Slamet Riyadi Tugas Akhir
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka memuat informasi yang didapat dalam pustaka yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, dan selanjutnya disajikan dengan sistematis. Pustaka ini mengambil dari buku-buku yang ada maupun penelitian sebelumnya. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada keterangan berikut ini. 2.1. Beton Istilah – istilah beton menurut SNI -03-2847-2002 diantaranya : •
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau bahan tambahan membentuk masa padat.
•
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama–sama dalam menahan gaya yang bekerja.
•
Kuat tekan yang diisyaratkan f’c adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencanaan struktur (benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm dan tinggi 300 mm), dipakai dalam perencanaan struktur beton , dinyatakan dalam mega pascal (Mpa)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
6 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir •
Kuat tarik leleh fy adalah kuat tarik leleh minimum yang diisyaratkan atau titik leleh dari tulangan dalam mega pascal (Mpa).
•
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 22002500kg/m³ menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.
2.2. Beton precast/pracetak
Beton pracetak menurut SNI 03-2847-2002 adalah elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan Menurut Triwiyono (2005) beton pracetak biasanya tersusun dari komponen–komponen yang dibuat atau dicetak tidak pada posisi akhir, komponen–komponen ini dipersiapkan di tempat lain untuk kemudian diangkat, diangkut dan dipasang pada posisi akhir untuk disatukan dengan komponen lain membentuk suatu bangunan utuh, jenis beton pracetak diantaranya balok, kolom, plat dan pondasi. Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda dengan beton biasa , yang menjadikanya berbeda adalah metode pabrikasinya , Pada umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting,mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit, mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Selain itu bekerja di permukaan tanah jauh lebih mudah dan aman untuk
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
7 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir dilakukan, seperti persiapan cetakan ,pengecoran,perapian permukaan,perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat berulang kali. Sampai saat ini pro dan kontra penggunaan beton pracetak masih berlangsung, masing-masing pihak pendukung ataupun penentang metode ini mempunyai argumen tersendiri. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006) Pracetak dapat di artikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur/ arsitektural bangunan pada suatu tempat /lokasi yang berbeda dengan tempat/lokasi
di
mana
elemen
struktur/
arsitektural
tersebut
akan
digunakan.Teknologi pracetak ini dapat di terapkan pada berbagai jenis material, salah satunya adalah material beton. Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda dengan beton sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya. Yang membedakan hanyalah proses produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan . Lawan dari pracetak adalah beton cor di tempat atau cast-in place, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elelmen tersebut akan ditempatkan. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006). 2.2.1 Beton precast/pracetak Balok U Shell Balok Precast U shell merupakan pengembangan (inovasi) dari balok precast yang sering , bahkan sudah lama masuk di Indonesia yang mana biasanya balok precast biasa itu di buat sesuai balok konvensional dalam bentuk awal dan akhir yaitu persegi cor penuh, sehingga jika precast biasa setelah di install tidak perlu di cor lagi ,akan tetapi Balok U shell di buat agak berbeda yaitu di buat berbentuk U dengan tulujuan utama adalah agar alat angkut Tower Crane bisa
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
8 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir mengangkat balok tersebut pada titik ujung karena berat precast tersebut hanya separuh dari berat balok konvensional, gambar potongan balok u shell bisa dilihat di bawah ini :
PRINSIP – PRINSIP U-SHELL
U-sheel memiliki prinsip sebagai berikut : 1. Jumlah tulangan yang digunakan sama dengan prinsip balok konvensional. 2. Kualitas terhadap mutu beton sama dengan balok konvensional. 3. Metode pengerjaan U-shell dengan cara PRECAST dan CASH IN SITU.
Plat lantai
Sengkang
Tebal selimut beton Dihitung sesuai kapasitas alat angkut min. 10 cm
Gambar 1 : Potongan Balok U Shell Sumber : Juklak Proyek Tanggerang City PT PP
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
9 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Dalam pengerjaan precast U-shell harus mengacu pada hal-hal berikut : 1. Jika keretakan yang terjadi menggunakan epoxy atau
0-0,4 mm perbaikan keretakan akan
grouting SNI 03-2847-2002 Pasal 12.6.4.
Jika
Keretakkan > 0,4 mm dilakukan reject produk U-Shell. 2. SNI 03-2847-2002 •
Pasal 6.3.2
: Water cement ratio yang digunakan
maksimum 0,50 •
Pasal 9.6.6.4 : Panjang penyaluran untuk tulangan lentur adalah 40D
•
Pasal 14.2.2
: Panjang penyaluran tulangan tarik (gempa)
untuk besi ulir adalah
diameter < 19 mm adalah
35D, sedangkan untuk besi ulir
diameter >
22 mm adalah 44D. •
Pasal 14.2.3
: Panjang penyaluran tulangan tekan untuk
besi ulir adalah 19D.
