BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Personal hygiene adalah berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat disrtikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily dan Sulistyo, 2012). Personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entery) mikroorganisme yang ada dimana pada akhirnya mencegah seorang terkena penyakit. Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit seperti penyakit kulit penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh (Isroin, 2012). Kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah kesehatan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat membina keluarga dan masyarakat yang sehat dan kesehatan pribadi merupakan dasar untuk melakukan berbagai kegiatan atau perbuatan yang positif selama hidup. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan (Maryunani, 2013).
6
7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene Menurut Laily dan Sulistyo (2012), ada beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene, yaitu : a. Praktik Sosial Manusia merupakan makhluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok sosial. Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan, berinteraksi dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal hygiene atau kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa kanak-kanak,
keluarga mempengaruhi praktik
hygiene. Misalnya frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene mulut.Pada masa remaja hygiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya.Remaja wanita misalnya, mulai tertarik dengan penampilan pribadi dan mulai memakai riasan wajah.Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribadi.Sedangkan pada lansia terjadi beberapa perubahan dalam praktik hygiene karena perubahan dalam kondisi fisik. b. Pilihan Pribadi Setiap klien memiliki keinginan dan pilihan terdiri dalam praktik personal hygienenya termasuk juga memilih produk yang digunakan dalam praktik hygienenya (misalnya sabun, shampoo, deodorant dan pasta gigi).Pilihanpilihan
tersebut
setidaknya
harus
membantu
perawat
dalam
mengembangkan rencana keperawatan yang lebih kepada individu. Perawat tidak mencoba untuk mengubah pilihan klien kecuali hal itu akan mempengaruhi kesehatan klien. c. Citra Tubuh Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang.
8
d. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan praktik hygiene seseorang.Sosial
ekonomi
yang
rendah
memungkinkan
hygiene
perorangan yang rendah pula. e. Pengetahuan dan Motivasi Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. f. Variabel Budaya Kepercayaan budaya dan nilai pribadi kita akan mempengaruhi perawatan hygiene seseorang. Berbagai budaya memiliki praktik hygiene yang beda di Asia kebersihan dipandang penting bagi keadaan sehingga mandi bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan hanya mandi sekali dalam seminggu. Beberapa budaya memungkinkan juga mengangap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting. g. Kondisi Fisik Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan ketangkasan untuk melakukan hygiene. 3. Jenis Personal Hygiene Berdasarkan Tempat Menurut Laily dan Sulistyo (2012) : a. Perawatan Kulit Kulit merupakan salah satu bagian dari tubuh yang dapat melindungi tubuh dari berbagai kuman atau truma, sehingga diperlukan perawatan yang cukup dalam mempertahankan fungsinya.Cara perawatan kulit adalah dengan mandi minimal dua kali sehari atau setelah beraktivitas.Gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif, sabuni seluruh tubuh terutama area lipatan kulit seperti
9
sela-sela jari, ketiak, belakang telinga.Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah hingga kaki. b. Perawatan Kuku dan Jari Kuku merupakan perlengkap kulit.Terdiri atas jaringan epitel.Badan kuku adalah bagian yang tampak disebelah luar, sedangkan akarnya terletak didalam
lekuk kuku tempat
kuku bertumbuh dan mendapatkan
makanan.Kuku sehat berwarna merah muda.Kuku jari tangan dapat dipotong dengan mengikir atau memotongnya dalam bentuk oval mengikuti bentuk jari.Sedangkan kuku jari kaki dipotong dalam bentuk lurus.Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit disekitar kuku. Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam karena akan merusak jaringan dibawah kulit. Potong kuku dua kali seminggu atau sesuai kebutuhan, khusus untuk jari-jari kaki sebaiknya kuku dipotong setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku. c. Perawatan Rambut Secara anatomis rambut terdiri atas batang rambut, akar rambut, sarung akar, folikel rambut, serta kelenjar sebasea.Rambut merupakan bagian tubuh yang memilki fungsi sebagai proyeksi serta pengantur suhu.Rambut yang sehat terlihat mengkilap, tidak berminyak, tidak kering, atau mudah patah. Bila rambut kotor dan tidak dibersihkan lama kelamaan akan menjadi sarang kutu kepala. Cuci rambut dua kali sehari dengan menggunakan shampoo yang cocok. Pada pasien rawat inap untuk mencegah timbulnya parasit dikulit kepala maka frekuensi mencuci rambut harus lebih sering minimal 12-24 jam.Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut dan olesi rambut dengan minyak rambut.Jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karena bisa malukai kulit kepala.Pijat-pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut.Pada jenis rambut
