BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan dan mencari
dana.
Akan
tetapi,
manajer
keuangan
juga
harus
mampu
menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah. Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk memperlancar kegiatan operasinya. Menurut Irawati (2005:1) pengertian manajemen keuangan adalah : “Manajemen Keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi, di mana di dalamnya termasuk kegiatan planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan yang biasanya dilakukan oleh manajer keuangan. Sama
halnya
menurut
Prasasto
(2008)
dalam
situs
www.prasasto.blogspot.com yaitu : “Manajemen Keuangan merupakan manajemen terhadap fungsifungsi keuangan. Fungsi-fungsi keuangan tersebut meliputi bagaimana memperoleh dana (raising of fund) dan bagaimana menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut.”
Sama halnya menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org) mengartikan bahwa : Manajemen Keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu : 1. Aktivitas penggunaan dana yaitu mengivestasikan dana pada berbagai aktiva.
aktivitas
untuk
2. Aktivitas perolehan dana yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan 3. Aktivitas pengelolaan aktiva yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva harus dikelola seefisien. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu usaha-usaha pengelolaan secara optimal dana-dana yang akan digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut baik dana dalam perusahaan maupun dana di luar dari perusahaan ke dalam berbagai bentuk investasi.
2.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan Untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expens atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion (Irawati;2005;4). Tujuan dari perusahaan terdiri dari: (1) memaksimalkan kemakmuran pemegang saham; (2) memaksimalkan laba; (3) memaksimalkan balas jasa bagi pihak manajemen; (4) tujuan-tujuan yang berkaitan dengan perilaku; dan (5) tanggung
jawab
sosial.
Manajemen
keuangan
memiliki
tujuan
untuk
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang dicapai melalui upaya memaksimalkan harga saham perusahaan. Tujuan dari manajemen keuangan bukan untuk memaksimalkan laba perusahaan, karena sifatnya yang jangka
pendek dan hanya satu periode saja. Memaksimalkan kemakmuran pemegang saham bersifat jangka panjang, karena pemegang saham berkepentingan terhadap laba di masa depan dan juga laba saat ini (www.wibowo.blogspot.com).
2.1.3 Tanggung Jawab Manajemen Keuangan Irawati (2005;5) menyatakan bahwa tanggung jawab manajemen keuangan adalah membuat planning tentang pengadaan dan pengalokasian dan guna memaksimumkan nilai perusahaan. Di mana di dalamnya menyangkut kegiatan sebagai berikut : 1. Peramalan dan Perencanaan Manajer keuangan harus berhubungan dengan para eksekutif yang lain dalam memprediksi masa depan perusahaan. 2. Keputusan Investasi dan Pembiayaan Manajer keuangan harus dapat menyediakan modal untuk bahan pendukung dalam pertumbuhan perusahaan. Sumber dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan adalah modal internal dan eksternal. 3. Pengkoordinasian dan Pengendalian Manajer keuangan juga harus dapat bersikap kooperatif atau bekerja sama dengan eksekutif bidang lain agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Interaksi dengan Pasar Modal Dikarenakan pasar modal sebagai salah satu tempat penyedia dana, maka manajer keuangan harus selalu berhubungan dengan pasar modal.