Gambar 2 : Penyaluran Tulangan Tekan Pada Balok U shell Ke Kolom Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
10 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir | HOME | SITE PLANNING | PRECAST SYSTEM | STRUCTURE WORKS | FINISHING WORKS |M/E WORKS |
DETAIL JOINT PRECAST BALOK & KOLOM
THE UNIVERSITY OF IAIN SYARIF HIDAYATULLAH PROJECT
BE
AM BE
AM
BE AM
COLUMN
AM BE
PRINCIPLE CONTACT OF BEAM ON COLUMN
Gambar 3 : Detail sambungan Balok U shell Ke Kolom Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
11 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 1 : Tabel Peraturan Penyaluran Tulangan
Sumber : SNI 03-2847-2002
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
12 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Tabel 2 : Tabel Penyaluran Tulangan
ANALISA TEKNIK Tabel Penyaluran Tulangan
No. diameter fy (Mpa) fc' (Mpa) 1 10 240 30 2 12 240 30 3 13 240 30 4 16 400 30 5 19 400 30 6 22 400 30 7 25 400 30 8 32 400 30
Penyaluran Tarik 21 D 210 mm 21 D 252 mm 21 D 273 mm 35 D 560 mm 35 D 665 mm 43 D 946 mm 43 D 1075 mm 43 D 1376 mm
Penyaluran Tekan 11 D 190 mm 11 D 228 mm 11 D 247 mm 19 D 304 mm 19 D 361 mm 19 D 418 mm 19 D 475 mm 19 D 608 mm
Sumber : SNI 03-2847-2002
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
13 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.2 Beton precast Plat Half Slab Sedangkan plat half slab merupakan pracetak plat yang di cor separuh dari tebal plat konvensional , setelah di install half slab tersebut nantinya akan dicor kembali separuhnya yang di sebut cor toping, agar plat half slab menjadi satu kesatuan dengan balok u shell maka diatasnya dicor beton bertulang yang di sebut dengan topping , berikut gambar detail half slab dan cor topping ;
| SITE PLANNING | PRECAST SYSTEM | STRUCTURE WORKS | FINISHING WORKS | M/E WORKS |
COR TOPPING PREC AST HALF SLAB PRECAST
PREC AST U Shell PRECAST
THE UNIVERSIT Y OF IAIN SYARIF HIDA YATULLAH PROJECT
Gambar 4 : Detail Sambungan Balok U Shell, Plat Half Slab ,dan Cor Topping Sumber : Juklak Proyek UIN ( PT PP)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
14 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.3 Keunggulan Beton Pracetak ( precast) •
Durasi Proyek Menjadi Lebih Singkat Dengan menerapkan teknologi beton pracetak ,pekerjaan struktur yang masih harus dilaksanakan di lapangan adalah pekerjaan struktur bawah ( fondasi) , dimana proses pelaksanaannya dapat bersamaan dengan kegiatan produksi beton pracetak. Pengaturan jadwal produksi elemen-elemen yang akan dipasang lebih awal dapat diproduksi lebih dahulu dan pada saatnya nanti elemen telah cukup umur, pada saat pekerjaan struktur bawah selesai maka elemen-elemen beton pracetak yang telah cukup umur tersebut dapat di erection dalam waktu yang relatif lebih singkat dibanding dengan proses konstruksi konvensional. Dengan kegiatan pekerjaan yang overlapping serta cyle time erection yang relatif singkat maka proyek akan selesai dalam waktu yang lebih singkat. Sumber :wulfram I. Ervianto (2006)
•
Mereduksi Biaya Konstruksi Dengan durasi yang relatif lebih singkat maka dengan sendirinya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek akan menjadi lebih kecil, satu hal yang jelas terlihat pengurangannya adalah biaya overhead proyek. Hal lain yang dapat mereduksi biaya adalah penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit yang akan menurunkan biaya upah , berkuranganya kebutuhan pendukung seperti
schaffolding, penghematan
material
bekisting ,serta penghematan material pembentuk beton bertulang. Sumber : Wulfram I.Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
15 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir •
Kontinuitas Proses Konstruksi Dapat Terjaga Maksud dari kontinuitas adalah adalah kegiatan pelaksanaan pekerjaan
tidak terhenti oleh karena pengaruh alam (cuaca) . gambaran keadaan ini, misalnya untuk melaksanakan pekerjaan balok secara konvensional tentu akan lebih banyak dilakukan diluar ruangan atau pun jika di pasang tenda akan membuat pekerja tidak bisa leluasa dalam mengangakat material dengan menggunakan tower crane, mulai pemasangan tulangan ,pemasangan bekisting ,pengecoran,semua harus dilakukan diluar ruangan tanpa atap (tenda), berbeda dengan penggunaan beton pracetak ,waktu yang dibutuhkan untuk melasanakan pekerjaan di luar ruangan relatif singkat sehingga kontinuitas pekerjaan dapat lebih terjaga. Sumber :Wulfram
