BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Ginjal Kronik 1. Pengertian Penyakit ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006). Penyakit ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vaskular akibat diabetes melitus, dan hipertensi yang berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif (Baradero, 2008).
2. Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Penyebab utama end-stage renal disease (ESRD) adalah diabetes melitus (32%), hipertensi (28%) dan glomerulonefritis (45%). CRF berbeda dengan ARF. Pada CRF, kerusakan ginjal bersifat progresif dan ireversibel. Progresi CRF melewati empat tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal dan end-stage renal disease (Baradero, 2008). Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat (Nursalam, 2006).
7
8
3. Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik Komplikasi penyakit ginjal kronik menurut Mansjoer (2006) meliputi anemia dan osteodistrofi renal: a. Anemia Anemia terjadi pada 80-90% pasien penyakit ginjal kronik. Anemia pada penyakit
ginjal kronik terutama disebabkan oleh defisiensi
eritropoitin. Hal-hal lain yang ikut berperan dalam terjadinya anemia adalah defisiensi besi, kehilangan darah (misal, perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang pendek akibat terjadinya hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik (Mansjoer, 2006). b. Oesteodistrofi Renal Yaitu pembentukan tulang yang abnormal karena keadaan akibat penyakit ginjal kronik ditandai dengan fungsi ginjal yang terganggu, kadar fosfor serum yang meningkat dan kadar kalsium serum yang turun atau normal serta dengan perangsangan fungsi paratiroid, menyebabkan variasi campuran penyakit tulang. Oesteodistrofi renal merupakan komplikasi penyakit gagal ginjal kronik yang sering terjadi (Mansjoer, 2006). . 4. Terapi Penyakit Ginjal Kronik a. Hemodialisis Hemodialisis adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialisis waktu singkat (Nursalam, 2006).
Metode akses sirkulasi dalam terapi
hemodialisis menurut Nursalam (2006) adalah fistula arterivena (AVP), hubungan vaskular melalui vena langsung ke arteri, sebagai berikut:
9
1) Biasanya, arteri radial dan vena cephalika yang terletak pada lengan non dominan. Pembuluh darah pada lengan atas dapat digunakan. 2) Sesudah prosedur, sistem vena superfisial lengan dilatasi. 3) Dengan menggunakan dua jarum berlubang besar, masukkan ke dalam sistem vena dilatasi dan darah akan mengalir melalui dialiser. Ujung arteri digunakan sebagai aliran arteri dan ujung distal diinfuskan kembali ke darah dialisis. 4) Graf penghubung arterivena mengandung graf selang yang terbuat dari vena savenous autologus atau dari politetrafluoroethyline (PTFE). 5) Kanula tetap vena pusat (CVC) langsung dari vena (subklavikula, jagular, internal, atau femoral)
b. Transplantasi Ginjal Transplantasi ginjal adalah terapi yang paling ideal mengatasi gagal ginjal terminal. Ginjal yang dicangkokkan berasal dari dua sumber yaitu donor hidup atau donor yang baru saja meninggal (donor kadaver). Akan lebih baik bila donor tersebut dari anggota keluarga yang hubungannya dekat, karena lebih besar kemungkinan cocok, sehingga diterima oleh tubuh pasien. Selain kemungkinan penolakan, pasien penerima gagal ginjal harus minum obat seumur hidup. Juga pasien operasi ginjal lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi, kemungkinan mengalami efek samping obat dan resiko lain yang berhubungan dengan operasi (Hadibroto, 2007).