2.1.4 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan menurut Prasasto (2008) dalam situs www.prasasto.blogspot.com adalah :
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan, dengan demikian tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Kegiatan penting lain yang
harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat (4) aspek yaitu: 1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, di mana manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan. 2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya. 3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin. 4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal, manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di mana dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat diperdagangkan. Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya. Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.2
Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Afandi (2008) dalam blognya www.dahlanforum.wordpress.com yaitu : “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” Dari pengertian di atas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan
yang
lengkap,
dengan
tujuan
untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen. Laporan keuangan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena adanya laporan keuangan dapat menunjukkan seberapa sehat perusahaan serta mengetahui besarnya laba/rugi perusahaan serta informasi penting lainnya. Menurut Harahap (2004;105) menyebutkan bahwa : “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.” 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Menurut Helmi (2009) dalam blognya
(shelmi.wordpress.com)
menyatakan bahwa tujuan dan manfaat laporan keuangan adalah : Tujuan dan manfaat utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tersebut akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan yang diambilnya. Menurut prinsip Akuntansi Indonesia (1984) dalam Harahap (2004;132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah: 1. Untuk memberi informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.3 Jenis – jenis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2002:5) mengatakan bahwa jenis-jenis laporan keuangan adalah : “Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan) Laba/Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering disebut diikut-sertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya.” Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2004:78) jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari : 1. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi adalah laporan mengenai penghasilan, biaya laba/rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu.
2. Neraca Neraca adalah laporan mengenai aktiva, hutang, dan modal dari perusahaan pada suatu saat tertentu. 3. Laporan Laba Ditahan Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari tahuntahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen. 4. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas merupakan ringkasan aliran kas untuk suatu oeriode tertentu (1 tahun).
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan lainnya yang juga tercantum dalam kutipan di atas merupakan bagian integral dari laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri.
2.2.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Harahap (2004 ; 16) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
ketidakpastian. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.
2.3 Analisis Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Agar laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi yang berarti, maka perlu dilakukan interpretasi dan analisis yang memadai sehingga dapat membantu bagi keputusan yang diambil. Menurut Djarwanto (2008) yang dikutip dari situs www.scribd.com menyatakan bahwa : “Analisis laporan keuangan adalah merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik.” Sedangkan
menurut
Prastowo
yang
dikutip
juga
dari
situs
www.scribd.com berpendapat bahwa : “Analisis laporan keuangan adalah suatu proses membedah-bedah laporan keuangan ke dalam komponen-komponennya. Penelaahan
mendalam terhadap masing-masing komponen dan hubungan diantara komponen-komponen tersebut akan menghasilkan pemahaman menyeluruh atas laporan keuangan itu sendiri.” Menurut Bernstein yang dikutip dari situs www.scribd.com analisis laporan keuangan diartikan sebagai : “Financial statement Analysis is the judgemental process that aims to evaluate the current and past financial positions and results of operation of an enterprise with primary objective of determining the best possible estimates and predictions about future conditions and performance.” 2.3.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan Hudaya
(2011)
dalam
situsnya
www.manajemenkeuangan10.co.cc
mengemukakan bahwa teknik analisis laporan keuangan yaitu : 1. Analisis perbandingan Analisis perbandingan dilakukan berdasarkan laporan keuangan yang disusun secara horisontal dan dibandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lain dalam rupiah maupun unit. Analisis laporan keuangan dengan teknik ini dapat menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan pos-pos dalam laporan keuangan dalam rupiah, unit, persentase dan perbandingan atau rasio. 2. Common size Teknik common size menggunakan pola atau teknik penyederhanaan angka dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dengan teknik ini memerlukan angka dasar sebagai dasar perhitungan konversi, untuk neraca biasanya menggunakan total aktiva atau total pasiva sebagai dasar dengan angka 100%. 3. Analisis indeks dan trend Analisis laporan keuangan dengan teknik angka indeks disusun berdasarkan laporan keuangan beberapa periode. Analisis ini mengubah semua angka dalam suatu laporan keuangan pada tahun dasar menjadi angka 100 atau angka indeks. Pemilihan tahun dasar tidak selalu berpatokan pada tahun yang paling awal, tetapi tahun yang dianggap
normal. Laporan keuangan yang dibandingkan dikonversikan ke indeks sehingga menjadi laporan indeks berseri dengan tahun dasar yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Teknik analisis trend digunakan untuk memproyeksi keuangan perusahaan berdasarkan data historis laporan keuangan beberapa periode. 4.
Analisis rasio Teknik analisis rasio dilakukan dengan membandingkan data laporan keuangan dengan pos keuangan yang relevan dan signifikan.