I. Ervianto
(2006)
•
Produksi Massal Salah satu pertimbangan jika hendak menggunakan teknologi pracetak
adalah bahwa jika elemen struktur hendaknya tidak terlalu bervariasi sehingga setiap jenis elemen yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar. Hal ini dilakukan agar tingkat efisiensi dari pembuatan secara massal dan pabrikasi dapat dicapai. Efek lain dari proses pabrikasi adalah kebutuhan tenaga kerja relatif lebih sedikit karena sebagian besar proses produksinya didukung oleh alat berat, disamping itu produk yang dihasilkan mempunyai ketepatan dimensi yang lebih akurat apabila dibandingkan dengan menggunakan proses konvensional. Sumber : wulfram I . Evianto (2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
16 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir •
Dihasilkan Kualitas Beton Yang Lebih Baik Bila dibandingkan dengan beton cast-in situ, beton pracetak mempunyai
kualitas yang lebih baik. Hal ini karena hal-hal sebagai berikut a. Kondisi area pabrikasi relatif konstan. b. Pengawasan yang lebih cermat. c. Kondisi lingkungan kerja yang lebih baik ( tidak di bawah terik matahari langsung, tidak pada ketinggian ) secara psikologis seorang pekerja yang bekerja di ketinggian tertentu dalam usaha membangun sebuah gedung bertingkat akan terganggu tingkat produktivitasnya. Hal ini disebabkan karena ada kekhawatiran akan kemungkinan terjatuh , dengan demikian secara otomatis para pekerja akan berusaha untuk melaksanakan kegiatannya dan menjaga keseimbangannya supaya tidak terjatuh. Hal itu tentu akan mempengaruhi tingkat kecermatan dan ketelitian dalam pelaksanaan kegiatan.
Sumber :
Wulfram I .Evianto (2006).
2.2.4 Kelemahan Beton Pracetak ( precast) •
Transportasi Setelah proses produksi beton pracetak yang dilaksanakan di pabrik selesai maka dilanjutkan dengan proses pemindahan hasil produksi ke lokasi pekerjaan . proses pemindahan elemen beton pracetak dari lokasi pabrik menuju lokasi proyek membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan alat bantu yang digunakan untuk mengangkat elemen tersebut Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
17 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir ked an dari metode transportasi yang akan dipakai sebagai alat angkut. Proses ini harus direncanakan di awal proses perencanaan bentuk dan disain beton pracetak agar komponen tersebut dapat dipindahkan ke lokasi pekerjaan. Faktor penting yang dipertimbangkan adalah dimensi dan berat setiap komponen yang harus sesuai dengan ketersediaan alat angkat dan alat angkut. Data mengenai ketersediaan alat angkat dan angkut ini akan sangat membantu perencanaan komponen untuk mengahasilkan disain yang layak angkat dan angkut. Model transportasi yang digunakan pada umumnya adalah truk bak terbuka. Dimensi dan berat dari elemen beton pracetak dipengaruhi oleh kemampuan alat angkut serta kemudahan transportasinya.
•
Erection Penggunaan teknologi beton pracetak selalu melewati proses yang disebut erection, yaitu tahap penyatuan elemen beton pracetak menjadi satau-kesatuan yang utuh sehingga membentuk suatu bangunan. Pada proses ini pihak pelaksana proyek dituntut untuk menyediakan alat bantu instalasi, misalnya sebuah crane yang mampu mengangkat dan memindahakan elemen beton pracetak sehingga terpasang pada posisi yang seharusnya. Penyediaan alat bantu ini membutuhkan biaya yang relatif besar sehingga jika teknologi ini akan diterapkan pada sebuah bangunan maka harus dikaji efisiensi biayanya ,antara penyediaan alat
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
18 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir bantu dengan nilai proyek itu sendiri. Kajian yang detail tentang volume pekerjaan beton pracetak dengan biaya pengadaan alat bantu instalasi dapat digunakan sebagai bahan untuk memutuskan metode yang akan digunakan. Apabila volume pekerjaan kurang memadai maka akan mengakibatkan biaya konstruksi menjadi mahal.
