BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
2.1.1
Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi – fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan perlu dilakukan proses pengaturan semua unsur – unsur manajemen yang yang terdiri dari Man, Money, Method, Materials, Machines, dan Market (6M). Pengaturan yang dilakukan melalui proses dari urutan fungsi – fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Proses tersebut harus dilakukan agar 6M itu lebih berdaya guna, berhasil guna, terintegrasi dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan yang optimal. Dalam hal ini yang dapat mengatur adalah pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi sehingga 6M dan semua proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang optimal. Dan pengaturan tersebut hanya dapat dilakukan dalam suatu organisasi (wadah tempat) karena dalam wadah (organisasi) inilah tempat kerjasama, proses manajemen, pembagian kerja, pendelegasian wewenang, koordinasi, integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat dan wadah” yang perlu diatur dengan sebaik – baiknya. Karena jika manajemen dengan organisasi ini baik, maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian manajemen, penulis mengutip beberapa definisi yang terdapat dalam salah satu buku sebagai berikut :
Menurut Hasibuan (2001:1) menyatakan bahwa: “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber – sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Handoko (2003:8) menyatakan bahwa: “Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha – usaha para anggota perusahaan dan penggunaan sumber daya – sumber daya perusahaan lainnya agar mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan”. Dari berbagai definisi manajemen diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.2
Fungsi Manajemen Menurut Terry (2003:15) fungsi – fungsi manajerial yang paling umum
dalam rangka pencapaian tujuan adalah kombinasi dari : 1.
Planning, ialah menetapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, oleh karena itu diperlakukan kemampuan untuk melihat kedepan (prediksi) guna merumuskan tindakan dimasa yang akan dating.
2.
Organizing, mencakup membagi komponen – komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok – kelompok, membagi tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut, dan menetapkan wewenang diantara kelompok – kelompok perusahaan.
3.
Actuating, mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari para karywannya, mengembangkan dan memberi kompensasi kepada karyawannya guna mencapai tujuan bersama.
4.
Controlling, mencakup pengawasan kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan rencana atau belum. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi kembali dan penyimpangan – penyimpangan yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan dapat tercapai dengan baik.
2.1.3
Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan untuk dapat berjalan dengan baik sangat membutuhkan sumber
daya yang berkualitas, terutama dalam hal sumber daya manusia karena faktor utama yang sangat
menentukan maju tidaknya
suatu perusahaan
adalah faktor
manusiawinya. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen yang baik agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang baik juga. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah pengaturan hubungan dan peranan manusia dalam mewujudkan perusahaan yang optimal, dimana pengaturannya meliputi masalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan. Berikut adalah beberapa pengertian dari manajemen sumber daya manusia menurut beberapa ahli : Menurut Hasibuan (2001:10) menyatakan bahwa : “Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. Menurut Handoko (2003:3) menyatakan bahwa :
“Manajemen
Sumber
Daya Manusia
adalah
penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan dan penggabungan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun perusahaan”.
Menurut Mangkunegara (2002:2) menyatakan bahwa : “Manajemen
personalia
adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan, dan
pemisahan
tenaga
kerja
dalam
rangka
mencapai
tujuan
perusahaan”.
Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen manusia sumber daya manusia adalah suatu rangkaian proses yang sistematis dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengendalian serta pemeliharaan sumber daya manusia agar tujuan dari semua pihak yang berkaitan atau berhubungan dengan perusahaan dapat tercapai. Pengelolaan sumber daya manusia tidaklah semudah pengelolaan sumber daya lainnya, karena manajemen sumber daya manusia khusus menitik beratkan perhatiannya pada faktor produksi manusia yang memiliki akal, perasaan dan juga memiliki berbagai tujuan. Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai tujuan, sebagian besar tergantung pada manusianyaoleh karena itu, tenaga kerja itu harus mendapatkan perhatian khusus, dan merupakan sasaran dari manajemen sumber daya manusia untuk mendapatkan, mengembangkan, memelihara, dan memanfaatkan tenaga kerja sesuai dengan fungsi dan tujuan perusahaan.
2.1.4 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Berikut ini akan dijelaskan fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia secara singkat menurut Hasibuan (2001:21), adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaa Perencanaan adalah proses merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan efektif serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
2.
Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan koordinasinya, dalam bagan perusahaan.
3.
Pengarahan Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh atasan yang memerintah karyawan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4.
Pegendalian Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Jika terjadi tindakan penyimpangan atau kesalahan, dilakukan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana.