2.4
Analisis Rasio Keuangan
2.4.1 Rasio Sebagai Analisis Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang analis memerlukan adanya yardstick atau ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Munawir (2002;64) menyatakan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama
apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio
pembanding yang digunakan sebagai standar. Harahap (2004 ; 297) menyatakan : “Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Menurut Sundjaja dan Barlian (2004;128) : “Analisis Rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan.”
2.4.2 Jenis Rasio Keuangan Terdapat banyak jenis rasio keuangan. Karena rasio dibuat berdasarkan kebutuhan analis dalam memahami kinerja keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2004;301) : Adapun rasio keuangan yang sering digunakan adalah : 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. 2. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. 3. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. 4. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal atau aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). 5. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. 6. Rasio Pertumbuhan Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun.
7. Market Based (Penilaian Pasar) Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan di
pasar
modal
yang
menggambarkan
situasi/keadaanprestasi
perusahaan di pasar modal. 8. Rasio Produktivitas Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan Net Pofit Margin (NPM) yang apabila dikelompokkan berdasarkan tujuannya termasuk kedalam kelompok Profitability Ratios, karena digunakan untuk mengukur dan menghitung tingkat kemampuan perusahaan dalam melakukan operasinya.
2.4.3 Manfaat Analisis Rasio Manfaat analisis rasio menurut Wikipedia dalam situsnya www. id.wikipedia.org, adalah : “Analisis rasio dapat digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan.” Menurut Munawir (2002;67) salah satu manfaat analisis rasio keuangan adalah dapat membandingkan angka rasio perusahaan kita dengan perusahaan lain yang menajadi pesaing usahanya, yang kita anggap memperoleh sukses dalam usahanya. Dengan membandingkan angka rasio perusahaan kita dengan perusahaan pesaing, akan dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan kita dan dapat diadakan perbaikan atau tindakan-tindakan seperlunya. Dengan cara demikian maka kita akan selalu terdorong untuk mengadakan koreksi terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan serta keadaan yang kurang baik atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dalam perusahaan. Dengan kata lain bahwa
dengan analisis rasio yang dibandingkan dengan angka pembanding yang tepat manajemen atau penganalisis akan mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, dan manajemen dapat memperbaikinya sebelum masalahnya lebih parah lagi. Analisis rasio perusahaan merupakan langkah awal dalam analisis keuangan, karena sebagaimana fungsinya rasio keuangan yang dirancang dapat digunakan untuk memberi gambaran hubungan perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Manfaat dari analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu 1. Pihak Intern (Manajemen) Dalam sudut pihak intern perusahaan atau manajemen, analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk : a. Mengantisipasi keadaan di masa yang mendatang, dan b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak Ekstern (Investor) Dalam sudut pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan yaitu untuk meramalkan masa depan perusahaan, atau dengan kata lain dari sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu untuk menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut
bisa
berkembang
dalam
arti
dapat
melakukan
operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut gulung tikar, sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam perusahaan tersebut (Irawati;2005;24).
2.5
Kinerja (Performance) Perusahaan Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya dan memenuhi
kebutuhan masyarakat sangat tergantung dari kinerja perusahaan dan manajer perusahaan di dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
2.5.1 Pengertian Penilaian Kinerja Perusahaan Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997; 503) adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2. Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (peralatan), sedangkan penilaian kinerja menurut Mulyadi (1997;419) adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (sumber : www. library.usu.ac.id). Sedangkan
menurut
Helfert
(1996:67)
dalam
situs
www.webcache.googleusercontent.com bahwa : “Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen.” Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan manajemen dalam pengambilan keputusan. Manajemen dapat berinteraksi dengan lingkungan interen maupun eksteren melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan.
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaan Menurut
Munawir
(2000:31)
yang
dikutip
dari
situs
www.webcache.googleusercontent.com menyatakan bahwa tujuan penilaian kinerja perusahaan adalah : a.
Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
b.
Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
c.
Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
d.
Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas utang-utangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Adapun manfaat dari penilaian kinerja perusahaan adalah sebagai berikut : a.
Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu.
b.
Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
c.
Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang datang.
d.
Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.
e.
Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan (Sumber :. www.webcache.googleusercontent.com).
2.5.3 Pengukuran dalam Penilaian Kinerja Perusahaan Menurut Mulyadi (2001 ; 434) yang dikutip dari situs www. library.usu.ac.id terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara kuantitatif, yaitu ukuran kriteria tunggal (single criteria), ukuran kriteria beragam (multiple criteria), dan ukuran kriteria gabungan (composite criteria). 1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria) Mengukur kinerja karyawan di mana orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain, yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya. 2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria) Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja. 3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria) Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk mendapatkan
ukuran
tunggal
kinerja
manajer,
setelah
memperhitungkan bobot beragam kriteria kinerja masing-masing.
2.6
Return On Investment (ROI)
2.6.1 Pengertian Return On Investment (ROI) Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting karena merupakan salah satu teknik yang bersifat menyeluruh (comprehensive). Analisis ROI merupakan teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan.
ROI
merupakan salah satu Rasio Profitabilitas yang mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam total asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir;2002;89). Pengertian Return on Investment menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004;74) adalah : “Return on Investment (ROI) menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.” Menurut Irawati (2005;63) ROI diartikan sebagai : “Suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.” Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis tingkat pengembalian investasi dengan teknik analisisnya yang bersifat komprehensif tadi seringkali dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Menurut
Irawati (2005 ; 63) ROI dapat diperoleh dengan rumus :
ROI =
EAT Total Assets
Rasio ini juga dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut : ROI =
2.7
Laba Bersih Setelah Pajak Rata - rata Kekayaan
Return on Equity (ROE)
2.7.1 Pengertian Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen (Horne;2005;234).
Menurut Irawati (2005;61) ROE diartikan sebagai : “ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri.” Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Horne (2005;234) ROE
=
Laba Bersih Setelah Pajak Ekuitas Pemegang Saham
=
EAT Total Equity
Irawati (2005;61)
ROE
2.8
Net Profit Margin (NPM)
2.8.1 Pengertian Net Profit Margin (NPM) Pengertian Net Profit Margin yang dikutip dari www.investorwords.com adalah : ”Net profit divided by net revenues, often expressed as a percentage. This number is an indication of how effective a company is at cost control. The higher the net profit margin is, the more effective the company is at converting revenue into actual profit. The net profit margin is a good way of comparing companies in the same industry, since such companies are generally subject to similar business conditions. However, the net profit margins are also a good way to compare companies in different industries in order to gauge which industries are relatively more profitable. also called net margin.” Menurut Horne (2005 ; 234) pengertian Net Profit Margin adalah : “Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.”
Rasio ini juga digunakan untuk mengukur berapa besarnya laba bersih yang dapat diperoleh dari setiap penjualan dan tingkat efisiensi pengeluaran biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengeluarkan biayabiayanya, maka semakin besar keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan tersebut. Rasio ini dapat ditulis dalam bentuk rumus sebagai berikut : Horne (2005 ; 234)
NPM
Laba Setelah Pajak Penjualan Bersih
Rasio ini menghubungkan laba bersih setelah pajak dengan hasil penjualan bersih yang dilakukan oleh perusahaan.
2.9
Dividen
2.9.1 Pengertian Dividen Dividen adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Baridwan, 2000:434). Semua keuntungan ataupun kerugian yang diperoleh perusahaan selama berusaha dalam satu periode tersebut dilaporkan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam suatu rapat pemegang saham . Yang termasuk dalam pengertian Dividen adalah: 1. Pembagian laba secara langsung atau tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun. 2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal disetor. 3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk yang berasal dari kapitalisasi agio saham. 4. Pembagian Laba dalam bentuk saham. 5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran. 6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perusahaan yang bersangkutan (sumber : www.scribd.com).