•
Connection Dalam usaha menyatukan elemen –elemen beton pracetak
dibutuhkan suatu konstruksi tambahan yang mampu meneruskan semua gayagaya yang bekerja dalam setiap elemen. Yang dimaksudkan penyatuan di sini adalah penyatuan material beton segar dengan material beton pracetak yang menjadi bagian utama dari struktur beton bertulang. Kendala yang timbul adalah bagaimana menentukan jenis sambungan yang mampu mengantisipasi semua gaya yang terjadi sehingga perilaku struktur dapat menyerupai struktur beton
bertulang
dengan
proses
konstruksi
konvensional.
Untuk
mengaplikasikan alat sambung yang betul-betul sempurna dibutuhkan biaya yang relatif mahal. Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
2.2.5 Pembuatan Beton Pracetak ( precast) Proses produksi / pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu :
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
19 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.2.5.1 Tahap Desain Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya. 2.2.5.2 Tahap Produksi Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi : a.
Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk
b.
Mutu dari bahan baku
c.
Mutu dari cetakan
d.
Mutu atau kekuatan beton
e.
Penempatan dan pemadatan beton
f.
Ukuran produk
g.
Posisi pemasangan
h.
Perawatan beton
i.
Pemindahan, penyimpanan dan transportasi produk
j.
Pencatatan ( record keeping )
•
Tahap produksi terdiri dari :
a.
Persiapan
b.
Pabrikasi tulangan dan cetakan
c.
Penakaran dan pencampuran beton
d.
Penuangan dan pengecoran beton
e.
Transportasi beton segar
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
20 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir f.
Pemadatan beton
g.
Finishing / repairing beton
h.
Curing beton
2.2.5.3 Tahap Pasca produksi Terdiri dari tahap penanganan (handling), penyimpanan (storage), penumpukan (stocking), pengiriman (transport) dan tahap pemasangan di lapangan (site erection) Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasi adalah : •
Spesifikasi alat transport : lebar, tinggi, beban maksimal, dimensi elemen
•
Route transport : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dari instansi yang berwenang.
Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : •
Macam komponennya : linier atau plat
•
Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun
•
Berat komponen : berdasarkan beban maksimum
•
Kondisi local : pencapaian lokasi dan topografi
Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu : a. Dicor di tempat disebut (Cast In Situ) b. Dicor di pabrik Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu : a. Beton pracetak biasa b. Beton prategang pracetak Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
21 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.3
Cetakan (bekisting) Cetakan (bekisting) adalah pekerjaan strukur pendukung ,menurut SNI -
03-2847-2002 cetakan ( bekisting) harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk, garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana dan spesifikasi, cetakan harus mantap dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran mortar, cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk mempertahankan posisi dan bentuknya, cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya. Perencanaan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor- faktor berikut :
1. Kecepatan dan metode pengecoran beton. 2. Beban selama konstruksi ,termasuk beban –beban vertikal ,horizontal dan tumbukan.
3. Persyaratan –persyaratan cetakan khusus untuk konstrusksi cangkang, plat lipat, kubah beton arsitektural, atau elemen-elemen sejenis
Cetakan untuk elemen struktur beton prategang harus dirancang dan dibuat sedemikian hingga elemen struktur dapat bergerak tanpa menimbulkan kerusakan pada saat gaya prategang diaplikasikan. Jenis bahan cetakan pada umumnya terbuat dari bahan dasar kayu yang di tebang dari hutan dan di bentuk balok kayu sebagai rangka cetakan dan plywood sebagai landasan cetakan beton.
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
22 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Pada pembangunan struktur untuk cetakan beton dikenal 2 (dua) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork.
Sistem konversional adalah metode yang menggunakan bahan
tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain sistem PERI DOKA yang di aplikatorkan oleh PT Pola Beton Perkasa, dan ada lagi sistim PCH dari Australia, akan tetapi formwork import tersebut cenderung lebih mahal di banding produk dalam negeri.