5.
Pengadaan Pengadaan adalah proses penaikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan sesuai dengan kebutuhan
6.
Pengembangan Pengenmbangan adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan kerja masa kini maupun masa yang akan dating.
7.
Kompensasi Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) berupa uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak.
8.
Pengintegrasian Pengintegrasian
adalah
kegiatan
untuk
mempersatukan
kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. 9.
Pemeliharaan Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pension.
10.
Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosial.
11.
Pemberhentian Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Hal ini dapat disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan lain-lain. Dari uraian diatas maka semakin jelas bahwa peranan Manajemen Sumber Daya Manusia sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan perusahaan. Melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut diharapkan sumber daya manusia dapat bekerja secara efektif dan efisien sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
2.2
Kepemimpinan
2.2.1 Pengertian Kepemimpinan Banyak para ahli dari manajemen yang memberikan pendapatnya tentang definisi dari kepemimpinan yang dimana kepemimpinn didefinisikan sebagai proses pengarahan dan mempengaruhi para karyawan dalam aktivitasnya yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok. Dan apabila kita berbicara mengenai kepemimpinan maka tidak akan terlepas dari akan siapa yang memimpin yang sering disebut dengan pemimpin. Pemimpin merupakan individu yang dapat menerapkan prinsip motivasi, disiplin, dan produktifitas jika bekerja sama dengan orang, tugas dan situasi agar dapat mencapai tujuan dari perusahaan. Kepemimpinan yang efektif sangatlah tergantung dari landasan manajerial yang kokoh. Berikut ini adalah beberapa definisi Kepemimpinan menurut para ahli :
Menurut Robbins (2001:39), yaitu : “Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan”. Menurut Greenberg & Baron (1999:167) dikutip dari buku Marwansyah & Mukaram, yaitu : “Kepemimpinan merupakan proses yang digunakan oleh seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompok kearah pencapaian tujuantujuan kelompok atau organisasi”.
Dari definisi-definisi diatas pada umumnya memandang kepemimpinan sebagai suatu aktivitas yang berkelanjutan, diarahkan untuk menimbulkan adanya dampak pada perilaku orang lain yang pada akhirnya difokuskan pada upaya untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi. Dan selain dari pada itu, definisi-definisi di atas juga mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh
seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas-aktivitas serta hubunganhubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.
2.2.2 Pendekatan dalam Studi Kepemimpinan Berkaitan dengan masalah kepemimpinan, terdapat beberapa pendekatan mengenai hal kepemimpinan. Pendekatan tersebut dikemukakan sebagai berikut.
2.2.2.1 Pendekatan Sifat/Kepribadian Pendekatan sifat (trait approach) merupakan pendekatan paling awal dalam studi ilmiah tentang kepemimpinan. Pendekatan sifat memusatkan perhatian pada atribut-atribut pribadi yang dimiliki pemimpin, baik atribut fisik, mental maupun sosial. Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan kemampun pribadi pemimpin. Identifikasi cirri-ciri yang dikaitkan secara konsisten dengan kepemimpinan untuk membedakan pemimpin dari bukan pemimpin adalah ambisi dan energik, hasrat untuk memimpin, kejujuran dan integritas (keutuhan), percaya diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan. Di samping itu, terdapat suatu ciri kepemimpinan yang sangat penting bagi seorang pemimpin, yaitu sifat pemantauan diri yang sangat tinggi dimana memiliki kemungkinan memunculkan pemimpin dalam kelompok-kelompok yang jauh lebih besar dibandingkan yang pemantauan dirinya rendah. Robbins (1996:40) Tabel 2.1 Karakteristik Pemimpin yang Berhasil
KARAKTERISTIK / SIFAT
Drive
DESKRIPSI
Hasrat untuk berprestasi, ambisi, energi, kegigihan, prakarsa.
Motivasi Pemimpin
Hasrat untuk menerapkan pengaruh terhadap orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kepercayaan diri
Percaya terhadap kemampuan diri sendiri.
Kejujuran dan Integritas
Terpercaya , terbuka, dan dapat diandalkan.
Kemampuan Kognitif
Cerdas, kemampuan untuk memadukan menginterpretasikan sejumlah besar informasi.
Pengetahuan dalam bidang usaha
Pengetahuan tentang industry, aspekaspek teknis yang relevan.