2.9.2 Jenis-jenis Dividen Jenis-jenis dividen yang dikutip dari www.scribd.com adalah : 1. Cash Dividen adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang saham, perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividen (Munandar, 1983: 312). Perusahaan hanya berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham. Pembayaran dividen dapat dilakukan oleh perusahaan sendiri atau melalui pihak lain, umpamanya bank. Cara yang kedua biasanya yang dipilih perusahaan karena bank mempunyai banyak cabang, sehingga memudahkan pemegang saham yang mungkin sekali tersebar luas di seluruh Indonesia (Suaidi, 1994: 230). Yang perlu diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas adalah apakah jumlah kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen tersebut. Script Dividen adalah suatu surat tanda kesediaan membayar sejumlah uang tertentu yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Surat ini berbunga sampai dengan dibayarkannya uang tersebut kepada yang berhak. Script dividen seperti ini biasanya dibuat apabila pada waktu para pemegang saham mengambil keputusan tentang pembagian laba, dimana perusahaan belum (tidak) mempunyai persediaan uang cash yang cukup untuk membayar dividen kas (Suaidi, 1994: 231).
2.
Property Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk barang-barang (tidak berupa uang tunai ataupun (modal) saham perusahaan). Contoh dividen barang adalah dividen berupa persediaan atau saham yang merupakan investasi perusahaan pada perusahaan lain. Pembagian dividen berupa barang sudah barang tentu lebih sulit dibanding pembagian dividen uang. Perusahaan melakukannya karena uang tunai perusahaan tertanam dalam investasi saham perusahaan lain atau persediaan dan penjualan investasi atau persediaan terutama bila jumlahnya cukup banyak akan
menyebabkan harga jual investasi ataupun persediaan turun, sehingga merugikan perusahaan dan pemegang saham sendiri (Suaidi, 1994 : 233).
3. Liquidating Dividen adalah dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham, di mana sebagian dari jumlah tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran bagian laba (Cash Dividen), sedangkan sebagian lagi dimaksudkan sebagai pengembalian modal yang ditanamkan (diinvestasikan) oleh para pemegang saham ke dalam perusahaan tersebut (Munandar, 1983: 314). 4. Stock Dividen adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri (Munandar, 1983: 314). Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda. 2.9.3 Keputusan Dividen Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividen, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham (stock dividen), pemecahan saham ( stock split ), dan penarikan kembali saham yang beredar yang semuanya ditunjukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham (sumber : www.scribd.com). Kebanyakan perusahaan membayarkan dividennya berupa kas. Seperti yang dikatakan oleh Brealy dan Myers (2003 ; 434) “ Most companies pay a regural cash dividend each quarter.” Menurut Narayaman (2004 ; 115) : “The commonest types of dividend are cash dividends paid regurally at quaterly or semianual interval.”
2.9.4 Dividend Payout Ratio Dividend payout ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi dividend payout ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya dividend payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial akan semakin kuat (Gitosudarmo dan Basri;2002;232). Menurut Keown, Martin, Petty dan Scott (2001 ; 45) “Dividend Payout Ratio indicates the amount of dividends paid relative to the companies earnings.” Dividend Payout Ratio merupakan indikasi
atas persentase jumlah
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003). Dividend Payout Ratio (DPR) ini ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak (sumber : www.ppa.fe.unpad.ac.id). Dari pengertian beberapa ahli di atas, maka Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan menjadi : Dividend Payout Ratio
Dimana :
DPS = Dvidend Per Share EPS = Earning Per Share
DPS EPS
2.9.5 Kebijakan Dividen Perusahaan Kebijaksanaan perusahaan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham membawa arti dalam dua hal : Yang pertama, dana yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini ditunjukkan oleh pembayaran kepada para pemegang saham. Yang kedua, dana untuk membelanjai kebutuhan perkembangan usaha. Hal ini tercermin dalam rencana pada pos laba yang ditahan (Gitosudarmo dan Basri;2002;227). Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002;227) dalam kebijakan dividen pada garis besarnya adalah : 1. Stable Dividend Policy (Kebijakan Dividen yang Stabil) Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam jumlah yang tetap, stabil yang makin naik dan stabil yang semakin menurun. Jadi besarnya dividen dibayarkan dalam jumlah yang selalu stabil walaupun terjadi fluktuasi dalam net income.
