8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Perencanaan Kehamilan a. Pengertian Perencanaan
kehamilan
merupakan
perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan
kehamilan
merupakan
perencanaan
kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
8
9
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam merencanakan kehamilan, antara lain: 1) Kesiapan aspek psikologis Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya. 2) Kesiapan fisik Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
10
a) Mulai menata pola hidup Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi. b) Mencapai berat badan ideal Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan. c) Menjaga pola makan Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh kembang janin. Caranya sebagai berikut: (1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan
karbohidrat,
protein,
lemak,
vitamin,
mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.
11
(2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi. (3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang. d) Olahraga secara teratur Olahraga
memang
berkhasiat
untuk
melancarkan aliran darah. Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan senam. e) Menghilangkan kebiasaan buruk Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta mengkonsumsi kafein (kopi, minuman
12
bersoda), sebaiknya dihentikan saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil. Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa istirahat. f) Bebas dari penyakit Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman, atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin. g) Stop pakai kontrasepsi Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi. Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang brtugas terjadinya ovulasi. h) Meminimalkan bahaya lingkungan Lingkungan,
termasuk
lingkungan
kerja,
bisa
juga
berdampak buruk sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur, bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam
13
dan pestisida), radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan banyak lagi. 3) Kesiapan Finansial Persiapan
finansial
bagi
ibu
yang
akan
merencanakan kehamilan merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan (Kurniasih, 2010). Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya: a) Sumber keuangan Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar. b) Dana yang wajib ada Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu: (1) Saat hamil Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang (laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila ada).
14
(2) Saat bersalin Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar), “menginap” di rumah sakit pilihan, obatobatan, serta biaya penolong persalinan. (3) Setelah bayi lahir Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu memperhitungkan masa depan anak. 4) Persiapan Pengetahuan Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya: a) Masa subur Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk
dibuahi.
Masa
subur
berkaitan
erat
dengan
menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur waktunya. b) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis kelamin tertentu, pastilah
15
menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan (Nurul, 2013). 5) Kesiapan aspek usia Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko terkena kanker serviks.
c. Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun 1) Resiko Bagi Ibunya: a) Mengalami perdarahan Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga dosebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir. b) Kemungkinan keguguran / abortus Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
16
dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat. c) Persalinan yang lama dan sulit Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah dapat mengakibatkan kematian ibu. d) Mudah terjadi infeksi Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas. e) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merahjanin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
17
f) Kanker leher rahim Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya
dngan
belum
sempurnanya
perkembangan
dinding rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel mnjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus HPV. Sel abnormal yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik. Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih mungkin terkena kanker servik di usia tuanya, daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua (BKKBN, 2012). Berhubungan seksual sebelum umur 20 tahun, akan meningkatkan risiko kanker leher rahim ( Dedeh dkk, 2010). 2) Resiko Bagi Bayinya : a) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang. b) Berat badan lahir rendah Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurang gizi
18
saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil. c) Cacat bawaan Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor gizi dan kelainan hormon. d) Keracunan kehamilan (Gestosis) Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian. e) Kematian bayi Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dai 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran congenital serta lahir dengan asfiksia (Manuaba, 2009).
19
d. Remaja Dan Kehamilan Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada remaja yang berumur di bawah 17 tahun. Kehamilan remaja merupakan masalah sosial masyarakat dan masalah dalam bidang obstetri (Manuaba, 2009). Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi sebelum usia 19 tahun. Kebiasaan ini biasanya tidak direncanakan dan di luar nikah. (Muscari, 2005). Menurut
(Ferry &
Makhfudli,
2009)
kesehatan
reproduksi secara langsung juga berhubungan dengan keadaan anemia pada seseorang. Anemia merupakan keadaan yang sering disebut dengan kurang darah dimana hemoglobin (Hb) kurang dari 12 gr%. Anemia terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi terutama pada wanita. Jika seorang wanita mengalami anemia, maka akan menjadi sangat berbahaya pada saat hamil dan melahirkan. Wanita yang mengalami anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). disamping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian ibu maupun bayi pada saat proses persalinan. Karena itu untuk memastikan agar remaja tidak mengidp anemia, perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Jika ternyaata remaja mengalami anemia, maka perlu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pil zat besi sesuai dengan anjuran.
20
Selain anemia, kesehatan reproduksi juga berhubungan dengan kehamilan. Kesiapan seorang wanita untuk hamil dan melahirkan (mempunyai anak) ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, mental (emosi dan psikologis), dan sosial ekonomi. Secara umum, seorang wanita dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya, yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik. Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa usia minimal menikah adalah 16 tahun bagi wanita dan 18 tahun bagi pria. Tetapi tetap perlu diingat beberapa hal berikut. 1) Ibu
muda
pada
waktu
hamil
kurang
memperhatikan
kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai risiko kehamilan. 2) Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kjang yang berakibat pada kematian. Kehamilan di usia muda (kurang dari 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Hal ini berkaitan erat dengan belum sempurnanya perkembangan dinding uterus.