10
ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung rambut ke pangkal dengan pelan dan hati-hati. d. Perawatan Mulut dan Gigi Mulut merupakan bagian pertama dari sistem pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sistem pernapasan. Dalam rongga mulut terdapat gigi dan lidah yang berperan penting dalam proses pencernaan awal. Perawatan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan menghindari makanan yang terlalu manis dan asam. Tidak menggunakan benda keras untuk mencongkel gigi.Menghindari kecelakaan seperti jatuh.Menyikat gigi sesudah makan khususnya sebelum tidur.Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil agar dapat menjangkau bagian dalam gigi.Menyikat gigi dari atas kebawah dan seterusnya.Memeriksa gigi secara teratur setiap enam bulan. e. Perawatan Genitalia Pada wanita perawatan genitalia dilakukan dengan membersihkan area genitalia eksternal pada saat mandi. Pada pria perawatan yang sama juga dilakukan dua kali sehari. 4. Tujuan Personal Hygiene Adapun tujuan dari pelaksanaan tindakan personal hygiene yaitu : (a) meningkatkan derajat kesehatan seseorang, (b) memelihara kebersihan diri seseorang, (c) memperbaiki personal hygiene yang kurang, (d) mencegah penyakit, (e) menciptakan keindahan, (f) meningkatkan rasa percaya diri (Laily dan Sulistyo, 2012). 5.Dampak yang Sering Timbul Pada Personal Hygiene Menurut Laily dan Sulistyo (2012) : a. Dampak Fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang
11
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. b. Dampak Psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasidiri dan gangguan interaksi sosial. B.Konsep Kulit 1.Pengertian Kulit Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit (Alimul, 2009). Kulit merupakan salah satu organik terbesar dari tubuh dimana kulit membentuk 15% dari berat badan keseluruhan. Kulit mempunyai daya regenerasi besar, misalnya jika kulit terluka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami regenerasi epitel yang tumbuh dari tepi luka menutupi jaringan ikat yang bergenerasi sehingga terbentuk jaringan parut yang pada mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel (Setiadi, 2007). 2. Fungsi Kulit Menurut Setiadi (2007) Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh dan bersambung dengan selaput lender yang melapisi rongga yang berfungsi sebagai berikut :
12
a. Sebagai Pelindung Ada beberapa kemampuan perlindungan dari kulit yaitu : (a) kulit adalah relative tak tertembus air, dalam arti bahwa ia menghindarkan hilangnya cairan dari jaringan dan juga menghindarkan masuknya air, sehingga tidak terjadi penarikan dan kehilangan cairan (b) kulit melindungi struktur internal dari tubuh terhadap trauma dan terhadap invasi oleh mikroorganisme yang membahayakan. Sebagian besar organisme mengalami kesulitan untuk berpenetrasi pada kulit yang utuh tetapi dapat masuk melalui kulit yang terpotong atau mengalami abrasi (lecet) (c) selain itu pula sebagai alat pelindung diberikan oleh lapisan zat tanduk, tambahan pula perlindungan diberikan oleh keasaman dari keringat dan terdapatnya asam lemak pada sebum, yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan oleh aksi mikroorganisme yang membahayakan dari mikroorganisme yang kurang membahayakan, secara normal terdapat pada permukaan kulit (d) kulit mengandung pigmen melanin yang melindungi terhadap sinar ultraviolet sinar matahari. b. Sebagai Peraba atau Alat Komunikasi Merasakan sentuhan, rasa nyeri, perubahan suhu dan tekanan kulit dari jaringan subkutan dan ditransmisikan melalui saraf sensoris ke medulla spinalis dan otak, juga rasa sentuhan yang disebabkan oleh rangsangan pada ujung saraf didalam kulit berbeda-beda menurut ujung saraf yang dirangsang (a) rasa sentuhan disebabkan rangsangan ujung saraf, dikulit berbeda menurut ujung saraf yang dirangsang (panas, dingin, dan lain-lain) (b) rasa sakit disebabkan karena tekanan yang dalam dan rasa yang berat dari suatu benda, misalnya mengenai otot dan tulang atau sendi (c) kulit mempunyai banyak ujung saraf peraba yang menerima rangsangan dari luar diteruskan ke pusat saraf otak (d) kulit merupakan media ekspresi wajah dan reflex vaskuler yang penting dalam komunikasi.
