BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Teoritis 2.1.1
Deviden Deviden secara umum diartikan sebagai pembagian laba kepada pemegang
saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Besarnya deviden dan tata cara pembayarannya diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berdasarkan bentuk dividen yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu : (Ang, 1997)
1. Deviden Tunai Dividen tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai. Nilai suatu dividen sesuai dengan nilai tunai yang diberikan. Tujuan emiten untuk memberikan dividen dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja saham di bursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham.
2. Dividen Saham Dividen saham merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Dividen yang diberikan dalam bentuk saham, di samping tujuan yang sama dengan dividen tunai juga bertujuan untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham di bursa efek. Di samping itu pemberian dividen dalam bentuk saham kadang-kadang juga diberikan karena memperhatikan likuiditas keuangan perusahaan. Direksi menilai bahwa likuiditas keuangan perusahaan tidak memungkinkan pembayaran dividen dalam bentuk tunai sehingga diputuskan dibayarkan dalam bentuk saham baru (dividen saham).
19 Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Kebijakan Deviden Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi kebijakan deviden adalah kebijakan untuk menentukan berapa laba yang harus dibayarkan (deviden) kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Deviden adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap akhir periode sesuai dengan persentasenya. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham disebut sebagai Deviden Payout Ratio (DPR). Riyanto (2001) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai “politik” yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003) kebijakan dividen adalah rencana tindakan yang harus diikuti dalam membuat keputusan dividen antara lain: 1. Apakah laba yang diperoleh seharusnya dibagikan atau tidak. 2. Apakah laba dibagikan dengan konsekuensi harus mengeluarkan saham baru. Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dengan keputusan dividen (dibagikan/ditahan).
20 Universitas Sumatera Utara
2.1.2.1 Teori-Teori Kebijakan Deviden Ada banyak teori yang menjelaskan tentang deviden. (Hartono, 2011) mengemukakan beberapa teori tentang deviden, yaitu : A. Dividend Irrelevance Theory (Dividen Tidak Relevan) Teori ini memandang bahwa kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. B. Teori bird in the hand “Satu burung di tangan lebih berharga dari seribu burung di udara”. Teori ini berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran deviden dinaikkan, sehingga sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari deviden daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal, dengan kata lain investor lebih menyukai deviden kas daripada laba ditahan. C. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak yang beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu: -
Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen.
21 Universitas Sumatera Utara
-
Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu
-
Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena keuntungan-keuntungan pajak ini, sebagian investor lebih suka perusahaan yang menahan sebagian besar laba perusahaan
dan akan mau
membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya lebih rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. Meskipun tiga konsep tersebut dianggap sebagai teori-teori utama mengenai kebijakan dividen, perkembangan ilmu keuangan modern memunculkan pendekatan baru yang lebih relevan dan lebih mampu menjelaskan kebijakan dividen dalam dunia bisnis praktis, yaitu signalling theory. Pengumuman dividen diyakini mempunyai informasi dan membawa sinyal tentang laba bersih saat ini dan potensi perusahaan di masa mendatang.
2.1.2.2 Prosedur Pembagian Deviden
Pengumuman pembagian deviden merupakan hal yang dinanti-natikan oleh pemegang saham, khususnya pemegang saham jangka panjang (long term investing) seperti investor besar, pemilik perusahaan, pengelola reksadana, atau investor profesional yang tidak terlalu dipengaruhi oleh naik turunnya harga saham. Mereka menganggap bahwa pembagian deviden merupakan bentuk komitmen terbaik perusahaan kepada pemegang saham yang loyal. Pembagian deviden setidaknya memberikan kepastian kepada pemegang saham, bahwa
22 Universitas Sumatera Utara
investasi uang dan waktu yang telah mereka korbankan selama ini kepada perusahaan telah berada di jalan yang benar. Setidaknya lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan mereka meletakkan kekayaan mereka di instrumen investasi lain seperti deposito, surat utang (obligasi), properti atau emas. Pada umumnya prosedur pengumuman saham dimulai dari keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tentang kebijakan pembagian deviden, diikuti dengan pengumuman resmi pembagian deviden, pencatatan pegang saham yang berhak menerima deviden, dan pembayaran deviden. 1. Tanggal pengumuman deviden (announcement date) Tanggal pengumuman dividen merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan.
2. Tanggal cum deviden (Cum-dIvidend date) Adalah tanggal terakhir perdagangan saham dimana pemegang saham masih berhak atas deviden periode berjalan. Biasanya dengan jangka waktu empat hari sebelum tanggal pencatatan pemegang saham. Misalnya, tanggal 19 Juli 2013 adalah tanggal terakhir pemegang saham berhak atas deviden kas PT. ABC sebesar Rp. 40/lembar. Tuan A membeli saham PT. ABC pada tanggal 18 Juli 2013
sebanyak 100.000 lembar. Atas
Pembelian tersebut Tuan A tetap berhak atas deviden kas sebesar Rp. 4.000.000,- dipotong pajak meskipun Tuan A segera menjual sahamnya pada tanggal 19 Juli 2013. 3. Tanggal ex-dividend (ex-dividend date)
23 Universitas Sumatera Utara
Adalah tanggal pada saat hak atas deviden periode berjalan dilepaskan dari sahamnya. Biasanya dengan jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham atau 1 (satu) hari kerja setelah tanggal cum dividend date. 4. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) Adalah tanggal dimana seorang harus terdaftar sebagai pemegang saham perusahaan publik atau emiten, sehingga ia mempunyai hak memperoleh deviden yang diperuntukkan bagi pemegang saham.
5. Tanggal pembayaran deviden (dividend payment) Tanggal pembayaran adalah tanggal dimana Deviden kas benar-benar dibayarkan kepada investor.
2.1.3 Saham Saham (common stock) merupakan bukti penyertaan kepemilikan pada suatu perusahaan, apakah itu perseroan terbatas atau perusahaan publik. Hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) biasanya sebanding dengan jumlah kepemilikan saham dalam perusahaan. Secara umum, berinvestasi dalam saham memungkinkan
untuk diperolehnya
“return”
yang lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi, walaupun untuk itu risiko yang dikandung juga lebih tinggi. Menurut Tatang (2011), kepemilikan atas suatu perusahaan dalam bentuk saham merupakan residual atau sisa, artinya pemegang saham akan menerima apa yang tersisa setelah semua klaim dipenuhi oleh perusahaan. Karena saham merupakan residual claims, saham tidak memiliki masa berlaku yang pasti,
24 Universitas Sumatera Utara
sehingga pemegang saham dapat terus memiliki saham tersebut sampai yang bersangkutan merasa perlu untuk menjualnya suatu saat kelak.
2.1.3.1 Nilai saham berdasarkan fungsinya Menurut Ang (1997) nilai dari suatu saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi atas tiga jenis yaitu: 1. Per Value (Nilai Nominal) Adalah nilai yang tercantum pada saham yang bersangkutan yang berfungsi untuk pencatatan akuntansi dan tidak dipergunakan untuk mengukur sesuatu. 2. Base Price (Harga Dasar) Merupakan harga yang dipergunakan di dalam perhitungan harga indeks saham yang akan berubah sesuai dengan aksi emiten. 3. Market Price (Harga Pasar) Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Dengan demikian harga pasar inilah yang akan menyatakan naik turunnya saham.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut Husnan (2003) adalah sebagai berikut : 1. Harapan investor
25 Universitas Sumatera Utara
Harapan investor terhadap tingkat keuntungan deviden untuk masa yang akan datang. Jika pendapatan atau deviden suatu saham stabil maka harga saham cenderung stabil. Sebaliknya, jika pendapatan atau deviden suatu saham berfluktuasi maka harga saham tersebut cenderung berfluktuasi pula. 2. Tingkat pendapatan perusahaan. Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per Share (EPS) terkait erat dengan peningkatan harga saham. Apabila fluktuasi EPS makin tinggi maka makin tinggi pula perubahan harga pasarnya. 3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian saat ini salah satunya dipengaruhi oleh kondisi masa lalu. Apabila kondisi perekonomian stabil, maka investor optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang sehingga harga saham cenderung stabil dan sebaliknya.