Gambar 5 : Denah bekisting balok dan lantai konvensional dengan bahan hory beam dan pinol film Sumber : BDE 6 Divsi Riset dan Teknologi PT PP
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
23 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Gambar 6: Detail sambungan bekisting balok dengan bekisting lantai
Gambar 7 : Tampak dari samping komposisi perancah bekisting konvensional Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
24 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Gambar 8 : Pemasangan suri-suri bekisting balok Konvensional Sumber : BDE 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP
Gambar 9 : Pemasangan hory beam dan bekisting balok konvensional. Sumber : Bank Data Engineering edisi 6 Divisi Riset dan Teknologi PT PP (persero)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
25 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Gambar 10 : Pemasangan plywood bekisting plat Konvensional Sumber : BDE 6 DVRT PT PP ( persero)
2.4 Pembongkaran Cetakan (bekisting) •
Pembongkaran cetakan: cetakan harus dibongkar dengan cara-cara yang tidak mengurangi keamanan dan kemampuan layan struktur beton yang akan dipengaruhi oleh pembongkaran cetakan harus memiliki kekuatan cukup sehingga tidak akan rusak oleh operasi pembongkaran.
•
Pembongkaran penopang dan penopangan kembali : sebelum dimulainya pekerjaan konstruksi di mulai kontraktor harus membuat prosedur dan jadwal untuk pembongkaran penopang dan pemasangan kembali penopang dan untuk penghitungan beben-beban yang disalurkan ke struktur selama pelaksanaan pembongkaran tersebut.
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
26 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 1. Analisa struktur dan data kekuatan beton yang dipakai dalam perencanaan dan pembongkaran cetakan dan penopang harus diserahkan oleh kontraktor kepada pengawas lapangan apabila diminta (SNI-03-2847-2002)
2.
Tidak boleh ada beban konstruksi yang tertumpu pada, juga tidak boleh ada penopang dibongkar dari suatu bagian struktur yang sedang dibangun kecuali apabila bagian dari struktur tersebut bersama-sama dengan cetakan dan penopang yang tersisa memiliki kekuatan yang memadai untuk menopang berat sendirinya dan beban yang ditumpukan kepadanya.
3. Kekuatan yang memadai tersebut harus ditunjukkan melalui analisis struktur dengan memperhatikan beban yang di usulkan, kekuatan sistem cetakan dan penopang, serta data kekuatan beton.
Toping ( Cor in situ )
Slab Floor Precast
U-Shell Precast
Gambar 11 : Potongan balok konvensional( kiri )dan precast u shell dan half slab dengan cor topping (kanan) Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
27 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.5 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer, dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber : Iman Suharto (2001)
Karakteristik pekerja yang bekerja dalam lingkungan pabrik berbeda dengan mereka yang bekerja pada kondisi lingkungan kerja di lapangan terbuka. Kondisi ini akan mempengaruhi produkifitas pekerja sehingga kontinuitas hasil produksi tidak dapat diprediksi dengan tepat. Dalam lingkungan pabrik , pekerjaan yang dilakukan merupakan suatu pengulangan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan yang disebabkan oleh pekerja. Keberhasilan produk dari hasil produksi industri konstruksi sangat tergantung pada kejelian dan kemampuan manajer konstruksi dalam membuat perencanaan serta penggunaan metode yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada Sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006)
2.5.1 Jumlah Tenaga kerja Sedang jumlah tenaga kerja yang akan dibutuhkan tergantung dengan luasan proyek yang akan dikerjakan dan berapa lama waktu pelaksanaan proyek sehingga akan lebih mudah untuk perencanaan sumber daya manusia. secara teoritis keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam - orang atau bulan –orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan.
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
28 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.5.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi produktivitas Variabel –variabel yang mempengaruhi produtivitas tenaga kerja lapangan dapat dikelompokkan menjadi • Kondisi fisik lapangan dan sarana Bantu • Supervisi perencanaan ,dan koordinasi • Komposisi kelompok kerja • Kerja lembur • Ukuran besar proyek • Pekerja langsung versus subkontraktor • Kepadatan tenaga kerja
Uraian berikut akan menyajikan penjelasan lebih jauh 1. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu : Kondisi fisik geografis lokasi tempat penampungan tenaga kerja yang terawat, serta sarana bantu berupa peralatan konstruksi, amat berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja , kondisi fisik ini dapat berupa •
Iklim, musim, atau keadaan cuaca.
•
Keadaan fisik lapangan.
•
Sarana alat bantu.