10
5. Stadium Tabel 2.1 Batasan dan Stadium Penyakit Ginjal Kronik Sumber : Rasidji (2008) GFR (ml/menit/1,73m2)
Fungsi Ginjal
Normal
≥ 90
≥ 90%
Kerusakan minimal dengan GFR normal
Stadium 1
60-89
60-89%
Kerusakan ringan dengan penurunan GFR, belum mengganggu
Stadium 2
30-59
30-59%
Kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan
Stadium 3
15-29
15-29%
Kerusakan berat, membahayakan
Stadium 4
15
15%
Keruskan sangat berat, perlu dialisis
Stadium
Keterangan
6. Penatalaksanan Baughman (2002) menyatakan bahwa tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk mengembalikan fungsi ginjal dan mempertahankan homeostatis selama mungkin. Penatalaksanaan ginjal kronik meliputi : a. Intervensi diet diperlukan dengan pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan cairan untuk menyeimbangkan kehilangan cairan, masukan natrium dan pembatasan kalium b. Pastikan masukan kalori dan suplemen vitamin yang adekuat c. Batasi protein karena kerusakan klirens ginjal terhadap urea, kreatinin, asam urat, dan asam organik. Masukan protein yang diperbolehkan harus tinggi kandungan biologisnya: produk yang berasal dari susu, telur dan daging. d. Cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml atau lebih dari haluaran urine 24 jam
11
e. Atasi gagal jantung kongestif dan edema pulmonal dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat inotropik (misalnya digitalis atau dobutamin) dan dialisis f. Atasi asidosis metabolik jika perlu dengan suplemen natrium bikarbonat atau dialisis g. Atasi hiperkalemia dengan dialisis, pantau pengobatan dengan kandungan kalium, berikan diet pembatasan kalium, berikan kayexelete sesuai kebutuhan h. Amati terhadap tanda dini abnormalitas neurologis (misalnya berkedut, sakit kepala, delirium, atau aktivitas kejang) i. Lindungi terhadap cedera dengan memberikan bantalan pada pagar tempat tidur j. Catat awitan, tipe durasi, dan efek umum kejang pada pasien, segera beritahu dokter k. Berikan diazepam intravena (valium) atau fenitoin (dilantin) untuk mengontrol kejang l. Atasi anemia dengan rekombinan eritopoietin manusia: pantau hematokrit pasien dengan sering. Sesuai dengan pemberian heparin sesuai dengan keperluan untuk mencegah pembekuan aliran dialisis selama tindakan m. Pantau kadar besi serum dan transferin untuk mengkaji status keadaan besi (besi penting untuk memberikan respons yang adekuat terhadap eritropoetin) n. Pantau tekanan darah dan kadar kalium serum o. Rujuk pasien pada pusat dialisis dan transplantasi di awal perjalanan penyakit ginjal progresif p. Lakukan dialisis saat pasien tidak dapat mempertahankan gaya hidup yang diperlukan dengan pengobatan konservatif
12
B. Dukungan Perawat 1. Pengertian Dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa dirinya dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama (Taylor, 1997 dalam Ratna, 2010). .
2. Sumber Dukungan Ratna (2010) menyatakan bahwa sumber dukungan sebagai berikut : a. Suami atau istri, secara fungsional otomatis adalah orang yang paling dekat dan paling berkewajiban memberikan dukungan ketika salah satunya mengalami kesulitan b. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga kesehatan/ perawatan ketika dia sedang mendapat perawatan baik di rumah sakit maupun komunitas. c. Teman sebaya, atau sekelompok adalah tempat anggota kelompok berinteraksi secara inten setiap saat. Solidaritas diantara mereka juga tumbuh dengan kuat
3. Bentuk Dukungan Menurut Taylor et.al (1997) dalam Ratna (2010) bentuk dukungan sosial yaitu dukungan emosi, dukungan instrumental,
dukungan informasi,
dukungan penilaian dan dukungan pernghargaan : a. Dukungan emosi Diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang bersifat memberikan dukungan. Kadang dengan hanya menunjukkan ekspresi saja sudah dapat memberikan rasa tentram. Pemberian dukungan melalui pemberian rasa nyaman, keyakinan, kepedulian dan kecintaan yang dapat mempermudah dalam mengatasi masalah.