Kreativitas
Orisonalitas
Sumber : Marwansyah & Mukaram, Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan hal tersebut diatas, bahwa pemimpin haruslah memenuhi kriteriakriteria seperti yang dijelaskan dalam tabel 2.1, apabila seorang pemimpin telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut maka seorang pemimpin dapat menjalankan segala aktivitas dengan baik dan benar yang ada dalam suatu perusahaan dalam usaha pencapaian tujuannya.
2.2.2.2 Pendekatan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatur diri sendiri dan orang lain secara efektif. Kecerdasan emosional terdiri dari 4 (empat) kemampuan mendasar menurut Daniel Goleman (2003:14). Setiap kemampuan tersusun dari perangkat-perangkat kemampuan yang spesifik, yaitu : 1. Kesadaran Diri (Self-Awareness)
Kesadaran diri emosional Yaitu kemampuan untuk membaca dan memahami emosi dan mengenal pengaruhnya pada kinerja, hubungan dan sebagainya.
Penilaian diri secara akurat Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian realistis mengenai kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Kepercayaan diri Yaitu perasaan yang kuat dan sensitive mengenai harga diri.
2.
Manajemen Diri (Self-Manajemen)
Pengendalian diri Yaitu kemampuan untuk menjaga emosi dan kata hati yang mengganggu.
Kepantasan untuk dipercaya Yaitu suatu penunjukan dari integritas dan kejujuran yang terus-menerus.
Kesungguhan Yaitu kemampuan untuk mengatur diri sendiri dan tanggung jawab yang dimiliki.
Orientasi kesuksesan Yaitu dorongan untuk mewujudkan standar kesempurnaan pribadi.
Kemampuan beradaptasi Yaitu kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang terus berubah dan kemampuan mengatasi masalah.
3.
Kesadaran Sosial (Social-Awareness)
Empati Yaitu kemampuan merasakan emosi orang lain, memahami cara pandang mereka, dan tertarik secara aktif terhadap keprihatinan mereka.
Kesadaran berorganisasi Yaitu kemampuan untuk membaca arus dari kehidupan berorganisasi, membangun jaringan keputusan, dan menavigasikan politik
Orientasi jasa Yaitu kemampuan untuk mengenali dan memenuhi kebutuhan orang lain.
4.
Kemampuan Sosial (Social-Skill)
Kepemimpinan bervisi Yaitu kemampuan untuk mengambil tanggung jawab dan memberikan inspirasi dengan visi sebagai pendorong.
Pengaruh Yaitu kemampuan untuk mempergunakan berbagai taktik persuasive.
Komunikasi Yaitu kemampuan untuk mendengarkan dan mengirimkan pesan dengan baik, jelas, dan meyakinkan.
Membangun ikatan Yaitu keahlian mempererat dan menjaga jaringan hubungan.
Kerja tim dan kolaborasi Yaitu kemampuan mempromosikan kerja sama dan membangun tim.
2.3
Pengertian Gaya Kepemimpinan Dibawah ini adalah definisi dari gaya kepemimpinan menurut para ahli yang dikutip dari Sofyandi (2005:39) sebagai berikut : Menurut Flippo, yaitu : “A leadership style be defined as a pattern of behavior design to integrate organizational and personnel intends in pursuit of some objective.” Terjemahannya : “Gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan-tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” Menurut Stoner disandur oleh Alexander Sindoro, yaitu : “Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang di sukai oleh pemimpin dalam proses mempengaruhi pekerjaan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku para pemimpin dalam mengarahkan para bawahannya untuk mengikuti kehendaknya dalam mencapai suatu tujuan. Terdapat enam gaya kepemimpinan yang dikutip dari buku kepemimpinan yang mendatangkan hasil yang ditulis oleh Daniel Goleman (2003:20) adalah sebagai berikut : 1.
Kepemimpinanan Koersif (Coersive Style) Yaitu pemimpin yang menuntut perintahnya dipenuhi sesegera mungkin. Kebijakan ekstrim dibuat oleh pimpinan tanpa adanya fleksibilitas kepada bawahan. Gaya kepemimpinan koersif akan mendatangkan hasil yang maksimal ketika organisasi dalam situasi krisis dan menuntut perbaikan secepatnya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan koersif, yaitu : a. Kebijakan selalu ditentukan oleh pemimpin. b. Tidak ada inisiatif atau ide-ide kreatif dari bawahan.
c. Pemimpin menetapkan control yang ketan dan standar yamg tinggi.
2.