Setiap investor di pasar modal, baik investor individual maupun institusi, harus membekali diri dengan kemampuan yang cukup dalam menganalisis harga saham. Kecukupan bekal analisis tersebut akan dapat mengurangi resiko dan mengoptimalkan return harapan karena dengan analisis yang baik investor dapat mendeteksi saham-saham yang layak untuk dipilih sebagai sarana investasi. Menurut Tatang (2011), setidaknya ada dua analisis investasi atas saham yang paling umum diketahui, yaitu analisis fundamental (fundamental analysis) dan analisa teknikal (technical analisys). Dalam analisis fundamental, investor
26 Universitas Sumatera Utara
mencoba menghitung nilai dari suatu asset, sedangkan dalam analisis teknikal menekankan pada data pergerakan harga saham. Dalam hal ini, investor mencoba untuk mengetahui bagaimana perilaku harga di masa lalu yang mana berdasarkan pengetahuan perilaku harga tersebut investor mencoba menduga kemungkinan perilaku harga di masa yang akan datang dengan menekankan pada ‘pola’ datanya. Namun sejauh ini dari beberapa alat analisis investasi yang ada, tidak satupun ada yang berani secara eksplisit mengkalim bahwa alat analisis investasi tertentu lebih baik daripada yang lain
2.1.4 Return Saham Selain alat analisis fundamental dan teknikal, alat analisis lain yang juga sering digunakan dalam mengevaluasi kelayakan saham adalah analisis return (return analysis). Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Ang (1997) menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari suatu investasi, tentunya pemodal tidak mau repot-repot melakukan investasi yang pada akhirnya tidak ada hasilnya. Menurut Ang (1997), komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu: 1. Current Income Adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang diterima biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat.
27 Universitas Sumatera Utara
2. Capital Gain Adalah keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu investasi. Capital gain ini sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi yang besangkutan, yang berarti instrumen investasi tersebut harus diperdagangkan maka akan timbul perubahan nilai instrumen investasi. 2.1.4.1 Return Realisasi Jogiyanto (2003) menjelaskan bahwa return dapat berupa return realisasi (yang sudah terjadi) dan return ekspektasi (yang belum terjadi) tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Secara sistematis actual return dapat dirumuskan sebagai berikut :
ࡾ࢚ =
ࡼ࢚ ି ࡼሺ࢚షሻ ࡼሺ࢚ష ሻ
Dimana, Rit
= tingkat keuntungan saham i pada periode t
Pit
= harga penutupan saham i pada periode t
Pit-1
= harga penutupan saham i pada periode sebelumnya
2.1.4.2 Return Ekspektasi Tatang (2011) menjelaskan bahwa return ekspektasi merupakan suatu gambaran atas kemungkinan hasil investasi yang dikaitkan dengan probabilitas setiap hasil (keluaran atau output) yang diterima.
28 Universitas Sumatera Utara
Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square ) dengan persamaan : E(Rit) = αi + βi Rmt + εit dimana : E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode estimasi t αi
= intercept, independen terhadap Rmt
βi
= slope, resiko sistematis, dependen terhadap Rmt
Rmt
= return pasar, yang dihitung dengan rumus : Rmt
εit
= (IHSGt - IHSGt-1) IHSGt-1
= kesalahan residu sekuritas i pada periode estimasi ke t
2.1.4.3 Abnormal Return Abnormal return adalah selisih antara tingkat keuntungan yang sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Tatang (2011) mengartikan Abnormal return adalah kelebihan dari return yang sesungguhnya atas return yang diharapkan. Brown dan Warner (1985) dalam Nurlaili (2012), Abnormal return dapat dihitung melalui Market Adjusted Model dengan rumus : ARit = Rit – Rmt Dimana, ARit
= abnormal return saham i pada hari ke t
Rit
= actual return saham i pada hari ke t
Rmt
= return pasar.
29 Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Average Abnormal Return (AAR) Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan pada tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari dalam periode peristiwa (Jogiyanto, 2005). Rata-rata abnormal return merupakan jumlah total abnormal return yang dibagi dengan jumlah total keseluruhan sekuritas, dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut :
ࡾ࢚ = ሺ ࡾ࢚ሻ ି
Dimana, AARt
= average abnormal return pada hari ke t
ARit
= abnormal return pada sekuritas ke-i pada hari ke-t
k
= jumlah sekuritas pada event window
2.1.4.5 Cummulative Average Abnormal Return (CAAR) CAAR atau akumulasi rata-rata Abnormal Return merupakan penjumlahan rata-rata abnormal return hari sebelumnya dengan rata-rata abnormal return sesudahnya (Jogiyanto, 2005). Jika terdapat k buah sekuritas, maka CAAR dapat dihitung sebagai berikut :
ࡾ࢚ = ሺ ࡾ࢚ሻ Dimana,
ି
CAARt
= Jumlah AAR pada hari ke-t
CARit
= CAR pada perusahaan i pada hari ke-t
k
= Jumlah perusahaan k dalam event windows 30 Universitas Sumatera Utara
2.1.5
Volume Perdagangan Saham Menurut Husnan (2005), volume perdagangan saham merupakan rasio
antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu. Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham. Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para pemodal individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan menggunakanya dalam pembelian atau penjualan saham sehingga akan mendapatkan keuntungan di atas normal. Volume perdagangan merupakan suatu indikator likuiditas saham atas suatu informasi yang ada dalam pasar modal. Kegiatan perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator Trading Volume Activity (aktivitas volume perdagangan). Menurut Murphy (1986) dalam Nurlaili (2012) ada dua macam hubungan antara harga dan volume perdagangan saham. Kedua macam hubungan itu adalah sebagai berikut : a. Volume memperkuat pola harga saham (volume as confirmation in price patterns). Volume mengukur intensitas di belakang pergerakan harga. Volume yang besar mencerminkan derajat intensitas dan tekanan yang tinggi. Dengan memonitor tingkat volume bersama-sama dengan reaksi harga, analis dapat lebih mengukur tekanan pembelian atau penjualan di belakang pergerakan pasar. Informasi volume dapat digunakan untuk memperkuat atau menegaskan
31 Universitas Sumatera Utara
pergerakan harga. Volume akan berkembang dalam arah kecendrungan (trend) harga yang ada. Dalam kecendrungan menaik (uptrend), volume akan lebih besar sebagaimana harga bergerak lebih tinggi, dan akan menurun bila harga menurun. Selama pola ini berlanjut, volume dikatakan sebagai konfirmasi atas trend harga.
b. Volume mendahului harga (volume precedes price) Dengan memonitor harga dan volume secara bersamaan, sesungguhnya analis menggunakan dua alat yang berbeda untuk mengukur hal yang sama yaitu tekanan. Keadaan dimana harga-harga cenderung lebih tinggi dapat dilihat bahwa ada lebih banyak tekanan pembelian daripada penjualan. Analis percaya bahwa volume mendahului harga, berarti dampak dari tekanan pembelian dan penjualan akan terlihat dalam volume sebelum termanifestasi dalam harga.
2.1.6
Studi Peristiwa (Event Study) Studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi
pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat (Jogiyanto, 2003). Efisiensi pasar bentuk semi-kuat menyatakan bahwa harga-harga surat berharga betul-betul menggambarkan informasi yang dipublikasikan. Hal ini menekankan pada kecepatan informasi yang diterima para pemodal, artinya
32 Universitas Sumatera Utara
informasi tersebar dan diterima oleh para pemodal pada waktu yang hampir bersamaan, sehingga harga secara langsung dan cepat melakukan penyesuaian. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut ini diuraikan penelitian terdahulu yang menganalisis pengaruh pengumuman dividen terhadap return saham yang menjadi referensi pada penelitian ini: 1.
Soneta (2008) Penelitian yang dilakukan oleh Soneta pada tahun 2008 adalah “Pengaruh Pengumuman Deviden terhadap perubahan harga saham pada industri perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Sampel Penelitian terdiri dari 7 saham dengan teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan “Non Probability Sampling” dengan metode “Purpose Sampling”. Model yang digunakan adalah uji beda rata-rata berpasangan (Paired Sample T-test). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pengumuman deviden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham.
2.
Nurlaili Nasution (2012) Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili pada tahun 2012 berjudul “Pengaruh Pengumuman Deviden Kas terhadap harga dan volume penjualan saham pada perusahan properti yang terdaftar di bursa efek Indonesia” menggunakan 12 saham perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Variabel operasional dalam penelitian ini adalah volume perdagangan saham abnormal, expected return, abnormal return, actual return dan harga saham. Uji yang dilakukan adalah uji beda t test dengan sampel berhubungan 33 Universitas Sumatera Utara
( related sampel / paired sampel) dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan atas harga dan volume perdagangan sebelum dan sesudah pengumuman deviden kas. 3.
Galih Anindhita (2010)
Penelitian oleh Galih Anindhita pada tahun 2010 yang berjudul Analisis Reaksi dasar atas Pengumuman dividen sebelum dan sesudah ex-dividend date. (Studi Kasus pada Kelompok Cash Dividend Final Naik dan Turun pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Tahun 2004-2006) dengan 29 saham sebagai sampel penelitian, terdiri dari kriteria pengambilan sampel penelitian yaitu perusahaan yang terdaftar di BEJ yang melakukan pembagian dividen tunai selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2003 hingga 2006. Deviden tersebut dikelompokkan atas deviden naik dan deviden turun. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada pengumuman deviden naik, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata harga saham sebelum dan sesudah pengumuman deviden, sedangkan pada kelompok deviden turun, investor cenderung bereaksi negatif. Berdasarkan uraian tersebut, berikut disajikan tabel penelitian terdahulu yang menjadi referensi penelitian ini.