13
c. Sebagai Alat Ukur Panas Suhu tubuh seorang adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan.Suhu normal (sebelah dalam) tubuh, yaitu suhu visera dan otak ialah 36oC sampai 37,5oC, suhu kulit sedikit lebih rendah. Pengaturan ini dapat berlangsung melalui mekanisme adanya persarafan vaso motorik yang mengendalikan arteriol kutan dengan dua cara yaitu : (a) vasodilatasi, kulit melebar, kulit menjadi panas, kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh (b) vasokontriksi, pembuluh darah mengkerut, kulit pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan. Panas dapat dilepaskan oleh kulit dengan berbagai cara yaitu : (a) dengan penguapan, jumlah keringat yang yang dibuat tergantung dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh dalam kulit (b) dalam pemancaran, dengan melepas panas pada udara sekitarnya (c) dengan konduksi, yaitu panas dialihkan ke benda yang disentuh seperti pakaian (d) dengan konveksi (pengaliran),
yaitu mengalirnya udara
yang panas, menyebabkan
pengurangan panas pada tubuh sehingga tubuh menjadi lebih ringan. d. Sebagai Tempat Penyimpanan Kulit beraksi sebagai alat penampung air dan lemak, yang dapat melepaskannya bilamana diperlukan.Kulit jaringan dibawahnya bekerja sebagai tempat penyimpanan air, jaringan adipose dibawah kulit merupakan tempat penyimpanan lemak yang utama pada tubuh. e. Sebagai Alat Absorpsi Kulit dapat mengabsorpsi : (a) sinar ultraviolet yang beraksi atas prekusor vitamin D yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tulang (b) obat-obat tertentu yang digunakan sebagai salep. f. Sebagai Ekskresi Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekskresi melalui kulit.
14
3. Lapisan Kulit Menurut Setiadi (2007) Lapisan kulit dari lapisan luar kedalam terdiri atas epidermis, dermis, sub dermis dengan susunan sebagai berikut : a. Lapisan Epidermis Merupakan lapisan terluar, sebagian besar terdiri dari epitel skuamosa yang bertingkat yang mengalami keratinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah.Sel-sel yang menyusun epidermis secara terus menerus terbentuk dari lapisan germinal dalam epithelium kolumnar.Pigmentasi dari kulit sebagian besar karena melanin (suatu pigmen yang berwarna hitam, pada lapisan terdalam epidermis), pigmentasi ini sebagian besar dikontrol oleh hormone adrenalin dan pituitary. b. Lapisan Dermis Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis.Di dalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dan juga lapisannya elastic, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut. c. Subkatis atau Hipodermis Subkutis terdiri atas kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantaranya terdapat serabut-serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama. Kegunaan dari penikulus adiposus adalah sebagai shokbreker atau pegas bila terjadi tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit dan sebagai tempat penimbunan kalori serta tambahan untuk kecantikan tubuh.Dibawah subkutis terdapat selaput otot kemudian baru terdapat otot.