Kepemimpinan Otoritatif (Authoritative Style) Yaitu pemimpin yang menggerakan orang menuju suatu visi, pemimpin yang menggunakan gaya otoritatif akan memberikan motivasi kepada bawahannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan otoritatif akan mendatangkan hasil yang maksimal ketika sebuah organisasi tidak memiliki tujuan yang jelas atau target yang pasti baik untuk jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Adapun cirri-ciri gaya kepemimpinan otoritatif, yaitu : a.
Pemimpin hanya memberikan tujuan akhir yang harus dicapai.
b.
Memberikan kebebasan terhadap bawahan untuk berinisiatif dan memberikan ide-ide baru.
3.
c.
Memiliki visi yang jelas dan keberanian untuk bertindak.
d.
Memiliki kharisma dan percaya diri yang tinggi.
e.
Pandai member motivasi kepada bawahan
Kepemimpinan Afiliatif(Affiliative Syle) Yaitu pemimpin yang menilai individu dan emosi bawahan sebagai hal yang lebih penting dari pada tugas dan tujuan. Pemimpin afiliatif berusaha menciptakan keharmonisan diantara pemimpin dan bawahan dan mengatur organisasi dengan membangun ikatan emosional yang kuat sehingga mendapatkan kesetiaan yang sangat tinggi dari bawahan. Gaya kepemimpinan afiliatif akan mendatangkan hasil yang maksimal pada perusahaan yang baru berdiri dimana pemimpin sedang berusaha untuk membangun kerja sama tim. Adapun cirri-ciri gaya kepemimpinan afiliatif, yaitu: a.
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
b.
Fleksibel dan meningkatkan inovasi.
4.
c.
Jarang memberikan arahan kepada bawahan.
d.
Memungkinkan kinerja buruk tidak terkoreksi.
e.
Cenderung memberikan toleransi yang berlebihan.
Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership) Yaitu pemimpin yang membangun rasa hormat dan tanggung jawab dengan mendengarkan pendapat orang lain. Pemimpin demokratis menetapkan kebijakan melalui konsensus dengan mengikutsertakan partisipasi bawahan. Adapun cirri-ciri gaya kepemimpinan demokratis, yaitu : a.
Menghargai pendapat bawahan.
b.
Tujuan yang dicapai realistis dan berdasarkan kesepakatan bersama.
c.
Memungkinkan terjadinya pertemuan-pertemuan secara terus menerus.
d.
Fleksibel dan memberikan kebebasan kepada bawahan berinisiatif dan memberikan ide baru.
5.
Kepemimpinan Pacesetting (Pacesetting Leadership) Yaitu
pemimpin
yang
ambisius
yang
menuntut
keberhasilan
dan
kesempurnaan dari tugas yang diberikan kepada bawahannya. Pemimpin dengan gaya ini memiliki tujuan yang jelas dan memberikan arahan yang jelas mengenai hal-hal yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Adapun cirriciri gaya kepemimpinan pacesetting, yaitu : a.
Pemimpin menetapkan standar kinerja yang sangat tinggi.
b.
Tidak ada inisiatif dari bawahan.
c.
Memberikan arahan secara terperinci dan tidak fleksibel.
d.
Tegas terhadap bawahan yang memiliki kinerja yang tidak baik.
6.
Kepemimpinan Coaching (Coaching Leadership) Yaitu pemimpin yang bertindak sebagai seorang penasehat bagi bawahan. Pemimpin coaching membantu bawahannya untuk menemukan kekuatan dan kelemahan mereka dan membantu bawahan untuk membuat konsep dari aspirasi pribadi dan karir bawahan. Pemimimpin yang akan memberikan hasil terbaik tidak tergantung pada satu
gaya kepemimpinan. Para pimpinan hamper menggunakan sema gaya dalam takaran yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi. Sedangkan tiga gaya dasar para pemimpin menurut Harris yang dikutip oleh Hasibuan (2004;215), adalah sebagai berikut : 1. Pemimpin Oktokratis Dipandang sebagai orang yang mengomando dan mengharapkan kepatuhan yang bersifat positif, serta memimpin dengan kemampuan menahan atau memberikan ganjaran dan hukuman. 2. Pemimpin Demokratis atau Partisipatif Kepemimpinan demokratis adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Juga berkonsultasi dengan bawahan tentang tindakan dan keputusan yang diusulkan serta mendorong adanya keikutsertaan bawahan. 3. Pemimpin yang Bebas Kendali Pemimpin seperti ini sangat bergantung pada bawahan untuk menetapkan sendiri tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu, dan mereka memandang perannya sebagai orang yang melancarkan pelaksanaan pekerjaan bawahan dengan memberikan informasi yang dibutuhkan dan hanya bertindak sebagai penghubung dengan lingkungan luar.