2. Kepenyeliaan, ,perencanaan dan koordinasi Yang dimaksud dengan penyelia di sini adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para pekerja dalam pelaksanaan tugas ,termasuk menjabarkan perencanaan dan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
29 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir pengendalian menjadi langkah –langkah pelaksanaan jangka pendek, serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain yang terkait tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan derajat ketrampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya. Penyelia yang baik ikut berpartisipasi secara efektif dengan memberikan pendapat dan pengalaman dalam meletakkan dasar –dasar perencanaan pekerjaan di lapangan dengan demikian akan menghasilkan perencanaan yang realistis. ( Iman Suharto, 2001)
2.6 Aspek Ekonomis Faktor –faktor ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut : 1.Faktor biaya , yaitu biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan rencana bangunan tersebut. 2.Faktor waktu , yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan bengunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya. 3.Faktor mutu, yaitu hasil yang dicapai dari proses pelaksanaan konstruksi.Sumber : Wulfram I . Ervianto (2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
30 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.6.1 Faktor Biaya Pengendalian biaya merupakan lengkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi biaya adalah proses pengendalian biaya agar biaya yang di keluarkan lebih kecil dari anggaran biaya yang telah di tentukan. Menurut (Peter S. McAdam 1993) ketika mencari-cari pembangunan yang terbaik ada empat komponen biaya struktur yang harus di pertimbangkan adalah (Beton,Tulangan ,Bekisting, dan waktu). Faktor –faktor yang mempengaruhi ekonomis tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Kebutuhan material untuk seluruh bangunan 2. Biaya produksi , yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta investasi peralatan yang diperlukan. 3. Biaya yang dibutuhkan untuk transportasi. 4. Biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan. 5. Biaya untuk penyelesaian.
Sumber : Wulfram I .Ervianto (2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
31 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.6.2 Faktor Mutu Dalam industri manufaktur , masalah pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat terpantau dengan jelas. Dengan metode statistik dan teknik pengendalian yang tepat akan diperoleh informasi dini tentang produk yang dihasilkan. Jika terjadi penyimpangan kualitas dari produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang diisyaratkan.
Produk yang dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga dalam pelaksanaannya di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang lebih baik. Kelayakan dalam penerapan teknologi beton pracetak harus dipandang dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknik maupun ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya,tepat mutu, dan tepat waktu. Sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006).
TQM
adalah pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan
perubahan manajemen yang sistimatika dan perbaikan terus-menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Seperti di gambarkan pada diagram di bawah ini proses (TQM) bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula.
Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan,
kebutuhan, dan harapan pelanggan ) menstransformasikan (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang dan jasa yang pada giliranya
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
32 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). (modul 1 Sistim Management Mutu Konstruksi)
Difinsi Mutu: dalam arti luas, mutu atau kualitas bersifat subyektif, suatu barang yang amat bermutu bagi seseorang belum tentu bermutu bagi orang lain. Oleh karena itu dunia usaha dan industri khususnya industri konstruksi memberikan batasan yang dapat diterima oleh kalangan yang berkepentingan. (Iman Suharto, 2001)
2.6.3 Faktor Waktu Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi, penggunaan teknologi beton pracetak lebih singkat dibandingkan dengan pelaksanaan konstruksi secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional dapat dilihat pada gambar 13 . pada gambar tersebut terlihat selisih waktu yang didapatkan dari penggunaan beton pracetak . meskipun demikian perlu diperhatikan waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom , pemasangan balok, dan pemasangan plat lantai. Bila
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
33 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir waktu pemasangan dari setiap item pekerjaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti berapa banyak waktu yang dapat dihemat /dipercepat. Sumber : Wulfram I. Ervianto (2006)
Proses Konstruksi Konvensional
Sloof
persiapan
pondasi
balok
Kolom
plat
WAKTU
Proses Konstruksi Pracetak Persiapan
Sloof
pondasi
Erection bakok
Kolom
topping
Erection plat
Pabrikasi di pabrik transportasi
Overhead
Gambar 12 : Proses Konstruksi konvensional dan Pracetak Sumber : Hasil Analisis
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
34 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir 2.7 Aspek Manajemen Faktor –faktor manajemen yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak adalah sebagai berikut : 1. Faktor Produksi 2. Faktor Transportasi 3. Faktor Installasi (Erection) 4. Faktor Connection 5. Faktor Struktur 6. Faktor Sumber Daya Manusia 7. Faktor Teknologi 8. Faktor Material Berdasarkan kajian tentang penggunaan komponen beton pracetak serta kondisi sesungguhnya yang ada di Indonesia saat ini, maka dapat digambarkan seperti dalam tabel 3. tabel tersebut dapat memberikan gambaran bagi pihak – pihak yang akan mengaplikasikan teknologi beton pracetak, baik tentang permasalahan yang mungkin dihadapi pada saat perencanaan maupun pada pelaksanaan pekerjaan. Dalam tabel 3 sampai dengan tabel 11 menggambarkan hubungan atara faktor terpengaruh dengan fektor pengaruh bersivat bivariat. Tabel tersebut merupakan gembaran sederhana hubungan antara faktor terpengaruh dengan faktor pengaruh, namun demikian tidak menutup kemungkinan terjadinya hubunngan multivariat dalam kasus tertentu misal ( untuk memproduksi komponen pracetak dipengaruhi oleh transportasi dan connection ) sumber : Wulfram I . Ervianto ( 2006).