15
4. Pelengkap Kulit Menurut Setiadi (2007) : a. Rambut Rambut pada seluruh bagian tubuh, tetapi sebagian besar berupa rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna atau samar. Rambut tubuh dari folikel rambut di dalam epidermis, folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas dasarnya terdapat papil tempat rambut, akar berada di dalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut, pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sebagai penegak rambut. b. Kuku Kuku adalah sel epidermis kulit yang mengalami keratinisasi yang telah berubah tertanam dalam palung kuku menutup garis lekukan pada kulit.Palung kuku mendapat persarafan dan pembuluh darah yang banyak.Bagian progsimal terletak dalam lipatan kulit merupakan awal kuku tumbuh, badan kuku, bagian yang tidak ditutupi kulit dengan terikat dalam palung kulit dan bagian atas merupakan bagian yang bebas. Bagian dari kuku terdiri : (a) ujung kuku atas (b) badan kuku yang merupakan bagian yang besar (c) akar kuku (radik) (d) matriks kuku adalah daerah sel germinal yang merupakan tempat tumbuhnya akar kuku (d) bantalan kuku dibawah adalah lapisan epidermis tipis (e) pulpa jari dibawah bantalan kuku dibentuk oleh jaringan ikat vaskuler longgar. c. Kelenjar Kulit Kelenjar kulit mempunyai lobus yang bergulung-gulung dengan saluran keluar lurus untuk mengeluarkan berbagai zat dari badan (kelenjar keringat). Ada dua kelenjar yang terdapat pada kulit yaitu : 1. Kelenjar Sebasea Kelenjar sebasea berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel rambut untuk melumasi rambut dan kulit yang berdekatan.Kelenjar ini
16
kantongnya dalam kulit bentuknya seperti botol dan bermuara dalam folikel rambut, paling banyak terdapat pada kepala dan muka sekitar hidung, mulut dan telinga, tidak terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan.Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, yaitu campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-pecahan sel yang berfungsi sebagai emoliens atau pelembut kulit dan merupakan suatu barrier terhadap evaporasi.Zat ini juga memiliki aktivitas bakterisida.Kelenjar sebasea dapat terinfeksi sehingga menyebabkan furunkel (bisul). 2. Kelenjar Keringat Kelenjar keringat adalah tube tunggal yang bergulung dan terletak pada jaringan subkutan dan dengan saluran yang panjang yang terbuka pada permukaan
kulit.Sekresi
aktif
dari
kelenjar
keringat
dibawah
pengendalian saraf simpatis.Keringat berisi air dan sedikit garam, melalui difusi secara sederhana ± 500cc/hari.Kelenjar keringat merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh, berkurang pada waktu iklim dingin, meningkat pada suhu panas. Kelenjar ini terbagi menjadi dua yaitu : (a) kelenjar keringat ekrin yaitu kelenjar tubular simple dan berpilin serta tidak berhubungan dengan kelenjar rambut. Kelenjar ini penyebarannya meluas keseluruh tubuh, terutama pada telapak tangan, telapak kaki dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini mengandung air dan membantu pendinginan evaporative tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh (b) kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini terspesialisasi yang besar dan bercabang dengan penyebaran yang terbatas sehingga mungkin hanya ditemukan pada ketiak, vulva dan puting susu dan region anogenital. 5. Persarapan Rambut Kulit dipersarapi oleh saraf sensori dan simpatis. Serat saraf sensori berakhir pada kulit dalam berbagai bentuk yaitu antara lain : (a) ujung saraf bebas (b) fleksus saraf disekitar folikel rambut (c) korpuskel meissnerian suatu struktur kecil yang tertutup ditemukan disekitar ujung saraf pada papilla (d)
17