2.3.1
Studi Gaya Kepemimpinan Dibawah ini adalah beberapa studi mengenai gaya kepemimpinan yang
dikutip dari Robbins (2000;5) dalam bukunya Perilaku Organisasi, adalah sebagai berikut : 1. Sistem Manajemen Likert Resint Likert mengadakan studi pola dan gaya pemimpin mendukung manajemen partisipatif. Likert memandang manajer yang efektif sangat berorientasi pada bawahannya yang bergantung pda komunikasi untuk tetap menjaga agar semua orang bekerja sebagai suatu unit. Likert berasumsi adanya 4 (empat) sistem manajemen, yaitu:
a. Eksploitatif – autoritatif Manajer-manajer ini sangat otokratis, kurang percaya pada bawahan, komunikasi satu arah kebawah, memotivasi orang-orang melalui rasa takut dan jarang member ganjaran,
membatasi
pengambilan
keputusan
pada
tingkat
teras,
dan
memperlihatkan karakteristik yang sama. b. Benevolen – autoritatif (autoritatif baik hati) Manajemen seperti ini sedikit yakin dan percaya kepada bawahan, memotivasi dengan ganjaran dengan rasa takut dan hukuman tertentu, memperkenalkan sedikit komunikasi ke atas, sedikit mendorong timbulnya ide dan pendapat dari bawahan, dan memperkenalkan pendelegasian pengambilan keputusan dalam hal-hal tertentu tetapi dengan pengendalian kebijaksanaan yang tepat. c. Konsultatif Manjer-manajer seperti ini memiliki rasa yakin dan percaya secukupnya kepada bawahan, biasanya menggunakan ide-ide dan pendapat para bawahan secara konstruktif. d. Partisipatif
Manajer-manajer seperti ini memiliki rasa yakin dan percaya pada para bawahan dalam segala hal, berusaha mendapat ide-ide dan pendapat dari bawahan dan menggunakan nya secara konstruktif, memberikan ganjaran ekonomi dasar keikutsertaan dan keterlibatan kelompok dalam bidang-bidang seperti penyusunan tujuan, penilaian kemajuan pencapaian tujuan, berkomunikasi dua arah dengan rekan sekerja, mendorong adanya pengambilan keputusan pada semua tingkat organisasi dan melaksanakan tugas bersama rekan sejawat dan bawahannya sebagai kelompok.
2. Studi Universitas Ohio Teori perilku yang paling menyeluruh dan ditiru dihasilkan dari riset yang dimulai pada Universitas Negeri Ohio pada dasawarsa 1940-an. Para peneliti berusaha
mengidentifikasi
dimensi-dimensi
independen
dari
para
perilaku
pemimpin. Diawali dari 1000 dimensi, akhirnya mereka menyempitkan fakta menjadi dua kategori yang secara hakiki menjelaskan kebanyakan perilaku kepemimpinan yang diharapkan oleh bwahan. Mereka menyebut kedua dimensi sebagai struktur awal (initiating) dan pertimbangan (consideration). Srtuktur
awal
mengacu
pada
seberapa
jauh
seorang
pemimpin
berkemungkinan menetapkan dan menstruktur perannya dan peran bawahan dalam mengusahakan tercapainya tujuan. Struktur ini mencakup perilaku yang berupaya mengorganisasi kerja, hubungan kerja, dan tujuan. Pemimpin yang dicirikan sebagai tinggi dalam stutur awal nya dapat dicontohkan dalam istilah seperti, menugasi angota-angota kelompok dengan tugas-tugas tertentu. Pertimbangan diartikan seberapa jauh seorang berkemungkinan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan oleh saling percaya, menghargai gagasan bawahan, dan memperhatikan perasaan mereka.
2.3.2 Indikator Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan yang mempengaruhi motivasi karyawan adalah gaya kepemimpinan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan karyawannya. Hal tersebut dapat diukur melalui : 1. Tingkat komunikasi antara atasan dan bawahan
2.
a.
Komunikasi langsung
b.
Komunukasi tidak langsung
Tingkat kepercayaan atasan dalam mendelegasikan wewenang dan tugas kepada bawahan.
3.
Kesediaan atasan untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan contoh kepada bawahan.
4.
Tingkat kreativitas pimpinan dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik.
