BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1
Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada
penerima, dalam komunikasi yang efektif maka setidaknya harus diketahui bentuk-bentuk
komunikasi.
Bentuk-bentuk
komunikasi
tersebut
adalah
komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
Adapun pengertian komunikasi massa yang paling sederhana, yakni komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa, seperti surat kabar, televisi, radio dan film. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti pengajian majelis ta‟lim di lapangan luas, jika tidak menggunakan media massa maka bukan komunikasi massa. Media massa telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi bagi dibaurkan dengan informasi dan hiburan. Maka dari itu, sumber komunikasi massa bukanlah satu orang, melainkan suatu organisasi formal.
11
12
Selain itu, banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah Gerbner dalam Elvinaro Ardianto (2007), adalah “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of messages in industrial societies”. Artinya, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berlanjut serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri1.
2.1.2
Karakteristik Komunikasi Massa
Sebelumnya telah dibahas mengenai definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaannya terdapat dalam
komponen-komponen
yang
terlibat
di
dalamnya,
dan
proses
berlangsungnya komunikasi tersebut.
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut :
1.
Komunikator terlembagakan
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Seperti definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi
1
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa, Edisi Revisi, Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2007, hal. 3
12
13
yang kompleks. Jadi berapapun banyaknya orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa itu, berapa macam peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang diperlukan, sifatnya relatif. Namun yang pasti, komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersona yang begitu sederhana.
2.
Pesan bersifat umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun, tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting dan menarik bagi sebagian besar komunikan.
3.
Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi
antarpersona,
komunikator
akan
mengenal
komunikannya,
mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain itu, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang
13
14
berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
4.
Media massa menimbulkan keserempakkan
Kelebihan
komunikasi
massa
dibandingkan
dengan
komunikasi
lainnya,adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Menurut Effendy Mengartikan keserempakan media massa sebagai keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnyaberada dalam keadaan terpisah.
5.
Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan
Menurut Mulyana salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. dimensi isi ditunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. Sementara itu rakhmat menyebutkan sebagai proposi unsur isi dan unsure hiubungan. Dalam komunikasi antar personal yang diutamakan adalah unsur hubungan. Semakin saling mengenal antar pelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif.2
2
Ibid. hal 7
14
15
2.1.3
Fungsi Komunikasi Massa
Proses komunikasi massa selalu terkait dengan teknologi, dalam hal ini adalah teknologi komunikasi khususnya film. Secara langsung perkembangan media massa yang berhubungan dengan perangkat-perangkat teknologi tinggi akan membudaya dan terisolasi dalam kehidupan masyarakat. Peran media massa sebagai suatu institusi penting di dalam masyarakat semakin meningkat. Secara sosiologis menurut Charles R Wright, media dapat menjalankan dua fungsi yang controversial. Satu sisi media berpotensi membesarkan orang atau kelompok (status comveral), disisi lain media juga dapat merusak reputasi, harga dan martabat seseorang. Bahkan dapat membunuh karakter seseorang (Assisination Character).
Dari berbagai macam fungsi komunikasi massa yang ada, maka dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yaitu :
1. Menyampaikan informasi
Kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta, pesan, opini, dan komentar sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi di luar dirinya, apakah itu dalam lingkungan daerah, nasional, atau internasional.
15
16
2. Mendidik
Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik dan mengesankan.
3. Mempengaruhi
Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk atau editorial, features, iklan, berita atau tayangan lainnya yang dapat mempengaruhi khalayak televisi3.
4. Menghibur
Fungsi hiburan menunjuk pada upaya-upaya komunikatif yang bertujuan memberikan hiburan pada khalayak luas untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan melihat tayangan suatu hiburan dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.
Media komunikasi massa adalah media massa yang mempunyai ciri khas yakni berkemampuan memikat perhatian khalayak secara serempak dan serentak, yaitu pers, radio, televisi dan film. Dalam menyusun strategi komunikasi, sifat dari media yang akan digunakan harus benar-benar mendapat perhatian, karena berat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa.
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2005 hal 31
16
17
Pers memiliki ciri khas dibandingkan dengan media massa yang lainnya yang penting bukan hanya sifatnya yang merupakan media cetak tetapi khalayak yang diterpanya bersifat aktif. Kelebihan pers dari media komunikasi lainnya adalah bahwa media cetak itu dapat didokumentasikan, dikaji ulang, serta dihimpun untuk kepentingan pengetahuan dan dijadikan bukti otentik yang bernilai tinggi4.
2.2
Film sebagai Media Massa
2.2.1
Pengertian Film
Film pertama kali lahir di paruh kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar, bahkan oleh percikan abu rokok sekalipun. Sesuai perjalanan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.5 Salah satu media massa yang diserap secara mendalam adalah film. Film merupakan bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Film adalah karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna.6
4
Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2003 hal 313 5 Heru effendi, Mari Membuat Film. Jakarta: Panduan. 2001 hal 20 6 Elvinaro Ardianto dan Luki Komala Erdinaya. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005 hal 134
17
18
Film sebagai media komunikasi massa pandang dengar yang sangat efektif dalam
memperkokoh
persatuan
dan
kesatuan,
mencerdaskan
bangsa,
memantapkan ketahanan nasional, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sedangkan sebagai karya cipta seni budaya, film sebagai sarana dalam memantapkan dan mengembangkan budaya bangsa.
Sebuah film dibangun diatas sebuah urutan adegan yang saling berhubungan. Melalui Flashbacks, pemotongan gambar, dialog, Voiceovers, dan berbagai teknik film lainnya. Kita bisa mendapatkan konteks dari sebuah subjek, katakanlah seorang guru dan beberapa aspek dari lingkungan sekelilingnya didalam sebuah film sepanjang 120 menit. Eksplorasi seperti itu kalau berlebihan akan membosankan. Cerita harus bergerak maju dengan cepat seperti kehidupan. Pengertian film lainnya adalah bentuk seni yang terkompresi semacam puisi visual. Seperti puisi, sebuah film didasarkan pada artitektur irama (nada), pengarahan perhatian, dan simbolisme, dan tidak terlalu banyak ekspresi literal dan bebas, karena film meniru drama puisi, film juga unik secara ekspresi sering kali mencerahkan dan lebih sering menghibur. Namun harus mematuhi hukuman tertentu. Film hanya bisa memberikan kita jumlah informasi terbatas mengenai masyarakat. Budaya dan kehidupan didalam diri manusia7. Isi dari film dapat diserap khalayak secara utuh yang berupa tema, dialog dan efek suara, karakter, akting, musik, penyutradaan, setting, dan judul8.
7 8
LeGault, Michel. Think!, Jaksel: PT Transmedia. 2006 hal 46 Asrul Sani, Cara Menilai Sebuah Film. Jakarta: Yayasan Citra. 1986 hal 339
18
19
2.2.2
Karakteristik Film
Faktor-faktor film yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah sebagai berikut9:
a.
Layar yang luas atau lebar
Film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah memberikan keleluasan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam film. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, layar film saat ini menjadi tiga dimensi (3D) sehingga khalayak seolah-olah melihat kejadian nyata dan tidak berjarak.
b.
Pengambilan gambar
Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar atau shot dalam film dengan menggunakan extreme long shot atau panaromic shot, yakni pengambilan gambar menyeluruh. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan artistik dan suasana yang sesungguhnya sehingga film menjadi menarik.
c.
Konsentrasi Penuh
Saat menonton film di bioskop, kita akan terbebas dari gangguan apapun karena semua mata khalayak hanya tertuju pada layar. Dalam keadaan demikian
9
Elvinaro Ardianto, dan Lukiati Komala, Suatu Pengantar Komunikasi Massa. Edisi Revisi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007 hal 145
19
20
maka emosi khalayak akan terbawa suasana sehingga khalayak dapat berkonsentrasi penuh untuk menyaksikan setiap adegan yang ditampilkan dalam film tersebut.
d.
Identifikasi psikologis
Pengaruh film terhadap jiwa khalayak (penonton) tidak hanya pada saat menonton, tetapi terus sampai waktu yang cukup lama, misalnya peniruan semangat pantang menyerah yang ditunjukkan oleh tokoh Merry yang mencari kakaknya (Mauro) yang terpisah di Timor Leste, hal demikian dapat membuat anak-anak dan khususnya remaja dapat mengambil nilai-nilai semangat pantang menyerah dalam menjalani realita kehidupan. Selain itu, jiwa kebersamaan di dalam perbedaan dapat juga menjadi teladan atau simbol bagi anak-anak dan remaja zaman sekarang, yang sudah tidak peduli lagi dengan sesamanya. Dan dapat diingatkan kembali, agar para generasi muda dapat menjaga persatuan dan kesatuan yang telah ditunjukkan dalam film ini.
2.2.3
Jenis-jenis Film
Di layar bioskop tanah air, semakin bervariasi jenis-jenis film yang hadir seiring perkembangan zaman, namun secara umum film bisa dibedakan menjadi beberapa jenis10 :
10
Heru Effendy, Mari Membuat Film, Yogyakarta; Panduan, 2005, hal. 13
20
21
a.
Film Dokumenter (Documentary Film)
Film dokumenter merupakan film fiksi. Dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.
b.
Film Cerita Pendek (Short Film)
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit. Di banyak Negara seperti Jerman, Australia, Kanada dan Amerika Serikat, film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
c.
Film Cerita Panjang (Feature – Length Film).
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini. Film Hafalan Shalat Delisa pun merupakan film cerita panjang.
21
22
2.3
Nilai-nilai Islam Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi
seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”. Nilai adalah standart tingkah laku, keindahan, keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual), tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya. Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nilai-nilai Islam atau nilai keislman merupakan bagian dari nilai material yang terwujud dalam kenyataan pengalaman rohani dan jasmani. Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (insan kamil). Nilai-nilai Islam bersifat mutlak kebenarannya, universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio, perasaan, keinginan, nafsu-nafsu manusiawi dan mampu melampaui subyektifitas golongan, ras, bangsa, dan stratifikasi sosial.11 Pengertian ini menuntut pemeluknya untuk berserah diri, tunduk, patuh dan taat kepada ajaran, tuntunan, petunjuk dan peraturan hukum allah SWT.12 Islam adalah agama
11
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-dan-konsep-nilai-dalam-islam.html. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober 2013 12 Wahyuddin Achmad, M. Ilyas, M. Saifulloh, Z. Muhibbin. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. 2004 hal 15-16
22
23
universal yang tidak membeda-bedakan ras maupun warna kulit sehingga, karena itu, ia merupakan milik semua umat.13
2.3.1
Shalat
Menurut terminologi bahasa arab shalat berarti “do‟a”. shalat adalah do‟a yang mendekatkan diri kepada allah untuk beristighfar – memohonkan ampunan – atau menyatakan kesyukuran atas nikmat allah atau untuk memohonkan kepada Nya perlindungan dari bahaya atau untuk beribadah (berbuat amal karena mematuhi seruan Nya dan bimbingan Rasulullah).
Shalat diwajibkan allah atas hamba Nya, guna mengingatkan mereka untuk mengerjakan perintah-perintah Nya; untuk mereka pakai sebagai pegangan dalam menanggulangi macam-macam kesulitan dan bala yang mereka temui dalam kehidupan di dunia ini.14
2.3.2
Puasa
Puasa, menurut islam, pertama-tama merupakan (latihan) disiplin spiritual dan karena itu, sebagai konsekuensinya, ia meningkatkan disiplin moral. Puasa merupakan dasar latihan dan pendidikan di mana manusia diberi pelajaran moral yang paling tinggi dalam hidupnya – yang dengan pelajaran itu dia harus siap menderita kemelaratan yang paling besar dan menghadapi cobaan-cobaan yang paling sulit. Aspek lain dalam pengembangan moral manusia dengan sarana ini 13
Begum „A „Isyah Bawany. Mengenal Islam Selayang Pandang. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1994 hal 5 14 A.Malik Ahmad. Shalat Membina Pribadi dan Masyarakat. Padang: Pesantren Kewiraswastaan Al-Hidayah. 1987 hal 11
23
24
adalah bahwa dengan demikian dia dilatih untuk mengalahkan nafsu-nafsu jasmaniahnya.15
2.3.3
Shadaqah Sedekah (Arab, Shadaqah) berasal dari kata shadaqa yang berarti “benar”.
Maksud yang terkandung dalam pengertian ini bahwa orang yang suka bersedekah adalah “orang yang benar pengakuan imannya”. Sebaliknya orang yang tidak suka bersedekah berarti imannya palsu. Menurut istilah sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan suka rela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.16
2.3.4
Berbakti Terhadap Orang Tua
Arti berbakti kepada kedua orang tua ialah berbuat ihsan (berbuat baik) kepadanya dengan menyelesaikan atau menunaikan yang wajib atas sang anak terhadap orang tua, baik dalam segi moril maupun spirituil, yang sesuai dengan ajaran islam. Karena ada perintah dan kehendak orang tua yang tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran islam, hal ini tidak perlu ditaati).17 Bersikap hormat, lemah lembut dan merendahkan diri serta merendahkan suara dihadapan orang tua.18
15
Begum „A „Isyah Bawany. Mengenal Islam Selayang Pandang. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1994 hal 21 16 Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Filantropi dalam Masyarakat Islam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2005 hal 21 17 Umar Hasyim, Anak Shaleh. Surabaya: PT. Bina Ilmu. 1995 hal 14-15 18 Ibid. hal 26
24
25
2.3.5
Definisi Akhlak Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan"khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk” yang berarti yang diciptakan.19 Akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam ajaran islam, karena perilaku manusia merupakan obyek utama ajaran islam.20 Dalam pandangan islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari.21 Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada kedua nya (birrul walidain) dengan ucapan dan perbuatan.22 Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terimakasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, menaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.23
19
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004, Cetakan ke- 1 hal 1 20 Muharam Marzuki. Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Departemen Agama RI. Cetakan Ketiga. 2002 hal 93 21 Ibid. hal 165 22 Ibid. hal 168 23 Ibid. hal 169
25
26
Allah ta’ala menyuruh orang (anak) muslim memperhatikan semua perkataan dan perbuatanya. Ada yang mengatakan, “Barang siapa menganggap perkataannya termasuk perbuatannya, maka ia tidak akan banyak bicara.” 24 Memilih perkataan yang indah ketika bicara dengan orang lain.25 Berikut ini sejumlah etika islam secara khusus terkait dengan interaksi dengan saudara laki-laki dan saudara perempuan: 1. Menghormati kakak (abang) dan lembut kepada anak plus menyayangi, memperhatikan, dan mengasihinya. 2. Berinteraksi dengan saudara-saudara secara umum dengan lembut dan baik. 3. Selalu berakhlak baik dalam bergaul dengan saudara-saudara, tawadhu‟, ramah, lebih mengutamakan mereka, membantu mereka, mencintai mereka, kerjasama dengan mereka, dan tidak mempedulikan diri sendiri. 4. Memulai mengucapkan salam kepada saudara-saudara jika masuk ke tempat mereka, berjabat tangan dengan mereka, dan tampil ceria di depan mereka. 5. Memperhatikan perasaan saudara-saudara dengan cara tidak berbahagia di depan saudara yang sedang dirundung kesedihan, tidak makan di depan saudara yang sedang berpuasa, dan tidak berteriak-teriak di depan saudara yang sedang tidur.
24
Dr. Muhammad Khair Fathimah, Etika Anak Muslim Sehari-Hari. Jakarta: An-Nadwah. 2006 hal 98 25 Ibid. hal 99
26
27
6. Menyukai
kebaikan
untuk
saudara-saudara
dan
berusaha
untuk
mewujudkan kebaikan untuk mereka. 7. Berterima kasih kepada saudara-saudara atas kebaikan mereka stelah member balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari pemberian mereka. 8. Peduli dengan urusan saudara-saudara, mengenali kondisi mereka, memeriksa kebutuhan mereka, berusaha membantu saudara yang bisa ia bantu, baik dalam urusan kebutuhan hidup, atau studi atau uang. 9. Memberi nasihat kepada suadara-saudara, mengajak mereka kepada kebaikan dengan penuh hikmah, pelajaran yang baik, dan mengingatkan mereka agar menunaikan kewajiban-kewajiban allah dengan halus dan keras. 10. Menolong saudara-saudara jika mereka berada di pihak yang benar, cemburu untuk mereka, dan menjaga reputasi mereka. 11. Minta maaf kepada saudara-saudara atas kesalahan yang telah terjadi, menahan diri atas kesalahan mereka, menerima permohonan maaf mereka, dan tidak terus-menerus menyalahkan mereka. 12. Mendamaikan siapa saja di antara saudara-saudara yang bertikai, tidak saling membenci, dengki, dan buruk sangka. 13. Tidak menyakiti satu pun dari saudara-saudara, baik dengan tangan, atau cacian, atau perkataan, dan candaan yang tidak mendidik. 14. Menjauhi permusuhan, perdebatan, dan pertengkaran. 27
28
15. Tidak mencampuri urusan pribadi saudara-saudara atau menggunakan barang-barang pribadi mereka tanpa izin. 16. Selalu menjaga rasa malu, tata krama ketika bicara dan berpakaian, terutama ketika berhadapan dengan saudara-saudara berlainan jenis, menahan pandangan dari kekurangan dan aurat.26
2.4
Teori Semiotika
Secara Etimologis, Semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda.27 Menurut Charles Sander Pierce, mendefinisikan semiotika sebagai “a relation ship among sign, an object, and a meaning” (suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna). Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda28,
26
Ibid. hal 130-136 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011 hal 5 28 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006 hal 16 27
28
29
Semiotika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya makna dan produksi makna29. Analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks yang berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotika. 30 Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal. Setiap tanda atau sinyal yang dapat diterima oleh seluruh panca indera kita, maka tanda-tanda tersebut pada akhirnya membentuk system kode yang secara sistematis menghasilkan suatu informasi / makna pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia.
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis mengkaji tanda. Tandatanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai halhal (things)31.
29
Ibid. hal 12 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara. 2007 hal 156 31 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Rosdakarya, Bandung, 2006 hal.15 30
29
30
2.4.1 Semiotika Charles Sander Peirce
Menurut Peirce, semiotika itu dari tiga elemen utama. Teori dari Peirce disebut teori segitiga makna atau triangle meaning,32 diantaranya :
a.
Tanda
Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk hal lain di luar tanda itu sendiri.
b.
Objek (acuan tanda)
Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
c.
Interpretant (pengguna tanda)
Adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.
32
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta; Kencana, 2008, hal 265
30
31
Gambar 2.1
Teori segitiga Makna (Triangle of Meaning)
Sign
Interpretant
Object
Yang dikupas dari teori segitiga adalah bagaimakna makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi 33. Analisis ini bersifat subjektif. Periset seolah-olah ia memahami pemikiran subjek yang dirisetnya. Tentu saja periset harus menyertakan konteks sosial budaya, teori-teori, konsep-konsep dan data-data untuk menjelaskan analisis dan interpretasinya 34. Menurut Peirce, tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or capacity”35 . Artinya, tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas.
33
Ibid Ibid. hal 267 35 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya. 2006 hal 41 34
31
32
Tipologi tanda versi Charles Sander Peirce36, yaitu:
1.
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan „rupa‟ sehingga tanda itu mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.
2.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang sekuensial atau kausal.
3.
Symbol adalah jenis tanda yang bersifat arbiter dan konvensional sesuai kesepakatan sosial atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tabel 2.1 Jenis tanda dan cara kerjanya37
Jenis
Ditandai dengan
Contoh
Proses Kerja
Tanda Ikon
persamaan
atau Gambar, foto
Dilihat
kemiripan Indeks
Keterkaitan
asap----api
Diperkirakan
Simbol
Kesepakatan social
Kata-kata
Dipelajari
36
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011 hal 14 37 Ibid
32