2. Fluctuating Dividend Policy (Kebijakan Dividen yang Berfluktuasi) Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah maka besarnya dividen yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungannya.
3. Kombinasi Stable Dividend Policy dan Fluctuating Dividend Policy Pada kebijakan ini besarnya dividen yang dibayarkan sebagian ada yang bersifat stabil atau tetap, tetapi sebagian yang lain bersifat proporsional dengan tingkat keuntungan yang dicapai.
2.9.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002;232) menyatakan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah :
1. Faktor Likuiditas Semakin tinggi likuiditas akan meningkatkan dividen payout ratio dan sebaliknya semakin rendah likuiditas akan menurunkan dividen payout ratio.
2. Kebutuhan Dana untuk Melunasi Utang Semakin besar dana untuk melunasi utang baik untuk obligasi hipotek dalam tahun tersebut yang diambilkan dari kas maka akan berakibat menurunkan dividen payout ratio.
3. Tingkat Ekspansi yang Direncanakan Semakin tinggi tingkat ekspansi yang direncanakan oleh perusahaan berakibat mengurangi dividen payout ratio karena laba yang diperoleh diprioritaskan untuk penambahan aktivitas.
4. Faktor Pengawasan Semakin terbukanya perusahaan atau semakin banyaknya pengawas cenderung akan memperkuat modal sendiri sehingga mengakibatkan kenaikan dividen payout ratio, dan sebaliknya semakin tertutupnya perusahaan akan menurunkan dividen payout ratio.
5. Ketentuan-ketentuan dari Pemerintah Ketentuan-ketentuan tersebut dimaksud adalah yang berkaitan dengan laba perusahaan maupun pembayaran dividen.
6. Pajak Kekayaan/Penghasilan dari Pemegang Saham Apabila para pemegang saham adalah ekonomi lemah yang bebas pajak maka dividen payout ratio lebih tinggi dibandingkan apabila pemegang saham para ekonomi kuat yang kena pajak.
2.10
Pengaruh
Kinerja
Perusahaan
yang
Diukur
Dengan
Rasio
Profitabilitas (ROI, ROE, dan NPM) terhadap Dividend Payout Ratio Penelitian terdahulu, Nasrul (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi secara positif pada DPR adalah Current Ratio (CR), DER, profitabilitas (Net Profit Margin (NPM) dan Return on Investment (ROI)). Sedangkan Damayanti (2006)
menyatakan bahwa tingkat
Profitabilitas
memberikan pengaruh positif terhadap kebijakan DPR. Pernyataan ini didukung oleh hipotesis pecking order yang diajukan oleh Myers (1984), yang menyatakan bahwa cara-cara yang dipergunakan oleh perusahaan dalam memperoleh dana adalah dengan urutan sebagai berikut: pertama dari laba ditahan; kedua pendanaan hutang dan ketiga dari ekuitas baru. Tingkat profitabilitas masa lalu dari suatu perusahaan haruslah merupakan penentu atau determinan penting atas stuktur modal perusahaan yang bersangkutan (Suhartono, 2004). Berdasarkan hal tersebut di atas, Penulis melakukan penelitian kembali yang dilakukan Nasrul (2004) namun Penulis tidak menyertakan Current Ratio dan DER tetapi hanya tingkat profitabilitasnya saja dan menambahkan ROE.