2.4
Motivasi Kerja
2.4.1
Pengertian Motivasi dan Tujuan Motivasi; Menurut pendapat Edwin B Filipo yang dikutip oleh Hasibuan (2003;143): “Motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus dapat tercapai”.
Menurut GR Terry yang dikutip oleh Hasibuan (2003;145) : “Keinginan
yang
terdapat
pada
diri
seseorang
individu
yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan”. Pada dasarnya motivasi kerja adalah suatu keadaan yang timbul dari pikiran dan emosi yang mempengaruhi seseorang untuk bekerja lebih giat sehingga pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Apabila pemimpin mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan, maka perusahaan akan mendapat banyak keuntungan. Dengan motivasi dan kegiatan kerja yang tinggi maka pekerjaan akan lebih cepat selesai, ketidak hadiran dan
keterlambatan kerja akan dapt diperkecil, kerusakan akan dapat dikurangi, kemungkinan kepindahan karyawan dapat diperkecil, dan sebagainya. Sedangkan yang menjadi tujuan motivasi itu sendiri adalah sebagai berikut: 1.
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2.
Meningkatkan produktifitas karyawan.
3.
Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5.
Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6.
Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang lebih baik.
7.
Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
8.
Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
2.4.2
Metode Motivasi Ada dua jenis metode motivasi yaitu:
1.
Metode Langsung Metode langsung adalah motivasi (material dan non material) yang diberikan langsung kepada para individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujiaan, penghargaan, tunjangan, dan sebagainya.
2.
Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja/kelancaran tugas sehingga para karyawan betah dan bersemangat melakukanpekerjaannya. Metode tidak langsung tidak begitu besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan sehingga produktif.
2.4.3
Alat-alat Motivasi Alat motivasi yang diberikan kepada para karyawan dapat berupa material intensitive dan nonmaterial intensitive. Material intensitive adalah motivasi yang bersifat material sebagai imbalan prestasi yang diberikan kepada karyawan, seperti uang dan barang-barang. Nonmaterial intensitive adalah motivasi yang tidak berbentuk materi. Termasuk didalamnya adalah penempatan yang tepat, pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar dan sejenisnya.
2.4.4
Teori Motivasi dan Proses Motivasi
2.4.4.1 Teori Motivasi Teori-teori motivasi diklasifikasikan atas : 1.
Teori Kepuasan (Content Theory) Teori ini mengemukakan bahwa kepuasan fisik dn rohani merupakan gaya penggerak memotivasi semangat kerja seseorang. Semakin ada kesempatan untuk memperoleh kepuasan (material dan nonmaterial) dari hasil kerjanya, semakin bergairah seseorang itu dalam bekerja dengan mengerahkan semua kemampuan yang dimilikinya.
2.
Teori Motivasi Proses (Process Theory) Teori ini pada dasarnya berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan menghentikan perilaku individuagar setiap individu bekerja sesuai dengan keinginan manajer. Teori ini merupakan proses sebab dan akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya.
3.
Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory) Teori ini didasarkan atas sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Prinsip pegukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dari tanggapan, apabila diikuti oleh suatu stimulus yang bersyarat.
2.4.4.2 Proses Motivasi
1.
Tujuan Dalam proses memotivasi dapat diterapkan terlebih dahulu tujan organisasi. Baru kemudian para karyawan dimotivasi kearah tujuan itu.
2.
Mengetahui Kepentingan Hal yang paling penting dalam memproses motivsi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan atau perusahaan.
3.
Komuniksi Efektif Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya agar intensif tersebut diperolehnya.
4.
Integrasi Tujuan Tujuan
organisasi
adalah
memperoleh
laba
dan
memperluas
perusahaan,sedangkan tujuan karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi. 5.
Fasilitas Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6.
Team work (Kerjasma Kelompok) Manajer harus membentuk team work yang terkoordinasi dengan baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work ini penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat berbagai bagian.
Gambar 2.1 Proses Motivasi
KARYAWAN
Sumber : Hasibuan (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia
2.4.5
Cara Meningkatkan Motivsi Kerja Setiap perusahaan akan berupaya untuk dapat meningkatkan semangat kerja
sesuai dengan batas-batas kemampuan perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan motivasi dan kegairahan kerja karyawan dalam suatu perusahaandapat dilakukan dengan sesuatu yang bersifat material maupun nonmaterial. Cara-cara tersebut menurut Nitisemito(1996;98) antara lain :
1.