21
2. Pernikahan a. Pengertian Pernikahan Pernikahan
atau
perkawinan
adalah
lambang
disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan, atas dasar hak dan kewajiban yang setara dengan kedua pihak. Dalam UU pernikahan No.1 Tahun 1974 pernikahan adalah ikatan batin antara pria dan perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan YME (Kumalasari & Andhyantoro, 2013). Secara psikologis, perkawinan merupakan panggilan dan kebutuhan psikologis karena di dalamnya terkandung cinta sekaligus tanggung jawab yang terikat dalam hukum agama, negara dan sosial yang membentuk hubungan kekerabatan dalam pranata budayanya. Jadi, dalam perkawinan ada unsur legalitas penyatuan antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, perkawinan merupakan penyatuan antara dua mitra yang memiliki obligasi berdasarkan pada kesamaan minat pribadi dan kegairahan (Bethsaida & Herri, 2013). Perkawinan adalah suatu hubungan antara seorang lakilaki dan perempuan yang diakui secara social, menyediakan hubungan seks dan pengasuh anak yang sah dan di dalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing
22
pihak baik suami maupun istri (Duvall dan Miller dalam Bethsaida & Herri, 2013). Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan
kebijakan
upaya
penyelenggaraan
Keluarga Berencana, perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun (Marmi, 2013).
b. Pengertian Usia Muda Usia muda merupakan sebagai masa peralihan dari masa kanak–kanak ke masa dewasa. Batasan usia muda berbedabeda sesuaidengan social budaya setempat. Menurut WHO batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sedngkan dari segi program pelayanan, definisi yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Sementara menurut BKKBN batasan usia muda adalah 10-21 tahun (BKKBN, 2012).
23
c. Pengertian Pernikahan Usia Muda Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melakukan pernikahan (Nukman, 2009). Sedangkan menurut (Riyadi, 2009) pernikahan usia muda adalah pernikahan yang para pihaknya masih sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan pernikahan. Menurut (BKKBN, 2012), pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia 20 tahun. Hal yang sama disampaikan Sarwono (2010), perkawinan usia muda adalah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang kuat, sebagai sebuah solusi alternatif, sedangkan batas usia dewasa laki-laki 25 tahun dan bagi perempuan 20 tahun, karena kedewasaan seseorang tersebut ditentukan secara pasti baik oleh hukum positif maupun hukum islam. Sedangkan dari segi kesehatan, pernikahan usia muda sendiri yang ideal adalah untuk perempuan di atas 20 tahun sudah boleh menikah. Sebab perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim, dan pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang, maka apabila terpapar human papiloma virus (HPV) pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker (Kompona, 2007).
24
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda Menurut (Kumalasari & Andhyantoro, 2013) faktorfaktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sebagai berikut: 1) Alasan pernikahan usia muda a) Faktor sosial budaya. Beberapa daerah di Indonesia masih menerapkan praktik kawin muda, karena mereka menganggap anak perempuan yang terlambat menikah merupakan aib bagi keluarga. b) Faktor pengetahuan Faktor utama yang memengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan blue film. Sehingga jika terjadi kehamilan akibat hubungan seks pranikah maka jalan yang diambil adalah menikah pada usia muda. Tetapi ada beberapa remaja yang berpandangan bahwa mereka menikah agar terhindar dari perbuatan dosa seperti seks sebelum nikah. Hal ini tanpa di dasari oleh pengetahuan mereka tentang akibat menikah pada usia muda (Jazimah, 2006). c) Faktor pergaulan bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah dapat disaksikan dalam kehidupan seharihari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia
25
remaja pada akhirnya menimbulkan masalah. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, padahal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa (Sarwono, 2010). d) Desakan ekonomi. Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya, maka anak perempuannya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu. e) Tingkat pendidikan. Pendidikan yang rendah makin mendorong cepatnya pernikahan usia muda. f) Sulit mendapatkan pekerjaan. Banyak dari remaja yang menganggap kalau mereka menikah muda tidak perlu lagi mencari pekerjaan atau mengalami kesulitan lagi dalam hal keuangan karena keuangannya sudah ditanggung suaminya. g) Media massa. Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan remaja modern kian permisif terhadap seks.