korpuskel paccinian suatu struktur besar tertutup ditemukan di sebelah dalam dermis. Seperti saraf simpatis mensarafi arteriole, kelenjar keringat, dan pili arektor otot. Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf motorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit (Setiadi, 2007). Pada kulit ujung-ujung saraf sensorik ini membantu bermacam-macam kegiatan untuk menerima rangsangan.Ujung-ujung saraf yang bebas menerima rangsangan sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ (Setiadi, 2007). 6. Warna Kulit Warna kulit dipengaruhi oleh pembuluh darah pada kulit, banyak sedikitnya lemak, dan pigmen kulit yang disebut melanin. Tetapi secara penyebab maka perbedaan kulit terjadi akibat fakator sebagai berikut : (a) melanosit, terletak pada stratum basalis yang memproduksi pigmen yang bertanggung jawab terhadap pewarnaan kulit dari coklat sampai hitam. Peningkatan produksi melanin berlangsung jika terpapar sinar matahari. Area tempat terjadinya pigmentasi yang besar adalah puting susu, areola, dan area sirkumanal, skrotum, penis dan labia mayor. Sedangkan yang mengandung sedikit pigmen telapak tangan dan telapak kaki (b) darah terdapat dalam pembuluh ddermal dibawah lapisan epidermis yang dapat dilihat dari permukaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda terutama terlihat pada orang kulit putih (c) keberadaan dan jumlah pigmen kuning (karotin) hanya ditemukan stratum korneum dan dalam sel lemak dermis dan hypodermis yang menyebabkan beberapa perbedaan dari warna kulit (Setiadi, 2007).
18
C. Scabies 1. Defenisi Scabies Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Djuanda, 2007).scabies adalah sejenis penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu kulit/kutu kudis atau Sarcoptes scabiei. Kutu ini hidup dilapisan atas dari kulit.Pada kulit, kutu ini menggali lubang-lubang berupa terowongan kecil dan dalam terowongan tersebut kutu betina bertelur (Ronald, 2010).Scabies merupakan salah satu jenis penyakit kulit, juga dikenal dengan sebutan gudig atau kudis yang banyak diderita masyarakat kita diberbagai plosok negara ini. Angka kejadiannya cenderung meningkat pada kelompok masyarakat yang kurang memperhatikan faktor kebersihan diri, baik disebabkan oleh perilaku masyarakatnya yang demikian atau sarana air untuk mandi yang tidak memungkinkan, misalnya dataran tinggi yang rawan air (Ronald, 2010).
Gambar 2.1 2. Etiologi Penyakit ini mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia, atau sebaliknya. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini social-ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan serta kepadatan penduduk (Ma’rufi, 2007).
19
Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat pelekat (Handoko, 2007) Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2007).
Gambar 2.2 Kita tidak menyadari kapan kutu itu masuk, namun bekas gigitannya pada lapisan tanduk
kulit
kita
menimbulkan
rasa
gatal
dan kita
pun
20
akanmenggaruknya. Garukan yang keras dengan kuku yang tidak bersih dapat berakibat buruk.Kulit ditempat garukkan menjadi merah dan meradang, kemudian menjadi bisul-bisul kecil.Keadaan ini kita sebut kulit terinfeksi.Ada bibit penyakit yang juga ikut memasuki kulit dan membuang nanah kuning (Ronald, 2010). 3. Faktor-faktor yang Berhubungan Terhadap Penyakit Scabies Faktor yang menyebabkan scabies adalah keterkaitan antara faktor sosio demografi dengan lingkungan.Penyakit scabies berasosiasi secara kuat dengan kemiskinan dan kepadatan penduduk. Faktor yang mengakibatkan tinggginya prevalensi scabies antara lain kelembaban yang tinggi, rendahnya sanitasi, kepadatan, malnutrisi. Personal higiene yang buruk, pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat (Baur, 2013). Rendahnya status gizi mempengaruhi sistem imun, sehingga menurunkan sistem kekebalan tubuh juga menyebabkan tingginya prevalensi scabies. Kebiasaan tidur, berbagi baju, handuk, praktek higiene yang tidak benar, sering berpergian ke tempat yang beresiko dan berpotensi sebagai sumber penularan scabies merupakan faktor ganda yang menyebabkan scabies Sanitasi lingkungan yang buruk di merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit scabies (Raza,2009). 4.Patogenesis Scabies Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan.Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta dan ekstreta tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain.Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007).
21
Menurut Handoko (2007) ada 4 tanda cardinal : a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa. c. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-kelok umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang di Indonesia. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : selasela jari, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria), perut bagian bawah. Pada bayi menyerang telapak tangan dan telapak kaki. d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat banyak menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain.
22
Gambar 2.3 5. Gejala Pada Scabies Menurut Ronald (2010), gejala yang mudah dikenali adalah gatal-gatal, terutama pada malam hari, yaitu pada kutu-kutu jantan berkeliaran kemanamana. Kemudian, pada tempat-tempat kegemarannya timbul bintik-bintik padat, gelembung-gelembung, bidur dan bisa bermacam-macam kelainan kulit yang lain. Rasa yang sangat gatal menyebabkan penderita kudis tidak tahan dan berusaha untuk menggaruknya, terutama pada malam hari diwaktu tidur.Garukan-garukan tersebut secara tidak sengaja dapat membuatnya lecet dan juga mengakibatkan pecahnya gelembung-gelembung.Hal seperti ini seringkali terjadi yang menyebabkan timbulnya infeksi tumpangan dan tampak terjadi pernanahan dimana-mana (Ronald, 2010).
23
6. Pengobatan Scabies Syarat obat yang ideal : a. Harus efektif terhadap semua stadium b. Tidak menimbulkan iritasi dan toksik c. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian d. Mudah diperoleh dan harga murah Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitifisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut (Handoko, 2007) Jenis Obat Topikal : a. Belerang Endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun b. Emulsy Benzyl-Benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering member iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. c. Gama Benzena Heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil.Karena toksik terhadap susunan saraf pusat, pemberiannya cukup sekali kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiscabies dan anti gatal, harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra. e. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah
24
10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu.Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. 7. Klasifikasi Scabies Menurut Emier (2007) adapun bentuk-bentuk khusus scabies yang sering terjadi pada manusia adalah sebagai berikut : a. Scabies pada orang bersih yang merupakan scabies pada orang dengan tingkat kebersihannya cukup, bisa salah didiagnosis karena kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. b. Scabies pada bayi dan anak lesi skabies yang mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan pada bayi lesi terdapat di muka. c. Scabies yang ditularkan oleh hewan dapat menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak, dan akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih d. Scabies Nodular terjadi akibat reaksi hipersensitivitas. Tempat yang sering dikenai adalah genitalia pria, lipatan paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah mendapat pengobatan anti scabies. e. Skabies Inkognito, obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respons imun selular. f. Scabies terbaring di tempat tidur merupakan penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
25
g. Skabies krustosa ( Norwegian scabies), lesinya berupa gambaran eritodermi, yang disertai skuama generalisata, eritema, dan distrofi kuku Krusta terdapat banyak sekali, dimana krusta ini melindungi sarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular karena populasi sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak menonjol.Bentuk ini sering salah didiagnosis, malahan kadang diagnosisnya baru dapat ditegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang banyak. Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita retardasi mental (down’s syndrome), sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia dan tabes dorsalis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan diabetes), dan penderita imunosupresif
(Emier,
2007). 8. Diagnosis Scabies Diagnosis penyakit scabies berdasarkan riwayat gatal terutama pada malam hari dan adanya anggota keluarga yang sakit seperti penderita (ini merupakan adanya penularan).Pemeriksaan fisik yang penting adalah dengan
melihat
bentuk
tonjolan
kulit
yang
gatal
dan
area
penyebarannya.Untuk memastikan diagnosis scabies adalah dengan pemeriksaaan mikroskop untuk melihat ada tidaknya kutu Sarcoptes scabiei atau telurnya (Cakmoki, 2007). Jika memungkinkan, diagnosis scabies harus dikonfirmasikan dengan mengidentifikasikan tungau, telur atau kotoran.Namun, seseorang masih memungkinkan terkena infeksi scabies.Walaupun tungau, telur, atau kotoran tidak tidak dapat ditemukan seseorang yang yang terserang kurang dari 10-15 tungau dapat terlihat dalam keadaan sehat (CDC, 2009). Menurut CDC (2009) ada beberapa cara yang tepat dipakai untuk menemukan tungau, telur atau terowongan yaitu :
26
a. Kerokan kulit : papul atau terowongan yang baru dibentuk dan utuh ditetesi minyak mineral, kemudian dikerok scalpel steril untuk mengangkat atap papul atau terowongan. Hasil kerokan diletakkan digelas objek dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian diamati dibawah mikroskop. b. Mengambil tungau dengan jarum : jarum ditusukkan pada terowongan dibagian yang gelap dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar. c. Kuretase terowongan (kuret dermal) : dilakukan secara superficial mengikuti sumbu panjang, terowongan atau puncak papul. Hasil kuret diletakkan pada gelas objek dan ditetesi minyak mineral lalu diperiksa dengan mikroskop. d. Swebkulit : kulit dibersihkan dengan eter lalu diletakkan selotip dan diangkat dengan cepat. Selotip diletakkan pada gelas objek kemudian diperiksa dibawah mikroskop. e. Burrow ink test : papul scabies dilapisi tinta cina dengan menggunakan penalalu dibiarkan selama 20-30 menitkemudian dihapus dengan alcohol. Tes dinyatakan positifbila tinta masuk kedalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zikzag. f. Uji tetrasiklin : tetrasiklin dioleskan pada daerah yang dicurigai ada terowongan. Kemudian dibersihkan dan diperiksa dan diperiksa dengan lampu
wood.
Tetrasiklin
dalam
terowongan
akan
menunjukkan
flouresensi. g. Epidermal shave biopsy : papul atau terowongan yang dicurigai diangkat dengan ibu jari dan telunjuk lalu diiris dengan scalpel, biopsy dilakukan sangat superficial sehingga pendarahan tidak terjadi. h. Pemeriksaan histopatologik :Pemeriksaan ini tidak mempunyai nilai diagnostic kecuali bila ada pemeriksaan tersebut ditemukan tungau atau telurnya. Daerah yang berisi tungau menunjukkan eosinofil dan sulit dibedakan dengan reaksi gigitan antropoda lainnya.
27
9. Prognosis Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pakai obat serta cara pengobatannya dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain personal hygiene maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik (Al-Falakh, 2009) D. Defenisi Pesantren Pesantren berarti tempat para santri.Purwadarminta mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji.Pesantren berasal dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam. Dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang yang berkumpul untuk mempelajari agama islam. Secara singkat pesantren juga dikatakan sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat dalam berbagai segi dan aspeknya (Umiarso dan Zazin, 2011). Pesantren didefenisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pada pelajaran agama islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanent. Maka pesantren kilat atau pesanren ramadhan yang diadakan di sekolah-sekolah umum misalnya, tidak termasuk dal pesantren ini (Qomar, 2007). Tujuan pondok pesantren adalah mencetak ulama, yaitu orang yang mendalami ilmu agama (Nafi’, 2007). Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran agama islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara serta menciptakan dan mengembangkan kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat (Qomar, 2007). Peran pondok pesantren dalam hal ini meliputi keterlibatan dalam upaya promotif, preventive, kuratif dan rehabilitatif. Semua kegiatan didukung juga oleh sector
28
terkait yaitu pihak kesehatan dan pihak lain yang ada hubungnnya dengan pondok pesantren. Keterlibatan pondok pesantren adalah salah satu bentuk kemandirian yang terus dibina guna menaingkatkan derajat kesehatan optimal merata disemua lapisan masyarakat termasuk warga pondok pesantren. Hubungan yang baik antar pondok pesantren dan kesehatan didukung lintas sector lain merupakan kunci keberhasilan dari kemandirian pondok pesantren dalam bidang kesehatan (Mahyuliansyah, 2009) E. Hubungan Personal Hygiene Santri Terhadap Penyakit Kulit Infeksi yang Disebabkan Oleh Sarcoptes Scabies Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily dan Sulistyo, 2012). Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan
karena
kebersihan
akan
mempengaruhi
kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan klien. Praktek hygiene seseorang dipengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan budaya.Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hai ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah kurang kepedulian, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Laily dan Sulistyo,2012). Scabies merupakan infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei var hominis.3 Insiden scabies di negara berkembang menunjukkan siklus fluktuasi.4 Distribusi, prevalensi dan insiden penyakit infeksi parasit pada kulit ini tergantung dari area dan populasi yang diteliti. Penelitian di suatu kota miskin di Bangladesh menunjukkan bahwa semua anak usia kecil dari 6 tahun menderita scabies, serta di pengungsian Sierra Leone ditemukan 86%
29
anak pada usia 5-9 tahun terinfeksi sarcoptes scabiei.Indonesia mempunyai prevalensi scabies yang cukup tinggi dan cenderung tinggi pada anak-anak sampai dewasa (Suci dan Irma, 2013). Penyebabnya adalah tinggal bersama dengan sekelompok orang di pondok pesantren memang beresiko mudah tertular berbagai penyakit terutama penyakit
kulit.Perilaku hidup bersih dan sehat
terutama kebersihan
perseorangan umumnya kurang mendapatkan perhatian dari para santri.Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, khusunya penyakit scabies.Penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik.Masih ada pesantren yang tumbuh dalam lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan kamar mandi yang kotor, lingkungan yang lembab dan sanitasi yang buruk (Suci dan Irma, 2013). Pondok pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan agama islam di bawah bimbingan seorang Ustadz atau Kyai. Santri-santri yang berada di pondok pesantren pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang yang perlu mendapat pelatihan khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi santrisantri tidak beda dengan anak sekolah umum, bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati (Mahyuliansyah, 2009). Secara terminologis pesantren juga sering disebut sebagai lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, dan mengamalkan ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari. Perlu dijelaskan bahwa pengertian “tradisional” dalam defenisi ini bukan berarti kolot dan ketinggalan zaman, tetapi menunjukkan pada pengertian bahwa lembaga ini telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu.Ia telah menjadi
30
bagian dari sistem kehidupan sebagian besar umat Islam Indonesia. Bahkan, telah pula mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan perjalanan hidup umat Islam (Damopoli, 2011). Di Indonesia, kasus scabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang berlangsung. Di Provinsi Kalimantan Selatan, setiap tahun kasus scabies selalu ada meskipun berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Martapura, Tahun 2008. Scabies bukan termasuk sepuluh penyakit terbanyak.Penyakit scabies menempati urutan ketigabelas di Kabupaten Banjar (Dinkes Kab Banjar, 2007) dan scabies menempati urutan keenam dari sepuluh penyakit terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan (Dinkes Prov Kasel, 2007). Menurut Depkes RI prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Prevalensi penyakit scabies tahun 2008 di berbagai pemukiman kumuh (TPA, rumah susun, pondok pesantren) di Semarang mencapai 5,80%. Data kesakitan scabies pada tahun 2008 tingkat puskesmas sekota Semarang adalah 1100 kasus. 14,72% diantaranya terjadi pada balita. Data kesakitan scabies pada tahun 2008 tingkat puskesmas sekota Semarang adalah 1100 kasus. 14,72% diantaranya terjadi pada balita (DKK Semarang, 2008) F. Kerangka Konsep Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Skema 2.1 Kerangka konsep Variabel Bebas
Variabel
Terikat Personal Hygiene Santri 2.7
Hipotesis
Penyakit Kulit Infeksi yang disebabkan oleh Sarcoptes Scabies
31
H. Hipotesa Ha : Ada hubungan signifikan hubungan personal hygiene santri dengan kejadian infeksi penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei di Pesantren Raudhatul Ulum Kabupaten Bener Meriah tahun 2014.