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
35 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 3 : Faktor Terpengaruh Produksi
No Pengaruh 1 Transportasi
Item Pertimbangan Keterangan - Bentuk Komponen - Komponen beton pracetak harus dapat di -Ukuran Komponen transportasikan ke lokasi proyek. -Berat Komponen
2 Pemasangan (Erection)
-Bentuk Komponen -Ukuran Komponen -Berat komponen
3 Sambungan (Connection)
-Sistim Sambungan -Komponen diproduksi sesuai dengan jenis -Jenis Alat Sambung dan alat sambung serta sistim sambungan
4 Sistim Struktur
-Kolom menerus -Kolom sambungan -unit portal
-Komponen diproduksi sesuai dengan sistem yang digunakan
5 Sumber Daya Manusia
-Pengendalian mutu
-Pabrikasi harus didukung pekerja agar dihasilkan produk yang sesuai
6 Teknologi
-Teknik produksi -Mesin produksi
-Komponen hasil produksi sangat dipengaruhi oleh teknologi
7 Material
-Sumber material -Komposisi material
-Mutu komponen beton pracetak tergantung dari material
- Komponen harus dapat dipasang pada tempatnya dengan crane yang tersedia
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
36 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Tabel 4 : Faktor Terpengaruh Transportasi
No Pengaruh 1 Produksi
Item Pertimbangan Keterangan - Bentuk Komponen - Produksi harus disesuaikan -Ukuran Komponen agar komponen dapat ditransportasikan -Berat Komponen
2 Pemasangan (Erection)
-Jadwal pengiriman
- Komponen harus dapat dipasang pada tempatnya dengan crane yang tersedia
4 Sistim Struktur
- Bentuk komponen -Ukuran komponen - Berat komponen
-Komponen beton pracetak harus didesain agar layak ditransportasikan
5 Sumber Daya Manusia
-Pengalaman - Pengetahuan
-Pekerja harus memahami perilaku komponen pada saat ditransportasikan
6 Teknologi
-sistim transportasi
-Cara mentransportasikan komponen agar aman sampai tujuan
7 Material
-Jenis komponen -Hal ini akan mempengaruhi kemampuan (berat yang berbeda) transportasi komponen ke lokasi
3 Sambungan (Connection)
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
37 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Tabel 5 : Faktor Terpengaruh Pemasangan (erection)
No Pengaruh 1 Produksi
Item Pertimbangan Keterangan - Bentuk Komponen - Dapat/ tidaknya pelaksanaan pemsangan -Ukuran Komponen tergantung dari produksi. -Berat Komponen
2 Transportasi
-Jadwal pengiriman
3 Sambungan (Connection)
- Jenis alat sambung - Pemakaian alat sambung sangat - Sistim connection menentukan metode pemasangan - Metode komponen beton pracetak pemasangan
4 Sistim Struktur
- Jenis komponen pracetak
- Jenis komponen pracetak sangat menentukan metode pemasangan tepat
5 Sumber Daya Manusia
- Ketrampilan - Pengetahuan tentang beton pracetak - Teknik penyimpanan - Teknik penganggkatan - Peningkatan kapasitas alat angkat -Jenis bahan alat sambung
- Ketrampilan seseorang berpengaruh terhadap durasi pelaksanaan .