Gaji yang cukup Gaji yang cukup maksud nya adalah jumlah gaji yang mampu dibayarkan tanpa menimbulkan kerugian pada perusahaan dan sesuai dengan jasa yang diberikan karyawan sehingga mampu memberikan semangat kerja karyawan.
2.
Kebutuhan rohani Untuk memenuhi kebutuhan rohani, perusahaan bukan hanya menyediakan tempat ibadah, tetapi juga harus dapat memenuhi kebutuhan karyawan untuk dihargai, kebutuhan keikutsertaan, kebutuhan ketentraman jiwa dan sebagainya.
3.
Harga diri karyawan Banyak cara pemimpin menunjukan sikap menghargai karyawannya. Misalnya jika karyawannya melakukan kesalahan, pemimpin tidak memarahi didepan umum. Sebaliknya, apabila karyawan berprestasi maka berilah dia penghargaan atau pujian.
4.
Posisi yang tepat Ketidak tepatan menentukan posisi karyawan akan menyebabkan pekerjaan akan menjadi kurang lancer dan tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Disamping itu semangat kerja karyawan akan menurun.
5.
Kesempatan untuk maju Motivsi dan kegairahan kerja karyawan akan timbul jika mereka mempunyai harapan untuk maju. Oleh karena itu perusahaan harus memberi kesempatan bagi karyawannya untuk maju.
6.
Loyalitas karyawan Kesetiaan atau loyalitas karyawan terhadap perusahaan akan menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dapat menciptakan semangat dan kegairahan kerja. Untuk menciptakan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, pemimpin harus mengusahakan agar karyawan merasa senasib dengan perusahaan.
2.4.6 Indikator Motivasi Kerja Motivator kerja karyawan akan meningkat apabila kebutuhan mereka dapat dipenuhi oleh perusahaan. Hal ini bisa dicapai apabila perusahaan/pimpinan perusahaan memahami apa yang menjadi kebutuhan karyawan/bawahannya. Untuk mengetahui hal tersebut, ada beberapa indikator yang dapat dijadikan tolak ukur bagi perusahaan. Sesuai dengan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow, indikator tersebut antara lain tercapainya kebutuhan : 1.
Fisik, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, seperti makan, minum, rumah, dan lain-lain.
2.
Rasa aman, yaitu kebutuhan agar bebas dari ancaman dan kecelakaan dalam bekerja.
3.
Sosial, yaitu kebutuhan dicintai, dihargai di tempat bekerja dan lingkungan masyarakat.
4.
Penghargaan diri, yaitu kebutuhan untuk diakui oleh perusahaan dan masyarakat sekitarnya.
5.
Aktualisasi diri, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan optimal untuk menghasilkan prestasi kerja yang memuaskan.
2.5
Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja Karyawan Kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi
orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Seorang pemimpin memegang peranan penting dalam organisasi, yaitu berperan sebagai perencana, pembuat keputusan, pengawas dan lain sebagainya sesuai dengan organisasi yang di pimpinnya.
Kepemimpinan yang efektif sangat diperlukan untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahannya sehingga bawahan bekerja dengan penuh semangat, mau bekerja sama dan disiplin. Apabila motivasi kerja sudah timbul dalam diri karyawan, maka pekerjaan akan lebih cepat dan lebih baik hasilnya. Untuk menimbulkan dan meningkatkan motivasi kerja para karyawan banyak cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan.caracara tersebut bisa berupa materil maupun non materil. Misalnya gaji yang cukup, pemenuhan kebutuhan rohani, posisi yang tepat dan sebagainya. Jadi pada intinya kepemimpinan yang efektif akan menimbulkan motivasi kerja karyawan. Kepemimpinan yang efektif adalah seorang pemimpin yang bisa memenuhi kebutuhan materil dan non materil karyawan dan seorang pemimpin yang menerapkan gayanya sesuai dengan keadaan. Seperti yang dikatakan oleh Hasibuan (2001;152) bahwa hal yang memotivasi kerja seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan baik materil maupun non materil yang diperolehnya sebagai imbalan balas jasa dari jasa yang di berikannya kepada perusahaan. Apabila materil dan non materil yang diterimanya semakin memuaskan, motivasi kerja seseorang akan semakin meningkat. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi kerja, maka hal ini tidak akan lepas dari tipe atau gaya kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan tersebut tidak lain adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin, pada saat pemimpin itu mencoba untuk mempengaruhi orang lain (bawahan). Merujuk pada gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh Blake dan Mouton bahwa dapat disimpulkan gaya kepemimpinan tipe (9,9) akan mampu meningkatkan motivasi kerja. Timbulnya motivasi kerja merupakan syarat utama untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Tumbuhnya motivasi kerja yang tinggi sangat tergantung pula oleh pemimpin, apakah pemimpin tersebut memiliki persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.