13
b. Dukungan instrumental Barang-barang atau jasa yang diperlukan ketika sedang mengalami masa-masa stress. Pemberian dukungan melalui materi. Dukungan ini dapat membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi. Misalnya peminjaman uang ataupun barang c. Dukungan informasi Informasi sekecil apapun merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi pasien. Pemberian dukungan melalui pemberian informasi ataupun saran. Dukungan ini dapat membantu untuk mengenali dan memecahkan masalah lebih mudah. d. Dukungan penilaian Dukungan berupa saran dari teman, keluarga terhadap keputusan yang diambil sudah tepat/ sesuai atau belum. Dukungan ini dapat terbentuk penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan tertekan. e. Dukungan penghargaan Dukungan yang mengacu pada rasa
memiliki. Hal ini biasanya
melibatkan sebuah sistem kewajiban bersama timbal balik informasi, dukungan sosial emosional dan instrumental. Dalam hal ini keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan dan menengahi pemecahan misal diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian.
14
4. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Dukungan Ratna (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas dukungan sosial sebagai berikut : a. Pemberian dukungan sosial, lebih efektif dari orang-orang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup individu. Orang terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri untuk suami, teman dekat, saudara, tergantung tingkat kedekatan antara keduanya. b. Jenis dukungan sosial: akan memiliki arti bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi yang ada c. Penerima dukungan sosial, perlu diperhatikan juga karakteristik orang yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerima dukungan. d. Jenis dukungan yang diberikan, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. e. Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat, hampir sama dengan jenis dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu yang tepat. f. Lamanya pemberian dukungan, tergantung dari masalah yang dihadapi, kadang bila kasusnya kronis, maka diperlukan kesabaran dari pemberi dukungan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah atau keluar dari masalah.
5. Pengaruh Dukungan Sosial dengan Kesehatan Menurut Ratna (2010) pengaruh dukungan sosial dengan kesehatan antara lain : a. Jaringan sosial terkecil adalah keluarga, sehingga dukungan dari keluarga adalah hal yang penting, bahkan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan, tetapi sebaliknya klien dengan keadaan keluarga yang kurang mendukung akan mempersulit proses penyembuhan
15
b. Pada dasarnya secara alami setiap manusia mempunyai kemampuan beradaptasi dan mengelola maupun menyelesaikan masalahnya c. Dukungan yang diberikan tidak membuat seseorang menjadi tergantung terhadap bantuan, tetapi harusnya menjadikan seseorang menjadi lebih cepat mandiri karena yain akan kemampuannya, dan mengerti akan keberadaannya d. Teman asosiasi kerja, tetangga, jaringan kerja komunitas (kelompok komunitas, pengajian), jaringan kerja profesioal, saudara, kelompok sosial
tertentu, merupakan pemberi
dukungan
sesuai dengan
kemampuannya. e. Semakin banyak teman, semakin sehat f. Silaturakhmi, memperpanjang umur
6. Dukungan Perawat Dukungan perawat merupakan ketersediaan sumber daya perawat yang memberikan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh perawat berkaitan dengan tindakan asuhan yang diberikan.
16
C. Kerangka Teori Pasien ginjal kronik dengan hemodialisa
Masalah fisik dan psikologis
Perlu dukungan soial perawat dalam Menjalani hemodialisis : 1. Perhatian secara emosi 2. Bantuan instrumental 3. Pemberian informasi 4. Dukungan penilaian 5. Dukungan penghargaan
Optimalisasi kualitas hidup dan memperpanjang usia produktif Faktor yang mempengaruhi dukungan : 1. Orang yang terdekat 2. Jenis dukungan sosial 3. Jenis dukungan yang diberikan 4. Waktu pemberian dukungan 5. Lamanya pemberian dukungan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Smelzer & Bare (2002)
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah variabel bebas yaitu dukungan perawat pada pasien yang menjalani hemodialisis.