki/Imajinasi). oleh Risky Nasution (2001) Nurgiyantoro,( 2005: 39-40) menyebutkan bahwa berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi, sesuatu yang abstrak yang berada
Universitas Sumatera Utara
di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara penyampaiannya masih amat berpengaruh sebagaimana halnya orang dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi. Sastra yang notabene adalah karya yang mengandalkan kekuatan imajinasi menawarkan petualangan imajinasi yang luar biasa kepada anak. Jadi, imajinasi akan memancing tumbuh dan berkembangnya daya kreativitas. Imajinasi dalam pengertian ini jangan dipahami sebagai khayalan atau daya khayal saja, tetapi lebih menunjuk pada makna creative thingking, pemikiran yang kreatif, jadi ia bersifat produktif. Oleh karena itu, sejak dini potensi yang amat penting itu harus diberi saluran agar dapat berkembang secara wajar dan maksimal antara lain lewat penyediaan bacaan sastra. Perkembangan imajinasi anak akan terstimulasi dengan video dan lagu sehingga akan tercipta daya imajinasi ( creative thinking) yang akan berkorelasi dengan daya cipta ,dan daya kreativitas.Muallifah S.Psi menyampaikan dalam bukunya yang berjudul Psycho Islamic Smart Parenting, kreativitas adalah kemampuan menghasilkan suatu pekerjaan atau hasil karya yang baru dan bermanfaat. (http://yubane2w.blogspot.com/2011/06/analisis-lagu-dan-video-anak.html) Contoh: Pada syair lagu “Ibu kita Kartini” karangan WR. Supratman. Penulis kutip dari (http://id.wikibooks.org/wiki/Lirik_Lagu-lagu_Anak_Indonesia) Ibu kita Kartini, putri sejati Putri Indonesia, harum namanya Ibu kita Kartini, Pendekar kaumnya untuk merdeka Wahai Putri Sungguh Bagi Indonesia
ibu
pendekar kita
bangsa Kartini mulia cita-citanya
yang besar
Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan
Nasional
Indonesia.
Kartini
dikenal
sebagai
pelopor
kebangkitan
perempuan pribumi. Sosok seorang pejuang seperti Ibu Kartini telah diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini, agar anak-anak mengerti bahwa tidak hanya pria yang menjadi pahlawan tetapi juga wanita bisa. Lagu ini menuntun anak-anak membayangkan bagaimana sosok seorang Kartini yang memperjuangkan hak asasi kaum wanita. Seorang putri bangsa Indonesia
Universitas Sumatera Utara
yang membuat perubahan untuk kaum wanita. Anak-anak mulai berimajinasi bagaimana sosok Ibu Kartini, bagaimana perilakunya, dan perjuangannya yang tidak pantang menyerah untuk perubahan kaum wanita yang dapat dijadikan panutan.
D.
Pertumbuhan Rasa Sosial
Tumbuh : 1 timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna (benih tanaman; bagian tubuh spt rambut, gigi, penyakit kulit spt bisul, jerawat); 2 sedang berkembang (menjadi besar, sempurna, dsb): badan dan jiwa anak sedang -- jangan sampai terganggu; 3 timbul; terbit; terjadi (sesuatu); bertumbuh tumbuh; bertumbuhan banyak tumbuh di manamana: pd musim hujan, jamur mulai tampak ; mempertumbuhkan : menambah cepat (lancar) jalannya pertumbuhan; menumbuhi : tumbuh pd: hanya alangalang yg tanah luas itu; menumbuhkan : 1 menjadikan (menyebabkan) tumbuh: lidah buaya gunanya untuk ~ rambut; 2 memelihara dsb supaya tumbuh (bertambah besar, sempurna, dsb); memperkembangkan: pelatihan itu untuk ~ bakat yg telah ada pd anak anak; 3 menimbulkan (kebencian, perselisihan, dsb); tumbuhan 1 sesuatu yg tumbuh; 2 tumbuh-tumbuhan: ubi termasuk ~ menjalar; 3 makhluk hidup yg berinti sel mengandung klorofil; (Kamus-Besar-Bahasa-Indonesia.pdf) Sosial ialah kata yang merujuk kepada hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat dan kemasyarakatan. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Sosial) Dapat disimpulkan, Pertumbuhan rasa sosial adalah bertambahnya suatu rasa yang berkaitan dengan hal-hal kemasyarakatan. Nurgiyantoro, (2005: 40) menjelaskan kesadaran untuk hidup bermasyarakat atau masuk dalam kelompok tertentu pada diri anak semakin besar melebih pengaruh lingkungan di keluarga, misalnya dalam penerimaan konsep baik dan buruk. Anak pada usia 10-12 tahun sudah mempunyai citarasa keadilan dan peduli kepada orang lain yang lebih tinggi. Bacaan cerita sastra yang “mengeksploitasi” kehidupan bersosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial kepada anak sebagaimana aturan sosial yang berlaku. Contoh: Pada syair lagu “ Pergi belajar “ karangan Ibu Sud (1943). Penulis kutip dari (http://id.wikibooks.org/wiki/Lirik_Lagu-lagu_Anak_Indonesia) Oh, ibu dan Kupergi sekolah sampai kan nanti
ayah,
selamat
pagi
Universitas Sumatera Utara
Ibu dan ayah: Selamat belajar Rajinlah selalu Hormati gurumu Itulah tandanya kau murid budiman
nak tentu
penuh kau sayangi
semangat dapat teman
Pada potongan bait syair lagu ini di alenia kedua berbunyi: “Hormati gurumu sayangi teman, itulah tandanya kau murid budiman”. Kelihatannya memang sangat sederhana. Tapi, jika diperhatikan kembali, bait ini mengajarkan kepada anak-anak agar menhormati gurunya dan menyayangi temannya agar ia menjadi anak yang budiman, baik, dan disukai oleh para guru dan teman-temannya. Karena anak yang baik, akan menjadi pribadi yang baik juga dalam bergaul, dan bersosialisasi. Dari syair lagu ini anakanak mulai ditanamkan tumbuhnya rasa sosial di dalam diri mereka. E.
Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Etis adalah 1. berhubungan (sesuai) dng etika; source: 2. sesuai dng asas perilaku yg disepakati secara umum. (Definisi etis, Arti Kata etis.htm) Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
Universitas Sumatera Utara
Etika terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). (Etika - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm) Religi /réligi/ : kepercayaan akan adanya Tuhan. religius /réligius/ taat pd agama; saleh. (Kamus-Besar-Bahasa-Indonesia.pdf) Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mangun Wijaya: Pada awalnya segala sastra adalah religius. Istilah “religius” yang berkonotasi pada makna agama. Religius dan agama memang berkaitan erat, bahkan dapat melebur dalam suatu kesatuan, namun sebenarnya keduanya mempunyai makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Religius, di pihak lain, melihat aspek yang ada di lubuk hati, riak getaran nurani pribadi manusia. Dengan demikian religius bersifat lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang tampak, formal, resmi. (Mangunwijaya dalam Nurgiyantoro: 326-327) Dapat disimpulkan, pertumbuhan rasa etis dan religius adalah terbentuknya sikap atau tingkah laku manusia dengan sudut pandang yang baik, baik kepada sesama manusia ataupun kepada Tuhannya. Nurgiyantoro, (2005: 41) menjelaskan selain menunjang pertumbuhan dan perkembangan unsur emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa sosial, bacaan cerita sastra juga berperan dalam pengembangan aspek personalitas yang lain, yaitu rasa etis dan religius. Demonstrasi kehidupan yang secara konkret diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis dan religius. Dalam sebuah cerita keseluruh aspek personalitas manusia ditampilkan, hanya masalahnya aspek mana yang mendapat penekanan sehingga tampak dominan. Dalam cerita yang dimaksudkan untuk menunjang perkembangan perasaan dan sikap etis dan religius, kedua aspek tersebut terlihat dominan. Bahkan dalam cerita anak, mengingat masih terbatasnya jangkauan berpikir dan bernalar, penyampaian nilai-nilai pembentukan kepribadian tersebut terlihat langsung atau sedikitterselubung dalam karakter dan tingkah laku tokoh.
Universitas Sumatera Utara
Nilai-nilai sosial, moral, etika, dan religius perlu ditanamkan kepada anak sejak dini secara efektif lewat sikap dan perilaku hidup keseharian. Hal itu tidak saja dapat dicontohkan oleh dewasa di sekeliling anak, melainkan juga lewat bacaan cerita sastra yang juga menampilkan sikap dan perilaku tokoh. Contoh sikap dan perilaku tokoh cerita yang diberikan kepada anak, lewat cerita ibu (pencerita) atau membaca sendiri jika sudah bisa, dapat dipandang sebagai salah satu cara penanaman nilai-nilai tersebut kepada anak. Pada umunya anak akan mengidentifikasikan diri dengan tokoh-tokoh yang baik itu, dan itu berarti tumbuhnya kesadaran untuk meneladani sikap dan perilaku tokoh tersebut. Contoh: Penulis ambil dari potongan lagu Yā nabī salam ‘alaika yang artinya Ya nabi, salam untukmu, berikut ini potongan syair lagu tersebut: ﻴَﺎ ﻨَﺒِﻲْ ﺴَﻼَﻢْ ﻋَﻟَﻴْﻚ// Yā nabi salām ‘alaika // Ya nabi salam untukmu َﻴَﺎ ﺭَﺴُﻞْ ﺴَﻼَﻢْ ﻋَﻠَﻴْﻚ± // Yā rasul salām ‘alaika// Ya rasul kedamaian untukmu Kedua baris syair lagu tersebut jelas menanamkan kepada anak pentingnya sering mengucap ṣalawat keatas nabi. Dengan seringnya lagu ini didendangkan maka rasa religius sang anak akan tumbuh. Dan dengan ajaran dari guru, sang anak juga mengenal sosok rasulnya yang berhati mulia dan memiliki rasa etis dan sosial yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara