BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Aset
Manajemen aset diterapkan oleh suatu organisasi untuk mempermudah proses pengelolaan aset tersebut agar memberikan value bagi organisasi tersebut. 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut
Stoner
(2006)
“Manajemen
adalah
proses
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” Menurut Nawawi (2003) ”Manajemen merupakan serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengawasan (controlling) dan penganggaran (budgeting)”. Sedangkan definisi manajemen menurut Griffin (2007), “Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.” Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kegiatan pengelolaan yang dimulai dari perencanaan, pengorgansasian, pelaksanaan, hingga pengawasan untuk mencapai tujuan organisasi. 2.1.2 Pengertian Aset Menurut Siregar (2004), Aset adalah barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau individu.” Ada dua jenis aset yaitu aset berwujud (tangible) dan aset tidak berwujud (intangible).
10
Menurut pendapat Djumara (2007),
Aset adalah barang, yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri
dari benda tidak bergerak dan benda bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (Intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan atau harta kekayaan dari suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005, tentang Standar Pemerintah menyatakan bahwa: Akuntansi Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa aset adalah barang atau benda yang dimiliki dan/atau dimiliki oleh suatu instansi, organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak yang memiliki nilai ekonomis. 2.1.3
Pengertian Manajemen Aset Pemerintah South Australia dalam Hariyono (2007), mendefinisikan
manajemen aset sebagai “…a process to manage demand and guide acquisition, use and disposal of assets to make the most of their service delivery potential, and manage risks and costs over their entire life”, yang artinya proses untuk mengelola permintaan dan akuisisi panduan, penggunaan dan penjualan aset untuk memanfaatkan potensi layanan, dan mengelola risiko dan biaya seumur hidup aset. Definisi lain dari manajemen aset menurut Danylo dan Lemer dalam Hariyono, (2007) adalah “…a methodology to efficiently and equitably allocate resources amongst valid and competing goals and objectives.”, yang artinya sebuah metodologi efisien dan mengalokasikan sumber daya secara adil untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sedangkan pemerintah South Australia dalam Hariyono (2007) 11
mendefinisikan manajemen aset sebagai “…a process to manage demand and guide acquisition, use and disposal of assets to make the most of their service delivery potential, and manage risks and costs over their entire life”, yang artinya proses
untuk mengelola permintaan dan akuisisi panduan, penggunaan dan penjualan aset untuk memanfaatkan potensi layanan, dan mengelola risiko dan biaya seumur hidup aset. Dari pengertian mengenai manajemen dan aset di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen aset secara umum adalah proses mulai dari
perencanaan (planning) sampai dengan penghapusan (disposal) dan perlu adanya pengawasan terhadap aset-aset tersebut. 2.1.4 Kategori Aset Menurut Hariyono (2007), kategori aset publik dalam kaidah internasional mencakup aset operasional, aset non operasional, aset infrastruktur, dan community aset. Kategori aset publik ditunjukkan pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Kategori Aset Publik Kategori Aset Aset Operasional
Aset Non Operasional
Aset Infrastruktur
Community Aset Sumber: Hariyono, 2007.
Keterangan Tanah yang termasuk special property Rumah Tinggal Dinas Perumahan Lainnya Bangunan Kantor Tempat Parkir Kendaraan Tanah yang akan dibangun Komersial property Aset berlebih (Surplus Aset) Jalan Raya Pelabuhan/ Dermaga Jembatan Saluran Air Halaman dan Taman Bangunan Bersejarah Bangunan Kesenian
12
Berdasarkan tabel 2.1, kategori aset publik dalam kaidah internasional,
sebagai adalah berikut: 1.
Aset Operasional
Aset yang dipergunakan dalam operasional pemerintah/perusahaan yang
dipakai secara berkelanjutan dan/atau dipakai pada masa yang akan datang.
a.
Dimiliki dan dikuasai/diduduki untuk digunakan/dipakai operasional
pemerintah/ perusahaan.
b.
Bukan aset khusus, artinya jika aset khusus berupa prasarana dan aset peninggalan sejarah (yang harus dikontrol oleh pemerintah), tetapi secara
fisik tidak harus ditempati untuk tujuan operasional. 2.
Aset Non Operasional Aset Non Operasional adalah aset yang tidak merupakan bagian integral dari operasional perusahaan / pemerintah dan diklasifikasikan sebagai aset berlebih yang tidak dipakai untuk penggunaan secara berkelanjutan atau mempunyai potensi untuk digunakan dimasa yang akan datang.
3.
Aset Infrastruktur Aset infrastruktur adalah aset yang melayani kepentingan publik yang tidak terkait, biaya pengeluaran dari aset infrastruktur ditentukan oleh kontinuitas penggunaan aset bersangkutan, seperti jalan raya, jembatan dan sebagainya.
4.
Community Aset Community aset adalah aset milik pemerintah yang digunakan secara terus menerus, namun umur ekonomis atau umur gunanya tidak ditetapkan dan terkait kepada pengalihan yang terbatas (tidak dapat dialihkan). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aset yang bersifat
pelayanan terhadap publik disesuaikan dengan berbagai macam aktivitasnya. Aset tersebut memiliki banyak fungsi yang diperuntukkan bagi pelayanan publik. Maka dari itu perlu adanya pengelolaan aset. Hal ini dilakukan sehingga aset yang dimiliki dapat memberikan keuntungan yang dapat dirasakan oleh publik.
13
2.1.5 Tujuan Manajemen Aset Menurut Hariyono (2007), tujuan utama manajemen aset adalah membantu
suatu entitas dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara efektif dan efisien.
Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan, dan penghapusan aset, serta mengatur risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup aset. Menurut Hariyono juga, agar efektif dalam prinsip dan teknik manajemen aset sebagai aktivitas komprehensif, perlu dikaitakan dengan beberapa faktor sebagai berikut:
1.
Kebutuhan dari para pengguna aset,
2.
Kebijakan dan peraturan perundangan,
3.
Kerangka manajemen dan perencanaan organisasi,
4.
Kelayakan teknis dan kelangsungan komersial,
5.
Pengaruh eksternal/pasar (seperti komersial, teknologi, lingkungan, dan industri), serta
6.
Persaingan permintaan dari para stakeholder dan kebutuhan merasionalisasikan operasi untuk memperbaiki pemberian pelayanan atau untuk meningkatkan keefektifan biaya. Sedangkan menurut Siregar (2004), ada tiga tujuan utama dari manajemen
adalah sebagai berikut: 1.
Efisiensi pemanfaatan dan pemilikan. Pengelolaan yang baik, akan meningkatkan pemanfaatan aset sehingga lebih optimal. Aset yang dikelola dapat digunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) dan dimanfaatkan secara efektif dan efisien sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
2.
Terjaga nilai ekonomis dan potensi yang dimiliki. Nilai ekonomis suatu aset akan terjaga, apabila aset dikelola dengan baik. Potensi yang dimiliki oleh aset akan memberikan keuntungan baik dari segi pendapatan maupun dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Objektivitas dalam pengawasan dan pengendalian peruntukkan, penggunaan serta alih penguasaan. 14
Pengelolaan aset yang baik, dapat membuat pengawasan lebih terarah sehingga peruntukkan, penggunaan dan alih penguasaan aset akan tepat sesuai dengan rencana.
Dalam pencapaian tujuan manajemen aset, suatu entitas (organisasi) selaku pengelola aset harus bertanggung jawab atas optimalisasi pengelolaan aset negara/daerah. Hal tersebut ditujukkan agar pengelolaan aset dapat mencapai kesesuaian sebaik mungkin antara aset dengan strategi program penyediaan efektif dan efisien. pelayanan
2.1.6 Tahapan Kerja Manajemen Aset Menurut Siregar (2004), suatu manajemen aset terdiri dari lima tahapan kerja yang satu sama lainnya saling berkaitan. Tahapan kerja manajemen aset meliputi: inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset). Kelima tahapan kerja ini saling berhubungan dan terintegrasi, dapat dilihat pada gambar 2.1. 1.
Inventarisasi Aset
2.
Legal Audit
3. Sistem Informasi Manajemen Aset
Penilaian Aset
4.
Optimalisasi Aset
Sumber: Siregar (2004).
Gambar 2.1 Tahapan Kerja Aset Adapun tahapan dari kerja aset dijelaskan sebagai berikut:
15
1.
Inventarisasi Aset Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis atau legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi, volume atau jumlah, jenis,
alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, masalah
legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Proses kerja yang
dilakukan adalah pendataan, kodifikasi atau labeling, pengelompokkan dan pembukuan atau administrasi sesuai dengan tujuan manajemen aset.
2.
Legal Audit
Legal audit merupakan suatu lingkup kerja manajemen aset yang berupa
inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. 3.
Peniliaian Aset Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.
4.
Optimalisasi Aset Optimalisasi aset merupakan proses kerja dalam manjemen aset yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahap ini aset-aset yang dimiliki pemerintah diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasarkan sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Tentunya kriteria untuk menentukan hal tersebut harus terukur dan 16
transparan. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari
penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang
dikuasai.
5.
Pengawasan dan Pengendalian
Lingkup pengawasan dan pengendalian aset adalah pengawasan dan pemanfaatan
seluruh aset yang ada pada suatu perusahaan atau daerah. Satu sarana yang efektif untuk meningkatkan aspek ini adalah pengembangan SIMA (Sistem
Informasi Manajemen Aset). Melalui SIMA transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Untuk dapat mendukung proses tahapan kerja manajemen aset ini dibutuhkan pemeliharaan terhadap aset hal ini dijelaskan juga dalam lingkup manajemen aset. Lingkup manajemen aset yang berdasarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)/ Barang Milik Daerah (BMD) meliputi: perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan,
pengamanan
dan
pemeliharaan,
penilaian,
penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Untuk lebih jelasnya lingkup pengelolaan aset dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Perencanaan kebutuhan merupakan awal dari proses pengelolaan aset. Tujuan dan fungsi dari suatu perusahaan merupakan hal yang mendasari kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan ini dirumuskan rincian kebutuhan barang untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.
17
2.
Pengadaan Pengadaan barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan
akuntabel. Pengaturan mengenai pengadaan tanah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. 3.
Penggunaan Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam
mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan. 4.
Pemanfaatan Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik negara/daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tupoksi dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun serah guna/bangun guna serah dengan tidak mengubah status kepemilikan.
5.
Pengamanan dan Pemeliharaan Pengamanan dimaksudkan agar pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa
pengguna
barang
wajib
melakukan
pengamanan
barang
milik
negara/daerah yang berada dalam penguasaannya. Pengamanan barang milik negara/daerah meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum. Sedangkan melalui pemeliharaan, diharapkan agar pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pemeliharaan barang milik negara/daerah yang ada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan harus berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB), serta biaya pemeliharaan barang milik daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Daerah (APBD).
18
6.
Penilaian Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada
data/fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknik tertentu
untuk memperoleh nilai barang milik negara/daerah. Dalam kegiatan penilaian
aset ini, metode penilaian yang digunakan harus sesuai dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan yang terkait.
7.
Penghapusan
Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. 8.
Pemindahtanganan Pemindah tanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal pemerintah.
9.
Penatausahaan Penatausahaan
adalah
rangkaian
kegiatan
yang
meliputi
pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan barang milik negara/daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 10. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Dalam melakukan pembinaan, menteri keuangan menetapkan kebijakan umum pengelolaan barang milik negara/daerah mencakup kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan barang milik negara. Dalam melaksanakan pengawasan dan pengedalian, pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban
terhadap
penggunaan,
pemanfaatan,
pemindahtanganan,
penatausahaan, pemeliharaan, dan pengamanan barang milik daerah yang berada di bawah penguasaannya. Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana 19
untuk kantor/satuan kerja dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang. Kuasa
pengguna barang dan pengguna barang dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban
sesuai ketentuan perundang-undangan.
Dengan adanya aturan-aturan mengenai pengelolaan aset negara/daerah, maka barang milik negara/daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparan dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
2.2
Sistem Pemeliharaan Aset Menurut Dufffua (1999), “System is a collection of components that work
together toward common objective”. Jadi sistem merupakan sekumpulan komponenkomponen yang saling berintegrasi dan bekerja sama yang memiliki tujuan yang sama. Pemeliharaan dianggap sebagai sebuah sistem dengan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara pararel dengan sistem produksi. Menurut Duffuaa (1999) pemeliharaan dapat didefinisikan sebagai “the combination of activities by which equipment or a system is kept in, or restored to, a state in which it can perform its designed function”. Pemeliharaan merupakan kombinasi berbagai aktivitas untuk mempertahankan suatu peralatan atau sistem bekerja sesuai dengan fungsinya. Sedangkan menurut Heizer (2006) “pemeliharaan adalah semua aktivitas yang terlibat dalam menjaga peralatan suatu sistem agar tetap bekerja”. Jadi berdasarkan pengertian pemeliharaan dan sistem di atas, dapat disimpulkan bahwa Sistem pemeliharaan adalah sekumpulan komponen yang saling terintegrasi antara kegiatan-kegiatan pemeliharaan untuk tercapainya pemeliharaan. Sebuah sistem pemeliharaan dapat dilihat sebagai sebuah model sederhana input-output. Input yang dimaksud adalah tenaga kerja, manajemen, peralatan, bahan baku, dan sebagainya. Sedangkan output adalah peralatan yang sudah habis, dapat diandalkan, dan juga dikonfigurasi untuk mencapai perencanaan dari operasi.
20
Menurut Duffuaa, Raouf, dan Campbell (1999), fungsi manajemen dapat
diterapkan dalam sistem pemeliharaan, yang secara sederhana dapat dilihat pada gambar 2.2.
FEEDBACK
Variance at maintenance Demand
INPUT Facilities Labor Equipment Spares Management
PLANNING Maintenance philosophy Maintenance Load forecasting Maintenance Capacity Maintenance Organization Maintenance Scheduling
MAINTENANCE PROCESS
ORGANIZING Job design Standards Work measurement Project Management
MONITOR
Schedulling
OUTPUT Operational Machine at Equipment
CONTROL Work Control Material control Inventory Control Cost Control Managing for Quality
Sumber : Menurut Duffuaa,1999.
Gambar 2 .2 Typical Maintenance Sistem Gambar 2.2 menunjukan bahwa pemeliharaan merupakan suatu sistem dimana terdapat input yang diproses sehingga menghasilkan output. Kemudian output tersebut dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan sebagai input sistem pemeliharaan berikutnya.
21
2.1.1
Input Sistem Pemeliharaan Input sistem pemeliharaan adalah masukan atau sumber daya yang digunakan
dalam kegiatan pemeliharaan. Sumber daya tersebut berupa fasilitas, tenaga kerja,
peralatan, persediaan suku cadang dan manajemen. 1. Fasilitas Fasilitas merupakan hal yang sangat penting yang disuguhkan pengelola untuk menarik konsumen dan memberikan kepuasan terhadap konsumen.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang terlibat dalam proses perubahan input menjadi output, sedangkan tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang tidak terlibat langsung. Tenaga kerja merupakan faktor penting, karena tidak ada sesuatu yang dapat selesai tanpa bantuan manusia. Biaya tenaga kerja meliputi gaji, upah, benefit, pelatihan, dan biaya lainnya. 3. Peralatan Peralatan pemeliharaan merupakan alat-alat yang membatu dalam kegiatan pemeliharaan. Peralatan pemeliharaan terdiri dari material sekali pakai, seperti pelumas, dan material yang dapat digunakan berulang-ulang seperti obeng dan tang. 4. Persediaan Suku Cadang Suku cadang atau sparepart merupakan material dalam persediaan yang digunakan untuk menggantikan part lain dalam mesin yang rusak. Pengendalian suku cadang sangat penting dalam hal penentuan keputusan suatu barang diperlukan, termasuk perlu atau tidaknya melakukan penyimpanan,
kepada
siapa
pembelian
dilakukan,
kapan
dilakukan
pemesanan, apa dan berapa yang dipesan, tingkat dan jaminan mutu suku cadang yang diperlukan, anggaran suku cadang, dan sebagainya.
22
5. Manajemen
Ricky W. Griffin (2006) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Pemeliharaan
membutuhkan manajemen sebagai input agar pengelolaan input-input lain
dalam proses pemeliharaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.2 Proses Sistem Pemeliharaan Proses
pada
sistem
pemeliharaan
merupakan
kumpulan
kegiatan
mentransformasikan sumber daya-sumber daya yang berupa fasilitas, tenaga kerja, peralatan, suku cadang, dan manajemen, secara efektif dan efisien, sehingga dihasilkan output berupa kehandalan. Proses pemeliharaan terbagi menjadi fungsi perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing),
dan
pengendalian
(controlling). 2.1.2.1 Aktivitas Perencanaan (Planning) “Perencanaan adalah memutuskan di depan tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana melaksanakannya, kapan dilaksanakan, dan siapa yang melaksanakan” (Nasution, 2006). Perencanaan merupakan kegiatan pengambilan keputusan tentang tindakan atau jalan yang akan ditempuh oleh suatu perusahaan dan tiap departemennya. Ada berbagai jenis kegiatan perencanaan, mulai dari tujuan menyeluruh sampai pada tindakan rinci yang akan diambil. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2, perencanaan kegiatan pemeliharaan meliputi beberapa hal berikut: 1.
Maintenance Philosophy, adalah filosofi untuk meminimasi jumlah staf pemeliharaan dengan tetap mempertahankan kemampuan dan produksi optimum dari suatu alat atau mesin tanpa mengurangi tingkat keamanan pekerjaan (Dhuffua, Raouf, Campbel, 1999). Untuk dapat mencapai filosofi ini, kombinasi yang tepat dari beberapa strategi dapat dipilih atau dibaurkan untuk diterapkan
23
dalam pemeliharaan aset. Hirarki strategi pemeliharaan tersebut dapat terlihat pada gambar 2.3 Maintenance Strategies
Replacement
Overhaul
Preventive maintenance
Design modefication
Opportunity Maintenance
Breakdown or run to failure
Fault finding
Condition Based
Off line
Statistically and reliability based
On line
Time based
Use based
Sumber: Dufuaa, 1999
Gambar 2.3 Maintenance Strategies Gambar 2.3 merupakan strategi yang dapat dipilih atau dibaurkan untuk diterapkan dalam pemeliharaan aset. Setiap strategi tersebut memiliki peran masingmasing dalam usaha menjaga keberlangsungan kegiatan operasi. Strategi-strategi tersebut dapat dibaurkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. a.
Replacement atau penggantian Replacement merupakan strategi pemeliharaan dengan cara mengganti aset lama dengan yang baru. Strategi ini dapat diterapkan untuk aset yang tidak dapat berfungsi lagi yang mungkin dikarenakan oleh aset tersebut rusak, karena ketertinggalan, atau karena hal lainnya.
b.
Opportunity maintenance Tipe pemeliharaan ini digunakan saat ada kesempatan. Contohnya, kesempatan melakukan pemeliharaan muncul selama shutdown (mematikan sistem mesin pabrik). 24
c.
Overhaul Overhaul merupakan kegiatan pemeriksaan menyeluruh terhadap sistem
mesin pabrik dan melakukan perbaikan terhadap berbagai gangguan peralatan
dalam sistem sehingga peralatan tersebut dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan. d.
Preventive maintenance Preventive maintenance atau pemeliharaan preventif merupakan strategi melakukan pemeliharaan sebelum terjadi kerusakan, yakni dilakukan dengan
terencana. Pemeliharaan preventif dilakukan untuk menjaga aset tetap dalam kondisi baik. Menurut Mitchell (2009) preventive maintenance merupakan “maintenance tasks including inspection, service and/or replacement conducted at regular, scheduled intervals established to avoid failure based on
average
statistical/anticipated
lifetime”.
Pemeliharaan
preventif
melingkupi serangkaian test, inspeksi, perawatan dan perbaikan mesin yang dilakukan dalam jarak waktu yang konstan. Perencanaan pemeliharaan dapat berdasarkan kondisi aset (condition based) dan dapat pula berdasarkan waktu penggunaan (time or use based). Pemeliharaan preventif berdasarkan kondisi merupakan pemeliharaan yang dilakukan sesuai kondisi aset yang telah diperkirakan sebelumnya, kemudian aset-aset tersebut berikan status peringkat (ranking). Kondisi aset diketahui dari kegiatan monitoring terhadap parameter yang dapat mengetahui kondisi aset. Strategi ini dapat disebut juga dengan pemeliharaan prediktif. Mitchell (2009) menyatakan dalam bukunya bahwa pemeliharaan prediktif telah terbukti merupakan cara tepat yang dapat mengoptimalkan pemeliharaan dengan biaya minimal, karena pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan identifikasi kondisi mesin terlebih dahulu dan berdasarkan skala prioritas. Pemeliharaan perventif berdasarkan waktu penggunaan (time or use based) dilakukan secara berkala atau dalam jarak waktu yang konstan. Stategi pemeliharaan
ini
membutuhkan 25
perencanaan
yang
matang.
Dalam
menentukan frekuensi pemeliharaan dibutuhkan pengetahuan mengenai
kerusakan yang biasa terjadi dan kehandalan aset.
e.
Design modification
Design modification atau memodifikasi konstruksi dilakukan untuk membuat
beberapa komponen ke kondisi yang dapat diterima. Hal ini melibatkan
pengembangan atau bahkan membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas. Breakdown or run to failure
f.
Breakdown or run to failure atau Corrective maintenance atau pemeliharaan
korektif
merupakan
“kegiatan
pemeliharaan
yang
dilakukan
untuk
memperbaiki dan meningkatkan kondisi mesin sehingga mencapai standar yang dapat di terima” (Mitchell, 2009). Tipe pemeliharaan ini hanya dilakukan saat aset dalam kondisi tidak dapat melakukan operasi. Pemeliharaan ini bersifat perbaikan yang terjadi ketika peralatan mengalami kegagalan dan menuntut perbaikan darurat. g.
Fault finding Fault finding merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap kondisi aset untuk menemukan tanda-tanda kerusakan. Contoh kegiatan ini adalah memeriksa spare part mobil sebelum melakukan perjalanan jauh.
2.
Maintenance Load Forecasting Maintenance load forecasting adalah proses dimana seluruh muatan kegiatan pemeliharaan diprediksikan. Muatan kegiatan pemeliharaan berbeda-beda tergantung pada mesin atau peralatannya. Muatan ini dapat berupa umur fungsi suatu peralatan, persentase penggunaannya, kualitas pemeliharaan, faktor iklim, dan keahlian pekerja.
3.
Maintenance Capacity Maintenance capacity adalah proses yang dilakukan untuk menentukan sumber daya yang tepat dan dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan.
26
Sumber daya ini antara lain pekerja, material, suku cadang, peralatan, dan
perlengkapan. 4.
Maintenance Organization
Kegiatan pemeliharaan dapat diorganisasikan berdasarkan departemen, area, atau
terpusat tergantung pada muatan kegiatan pemeliharaan, ukuran mesin/peralatan,
keterampilan dan sebagainya. 5.
Maintenance Scheduling Maintenance scheduling adalah proses memisahkan sumber daya dan pekerja
untuk suatu pekerjaan yang harus dilakukan pada waktu tertentu. Hal ini sangat
penting untuk memastikan bahwa perkerja, suku cadang, dan material yang dibutuhkan tersedia sebelum kegiatan pemeliharaan dijadwalkan. 2.1.2.2 Aktivitas Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian
merupakan
bagian
dari
fungsi
manajemen
yakni
pengalokasian/pembentukan struktur peran untuk mengisi tugas-tugas dalam organisasi. Menurut Duffuaa (1999), proses pengorganisasian (organizing) sistem pemeliharaan terdiri job design, time standards, dan project management. 1.
Job Design Job design atau desain pekerjaan, terdiri dari rincian pekerjaan pemeliharaan, meliputi motode yang digunakan, peralatan khusus yang diperlukan, dan keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan.
2.
Time Standards Apabila suatu kegiatan pemeliharaan telah memiliki desain pekerjaan, sangatlah penting untuk memprakirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan pemeliharaan tersebut.
3.
Projects Management. Untuk mesin dan peralatan yang besar, pemeliharaan preventif dilakukan secara periodik. Karena itu, peranan perencanaan diagram kerja sangat penting untuk dapat menggunakan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Manajemen proyek 27
merupakan kegiatan pengembangan jejaring kerja dengan menggunakan teknik
seperti critical path method (CPM) atau program evaluation and review technique (PERT).
2.1.2.3 Aktivitas Pengendalian (Control)
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen, yakni untuk memastikan kagiatan dilakukan sesuai dengan perencanaan. Menurut Duffuaa (1999),
kegiatan pengendalian dalam sistem pemeliharaan terdiri dari work control
(pengendalian pekerjaan), inventory control (pengendalian persediaan), cost control (pengendalian biaya), dan quality control (pengendalian kualitas). 1.
Work Control Work control merupakan kegiatan pengaturan dan pengendalian kegiatan pemeliharaan agar terarah. Pengaturan dan pengendalian ini sangat penting untuk mencapai rencana yang telah ditargetkan. Work order merupakan salah satu alat untuk mengendalikan kegiatan pemeliharaan.(Duffua, 1999).
2.
Inventory Control Untuk dapat menjadwalkan kegiatan pemeliharaan, sangat penting untuk memastikan ketersediaan material dan suku cadang. Oleh karena itu, pengendalian persediaan sangatlah penting. Apabila persediaan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan tidak ada, maka kegiatan pemeliharaan juga tidak dapat dilakukan.
3.
Cost Control Biaya pengendalian terdiri dari beberapa komponen, diantaranya kegiatan pemeliharaan itu sendiri, produksi yang hilang, degradasi peralatan, cadangan, dan kelebihan biaya pemeliharaan. Pengendalian biaya mengoptimasi seluruh biaya pemeliharaan. 28
4.
Quality Control Pengendalian kualitas dilakukan dengan mengukur atribut produk atau jasa yang dihasilkan dengan spesifikasi produk atau jasa yang seharusnya. Kualitas yang
tinggi biasanya dipastikan dengan memeriksa kegiatan pemeliharaan yang
penting.
2.1.2.4 Output Sistem Pemeliharaan Menurut Duffuaa (1999), output sistem pemeliharaan adalah aset dengan
optimum. Sedangkan menurut Heizer (2006) dan Nasution (2006), output sistem pemeliharaan adalah kehandalan mesin. Secara umum kehandalan dapat diartikan sebagai peluang suatu fasilitas ataupun proses produksi memiliki kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dengan kurun waktu dan kondisi operasi tertentu. 2.2.2. Fungsi dan Tujuan Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan adalah memperbaiki mesin atau peralatan (Equipment) yang rusak dan menjaga agar selalu dalam kondisi siap dioperasikan. Menurut Patner (1995), pemeliharaan adalah meliputi seluruh kegiatan yang diambil untuk menjaga kondisi mesin yang bisa diterima. Pemeliharaan mempunyai tujuan utama sebagai berikut : 1.
Untuk memperpanjang usia kegunaan aset mesin produksi yang ada di pabrik (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya).
2.
Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi.
3.
Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produksi itu sendiri dan kegiatan produksi tidak terganggu.
4.
Untuk membantu pengurangan pemakaian dan penyimpanan diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.
29
5.
Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan perawatan secara efektif dan efisien.
6.
Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan
kerja. 7.
Mengadakan kerjasama yang erat dari perusahaan dengan fungsi-fungsi utama yang lain dari perusahaan dan dalam rangka mencapai tujuan utama perusahaan tersebut yaitu memperoleh keuntungan yang sebanyak mungkin dengan total yang rendah. biaya
Bagian pemeliharaan berkaitan erat dengan proses produksi karena kegagalan
kegiatan pemeliharaan sangat mengganggu kelancaran proses produksi. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan yang baik dan efektif, akan mencegah timbulnya kerusakan (breakdown) pada waktu yang telah diperkirakan terlebih dahulu 2.2.4. Lingkup Kegiatan Pemeliharaan Menurut
Coder
(1992),
dalam
kenyataannya
pelaksanaan
kegiatan
pemeliharaan akan berbeda untuk masing-masing jenis peralatan atau kekhususan suatu industri dan kekhususan persoalan-persoalannya. Lingkup dari kegiatan perawatan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1) Primary Function (Fungsi Utama) Fungsi ini selalu setiap hari dikerjakan oleh bagian perawatan. Fungsi ini terdiri dari : a. Maintenance Of Existing Plant Equipment : Perawatan dari semua peralatan dipabrik, yaitu mereparasi peralatan produksi yang diperlukan secara cepat dan ekonomis dan memperkirakan perbaikan dengan preventive maintenance sebisa mungkin. b. Equipment Inspection and Lubrication : Pemeriksaan dan pelumasan terhadap peralatan. Tugas ini biasanya sudah merupakan pekerjaan rutin dari bagian perawatan.
30
c. Maintenance Of Existing Plant Building and Grounds : Pemeliharaan dari
bangunan pabrik dan lantai gedung yang biasanya menjadi tanggung jawab
bagian perawatan.
2). Secondary Function (Fungsi Penunjang) Fungsi ini sebagai kegiatan tambahan pada bagian pemeliharaan. Fungsi ini terdiri dari : a.
Stores Keeping : Penggudangan peralatan/perlengkapan dan material yang berhubungan dengan kegiatan operasional pemeliharaan.
b.
Plant Protection : Perlindungan pabrik (misalnya dari kebakaran) yang biasanya ditugaskan pada bagian pemeliharaan.
c.
Salvage and Waste Proposal : Pembuangan sampah limbah yang berhubungan dengan peralatan yang ditetapkan menjadi bagian dari pemeliharaan.
2.2.5 Prosedur Dalam Pelaksanaan Pemeliharaan Menurut Assauri (1993), dalam setiap kegiatan tidak dapat terlepas dari prosedur atau langkah-langkah untuk melakukan kegiatan tersebut. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kegiatan perawatan antara lain : 1.
Inspeksi Kegiatan ini meliputi kegiatan pemeriksaan secara berkala untuk semua peralatan
yang dimiliki sesuai dengan rencana beserta kegiatan pengecekkan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan membuat laporan dari hasil pengecekkan tersebut. Adapun maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kondisi peralatan yang dimiliki perusahaan, karena peralatan dalam kondisi baik akan memperlancar proses produksi. Laporan-laporan inspeksi berguna bagi bagian perawatan untuk mengadakan perbaikan yang tepat pada sasaran, selain itu berguna bagi pengambil keputusan untuk memutuskan antara mengganti atau memperbaiki mesin atau peralatan yang rusak. 2.
Kegiatan Teknik
31
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan peralatan baru, dan pengembangan
peralatan atau komponen peralatan yang baru diganti, serta melakukan penelitian terhadap
kemungkinan
pengembangannya.
Dalam
kegiatan
ini
diperlukan
kemampuan untuk melakukan perubahan maupun perbaikan bagi kemajuan peralatan pabrik tersebut. 3.
Kegiatan Produksi Kegiatan produksi merupakan kegiatan perawatan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki mesin dan peralatan. Melaksanakan kegiatan yang disarankan dalam
kegiatan inspeksi dan teknik. Adapun maksud dari kegiatan ini adalah agar kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan lancar kembali, diperlukan suatu usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan. 4.
Pekerjaan Administrasi Pekerjaan administrasi merupakan kegiatan yang meliputi pencatatan biaya
pengeluaran untuk kegiatan perawatan, kebutuhan komponen, laporan kegiatan yang telah dikerjakan, waktu inspeksi dan perbaikan, lamanya perbaikan dilakukan dan jumlah komponen yang tersedia dibagian perawatan. Jadi dalam kegiatan pencatatan ini termasuk penyusunan perencanaan dan jadwal yaitu rencana waktu suatu mesin harus diperiksa, diservis dan direparasi. 5.
Perawatan Bangunan Perawatan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan tetap
terpelihara.
2.3
Analisa Prakiraan (Forecasting) Dalam suatu manufacturing prakiraan merupakan langkah awal dalam
penyusunan production, inventory, management, manufacturing, planning control, dan manufacturing resource planning, dimana obyek yang diramalkan adalah kebutuhan. Pada industri atau perusahaan yang menganut sistem make to stock peramalan merupakan input utama, sedangkan pada industri atau perusahaan yang 32
menganut make to order peramalan hanya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan kebutuhan suatu perusahaan. Usaha-usaha untuk mengantisipasi kebutuhan apa yang akan terjadi dimasa
yang akan datang tidak akan terlepas dari kegiatan peramalan atau “forecasting”, hal tersebut diartikan sebagai upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Model prakiraan dinilai oleh kriteria sebagai berikut: (1) akurasi, (2) kesederhanaan perhitungan, data dibutuhkan untuk model, dan persyaratan penyimpanan, (3) fleksibilitas. Akurasi diukur dengan model memprediksi nilai masa
depan secara tepat, dan dinilai oleh perbedaan diantara model memprediksi nilai masa depan dan nilai yang diamati. Secara umum, persyaratan akurasi yang tinggi menuntut hubungan yang kompleks dan oleh karena itu dengan meningkatkan kompleksitas perhitungan. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menyesuaikan kondisi perubahan. Dengan kata lain, itu adalah ukuran dari ketahanan model prakiraan. Pertimbangan penting dalam pemilihan pendekatan prakiraan adalah (1) tujuan dari prakiraan, (2) cakrawala waktu untuk prakiraan, dan (3) ketersediaan data untuk prakiraan tersebut.
2.3.1 Pengertian Analisa Prakiraan (Forecasting) Analisa kebutuhan bertujuan untuk melihat atau memperkirakan prospek ekonomi atau kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut. Analisa kebutuhan yang akan datang sering disebut juga peramalan (forecasting). Menurut Duffua (1999), Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Obyek yang akan diramalkan dapat meliputi apa saja tergantung kebutuhan. Monks (1985) mendefinisikan bahwa forecast (ramalan) adalah estimasi kejadian, waktu, atau besatnya kejadian-kejadian dimasa yang akan datang. Ramalan tersebut memberikan suatu dasar yang rasional untuk perencanaan dan penjadwalan aktivitas-aktivitas
33
bahkan memikirkan permintaan yang sebenarnya yang masih belum pasti. Sementara Heizer dan Render (2004) mendefinisikan forecast sebagai ilmu dan seni dalam memprediksi kejadian-kejadian dimasa yang akan datang melalui pengujian dari pola
pola diwaktu yang lalu. Hal tersebut bisa mencangkup penggunaan data-data masa lalu dan memproyeksikan data tersebut untuk masa yang akan datang dengan menggunakan model matematika yang dapat dihitung.
2.3.2 Forecasting Time Horizon Peramalan merupakan suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa yang akan datang. Di dalam peramalan waktu Ramalan (forecast) diklasifikasikan kedalam 3 horizon waktu, yaitu: 1. Ramalan Jangka Pendek Ramalan ini memiliki jangka waktu kurang lebih satu tahun, tetapi pada umumnya kurang dari 3 bulan. Ramalan tersebut digunakan untuk merencanakan pembelian, jadwal kerja, penugasan pekerjaan, dan tingkat produksi. 2. Ramalan Jangka Menengah Ramalan jangka menengah pada umumnya memiliki jangka waktu dari 3 bulan sampai dengan 3 tahun. Ramalan tersebut digunakan dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi, budgeting, cash budgeting, dan menganalisis berbagai macam rencana operasi. 3. Ramalan Jangka Panjang Pada umumnya jangka waktunya lebih dari 3 tahun. Ramalan jangka panjang digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi serta penelitian dan pengembangan.
34
2.3.3 Jenis-jenis dan Tahapan Dalam Prakiraan Pada umumnya suatu organisasi atau suatu instansi menggunakan 3 jenis
ramalan dalam merencanakan operasi dimasa yang akan datang, yaitu:
1. Ramalan Ekonomi Ramalan ekonomi adalah indikator perencanaan yang bernilai dalam membantu organisasi atau perusahaan menyiapkan ramalan jangka menengah
menjadi ramalan jangka panjang. Ramalan ini meliputi prediksi tingkat
inflasi, supplies uang, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Ramalan Teknologi Ramalan teknologi adalah ramalan jangka panjang yang berhubungan dengan tingkat kemajuan teknologi yang dapat dihasilkan dalam melahirkan produk baru, kebutuhan pabrik dan peralatan baru. 3. Ramalan Permintaan Ramalan permintaan adalah proyek permintaan untuk produk atau jasa perusahaan. Ramalan ini sering disebut ramalan penjualan, menggerakkan produksi perusahaan, kapasitas dan sistem penjadwalan yang merupakan input untuk keuangan, marketing, dan perencanaan SDM.
2.3.4 Pendekatan Prakiraan Menurut Heizer dan Render (2004), terdapat 2 pendekatan pendekatan peramalan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan berbagai macam model matematika yang mempercayakan data-data masa lalu dan/atau variabel-variabel penyebab untuk meramalkan permintaan. Sedangkan pendekatan kualitatif atau subjektif menggabungkan faktorfaktor seperti intuisi pengambilan keputusan, emosi, pengalaman seseorang, dan sistem nilai menentukan ramalan.
35
2.3.4.1 Pendekatan Kuantitatif Pendekatan kuantitatif yaitu teknik pola historis data yang digunakan untuk
mengekstrapolasi (meramalkan) kebutuhan masa yang akan datang. Terdapat dua
teknik kantitatif yang utama, yaitu : analisis peramalan deret waktu (time series forecasting) dan model structural (structural model) atau model asosiatif (assosiative model). Namun pada penulisan Tugas Akhir ini akan digunakan metode Time Series.
1. Time Series Forecasting Model
Menurut Heizer dan Render (2004), model time series forecasting terdiri dari naïve approach, moving average, exponential smooting, dan trend projection. Berikut penjelasan dari 4 bagian time series: a. Naive Approach Cara
yang
paling
sederhana
untuk
meramalkan
adalah
dengan
mengasumsikan bahwa permintaan dalam periode yang akan datang akan sama dengan permintaan yang baru saja terjadi. Dengan kata lain jika kebutuhan dari suatu produk, misalnya kebutuhan telpon genggam pada bulan Januari adalah 68 unit, maka kita dapat meramalkan bahwa kebutuhan pada bulan Februari juga berkisar 68 unit. b. Moving Average Metode moving average menggunakan sejumlah data masa lalu yang dinilai untuk menghasilkan ramalan. Moving average digunakan jika kita dapat mengasumsi bahwa pola permintaan akan relatif sama selama periode tertentu. Rumus untuk menghitung moving average adalah sebagai berikut: 𝑴𝒐𝒗𝒊𝒏𝒈 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 =
𝒅𝒆𝒎𝒂𝒏𝒅 𝒊𝒏 𝒑𝒓𝒆𝒗𝒊𝒐𝒖𝒔𝒏𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒔𝒏 𝒏
36
Didalam rumus ini n dinyatakan sebagai jangka waktu peramalan, dan
∑𝒅𝒆𝒎𝒂𝒏𝒅 𝒊𝒏 𝒑𝒓𝒆𝒗𝒊𝒐𝒖𝒔𝒏𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒔 diartikan sebagai permintaan 3 bulan
sebelumnya.
c. Exponential Smooting Exponential Smooting adalah suatu metode peramalan moving average berbobot yang paling canggih yang relative mudah digunakan. Metode
inimemerlukan catatan data masa lalu yang sangat sedikit.
Rumus untuk menghitung Exponential Smooting adalah sebagai berikut:
New Forecast = last period’s forecast + α (last period’s actual demand ⎯ last period’s forecast) Atau rumus matematika untuk Exponential Smooting adalah sebagai berikut: Ft = Ft-1 + α (At-1 ⎯ Ft-1) Dimana: Ft = New Forecast Ft-1 = Previous forecast At-1 = Smooting (for weighting constant (0≤ α ≤ 1) d. Trend Projection Metode trend projection pada dasarnya berusaha mencari fungsi hubungan antara sebab akibat (causal) dalam hal waktu, metode ini dapat dipakai untuk jangka panjang. Rumus untuk menghitung trend projection adalah sebagai berikut: Ŷ = α + bx
𝒃=
𝒙𝒚 − 𝒙 𝒚 𝒏 𝒙𝟐 − (𝒙)𝟐
α = y ⎯ bx 37
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh pada tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2
Trend
Electric
Years
Time Period
Power
(X)
Demand
X2
Xy
(y)
1997
1
74
1
74
1998
2
79
4
158
1999
3
80
9
240
2000
4
90
16
360
2001
5
105
25
525
2002
6
142
36
852
2003
7
122
49
854
Total
28
629
140
3.063
(Sumber: Buku Manajemen Operasi, 2005)
x y
α = y ⎯ bx = 98,86 ⎯ 10,54 = 56,70 Jadi persamaan untuk persoalan di atas adalah: ŷ = 56,70 + 10,54x berdasarkan persamaan tersebut, maka ramalan untuk tahun 2004 adalah:
38
ŷ = 56,70 + 10,54(8) = 141,02 atau 141 Jadi ramalan untuk tahun 2004 adalah sebesar 141,02 atau 141.
2.3.4.2 Pendekatan Kualitatif
Dalam pendekatan kualitatif, kita mempertimbangkan 4 teknik peramalan kualitatif yang berbeda yaitu:
1. Opini Dewan Executive
Berdasarkan metode ini opini-opini dari kelompok expert yang lebih tinggi atau manajer, seringkali dikombinasikandengan metode statistik. 2. Metode Delphi Terdapat 3 jenis partisipan yang berbeda dalam metode Delphi yaitu pengambil keputusan, staff , dan responden. Pengambilan keputusan biasanya terdiri dari 5 sampai dengan 10 experts yang akan menjadi pembuat ramalan. Staff membantu pengambil keputusan dengan menyiapkan, mendistribusikan, mengumpulan dan meringkas serangkaian kuesioner dan hasil survey. Responden adalah kelompok orang yang seringkali bertempat di lokasi yang berbeda yang dipilih. Kelompok ini menyediakan input untuk pengambil keputusan sebelum ramalan dibuat. 3. Sales Force Composite Dalam pendekatan ini, setiap salesperson mengestimasi jumlah penjualan di daerahnya. Ramalan ini seringkali ditentukan untuk meyakinkan bahwa ramalan tersebut realistik. Kemudian ramalan tersebut akan dikombinasikan pada tingkat ditrik, dan nasional untuk menentukan ramalan secara keseluruhan. 4. Consumer Market Survey Metode ini mengumpulkan input dari pelanggan atau pelanggan potensial mengenai rencana pembelian di masa yang akan datang. Hasil survey tersebut tidak hanya dalam menyiapkan ramalan tetapi juga dalam memperbaiki 39
perancangan produk, dan perencanaan produk baru. Consumer market survey dan sales force composite diperoleh dari peramalan yang optimistic yang diperoleh berdasarkan input pelanggan.
2.3.5 Evaluasi Metode Peramalan
Satu metode peramalan (forecasting) dapat dikatakan lebih baik dibanding dengan metode peramalan (forecasting) yang lain jika nilai MAD nya lebih kecil, Mean Absolute Deviation) adalah sebagai berikut : (MAD =
MAD = Σ | yt – y^ | n dimana : | yt – y^ | adalah nilai absolut dari kesalahan selama periode t n adalah jumlah periode yang digunakan dalam penjumlahan 2.3 Penjadwalan Pemeliharaan Menurut Dufffuaa (1991), Penjadwalan adalah proses dimana pekerjaan yang cocok dengan sumber daya dan urutan untuk dieksekusi pada titik-titik tertentu dalam waktu. Jadwal pemeliharaan dapat disiapkan pada tiga tingkatan, tergantung pada cakrawala jadwal: 1.
Jadwal jangka panjang atau master yang mencakup periode 3 bulan sampai 1 tahun,
2.
Jadwal mingguan meliputi 1 minggu, dan
3.
Jadwal harian yang meliputi pekerjaan yang harus diselesaikan setiap hari. Jadwal jangka panjang didasarkan pada perintah kerja perawatan yang ada,
termasuk backlog, pemeliharaan preventif, dan perawatan darurat yang diantisipasi. Itu harus menyeimbangkan jangka panjang permintaan untuk pekerjaan pemeliharaan dengan sumber daya yang tersedia. Jadwal jangka panjang biasanya tunduk pada revisi dan memperbaharui untuk mencerminkan perubahan dalam rencana dan menyadari pekerjaan pemeliharaan. 40
Jadwal perawatan mingguan dihasilkan dari jadwal jangka panjang dan memeperhitungkan jadwal operasi saat ini dan mempertimbangkan ekonomi. Jadwal mingguan harus memungkinkan untuk sekitar 10 % sampai 15% dari tenaga kerja
akan tersedia kembali diurutan berdasarkan prioritas. Analisis jalur kritis dan integer programming adalah teknik yang dapat digunakan untuk menghasilkan jadwal. Di perusahaan kecil dan menengah, penjadwalan dilakukan berdasarkan aturan heuristik dan pengalaman. Jadwal harian yang dihasilkan dari jadwal mingguan dan biasanya dipersiapkan
sehari sebelumnya. jadwal ini sering terganggu untuk melakukan perawatan darurat. Prioritas didirikan untuk menjadwalkan pekerjaan. Di beberapa organisasi, jadwal diserahkan ke pengawas daerah yang memeberikan pekerjaan sesuai dengan prioritas yang didirikan. 2.3.2 Sistem Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan Sistem prioritas pekerjaan pemeliharaan memiliki dampak luar biasa pada penjadwalan pemeliharaan. Prioritas ditetapkan untuk memastikan bahwa pekerjaan yang paling penting adalah pertama dijadwalkan. Pengembangkan sistem prioritas harus coordinated dengan staf operasi yang umumnya menetapkan prioritas yang lebih tinggi untuk pekerjaan pemeliharaan yang dibenarkan. Kecenderungan ini menempatkan tekanan pada sumber daya pemeliharaan dan dapat mengakibatkan kurang dari pemanfaatan sumber daya yang optimal. Juga sistem prioritas harus dinamis dan harus diperbaharui secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam operasi atau strategi pemeliharaan. Pada tabel 2.3 memberikan klasifikasi tingkat prioritas dan pekerjaan calon untuk dimasukkan dalam setiap kelas.
41
Tabel 2.3 Prioritas Pekerjaan Pemeliharaan
Prioritas No Nama 1. Darurat
2.
Kerangka Waktu Jenis Pekerjaan Kerja Harus dimulai Pekerjaan harus Pekerjaan yang memiliki dimulai segera efek langsung dalam keselamatan, lingkungan, kualitas, atau akan menutup operasi.
Urgensi
Pekerjaan harus Pekerjaan yang mungkin dimulai dengan 24 memiliki dampak pada jam keselamatan, lingkungan, kualitas, atau menutup operasi.
3.
Normal
Pekerjaan harus Pekerjaan yang mungkin dimulai dengan 48 memiliki dampak produksi jam dalam seminggu.
4.
Jadwal
Terjadwal
Pemeliharaan preventif dan rutin, semua program pekerjaan pemeliharaan.
5.
Postponable
Pekerjaan harus dimulai ketika sumber daya tersedia atau periode shutdown
Pekerjaan yang tidak memiliki dampak langsung terhadap keselamatan, kesehatan, lingkungan, atau kegiatan produksi.
Sumber: Dufffuaa, Raouf, dan Campbell (1999)
2.3.3 Teknik Penjadwalan Pemeliharaan Project Scheduling atau penjadwalan proyek adalah suatu proses dalam membuat suatu susunan aktifitas atau pekerjaan yang akan dikerjakan sesuai dengan urutan pekerjaan, yang harus direncanakan untuk mencapai suatu goal atau hasil dalam jangka waktu tertentu. Penjadwalan proyek diperlukan agar proyek dapat berlangsung dengan lancar dan agar tidak ada aktifitas yang saling menumpuk karena di dalam sebuah proyek konstruksi terdapat banyak aktifitas- aktifitas dan saling
42
berhubungan satu sama lain. Penjadwalan proyek juga diperlukan dalam sebuah proyek konstruksi agar proyek tersebut memiliki goal dalam hal waktu (durasi total proyek). Metode penjadwalan proyek yang sudah dikenal selama ini adalah Critical
Path Method (CPM), Program Evaluation and Review Technique (PERT). 1. Critical Path Method (CPM). Suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek-proyek yang merupakan yang paling banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip sistem
pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. 2. Program Evaluation and Review Technique (PERT) Teknik PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi
adanya
penundaan,
maupun
gangguan
produksi,
serta
mengkoordinasikan berbagai bagian suatu pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. 2.3.4 Network Planning Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek. Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan “bagaimana cara melaksanakan kegiatan” sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan “kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan 43
dilaksanakan”. Network planning merupakan sub sistem informasinya. Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat
terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Adanya network ini menjadikan sistem manajemen
dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, ataupun masingmasing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit. Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya “Dasar-Dasar Network Planning” adalah sebagai berikut : “Network planning pada prinsipnya adalah hubungan
ketergantungan
antara
bagian-bagian
pekerjaan
(variabel)
yang
digambarkan/divisualisasikan dalam diagram network”. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi. Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah : “Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek”. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu. Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus 44
Haedar Ali (1995: 38) yaitu: “Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang
bersangkutan. 2.4 Pariwisata Pariwisata dapat dipergunakan sebagai katalisator dari kegiatan pembangunan, kepariwisataan merupakan mata rantai panjang yang dapat menggerakkan bermacam-
macam kegiatan dalam kehidupan masyarakat. 2.5.1 Definisi Pariwisata Menurut Yoeti (1996), kata pariwisata sesungguhnya baru popular di Indonesia setelah diselenggarakannya musyawarah nasional Touristme ke II di Tretes Jawa Timur, pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958. Sebelumnya, kata ganti pariwisata yang digunakan kata touristme yang berasal dari bahasa Belanda yang sering pula diindonesiakan menjadi turisme. Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata pari dan wisata. 1. Pari yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. 2. Wisata, berarti perjalanan, berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris. Atas dasar itu, maka kata pariwisata seharusya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain. Lebih lanjut, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan dengan tujuan dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Sedangkan Menurut Murphy (2005), Pariwisata adalah keseluruhan dari elemenelemen terkait (wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut dilakukan secara tidak permanen.
45
Selanjutnya pengertian pariwisata jika di lihat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam Pasal 1 menyatakan :
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebahagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. c. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. d. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. e. Usaha kepariwisataan adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. f. Obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. g. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang di bangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dari beberapa pendapat di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa yang di maksud dengan pariwisata adalah suatu kegiatan atau perjalanan manusia yang sifatnya untuk sementara waktu yang dilakukan berdasarkan kehendaknya sendiri, dengan tujuan bukan untuk berusaha, bekerja atau menghasilkan uang, akan tetapi untuk melihat atau menikmati suatu obyek yang tidak didapatkannya dari asal tempat tinggalnya. 2.5.2 Manfaat Pariwisata Pariwisata dipandang sebanagi sumberdaya ekonomi yang potensial. Pariwisata dapat menjadi alat penarik investasi di daerah yang memiliki potensi sangat besar. Adapun manfaat yang akan diperoleh dari pengembangan pariwisata antara lain:
46
1.
Menimbulkan Efek Ganda Pariwisata memiliki efek penyebaran pada sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian, sektor pengolahan bahan pangan, sektor bangunan, dan sektor industri.
2.
Diversifikasi Usaha Pengeluaran wisatawan di suatu daerah penerima wisatawan dapat merangsang
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Misalnya wisatawan menginap di hotel ini memerlukan daging, telur, sayuran, alat-alat dekorasi, dan lain hotel, sebagainya. Hal ini mendorong tumbuhnya usaha pertanian, peternakan, dan
industri kerajinan.
3.
Memperluas Kesempatan Kerja Daerah yang banyak dikunjungi wisatawan, juga akan terdapat banyak peluang kerja, terutama untuk pekerjaan di berbagai usaha sektor pariwisata yang pada umumnya memerlukan banyak tenaga kerja.
4.
Peningkatan Fasilitas Bagi Penduduk Pembangunan pariwisata akan berpengaruh besar terhadap peningkatan fasilitas kehidupan masyarakat. Fasilitas yang awalnya ditujukan khusus untuk wisatawan, pada kenyataannya dinikmati masyarakat setempat.
5.
Memperluas Kesempatan Berusaha Berkembangnya
pariwisata
disuatu daerah bermanfaat
bagi
peningkatan
kesempatan berusaha, terutama ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan wisatawan. 6.
Mempercepat Perkembangan Pemukiman Penduduk Wisatawan yang merasa nyaman dengan suasana pariwisata yang ditawarkan, dapat memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut, sehingga dapat mempercepat perkembangan pemukiman penduduk.
7.
Peningkatan Pelayanan Transportasi Pelayanan transportasi yang tadinya ditujukan untuk wisatawan ternikmati pula oleh masyarakat sekitar.
47
8.
Preservasi dan Konversasi Lingkungan Keberhasilan pembangunan pariwisata tidak saja dilihat dari banyaknya wisatawan yang mengunjunginya, tetapi juga dari kelangsungan keberadaan sumber daya
yang menjadi daya tarik wisata. 9.
Pengembangan Wawasan Sosial Kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata akan berpengaruh pada pengembangan wawasan sosial, baik wisatawan maupun masyarakat sekitar.
10. Peningkatan Infrastrutur
Perbaikan infrastruktur dapat dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar, yang tadinya khusus untuk wisatawan. 2.5
Landasan Normatif Landasan Normatif yang menjadi dasar hukum dalam penyelesaian masalah
yang dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. 2. Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
9
Tahun
1990
Tentang
Kepariwisataan. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. 8. Peraturan Walikota Tasikmalaya Nomor 9 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Obyek dan Daya Tarik Wisata Situ Gede. 48
2.6 Kerangka Berpikir Manajemen Aset adalah spesifikasi dari ilmu manajemen dan merupakan
gabungan dari ketiga dasar ilmu yaitu manajemen, akuntansi, dan teknik sipil. Dalam kaitan ini Manajemen Aset diartikan sebagai suatu kegiatan manajemen dalam mengelola aset fisik yang berupa fasilitas dalam rangka meningkatkan control atau pengawasan terhadap operasi penggunaan dan pemeliharaan dari aset tersebut. Hal ini agar dapat sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Manajemen aset berdasarkan
wujudnya dibagi ke dalam 2 yaitu berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible). Alur manajemen aset merupakan proses dari manajemen aset yang saling berhubungan atau mempengaruhi. Alur tersebut yaitu, pengadaan aset, inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset, operasi aset, pemeliharaan aset, pengalihan aset, dan pengapusan aset. Dalam pembuatan proyek ini, alur manajemen aset yang akan ditekankan yaitu pemeliharaan aset. Pemeliharaan aset ini adalah kegiatan menjaga dan memperbaiki seluruh bentuk prasarana dan sarana agar dapat dan berfungsi sebagai harapan. Pemeliharaan aset ini harus dilakukan oleh organisasi atau individu untuk mempertahankan asetnya agar aset tersebut tidak cepat rusak dan tetap dalam kondisi yang diharapkan sesuai dengan yang direncanakan. Pemeliharaan aset di Objek Wisata Situ Gede, menitikberatkan kepada pemeliharaan fasilitas yang disediakan. Ini dilakukan agar pemeliharaan aset dapat sesuai atau menunjang tugas pokok dan fungsinya ataupun kegiatan operasi perusahaan di dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengunjung. Pada pemeliharaan fasilitas, hal penting yang harus dilakukan adalah menyusun perencanaan pemeliharaan dengan baik. Perencanaan pemeliharaan akan memberikan hasil yang diinginkan dari pemeliharaan fasilitas jika pelaksanaannya dilakukan sesuai rencana. Tentunya untuk itu harus ada pengendalian yang baik. Perencanaan pemeliharaan adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan sebuah sistem 49
pemeliharaan yang baik. Ini dikarenakan perencanaan pemeliharaan adalah landasan untuk menghasilkan hasil yang baik. Menurut Komar (2006:130), suatu barang atau fasilitas secara alamiah dan
sejalan dengan waktu akan menjadi rusak secara perlahan dan bertahap. Akan tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan pemeliharaan. Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar fasilitas dapat dipertahankan fungsinya sesuai dengan standar kualitas yang diisyaratkan atau mengalami penurunan fungsi secara wajar, tingkat layanan standar bisa dijaga dan bisa mencapai umur yang sehingga
direncanakan. Berikut adalah kerangka berpikir yang disajikan dalam bentuk skema yang dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini.
50
Informasi yang dibutuhkan
Perencanaan Pemeliharaan
Maintenance Phylosofi
Load Forecasting
Maintenance Capacity
Maintenance Organizing
Analysis
Analysis
Schedulling maintenance
- Preventive - Corrective
Trend Projection
Critical Path Method
Hasil Perancangan Perencanaan Pemeliharaan Aset Di Objek Wisata Sumber: Data Olahan Penulis. 2012
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Analisis dan Rancangan Perencanaan Pemeliharaan Aset Di Objek Wisata Situ Gede
51
2.6 Penelitian Terdahulu Dalam penelitia ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu yang
dapat dipakai sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan penelitian sekarang.
Berikut ini merupakan Tabel 2.4 mengenai penelitian terdahulu yang dibandingkan dengan penelitian sekarang.
Tabel 2.4 Penelitian Pendahulu
Judul
Pengarang
Dimensi
Persamaan Analisis
Perbedaan Analisis
1. Manajemen Pemeliharaan Fasilitas Dalam Pengelolaan Gedung
Mastura Labombang
Manajemen Pemeliharaan Fasilitas
Persamaan dengan penelitian ini ialah keduanya meneliti tentang pemeliharaan fasilitas.
Perbedaan dengan penelitian ini yaitu meneliti tentang bagaimana manajemen pemeliharaan yang seharusnya diterapkan terhadap fasilitas di suatu Gedung sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah meneliti pemeliharaan di suatu Objek Wisata dengan membuat perancangan pada pemeliharaan yang meliputi prakiraan pemeliharaan dan penjadwalan pemeliharaan.
52
Judul
2. Kajian Manajeman Pemeliharaan Gedung (Building Maintenance) Di Universitas Lampung
Pengarang Kristianto Usman
Persamaan Analisis
Perbedaan Analisis
Kedua penelitian ini sama-sama mengkaji pemeliharaan yang diterapkan agar suatu fasilitas dapat digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menjelaskan bagaimana memelihara suatu Gedung dengan mengkaji dan mengklarifikasikan berdasarkan kerusakan, prosentase nilai pemeliharaan, program kerja pemeliharaan.
Total Productive Kedua Maintenance penelitian ini sama-sama mengkaji suatu fasilitas agar dapat digunakan secara efektif baik biaya maupun waktu.
Penelitian ini menerapkan konsep TPM dan kehandalan dari suatu fasilitas. Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan menerapkan prakiraan pemeliharaan dan penjadwalan pemeliharaan.
Dimensi Manajemen Pemeliharaan Gedung
3. Implementasi Total Productive Maintenance Di Departemen Non Jahit PT. Kerta Rajasa Raya
Tanti Octavia
53
Sedangkan yang sedang diteliti yaitu bagaimana memprioritaskan jenis pemeliharaan yang akan dilakukan dengan melakukan perencanaan pemeliharaan.
Judul
Pengarang
4.
Estimasi Biaya Yatna Pemeliharaan Supriyatna Bangunan Gedung
Dimensi
Persamaan Analisis
Perbedaan Analisis
Prakiraan Biaya
Kedua penelitian ini sama-sama mengkaji tentang prakiraan biaya pemeliharaan.
Penelitian ini menitikberatkan pada prakiraan biaya untuk pemeliharaan gedung dengan menggunakan standar perhitungan di dinas pekerjaan umum, sedangkan penelitian yang sedang dilakukan mengkaji tentang prakiraan pemeliharaan fasilitas dengan metode kuadran terkecil
Prakiraan Kedua (Forecasting) penelitian ini sama-sama mengkaji tentang prakiraan (Forecasting)
Penelitian ini menggunakan metode Exponential Smoothing. Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan menggunakan Metode Kuadran Terkecil.
5. Penerapan Metode Exponential Smoothing Untuk Prakiraan Penggunaan Waktu Telepon Di PT.Telkomsel Divre3 Surabaya
Alda Raharja
Sumber: Olah Data Peneliti (2012).
54