26
h) Agama. Dalam sudut pandang agama menikah di usia muda tida ada pelarangan bahkan dianggap lebih baik daripada melakukan perzinaan. i) Pandangan dan kepercayaan. Banyak di daerah ditemukan pandangan dan kepercayaan yang salah misalnya kedewasaan dinilai dari status pernikahan, status janda dianggap lebih baik daripada perawan tua. 2) Kelebihan pernikahan usia muda. a) Terhindar dari perilaku seks bebas. b) Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil. c) Terpenuhinya kebutuhan secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. 3) Dampak yang terjadi pernikahan usia muda. a) Kesehatan perempuan. (1) Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (2) Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri. (3) Risiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi.
27
(4) Berisiko pada kematian usia dini. (5) Meningkatkan angka kematian ibu (AKI), ingat 4T yaitu: terlalu muda umur dibawah 20 tahun, terlalu tua umur diatas 35 tahun, terlalu banyak jumlah anak lebih dari 4 orang, terlalu sering (jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari dua tahun). (6) Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks. (7) Risiko terkena penyakit menular sksual. (8) Kehilangan kesempatan mengembangkan diri. b) Kualitas anak (1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri. (2) Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 19 tahun rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan 5-30 kali lebih tinggi untuk meninggal. c) Keharmonisan keluarga dan perceraian (1) Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian. (2) Ego remaja yang masih tinggi.
28
(3) Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah. (4) Perselingkuhan. (5) Ketidakcocokan hubungan dengan orangtua maupun mertua. (6) Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. (7) Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi. 4) Upaya pencegahan terjadinya perkawinan usia muda. a) Undang-undang pernikahan. b) Bimbingan kepada remaja dan menjelaskan tentang edukasi seks. c) Memberikan penyuluhan kepada orangtua dan masyarakat. d) Bekerjasama dengan tokoh agama dan masyarakat. e) Model desa percontohan pendewasaan usia pernikahan. 5) Penanganan pernikahan usia muda. a) Menetapkan usia pernikahan yang sehat di atas 20 tahun. b) Memberikan penyuluhan tentang risiko pernikahan usia muda. c) Pendewasaan
usia
kehamilan
dengan
penggunaan
kontrasepsi sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
29
d) Bimbingan membantu persoalan
psikologis.
Hal
pasangan agar
dalam
mempunyai
ini
dimaksudkan
menghadapi caea
untuk
persoalan-
pandang
dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi. e) Peningkatan kesehatan dengan peningkatan penetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kekurangan gizi. f) Dukungan
keluarga.
Peran
keluarga
sangat
banyak
membantu keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non material
untuk kelanggengan kelurga,
sehingga lebih tahan terhadap hambatan-hambatan yang ada (Marmi, 2013).
3. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Pada
waktu
pengindraan
sampai
menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
30
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011). Pengetahuan (knowledgge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekadar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). b. Tingkat pengetahuan Pengetahuan
yang
cukup
mempunyai
6
tingkat
yaitu:
(Notoadmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011). 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami
artinya
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi
terus dapat
31
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang di pelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaliuasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
32
Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: (Notoadmodjo, 2010). 1) Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah a) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga dan apabila kemungkinan ketiga gagal pula, maka dicoba lagi kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut terpecahkan. b) Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. c) Cara Kekuasaaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi tradisi yang dilakukan oleh
33
orang, kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan. d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Memperoleh
pengetahuan
dilakukan
dengan
cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu. e) Cara Akal Sehat (Common Sense) Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zama dulu memberi hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan. f) Kebenaran melalui Wahyu Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-prngikut agama
34
yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hal usaha penalaran atau penyelidikan manusia. g) Kebenaran secara Intuitif Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja. h) Melalui Jalan Pikiran Dalam
memperoleh
pengetahuan
manusia
telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induktif maupun deduktif. i) Induktif Induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. j) Deduktif Deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari penyataanpernyataan umum ke khusus.
35
2) Cara ilmiah memperoleh pengetahuan Cara
baru
atau
modern
dalam
memperoleh
pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology) cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni: a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b) Segala sesuatu yang negative, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejalagejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. Berdasarkan
hasil
pencatatan
ini
kemudian
ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.
36
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut (Wawan & Dewi, 2011) : 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang
menunjang
kesehatan
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas hidup. b) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan , berulang dan banyak tantangan. c) Umur Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercaya
dari
orang
yang
belum
tinggi
kedewasaanya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
37
2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial Budaya System sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
e. Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan seeseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: 1) Baik : hasil pressentase 76%-100% 2) Cukup : hasil presentase 56%-75% 3) Kurang : hasil presentase <56%
38
B. KERANGKA TEORI Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dalam penelitian digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Tingkat pengetahuan Perencanaan kehamilan : Pengetahuan
Pasangan menikah usia dini
1. Psikologis/mental 2. Fisik 3. finansial
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
: yang tidak diteliti
: yang diteliti
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Kurniasih (2010), Notoatmodjo (2010), Wawan & Dewi (2011)