Heidjrachman dan Husnan (2000;218) mengutip pendapat Kahn, pemimpin yang baik adalah : 1.
Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2.
Menyusun jalur pencapaian tujuan. Untuk melakukan hal ini pemimpin perlu memberikan pedoman untuk mencapai tujuan perusahaan bersamaan dengan pemuasan kebutuhan para karyawan.
3.
Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4.
Mengubah tujuan karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris. Selain hal tadi, ada aspek yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu
kualitas para pemimpin. Bicara mengenai kualitas maka berhubungn dengan kemampuan. Berikut kualitas pimpinan yang baik yang dikemukakan oleh Heidjrachman dan Husnan (2000;222) : 1.
Keinginan untuk menerima tanggung jawab Bila seorang pemimpin menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan, berarti ia bersedi untuk bertanggung jawab kepada pimpinannya terhadap apa yang dilakukan bawahannya. Ia harus mampu mengatasi bawahannya.
2.
Kemampuan untuk bisa perceptive Perception (persepsi) menunjukan kemampuan untuk mengamati suatu lingkungan. Para pemimpin harus mengenal tujuan perusahaan sehingga bisa bekerja untuk mencapai tujuan tersebut dan dituntut kemampuan untuk memahami bawahan sehingga dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan bawahan.
3.
Kemampuan untuk bersikap objektif Kemampuan untuk melihat suatu peristiwa atau masalah secara nasioal dan membantu pimpinan untuk meminimumkan faktor-faktor emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
4.
Kemampuan untuk menentukan prioritas
Pemimpin yang pandai adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memilih/menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Hal ini sangat diperlukan karena sering muncul masalah-masalah yang harus diselesaikan bukanlah dating satu persatu melainkan bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya. 5.
Kemampuan untuk berkomunikasi Kemampuan untuk dapat memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan bagi seorang pemimpin, seorang pemimpin adalah seorang yang bekerja dengan bantuan orang lain. Karena itu pemberian perintah, penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.
Aspek lain yang penting dikuasai pemimpin adalah aspek kepribadian. Wahjosumidjo (1987;147) mengutip pendapat Donnel, bahwa ada 4 (empat) macam yang dikaitkan dengan kepribadian, yaitu : 1.
Kemauan untuk memimpin Salah satu syarat keberhasilan pemimpin dalam menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan adalah kemauan untuk memimpin. Walaupun disamping faktor kemauan ada faktor lain yang perlu member dukungan, yaitu kemampuan. Kemampuan dibina melalui kemauan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan kemauan diciptakan melalui motivasi.
2.
Kecakapan berkomunikasi Diartikan sebagai salah satu tehnik kepemimpinan dalam bentuk tertulis maupun secara komunikasi lisan. Secara tertulis misalnnya dalam bentuk suatu laporan, kertas kerja. Komunikasi lisan misalnya berupa rapat-rapat, diskusi, komunikasi secara perorangan dengan bawahan atau atasan serta dengan pihak-pihak lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
3.
Harga diri dan kejujuran Merupakan pencerminan dari suatu sistem nilai yang hidup dan dianut dalam kehidupan masyarakat tertentu. Perilaku, perbuatan dan tegur sapa selalu harus
dapat diteladani. Oleh karena itu harga diri dan kejujuran mutlak perlu dimiliki oleh pemimpin. 4.
Pengalaman pemimpin Pengalaman memimpin masa lalu merupakan hal penting karena akan bermanfaat dalam mengantisipasi kepemimpinannya untuk masa yang akan datang. Pengalaman-pengalaman yang positif tentunya akan lebih banyak memberikan motivasi kearah suasana kerja yang segar dan dinamis, serta dalampenentuan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian serta penjelasan diatas, dapat dirumuskan beberapa indikatot kepemimpinan yang dikaitkan dengan semangat kerja karyawan, yaitu : 1.
Tingkat komunikasi antara pimpinan dengan bawahannya.
2.
Tingkat kepercayaan tasan dalam mendelegsikan wewenang dan tugas kepada bawahan.
3.
Kesediaan pihak atasan memberikan bimbingan, pengarahan serta contoh kepada bawahannya.
4.
Tingkat kreativitas pimpinan menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik.