BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian tentang makna kata dalam Alquran sudah pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya antara lain seperti; Analisis semantik Kata Faradah, katabah dan kutiba Dalam Alquran. Oleh Halomoan Lubis (940704020). hasilnya adalah kata faradah terdapat pada 4 surah dan memiliki arti fardukan, menetapkan, mengerjakan, memerlukan dan mewajibkan dengan makna leksikalnya fardukan dan mewajibkan dan selebihnya makna gramatikal. Kata katabah terdapat pada 8 surah memiliki arti, ditetapkan, dihalalkan, ditentukan, mewajibkan, dituliskan, menanamkan, diperlukan dengan makna leksikalnya dituliskan dan selebihnya makna gramatikal. Kata kutiba terdapat pada 12 surah dan memiliki arti diwajibkan, ditetapkan, diperlukan, ditentukan, dituliskan, diputuskan, diperintahkan, dan ditakdirkan, dengan makna leksikalnya dituliskan dan selebihnya makna gramatikal. Selain itu penelitian seperti ini juga telah dilakukan oleh Helwati (990704006) dengan judul “Analisis Kata Al-Dinu Dalam Alquran”. hasilnya kata Al-dinu terdapat dalam Alquran sebanyak 94 kata, tersebar pada 40 surah dan berbagai sigah dan ayat, dan memiliki banyak makna diantaranya : agama 65 kali, hari pembalasan 17 kali, ketaatan 10 kali, dikuasai 1 kali dan undang-undang 1 kali. Kedua peneliti diatas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini yakni : Analisis Kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/, ﺧﲑ/khair/, dan ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ Ditinjau Dari Segi Makna Leksikal dan Gramatikal. Dalam penelitian ini peneliti mengkaji objek yang berbeda, yang tentu saja hasilnya akan berbeda pula. 2.2 Konsep dan Jenis-Jenis Makna
8 Universitas Sumatera Utara
Semantik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda dalam bahasa. Dalam bahasa Arab disebut `ilm ad-dalalah. `ilm-ad-dalalah ini terdiri atas dua kata: `ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah yang berarti penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan yang mengetahui tentang makna. Secara terminologis, ilm- ad-dalalah sebagai salah satu cabang linguistik (`ilm al-lughoh) yang telah berdiri sendiri yaitu ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran makna mufrodat (kosa kata) maupun pada makna dalam tataran tarokib (struktur atau gramatikal bahasa).(http://www.falaaḥisme.blogspot.com/2013/04/pengertian-ilmusemantik-atau-ilmu-ad.html). Menurut Umar, (1998:11) ‘ilm ad-dilalah adalah sebagai berikut:
ِ ِ ِ ِ ِ َع ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻠ ِﻢ اﻟﻠّﻐَﺔ اﻟّ ِﺬ ْي ﻳـَﺘَـﻨَ َﺎو ُل ﻧَﻈْ ِﺮﻳَﺔ َ س اﻟْ َﻤ ْﻌ َﲎ اَْو َذﻟ ُ ﻳـً َﻌﱠﺮﻓُﻪُ ﺑـَ ْﻌ ُ ﻚ اﻟ َﻔ ْﺮ َ ﻀ ُﻬ ْﻢ ﺑﺎَﻧﱠﻪُ د َر ُ اﺳﺔُ اﻟْ َﻤ ْﻌ َﲎ اَْو اَﻟْﻌ ْﻠ ُﻢ اﻟّﺬ ْي ﻳَ ْﺪ ُر اﳌ ْﻌ َﲎ َ
/yu‘arrifuhu ba‘duhum bi`annahu dirāsatu al-ma‘nā au al-‘ilmu al-lażī yadrusu al-ma`nā au żalika al-far‘u min ‘ilmi al-lugati al-lażī yatanāwalu na‘riyata alma‘nā/ “didefenisikan sebagian mereka dengan studi tentang makna atau ilmu yang memepelajari tentang makna, atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna” Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang menarik. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filsuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu, yakni (i)menjelaskan kata secara alamiah,(ii) mendeskripsikan kalimat secara alamiah dan (iii) menjelaskan makna dalam proses
komunikasi(Kempson,1977:11).
Dalam
hubungan
ini
kempson
berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii) kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi. (Pateda, 2001:79)
9 Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Makna Gramatikal Afiksasi Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan
mempunyai
kaitan
dengan
fitur
semantik
bentuk
dasarnya.
Umpamanya dalam prefiksasi dengan prefiks ber- pada bentuk dasar nomina yang berfitur makna [+pakaian] atau [+perhiasan] akan melahirkan makna gramatika ‘mengenakan’ atau ‘memakai’. Misalnya pada kata berdasi, bersepatu, berbedak, dan berpita. Pada bentuk dasar yang berfitur semantik [+kendaraan] akan melahirkan makna ‘mengendarai’,’naik’ atau ‘menumpang’. Misalnya pada besepeda, berkereta, berkuda dan berbemo. (Chaer : 2003) Bahasa
Arab
terkenal
dengan
kekayaan
kosakatanya.
Kekayaan
kosakatanya ini antara lain disebabkan adanya bentuk tunggal, dual, jamak serta didapati jenis maskulin dan feminim. Diantara kajian yang dilakukan para ahli dalam menyatukan persepsi tentang bahasa ini adalah menyatukan kesamaan pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari aspek morfologis. Salah satu aspeknya adalah afiksasi atau pengimbuhan yang dilekatkan pada kata dasar. Pengimbuhan pada kata dasar ini mampu memberikan makna yang beragam sehingga
dapat
memperkaya
kosa-kata
dalam
suatu
bahasa.
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Chaer, 1994 : 29). Afiksasi adalah Imbuhan atau bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar dapat merubah makna gramatikal (KBBI, 1995 : 10). Penambahan morfem asi, afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar atau kata dasar,seperti morfem ber pada kata bertiga, morfem er pada kata gerigi , dan morfen an pada kata ancaman. Pembahasan mengenai afiks dapat
10 Universitas Sumatera Utara
di temukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. 2.2.2 Afiksasi Bahasa Arab
Menurut Nāşif (1994 : 8) dalam Rasyid (2009 : 2). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan ﺣﺮف اﻟﺰﻳﺎدة/harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. Kata ﺣﺴﻦ /ḥasan/, ﺧﲑ/khair/, dan ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ dilihat dari kelas kata merupakan isim sifat (adjektiva), berikut ini jenis-jenis afiksasi dari bentuk dasar isim adjektiva. 1.
Prefiks (as-sābiq) (-- ) ﺃ/a--/ :
Menurut Hamalāwī (1953 : 81) dalam Rasyid (2009 : 5) Prefiks (as-sābiq) (-- )ﺃ/a--/ ini berlaku pada
اﺳﻢ ﺗﻔﻀﻴﻞ/ism tafdhīl/ yang menunjukkan
perbandingan dua benda dimana salah satu dari yang dibandingkan itu memiliki kelebihan. Contoh: Hamzah + (Adj) = N
أ+ أﻛﱪ =ﻛﺒﲑ Prefiks hamzah + /kabīrun/’ besar’ = /akbaru/’ yang lebih besar’ Penambahan morfem hamzah di awal kalimat ﻛﺒﲑ/kabīrun/’ besar’ menjadi
أﻛﱪ/akbaru/’ yang memiliki makna sangat besar’. Contoh makna gramatikal afiksasi dalam Alquran yang sementara ini peneliti temukan diantaranya:
11 Universitas Sumatera Utara
/ṣibgata allahi wa man aḥsanu mina allahi ṣibgatan wa nahnu lahū ‘ābadūna/ “Sibghah Allah.” Siapa yang lebih baik sibghah-nya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah. “(Qs, Al Baqarah : 138) Pada ayat Alquran di atas terdapat kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/ yang mengalami proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah penambahan prefiks alif pada bentuk dasar ﺣﺴﻦ/ḥasan/ sehingga menjadi
أﺣﺴﻦ/aḥsanu/ bermakna
gramatikal ‘lebih baik’.