6 Teknologi
7 Material
- Pemasangan dapat dilaksanakan jika komponen telah ditransportasikan
- Pemasangan komponen sangat tergantung dari kemampuan crane
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
38 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir Tabel 6 : Faktor Terpengaruh Sambungan (connection)
No Pengaruh 1 Produksi
Item Pertimbangan Keterangan - Ketepatan ukuran - Jika digunakan alat sambung beton segar atau dimensi maka ketepatan ukuran sangat berarti untuk mencegah bocornya air semen
2 Transportasi
3 Sambungan (Connection)
- Metode pemasangan
- Sistim sambungan sangat dipengaruhi oleh metode pemasangan
4 Sistim Struktur
- Letak titik sambung - Posisi sambungan menentukan jenis connection yang tepat
5 Sumber Daya Manusia
- Pengalaman
6 Teknologi
-Murah - Alat sambung yang memenuhi persyaratan -Mudah laksanakan dan kemudahan pelaksanaan sangat -Kuat mempengaruhi biaya serta waktu -Cepat dilaksanakan pelaksanaan konstruksi
7 Material
-murah - Kuat -mudah di dapat
- Dengan pekerja yang berpengalaman tingkat kesulitan dapat direduksi
- Dengan material alat sambung yang mudah didapat, murah , dan kuat maka mendukung keandalan komponen beton pracetak
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
39 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 7 : Faktor Terpengaruh Sistim struktur
No Pengaruh 1 Produksi
ItemPertimbangan Keterangan - Kemampuan - Sistim struktur dapat diaplikasikan jika produksi produsen mampu memproduksi
2 Transportasi
- Kemampuan transportasi
- Sistim struktur sangat tergantung transportasi
3 Sambungan (Connection)
- jenis alat sambung - kemampuan alat sambung mempengaruhi sistimstruktur
4 Pemasangan (erection)
- Kemampuan crane
- Kapasitas angkat crane sangat dominan
5 Sumber Daya Manusia
- Pengalaman memproduksi - Pengalaman mentransportasi - Pengalaman memasang
- Sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap jenis sistim struktur.
6 Teknologi
-Riset
- Pengembangan teknologi pracetak
7 Material
-Jenis material - Kuat
- Mempengaruhi pengembangan sistim struktur
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
40 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 8 : Faktor Terpengaruh Sumber Daya Manusia
No Pengaruh 1 Produksi
ItemPertimbangan Keterangan - Teknik produksi - Kemampuan sumberdaya manusia dalam melaksanakan proses produksi
2 Transportasi
- Cara - cara Transportasi
3 Sambungan (Connection)
- Sistim sambungan
4 Pemasangan (erection)
- Metode konstruksi
- Kesiapan sumberdaya manusia dalam memasang komponen beton pracetak
5 Sistim struktur
- Jenis struktur
- Dituntut pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai sistim yang ada
6 Teknologi
- Penelitian dan pengembangan
- Peningkatan dan pengembangan komponen beton pracetak
7 Material
-Penelitian tentang - Peningkatan teknologi pracetak material pracetak
- Pengetahuan serta pengalaman dalam mentransportasikan komponen beton pracetak - Kesiapan sumberdaya manusia dalam menyatukan komponen beton pracetak
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
41 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 9 : Faktor Terpengaruh Teknologi
No Pengaruh 1 Produksi
ItemPertimbangan Keterangan - Jenis komponen - Kebutuhan komponen baru akan memacu - Bentuk komponen teknik/ cara produksi
2 Transportasi
- Jenis komponen baru
- Penemuan komponen baru memacu menemukan teknik transportasi yang baik
3 Sambungan (Connection)
- Sistim sambungan
- sistim ini masih harus dikaji lebih lanjut
4 Pemasangan (erection)
- Metode pemasangan
- Teknologi pemasangan yang efisien dan tepat
5 Sistim struktur
- Pengembangan - Diharapkan dihasilkan sistim yang benar jenis sistim benar efisien struktur - Kesiapan dan - Perkembangan teknologi menuntut kesiapan kemampuan melak sumberdaya manusia kukan inovasi -Jenis dan - Dapat meningkatkan teknologi pracetak komposisi yang lebih baik
6 Sumberdaya manusia
7 Material
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
42 Bab 2
Slamet Riyadi Tugas Akhir
Tabel 10 : Faktor Terpengaruh Material
No Pengaruh 1 Produksi
Item Pertimbangan Keterangan - Berat komponen - Penemuan jenis material baru
2 Transportasi
- sistim baru
- Pemilihan jenis material
3 Sambungan (Connection)
- Sistim sambungan
- Penemuan material alat sambung yang baru
4 Pemasangan (erection)
- Kapasitas crane
- Pemilihan jenis material
5 Sistim struktur
- Kekuatan
- pemilihan jenis material
6 Sumberdaya manusia
- Riset
- Penelitian material alternatif
7 Teknologi
- Riset
- Penemuan jenis material yang lebih sesuai
Sumber : Wulfram I. Ervianto ( 2006)
Teknik Sipil Universitas Mercu Buana Jakarta
43 Bab 2