34 Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu Nama Soneta, 2008
Nurlaili
Variabel yang Hasil Penelitian digunakan Pengaruh - Ex-dividend 1. Rata – rata harga Pengumuman date saham mengaDeviden terhadap - Harga Saham lami penurunan perubahan harga setelah exsaham pada dividend date industri perbankan 2. pengumuman di Bursa Efek dividen memJakarta punyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham Judul
Pengaruh Pengumu man Deviden Kas Nasution, 2012 terhadap harga dan volume penjualan saham pada perusahan properti yang terdaftar di bursa efek Indonesia
- Volume Perdaganan Saham - Expected Return - Abnormal Return - Harga Saham
ada - Tidak pengaruh signifikan rata-rata harga saham sebelum dan sesudah pengumuman dividen kas. terdapat - Tidak pengaruh signifikan rata-rata volume penjualan saham baik sebelum ma-upun sesudah pengumuman dividen kas - Tidak ada perbedaan harga dan volume penjualan saham baik sebelum maupun sesudah pengumuman dividen kas
35 Universitas Sumatera Utara
Galih Anindhita, Analisis 2010
Reaksi Pasar atas Pengumuman dividen sebelum dan sesudah ex-dividend date. (Studi Kasus pada Kelompok Cash Dividend Final Naik dan Turun pada Perusahaanperusahaan yang Terdaftar di BEJ Tahun 20042006)
Ex-dividend date - Pada deviden naik, tidak ditemukan perbedaan harga Anormal Return saham yang signifikan sebelum atau sesudah exdividend date. - Pada deviden turun, investor memberi reaksi yang negatif.
- Perilaku investor terhadap pengumuman dividen cenderung menganut Tax preference theory, dimana nampaknya investor justru tidak menyukai pembagian dividen tunai yang besar.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian Tanggal-tanggal penting di seputar
pembagian deviden yang aktual
menurut Sularso (2003) dimulai dengan tanggal pengumuman kas, cum date, tanggal ex-dividend date, record date dan tanggal pembayaran deviden. Tanggal ex-deviden (ex-dividend date) adalah tanggal pada saat hak atas deviden periode berjalan dilepaskan dari sahamnya. Kebanyakan investor pada waktu ex-dividend date akan berpikir bahwa pembagian deviden akan mempengaruhi harga dan volume perdagangan saham. Hal ini didasarkan pada beberapa pemikiran, dimana pada pemikiran pertama investor yang telah membeli saham hingga saat cum-dividend date akan segera
36 Universitas Sumatera Utara
menjual sahamnya untuk memperoleh gain di satu sisi dan deviden di sisi yang lain, sementara Investor baru yang ingin memperoleh gain dari saham tersebut akan memilih untuk tidak membeli atau menunda membeli saham tersebut sampai harga saham tersebut relatif stabil. Banyaknya penawaran dan sedikit permintaan secara teori akan menurunkan harga saham. Pada pemikian kedua, investor melihat bahwa apabila perusahaan membayarkan deviden secara tunai kepada pemegang saham, hal ini akan mempengaruhi cash flow perusahaan yang dapat mengganggu operasional perusahaan. Kedua pemikiran tersebut akan menyebabkan penurunan harga saham sebanding dengan return yang telah hilang. Pengujian atas kandungan informasi dilakukan untuk melihat reaksi pasar di seputar ex-dividend date yang ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dan volume penjualan saham. Reaksi perubahan harga saham biasanya dinilai dengan return
saham, sedangkan volume perdagangan diukur dengan
TVA (Trading Volume Activity). Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi kerangka konseptual penelitian ini adalah : Ex-Dividend date Rata-Rata Volume Perdagangan dan Harga Saham sebelum Ex-dividend date
Rata-Rata Volume Perdagangan dan Harga Saham sesudah Ex-dividend date
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
37 Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atau suatu penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan hasil penelitian yang mendukung penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 = Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara volume perdagangan sebelum dan sesudah Ex-dividend date. H2 =
Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara harga saham sebelum dan sesudah pengumuman deviden kas Ex-dividend date.
38 Universitas Sumatera Utara