/Wainnahum ‘indanā laminal muśţafainal akhyāri/. “ Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS, Shād : 47) Pada ayat Alquran di atas terdapat kata ﺧﲑ/khair/, yang mengalami proses gramatikal afiksasi. Proses afiksasi disini adalah prefiks alif pada bentuk dasar ﺧﲑ /khair/ sehingga menjadi
ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر/akhyār/ bermakna gramatikal ‘paling baik’.
Dari kedua ayat tersebut terdapat perbedaan bahwa kata أﺣﺴﻦ/aḥsanu/ di artikan “lebih baik” atau dengan kata lain menyatakan perbandingan dua, sementara kata ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر/akhyār/ diartikan “paling baik” atau dengan kata lain menyatakan “paling” dan memang didalam alquran kata-kata ْاﻷَ ْﺧﻴَﺎر/akhyār/ tidak ada diartikan lebih baik namun hanya di artikan “paling baik” saja dapat dilihat nanti analisis berikutnya di bab III. Sementara peneliti tidak menemukan kata tayyib yang mengalami proses afiksasi prefiks (as-sābiq) (-- )ﺃ/a--/ ini.
12 Universitas Sumatera Utara
2.
Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/:
Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/ berlaku pada ism yang termasuk dalam
kategori ﺻﻔﺔ ﳌﺸﺎﻬﺑﺔ/şifah musyabbahah/ yang terdiri dari beberapa wazan. Salah satu dari wazan dari şifah musyabbahah ini ada yang mendapat tambahan huruf (az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/. Contoh : (Adj)+Alif + = N
ا = ﺟﺒـﺎن+ ﺟﱭ/jabana/ ‘takut’ + infiks
(--ﺍ--) /--ā--/: = /jabānun/ ‘penakut’
penambahan morfem alif di tengah kalimat ﺟﱭ/jabana/’ takut’ menjadi ﺟﺒـﺎن /jabānun/ yang memiliki makna penakut. Contoh Dalam Qs. Ar-Rahmān : 70 terdapat kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/ yang mendapat infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/
/fihinna khairātun ḥisānun/“di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik” (Qs. Ar-Rahmān : 70 )
/muttaki`īna ‘alā rafrafin khuḍrin wa ‘abqariyyin ḥisānin/“mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.”
Kata ﺣﺴﺎن/ḥasān/ dalam ayat Alquran di atas mendapat pengaruh sintaksis dengan bentuk ِﺣﺴﺎَ ٍن/ḥisānin/ dan diterjemahkan dengan cantik-cantik (Qs. Ar-
13 Universitas Sumatera Utara
Rahmān: 70) bermakna gramatikal menunjukkan makna jamak dan pada Qs. ArRahmān: 76 diterjemahkan dengan yang indah
bermakna gramatikal
menunjukkan makna menerangkan sifat yang baik. Untuk sementara peneliti tidak menemukan kata ﺧﲑ/khair/, dan ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ yang mengalami prosese afiksasi Infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/ ini. 3.
Sufiks (al-lāḥiqah) ( ﺍﻥ--) /--āni/
Menurut Yāsīn (1996 : 47) dalam Rasyid (2009 : 5) konfiks ini ditambahkan pada bentuk dasar nomina (ism) tunggal, maka tambahan alif dan nun tersebut akan menjadi dual ( ﻣﺜﲎ/ muśannā), yaitu ism (nomina)yang menunjukkan dua. Proses afiksasinya dilakukan di akhir ism tunggal tersebut. Contoh:
ن = ﻛﺘﺎﺑﺎن- ا+ ﻛﺘﺎب /kitābun/’ sebuah buku’ + Sufiks ( ﺍﻥ--) /--āni/ = /kitābāni/’ dua buah buku’ Penambahan morfem alif dan nun pada akhir kalimat ﻛﺘﺎب/kitābun/’buku’ menjadi ﻛﺘﺎﺑﺎن/kitābāni/’ yang mengandung makna dua buah buku.’ Peneliti tidak menemukan contohnya pada kata dalam Alquran Kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/, ﺧﲑ/khair/, dan ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ yang mengalami proses afiksasi ini. 4.
Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻭﻥ--) /--ūna/
Menurut Yāsīn (1996 : 47-48) dalam Rasyid (2009 : 5) dalam bahasa Arab pembentukan jamak ada tiga, pertama jamak laki-laki’, kedua,
ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮاﻟﺴﺎﱂ/jama’mużakkar-l- sālim/’
ﲨﻊ ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ/jama’ muannaś –l-sālim/’ jamak
14 Universitas Sumatera Utara
perempuan’, ketiga, ﲨﻊ ﺗﻜﺴﲑ/jama’ taksīr/. Adapun jamak mużakkar–l-sālim adalah jamak yang menunjukkan jamak untuk laki-laki dengan menambahkan (ﻭﻥ--) /--ūna/ pada akhir ism (nomina) tunggalnya.
Contoh:
ن = ﺻﺎﺋﻤـﻮن- و+ ﺻﺎﺋـﻢ /şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ + Sufiks (ﻭﻥ--) /--ūna/= /şāimūna/ ‘beberapa laki-laki yang berpuasa’. Penambahan morfem waw dan nun pada kalimat ﺻﺎﺋـﻢ/şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ menjadi ﺻﺎﺋﻤـﻮن/şāimūna/ beberapa orang laki-laki yang berpuasa. Contoh dalam Qs. An-Nūr: 26 terdapat kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ yang mendapat sufiks (al-lāḥiqah) (ﻭﻥ--) /--ūna/
/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu liṭṭayyibātu liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” Kata ﻁﻴﺒﻮﻥ/ṭayyibūna/ dalam ayat Alquran di atas diterjemahkan dengan laki-laki yang baik (Qs. An-Nūr: 26) bermakna gramatikal makna pelaku yang 15 Universitas Sumatera Utara
menunjukkan jamak. Sedangkan peneliti tidak menemukan kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/,
ﺧﲑ/khair/ dalam Alquran mengalami proses afiksasi Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻭﻥ--) /-ūna/, 5.
Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻳﻦ--) /--aini/, /--īna/.
Menurut Yāsīn (1996 : 50) dalam Rasyid (2009 : 5) proses afiksasi ya’ dan nun ini belaku juga pada ism (nomina) yang menunjukkan mušannā dalam status nasab dan kasrah (posisi tempat ‘irab yang mewajibkan baris kasrah atau fathah. Selain pada mušannā , konfiks ya dan nun juga berlaku pada ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ/jamak mużakkar sālim/ yang berada dalam status nasab dan kasrah seperti pada mušannā. Namun bedanya kalau pada mušannā sebelum huruf ya’ berbaris fathah sedangkan pada ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ/jamak mużakkar sālim/ sebelum huruf ya’ berbaris kasrah. Contoh :
ي– ن = ﻛﺎﺗﺒَﻴـﻦ+ ﻛﺎﺗﺐ /kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ + konfiks ya’dan nun = / katibaini/’dua orang penulis laki-laki’ Penambahan morfem ya’dan nun pada kalimat ﻛﺎﺗﺐ/kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ menjadi ﻛﺎﺗﺒَﻴـﻦ/katibaini/ yang mengandung makna dua orang penulis laki-laki. Contoh dalam Qs. At-Taubah : 5 terdapat kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/ dan dalam Qs. AnNūr: 26 terdapat kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ yang mendapat Sufiks (al-lāḥiqah) (ﻳﻦ--) /--aini/.
16 Universitas Sumatera Utara
/qul hal tarabbaṣūna binā illā iḥdā al- ḥusnayaini.../Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan...( Qs. AtTaubah : 5)
/alkhabīṡātu lilkhabīṡīna wa al-khabīṡūna lil khabīṡāti, wa aṭ-ṭayyibātu liṭṭayyibīna wa aṭ-ṭayyibūna liṭṭayyibāti, `ulā`ika mubarra`ūna mimma yaqūlūna, lahum magfiiratun warizqun karīmun/ “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan lakilaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)” (Qs. An-Nūr: 26) Dari contoh di atas kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/ mengalami proses afiksasi menjadi bentuk mušannā yang artinya “dua kebaikan” sementara kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ menjadi bentuk
ﲨﻊ ﻣﺬﻛﺮ ﺳﺎﱂ/jamak mużakkar sālim/ yang diartikan “laki-laki
yang baik”. Dan peneliti tidak menemukan kata ﺧﲑ/khair/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi ini. 6.
Sufiks (al-lāḥiqah) (ﺍﺕ--) /--āti/.
Menurut Qabsy (1979 : 45) dalam Rasyid (2009 : 6) sufiks (ﺍﺕ--) /--āti/ berlaku pada jamak
ﲨﻊ ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ/jama’ muannaś –l-sālim/ yaitu dengan
menambahkan afiks di akhir dari ism (nomina) tunggal.
17 Universitas Sumatera Utara
Contoh Dalam Qs. Hūd: 114 terdapat kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/, Qs. Al-Baqarah : 148 terdapat kata ﺧﲑ/khair/, dan dalam Qs. Al-Baqarah: 57 terdapat kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ yang mengalami proses sufiks (al-lāḥiqah) (ﺍﺕ--) /--āti/:
/Aqimi aṣṣalāta tara fī an-nahāri wa zulafan minallaili, inna al-ḥasanāti yużhibna as-sayyi`āti, żālika żikrāliżżākirīna/ dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.(Qs. Hūd: 114)
... /wa likulli wijhatun huwa muwallīhā fastabiqū alkhairāt/“dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlombalombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Qs. Al-Baqarah : 148)
/ waẓallalnā 'alaykumu alghamāma wa-anzalnā 'alaykumu almanna wa alssalwā kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum wamāzhalamuunā walākin kānuu anfusahum yaẓlimuuna / “dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa"makanlah dari makanan yang baik-
18 Universitas Sumatera Utara
baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri”. (Qs. Al-Baqarah: 57) Dari 3 contoh di atas semuanya menunjukkan jamak karena berbentuk ﲨﻊ
ﻣﺆﻧﺚ اﻟﺴﺎﱂ/jama’ muannaś –l-sālim/. Namun dari segi penggunaannya terdapat perbedaan seperti kata ﺣﺴﻦ/ḥasan/
diartikan “perbuatan-perbuatan” yang baik
lebih nampak pada prosesnya, dan kata ﺧﲑ/khair/ diartikan “kebaikan” lebih kepada hasil. Misalnya seperti pernyataan ini “Dengan kita melakukan perbuatanperbuatan yang baik maka yang dihasilkan adalah kebaikan”. Kebaikan jadi disini lebih kepada hasilnya atau suatu keadaan yang baik. Sementara kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ tampak jelas perbedaannya dimana kata ﻃﻴﺐ/ṭayyib/ diartikan “makanan-makanan yang baik” dia lebih kepada sifat suatu benda atau sifat makanan. Peneliti menggunakan teori (Chaer : 2003) Makna gramatikal afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada bentuk dasar. Dalam bahasa indonesia afiksasi merupakan satu proses penting dalam pembentukan dan penyampaian makna. Jenis afiks dan makna gramatikal yang dihasilkan cukup banyak dan beragam. Satu hal yang jelas makna afiks yang dihasilkan mempunyai kaitan dengan fitur semantik bentuk dasarnya. untuk istilah dan teori afiksasi arab peneliti mengambil teori (Rasyid :2009). Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan
ﺣﺮﻑ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ/harf-l-
ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. jenis-jenis afiksasi dari bentuk adjektiva yaitu : Prefiks (as-sābiq) (--)ﺃ /a--/, infiks ( az-ziyādah) (--ﺍ--) /--ā--/, sufiks ( al-lāḥiqah) ( ﺍﻥ--) /--āni/ sufiks (allāḥiqah) (ﻭﻥ--) /--ūna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﻳﻦ--) /--aini/, /--īna/, sufiks (al-lāḥiqah) (ﺍﺕ--) /--āti/
19 Universitas Sumatera Utara